Disusun Oleh:
Arni Zuhro
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Laporan Asuhan Keperawatan Kasus Diare” tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa terselesainya Makalah “LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN KASUS DIARE” ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Definisi ..................................................................................................
B. Etiologi ..................................................................................................
C. Pathway .................................................................................................
D. Patofisiologi ..........................................................................................
E. Manifestasi Klinis ..................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................
G. Pengkajian Fokus ..................................................................................
H. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................
I. Intervensi Keperawatan ..........................................................................
A. Pengkajian .............................................................................................
B. Analisa Data ..........................................................................................
C. Intervensi Keperawatan .........................................................................
D. Implementasi Keperawatan ...................................................................
E. Evaluasi..................................................................................................
iii
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua pada balita di
dunia setelah penyakit pneumonia. Menurut data dari The United Nations
Childern’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO), hamper
sekitar satu dari lima kematian anak balita di dunia disebabkan karena
diare.Angka kematian balita yang disebabkan karena diare mencapai 1,5 juta
per tahun. Insiden terbesarnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan
menurun seiring dengan pertumbuhan anak (UNICEF & WHO, 2009).
Di negara berkembang seperti Indonesia, diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang
masih tinggi, terutama untuk anak usia di bawah 5 tahun (Yusuf,
2011).Dilaporkan rata-rata 3 kali episode diare pada setiap anak balita per
tahun di negara berkembang. Meskipun demikian, pada sebagian daerah
dilaporkan terdapat 6-8 episode diare pada setiap anak balita per tahun
(Guandalini,2012). Sebagian besar kematian disebabkan oleh dehidrasi
(Gunardi et al,2011).
Diare merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang
konsistensinya cair dan frekuensinya terlalu sering yaitu lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu 24 jam (Sinthamurniwaty, 2006). Diare dapat disebabkan
oleh 1) infeksi; virus, bakteri, dan parasit; 2) malabsorbsi; intoleransi laktosa,
protein dan lemak; 3) makanan; 4) imunodefisiensi; dan 5) psikologi; takut
dan cemas (Mansjoer dkk, 2009)
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
(Depkes) dari tahun 2000 sampai tahun 2010 terlihat kenaikan insiden. Pada
tahun 2000 insiden penyakit diare adalah 301 per 1000 penduduk, dan pada
tahun 2010 naik menjadi 411 per 1000 penduduk. Pada tahun 2010 terjadi
KLB (Kejadian Luar Biasa) diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita
4204 dengan kematian 73 orang. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
1
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukan bahwa penyakit diare merupakan
penyebab utama kematian pada balita. Prevalensi diare tertinggiterdapat pada
balita usia 12-23 bulan, diikuti balita usia 6-11 bulan dan usia 23-45 bulan.
Diare lebih sering terjadi pada anak laki-laki (14,8%) dibandingkan anak
perempuan (12,5%) dan prevalensinya lebih tinggi pada balita pedesaan
dibandingkan perkotaan (Depkes RI, 2011). Sebanyak 85% diare pada anak
merupaan diare akut, 10% diare berlanjut, 5% diare persisten (Gunardi et
al,2011).
Untuk propinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng
mencatat jumlah kasus diare balita pada tahun 2010 mencapai 334.280 anak.
Angka kesakitan diare di Jawa Tengah pada tahun 2003 sebesar 8,4 per 1.000
penduduk dengan kematian sebanyak 15 orang (CFR = 0,01 %), dimana
kematian akibat diare didominasi usia < 5 tahun ( balita). Angka kesakitan ini
meningkat dibanding tahun 2002 sebesar 7,7 per 1.000 penduduk. Dan untuk
kota Surakarta sendiri, jumlah penderita diare pada tahun 2010 yaitu
4.683anak. Hasil riset juga menunjukkan adanya kenaikan morbiditas diare
balita dari tahun-tahun sebelumnya untuk propinsi Jawa Tengah dan kota
Surakarta (Dinkes Jateng, 2010).
