Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

PENGABDIAN MASYARAKAT TERPADU


RW 11 PADUKUHAN KARANG TENGAH NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

ERINA NOVITA PUTRI

JURUSAN DIII GIZI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg
untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolic (Agrina et al, 2011). Hipertensi dapat diartikan
sebagai kenaikan terus-menerus dalam tekanan darah diatas batas normal yang disepakati,
yaitu 90 mmHg diastolik atau sistolik 140 mmHg. Tekanan sistolik adalah tekanan
maksimum dimana jantung berkontraksi dan memompa darah ke luar, sedangkan tekanan
diastolik adalah tekanan dimana jantung sedang mengalami relaksasi, menerima curahan
darah dari pembuluh darah perifer (Myrank, 2009).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan
yang serius. Hipertensi pada umumnya terjadi tanpa gejala, sebagian besar orang tidak
merasakan apapun, walaupun tekanan darahnya sudah jauh diatas normal, maka hipertensi
juga disebut sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer. Keadaan seperti ini dapat
berlangsung bertahun-tahun sampai akhirnya penderita jatuh kedalam kondisi darurat dan
bahkan bisa terkena stroke atau mengalami gagal ginjal. Komplikasi yang kemudian
berujung pada kematian (Hartono, 2011).
Hipertensi merupakan faktor risiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada saat ini
hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini. Hipertensi
menyebabkan 62% penyakit kardiovaskular dan 49% penyakit jantung. Penyakit ini telah
membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk
yang membesar. Di Indonesia angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dimana masih
banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan terutama daerah
pedesaan. Sementara itu, berdasarkan data NHANES (National Health and Nutrition
Examination Survey) memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat sesuai dengan
peningkatan usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan kurang lebih 76,4 juta orang
berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita
hipertensi (Candra, 2013).
Faktor predisposisi yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah adalah merokok,
obesitas, konsumsi garam dan lemak, alkohol, tingkat stres dan rendahnya aktivitas fisik.
Faktor predisposisi untuk hipertensi ada 2 yaitu yang mudah dikontrol dan yang sulit
dikontrol. Faktor predisposisi yang sulit terkontrol adalah keturunan, ras, usia, dan jenis
kelamin. Predisposisi genetik, misalnya, kalau kedua orang tua hipertensi, kemungkinan
hipertensi terjadi adalah 45%. Insiden hipertensi meningkat sesuai dengan usia, pria
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada wanita
(Armilawati et. al., 2008).

B. Perumusan Masalah
Bagaimana kegiatan pengabdian masyarakat melalui gerakan masyarakat hidup sehat
(germas) dengan pendekatan keluarga pada keluarga Ibu Yani di Dusun Karangtengah RT 04
RW 11 Nogotirto Gamping Sleman?

C. Tujuan Pengabdian Masyarakat.


1. Tujuan umum
Memberikan pendampingan khusus kepada keluarga Ibu Yani di Dusun Karangtengah RT 04
RW 11 Nogotirto Gamping Sleman dalam upaya pencegahan keluarga dari masalah
kesehatan khususnya hipertensi.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan serta wawasan keluarga binaan tentang masalah
kesehatan hipertensi.
b. Menghimbau keluarga binaan untuk mampu menerapkan pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari guna penanggulangan masalah hipertensi
c. Melakukan pemantauan terhadap perilaku keluarga pasien setelah mendapatkan
penyuluhan tentang masalah kesehatan hipertensi

D. Manfaat
1. Dapat menyelesaikan masalah dengan saling bekerjasama antar 6 profesi untuk
memecahkan masalah di Dusun Nogotirto dengan melakukan penyuluhan pada kegiatan
yang diadakan.
2. Meningkatkan kesadaran keluarga binaan untuk mengikuti penyuluhan sebagai upaya
preventif.
3. Membantu Keluarga Binaan yang sudah terpilih melalui survey untuk terus memperbaiki
dan meningkatkan status kesehatan sehingga dapat tercapainya taraf kesehatan yang
optimal.
4. Meningkatkan hubungan yang erat antara Dusun Binaan dengan Tim Pelaksana
Pengabdian Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan
atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.22 Hipertensi merupakan penyakit
yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang.
Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat
keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang
dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer
yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).

B. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik
merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan
darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar. Hipertensi diastolik (diastolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anakanak dan dewasa muda. Hipertensi
diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma,
koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
Terdapat jenis hipertensi yang lain, diantaranya:
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh
darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada
saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat
menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering
didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada
perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus
per 1 juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya gejala penyakit
sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada
National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35
mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat
istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan
katup pad a jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan
tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah
penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik. d. Hipertensi gestasional atau
hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada
yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan
disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

C. Patofisiologi Hipertensi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf
termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai
organ terutama ginjal.
1. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan
dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial.
Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi
lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya
dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di
bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi
luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian
tubuh tertentu.31-32 Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif
lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium
banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
2. Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Menstimulasi sekresi aldosteron
dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah.
3. Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
D. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan
tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
1. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormone estrogen setelah menopause. (Marliani,2007). Peran hormone estrogen
adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam
pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen
dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan
umur wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun (Kumar,2005).
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi
pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita,
hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya
arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan
berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya
umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi (Elsanti,2009). Prevalensi di
kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50
% diatas umur 60 tahun.
3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga . Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan
bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan
mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika
kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena
penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol
1. Merokok
Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok
(CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan
menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa
oksigen ke jantung dan jaringan lainnya. Laporan dari Amerika Serikat
menunjukkan bahwa upaya menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka
waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar
24.4% (Karyadi 2002). Tandra (2003) menyatakan bahwa nikotin mengganggu
sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen
miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan
frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung,
merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung.
Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.
2. .Status Gizi Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa
merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakitpenyakit
tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi
seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai
IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit
degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan (2004)
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria akan
meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah
11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30 pada laki-
laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan 17%
perampuan yang memiliki IMT.
3. Konsumsi Na (Natrium)
Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan
yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan
darah. Produksi rennin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf
simpatis. Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin
II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada timbulnya
hipertensi (Susalit dkk,2001).
4. Stres Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
yang menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian
masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres
akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.

E. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran
dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran
dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan
minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi
kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana
penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri
dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.
2. Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.
3. Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko
tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4. Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.
5. Tes khusus Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang
digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).

F. Komplikasi Hipertensi
Kondisi hipertensi yang berkepanjangan sangat berpotensi menyebabkan gangguan
pembuluh darah di seluruh organ tubuh. Secara umum kondisi darah tinggi tidak bisa
diprediksi secara dini akan menyerang organ bagian mana, tergantung organ mana
yang terlebih dahulu merespon tekanan yang abnormal. Angka kematian yang tinggi
pada penderita darah tinggi terutama disebabkan oleh gangguan jantung.
a. Organ Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa penebalan
pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk
memompa, sehingga jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar.
Kondisi ini disertai dengan adanya gangguan pembuluh darah jantung sendiri
(koroner) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari otot jantung dan berakibat
rasa nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kegagalan
jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.
b. Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan
sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis
yang akan menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadinya
pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan pada organ
pengelihatan.
c. Sistem Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh
darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun
bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat dari gagalnya sistem ginjal akan
terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ
tubuh lain.
G. Komplikasi Hipertensi Pada Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Pengurangan massa ginjal akan mengakibatkan
nefron yang masih hidup akan melakukan kompensasi yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Proses maladaptasi ini berlangsung singkat
sehingga terjadi peningkatan LFG mendadak yang akhirnya mengalami penurunan.
Hiperfiltrasi yang terjadi juga akibat peningkatan aktivitas aksis rennin-angiotensin-
aldosteron intrarenal. Kerusakan progresif nefron akan terjadi dan berlangsung lama
(kronik). Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui
urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma
yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah


Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan kepada warga Dusun Karangtengah
RW 11 Nogotirto Gamping Sleman ini berupaya untuk meningkatkan status
kesehatannya. Bentuk upaya yamg dilakukan mahasiswa antara lain dengan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), mengadakan konseling kepada
keluarga binaan dengan kolaborasi enam profesi (gizi, keperawatan, kesehatan
lingkungan, analis kesehatan, keperawatan gigi, dan kebidanan), pemeriksaan tanda-
tanda vital, dan pemantauan perilaku keluarga binaan setelah pemberian penyuluhan dan
pemeriksaan.

B. Realisasi Pemecahan Masalah


Kami melakukan pendekatan keluarga berupa konseling kesehatan meliputi aspek gizi,
keperawatan, kesehatan limgkungan dan pemeriksaan kesehatan gratis yang berupa cek
tekanan darah dan gula darah kepada Ibu Yani yang menderita hipertensi. Diharapkan Ibu
Yani memahami masalah hipertensi terutama dari aspek gizi. Selain itu, Ibu Yani
diharapkan dapat mematuhi diet untuk penderita hipertensi yang telah disampaikan, serta
dapat merubah perilaku menjadi perilaku gizi yang baik. Ibu Yani juga diharapkan untuk
rutin melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit terdekat.

C. Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah setiap mahasiswa menangani 1
Kepala Keluarga. Pada kesempatan pengabdian masyarakat ini, saya mendapatkan
sasaran keluarga binaan yaitu kelurga Bapak Partono dengan Ibu Yani yangmengalami
masalah kesehatan hipertensi. Sebagai mahasiswa jurusan gizi diharapkan dapat
mengintervensi hipertensi yang diderita Ibu Yani dari aspek gizinya

D. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan sebagai berikut:
1. Survei lokasi dusun binaan
Survey dilakukan untuk mengetahui lokasi Dusun Binaan. Langkah awal ini dimulai
dengan bersilaturahmi ke rumah kepala Dukung Karang Tengah, ketua RW 11, dan
kader kesehatan untuk mengetahui daerah yang akan dilakukan pembinaan.
2. Pengumpulan data dan identifikasi masalah
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan keluarga binaan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab menggunakan form pendataan.
3. Perencanaan pelaksanaan
Perencanaan pelaksanaan dilaksanakan dengan cara diskusi dengan Tim Pelaksana
Pengabdian Masyarakat agar masing-masing individu mengetahui dan memahami apa
yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Pengabdian Masyarakat.
4. Melakukan kegiatan konseling/ KIE dan promosi kesehatan
Konseling dan promosi kesehatan dilakukan dengan tujuan memberikan pemahaman
kepada keluarga binaan terhadap masalah kesehatan yang ada di keluarga binaan
tersebut. Konseling dan promosi kesehatan merupakan tindak lanjut dari program
yang telah disusun oleh Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat.

E. Tempat dan Waktu Kegiatan


Tempat dilaksanakannya Pengabdian Masyarakat yaitu di Dusun Karangtengah RT 04
RW 11, Nogotirto, Gamping, Sleman tepatnya di rumah Bapak Partono. Kegiatan
konseling terhadap keluarga binaan dilaksanakan selama satu bulan yakni dari bulan
Agustus hingga September.

F. Sarana Dan Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan pada kegiatan konseling keluarga binaan dan pemeriksaan
kesehatan gratis berupa tensimeter, stetoskop, alat cek gula darah, dan leaflet tentang
masalah kesehatan hipertensi.

G. Pihak-Pihak Yang Terlibat


Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini melibatkan beberapa orang, yaitu :
1. Bapak Surahmin selaku kepala Dukuh Karang Tengah
2. Bapak Mulyanto selaku ketua RW 11 Padukuhan Karang Tengah, Nogotirto
3. Bapak Ketua RT 03, RT 04, dan RT 05 Padukuhan Karang Tengah, Nogotirto
4. Ibu Hidanah selaku kader kesehatan di RW 11 Padukuhan Karang Tengah, Nogotirto
5. Keluarga Bapak Tugiyanto selaku kepala keluarga binaan
6. Anggota kelompok 32 selaku tim pelaksanaan pengabdian masyarakat di RW 11
Padukuhan Karang Tengah, Nogotirto

H. Kendala yang Dihadapi


1. Sulitnya mengatur waktu agar semua anggota dapat berkumpul disetiap kegiatan.
2. Sulitnya mengatur jadwal untuk bertemu dan berkonsultasi dengan Dosen
Pembimbing.

I. Upaya Pemecahan Kendala


1. Sebisa mungkin meluangkan waktu untuk berkumpul dan berkoordinasi untuk setiap
kegiatan yang akan dijalankan.
2. Berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing secara langsung.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Dusun Karangtengah RW 11, Nogotirto,


Gamping, Sleman ini diawali dengan melakukan survey lokasi dan perkenalan dengan
Kepala Dukuh Karang Tengah, Ketua RW, Ketua RT, dan Kader Kesehatan. Hasil survey
lokasi dan wawancara didapatkan hasil delapan Kepala Keluarga utama yang selanjutnya
akan mendapatkan binaan secara lebih mendalam melalui kelompok pengabdian masyarakat.
Pada kesempatan ini, kami selaku kelompok 32 diberikan tugas atau amanat untuk
melaksanakan pengabdian masyarakat di RW 11. Saya secara individu melakukan konseling
atau pembinaan kepada keluarga Bapak Partono yang bertempat tinggal di RT04. Di dalam
keluarga Bapak Partono, istirnya yakni Ibu Yani memiliki masalah kesehatan hipertensi.
Untuk hasil yang didapat adalah dilakukannya pemeriksaan tekanan darah. Hasil
pengukuran tekanan darah Ibu Yani yaitu 160/93 mmHg. Kegiatan selanjutnya adalah
melakukan konseling kepada Ibu Yani megenai riwayat penyakit hipertensi yang dialami
kemudian dihubungkan dengan aspek gizi.