Salah satu penyebab utama terjadinya diare adalah kurangnya
pengetahuan tentang air dan sanitasi pada sebagian besar penduduk di Negara
berkembang (Gunther & Fink, 2010). Sekitar 88% kematian anak akibat diare
disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang sanitasi, perilaku
kebersihan yang buruk, serta air minum yang tidak sehat (UNICE2012).
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas diare, hal yang paling mudah
untuk dilakukan adalah dengan menjaga higiene dan sanitasi (Kumar
&Vollmer, 2011).
Berdasarkan penelitian dari Eralita (2011) diketahui terdapat hubungan
bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita dan
menurut penelitian dari Cairncross et al (2010) terdapat hubungan bermakna
antara kesakitan diare dengan kualitas air dan sarana pembuangan tinja atau
jamban.
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan definisi diare
3
D. MANFAAT
Penyusunan makalah diare ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
yaitu:
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan proses
keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman
terkait kasus diare.sehingga bisa meningkatkan kualitas asuhan yang akan
diberikan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai tambahan referensi dan acuan dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan diare, khususnya bagi pembaca di perpustakaan
STIKes Muhammadiyah Gombong.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses akademik
yang berlangsung serta pengembangan pengetahuan dan pendidikan.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diare dan sebagai
peningkatan mutu kesehatan di rumah sakit.
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI DIARE
Diare didefinisikan dengan kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer
lebih dari tiga kali per hari. Diare dapat disertai darah atau lendir
(Simadibrata, 2014). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari
4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012)
Diare terbagi 2, yaitu:
1. Diare Akut
Diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 3 -7 hari
pada bayi dan anak.
2. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
B. ETIOLOGI DIARE
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1. Faktor Infeksi
a. Bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas.
b. Virus: Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
c. Parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomona s hominis), jamur
(Candida albicans).
2. Faktor Malabsopsi
5
a. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa
diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering
terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang disebut
triglyserida.Triglyseridadengan bantuan kelenjar lipase, mengubah
lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase
dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak
tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
c. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan
yang mengandung protein.
3. Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang tercemar,
terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi terhadap
makanan.
6
C. PATHWAYS
Infeksi (virus, Malabsorbsi KH, Makanan beracun Faktor psikologis
bakteri, parasit) protein, lemak
DX: kekurangan
volume cairan 7
b.d DX: resiko syok
(hipovolemik) b.d
D. PATOFISIOLOGI
Menurut (Simadibrata, 2014) diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi sebagai berikut:
1. Meningkatnya Osmolaritas Intraluminal
Diare ini disebut diare osmotik, disebabkan oleh meningkatnya tekanan
osmotik intralumen usus halus. Meningkatnya tekanan tersebut dapat
disebabkan oleh obat/zat kimia yang hiperosmotik, malabsorpsi umum dan
defek dalam absorpsi mukosa usus.
2.Sekresi Cairan dan Elektrolit Meninggi
Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, dan
menurunnya absorpsi usus yang dapat disebabkan oleh efek enterotoksin pada
infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli, dan reaksi ileum. Diare tipe ini
disebut diare elektrolit.
3.Malabsorbsi Asam Empedu dan Malabsorbsi Lemak Diare tipe ini
didapatkan pada gangguan produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit
sistem hepatobilier.
4. Defek Sistem Pertukaran Anion/Transpor Elektrolit Aktif pada Enterosit
Disebabkan oleh adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ ATPase
di enterosit dan absorpsi Na+ dan H2O yang tidak normal.
5. Abnormalitas dari Motilitas dan Waktu Transit Usus
Terjadi hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorpsi yang abnormal pada usus halus.
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu bab lebih dari 3
kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare adalah
anak gelisah, menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal
tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan
elektrolit. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
8
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi yaitu berat badan turun, turgor
kulit menurun, mata dan ubun–ubun cekung, selaput lendir dan mulut ikut
kering. Bila dehirasi berat maka volume darah akan berkurang dengan
demikian nadi akan cepat dan kecil, denyur jantung cepat, tekanan darah
menurun, kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratrium
2) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albumin urin.Elektrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis
(Suharyono, 2008).
3. Pemeriksaan Tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium, klorida,
dan bikarbonat.
9
G. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah
tuntaskan diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare
tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan
diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare. Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan
diare
yaitu:
12
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Anak yang berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya cekung.
b. Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila anak yang mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila anak mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung
c. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan
pada kelenjar tyroid.
g. Abdomen
(1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali >
2 detik.
(3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat.
13
h. Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat.
Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin.
Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin,
sianosis.
i. Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
7. INTERVENSI KEPERAWATAN
14
a. Keseimbangan Cairan (0601) iritasi dan
No. Indikator A T ulserasi
3. Amati turgor
060107 Keseimbangan
kulit secara
intake dan output
berkala
dalam 24 jam
4. Ajarkan kepada
060109 Berat badan stabil ibu pasien untuk
memberikan ASI
060113 Mata cekung dan
eksklusif setiap 2
lembek
jam sekali kepada
060115 Kehausan pasien
5. Beri tahu
keluarga cara
Keterangan : penggunaan obat
antidiare secara
1 : Sangat terganggu
tepat seperti
2 : Banyak terganggu oralit.
6. Ajarkan kepada
3 : Cukup terganggu
keluarga tentang
4 : Sedikit terganggu perawatan pada
anak yang diare
5 : Tidak terganggu
dan cara
mencegah supaya
anak tidak sakit
lagi
7. Intruksikan
anggota keluarga
untuk mencatat
warna, volume,
frekuensi, dan
konsistensi tinja.
15
8. Evaluasi
kandungan nutrisi
dari makanan
yang sudah
dikonsumsi
sebelumnya.
9. Intruksikan diet
rendah serat,
tinggi protein,
tinggi kalori
sesuai kebutuhan
10. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
dalam pemberian
oralit dan zinc
selama 10 hari
2. Hipertermia Setelah dilakukan tndakan selama 3 x 24 Perawatan Demam
b.d dehidrasi jam, diharapkan masalah keperawatan (3740)
hipertermimia dapat diatasi dengan
1. Monitor TTV (Suhu,
kriteria hasil:
Nadi, RR)
a. Termoregulasi 2. Monitor asupan dan
No. Indikator A T keluaran, sadari
perubahan
080001 Peningkatan suhu 2 5
kehilangan yang
kulit
tidak dirasakan
080019 Hipertermia 2 5 3. Beri obat atau cairan
IV ( misalnya
080014 Dehidrasi 2 5
antipiretik)
4. Motivasi konsumsi
16
Keterangan : cairan
5. Berikan kompres
1 : Sangat terganggu
hangat menggunakan
2 : Banyak terganggu air hangat
6. Monitor komplikasi
3 : Cukup terganggu
yang berhubungan
4 : Sedikit terganggu dengan demam serta
tanda dan tanda
5 : Tidak terganggu
penyebab demam
17
1 : Sangat terganggu sesuai
6. Kolaborasi
2 : Banyak terganggu
dengan tim
3 : Cukup terganggu kesehatan lain
dalam pemberian
4 : Sedikit terganggu
antibiotic.
5 : Tidak terganggu
18
3 : Cukup terganggu 6. Berikan oksigen
dengan tepat
4 : Sedikit terganggu
7. Berikan bantuan
5 : Tidak terganggu terapi nafas jika
diperlukan
(misalnya
nebulizer)
19
4 : Sedikit terganggu minuman ringan
buah buahan
5 : Tidak terganggu
segar atau jus
buah
20
5: Tidak terganggu memenuhi
persyaratan gizi.
5. Pastikan makan
disajikan dengan
cara yang
menarik dan pada
suhu yang paling
cocok untuk
konsumsi secara
optimal.
6. Ciptakan
lingkungan yang
paling optimal
pada saat
mengkonsumsi
makanan (mis:
bersih,
menyenangkan).
7. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan
makanan teetentu
berdasarkan
perkembangan
atau usianya.
8. Bantu pasien
untuk mengakses
program program
gizi komunitas
(mis; perempuan,
bayi dan anak).
21
9. Kolaborasi
dengan dokter
atau tanaga medis
(gizi).
22