Tabel 1. Identifikasi Masalah


IDENTIFIKASI
NO TANGGAL MASALAH
MASALAH
1. 24 Agustus Hipertensi Ketika melakukan wawancara
2018 kepada Ibu Yani sdebagai
anggota keluarga binaan,
ditemukan masalah kesehatan
yang dialami Ibu Yani yaitu
hipertensi.setelah dilakukan
pengukuran tekanan darrah,
hasil pengukuran
menunjukkan 160/93 mmHg.
Hasil tersebut tergolong
tekanan darah tinggi.

B. Pembahasan
Pengabdian masyarakat dengan konsep pendekatan keluarga binaan dilakukan pada
rumah Bapak Partono. Bapak Partono tinggal berdua bersama istrinya yang bernama Ibu
Yani. Menurut informasi yang didapat dari ibu kader, Ibu Yani sudah lama menderita
hipertensi. Oleh karena itu kami menjadikan beliau sebagai sasaran pembinaan untuk
mengatasi masalah kesehatan hipertensi yang diderita. Ketika melakukan wawancara
secara mendalam kepada Ibu Yani, beliau mengatakan memang sudah lama menderita
masalah kesehatan hipertensi. Ketika dilakukan pengukuran tekanan darah, didapatkan
hasil 160/93 mmHg dan tergolong dalam tekanan darah tinggi. Kami melanjutkan
wawancara mendalam kepada Ibu Yani mengenai faktor mengapa bisa menderita
hipertensi. Ketika ditanya perihal faktor makanan yang dapat memicu hipertensi, beliau
mengatakan bahwa tidak begitu suka masakan asin. Jadi beliau hanya menggunakan
sedikit garam saat memasak. Untuk konsumsi daging merah seperti daging sapi atau
kambing yang dapat memicu hipertensi beliau mengatakan sama sekali tidak
mengkonsumsi daging-dagingan tersebut. Terkadang Ibu Yani memasak makanan
menggunakan kecap. Seperti kita ketahui kecap juga mengandung natrium selain garam.
Ibu Yani juga memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, yakni jarang sarapan.
Ternyata, Ibu Yani memiliki keturunan hipertensi di keluarganya. Beliau mengatakan
bahwa semua saudaranya juga memiliki masalah kesehatan hipertensi. Ketika tekanan
darah beliau tinggi, beliau mengatakan merasakan keluhan kepala pusing dan pegal
disekitar leher.
Setelah melakukan wawancara mendalam kepada Ibu Yani, selanjutnya kami
memberikan konseling mengenai pola makan, menu makan, pengaturan diet untuk
penderita hipertensi serta makanan dan minuman apa saja yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan untuk dikonsumsi penderita hipertensi. Dengan diberikannya konseling
mengenai pengaturan diet hipertensi, diharapkan Ibu Yani dapat mematuhi dietnya
sehingga masalah kesehatan hipertensi dapat perlahan-lahan teratasi. Setelah diberikan
konseling, sebaiknya dilakukan pemantauan di hari selanjutnya. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahu apakan Ibu Yani mematuhi dan melaksanakan diet hipertensi yang
sudah dianjurkan. Pemantauan dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang tekanan
darah Ibu Yani. Apabila hasil pengukuran tekanan darah turun dibandingkan awal
pengukuran, dapat dikatakan bahwa konseling terhadap Ibu Yani berhasil, dan beliau
mematuhi pesan konseling yang disampaikan.

Tabel 2. Rencana Pemecahan Masalah


RENCANA PEMECAHAN HASIL YANG
MASALAH
MASALAH DIHARAPKAN
Hipertensi Memberikan konseling Diharapkan Ibu Yani sebagai
mengenai pengaturan diet anggota keluarga binaan dapat
bagi penderita hipertensi. memahami dan melaksanakan
diet bagi penderita hipertensi
dan merubah perilaku sesuai
perilaku gizi yang baik.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan, Ibu Yani sebagai
anggota keluarga binaan yang juga memiliki masalah kesehatan hipertensi diberikan
konseling mengenai hipertensi khusunya dalam aspek gizinya. Dengan konseling tersebut,
diharapkan Ibu Yani mematuhi pengaturan diet dan merubah perilaku sesuai perilaku gizi
yang baik.

B. Saran
Sebaiknya Ibu Yani tetap menjalankan diet untuk penderita hipertensi secara berkelanjutan
meskipun kegiatan pengabdian masyarakat telah selesai. Hal ini bertujuan agar tekanan
darah Ibu Yani tetap dapat terkontrol.
Daftar Pustaka

 http://repository.upi.edu/
 http://eprints.ums.ac.id/
 http://eprints.undip.ac.id/
 http://digilib.unimus.ac.id/
 http://www.depkes.go.id/
Lampiran

FORM IDENTIFIKASI DATA/ INFORMASI KESEHATAN

N PERTANYAAN PARAMETER JAWABAN KODE


O ENTRY

A. IDENTITAS KELUARGA

1 No ID KK 1

2 Siapa nama kepala Bapak Partono 2


keluarga?

3 Berapa umur kepala Tahun 4 6 3


keluarga ?

4 Apakah Jenis kelamin 1. Laki-laki 1 4


kepala keluarga? 2. Perempuan

5 Apakah agama yang 1. Islam 1 5


dianut oleh kepala 2. Katholik
keluarga? 3. Kristen
4. Hindu
5. Budha
6. Konghuch
u
6 Apakah pendidikan 1. Tidak 4 6
terakhir kepala keluarga? sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan
Tinggi
7 Apakah pekerjaan kepala 1. Petani 5 7
keluarga? 2. Buruh
3. PNS/ABRI
/POLRI
4. Swasta
5. Wiraswast .................. 7.1
a
6. Lain-lain,
sebutkan!
8 Berapa jumlah anggota Orang 0 2 8
keluarga yang tinggal di
dalam rumah?

9 Apakah terdapat balita di 1. Ya 2 9


dalam rumah ? 2. Tidak
no 13
10 Berapa jumlah balita di 10
Orang
dalam satu rumah?

11 Apakah pendidikan Ibu 1. Tidak 11


Balita? sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. Perguruan
Tinggi
12 Apakah terdapat WUS di 1. Ya 2 12
dalam rumah ? 2. Tidakno
15
13 Berapa jumlah WUS di 13
Orang
dalam satu rumah?

14 Apakah terdapat Ibu 1. Ya 14


Hamil di dalam rumah ? 2. Tidak

15 Berapa jumlah Ibu Hamil 0 15


Orang
didalam satu rumah?

16 Apakahterdapatlansia di 1. Ya 2 16
dalam rumah ? 2. Tidak

17 Berapajumlah lansia di 0 17
Orang
dalam satu rumah?

B. KEADAAN RUMAH

18 Bagaimana status tempat 1. Miliksendi 1 18


tinggal? ri
2. Kontrak
3. Sewa
4. Bebassewa
5. Dinas
6. Rumahmili
k orang .................. 18.1
tua/sanaks
audara
7. Lainlain,
sebutkan!
19 Berapa luas rumah yang 92 19
m2
dimiliki?

C. HIGIENE SANITASI

20 Bagaimana higiene 1. Bersih 1 20


sanitasi lingkungan 2. Tidak
rumah? bersih

21 Darimanakah sumber air 1. Ledeng 2 21


bersih didapatkan? 2. Sumurbor/
pompa
3. Mata air
4. Sungai
5. Air hujan .................. 21.1
6. Lainlain,
sebutkan!
22 Bagaimana penggunaan 1. Sendiri 1 22
fasilitas untuk buang air 2. Umum
besar?

D. PEMANFAATAN PEKARANGAN

23 Apakah halaman 23
pekarangan 1. Ya
dimanfaatkan? 2. Tidak  2
no 30
24 Bagaimana pemanfaatan 24
pekarangan di sekitar
rumah? 1. Ada
1. Sayuran 2. Tidak ada
1. Ada
2. Tanaman buah 2. Tidak ada
1. Ada
3. Kolamikan 2. Tidakada
1. Ada
4. Ternak hewan 2. Tidak ada
kaki 2 1. Ada
2. Tidak ada
5. Ternak hewan 3. Ada
kaki 4 4. Tidak ada

6. Tanaman obat
25 Apakah anggota keluarga 1. Ada 2 25
didalam 2. Tidak
rumah,inimemiliki
sawah?
26 Apakah anggota keluarga 1. Ada 2 26
didalam rumah, memiliki 2. Tidak
kebun?
E. KONSUMSI MAKANAN

27 Apakah semua anggota 1. Ya 2 27


keluarga mempunyai 2. Tidak
kebiasaan sarapan?

28 Apakah dalam keluarga 1. Ya 1 28


ini menggunakan garam 2. Tidak
beryodium dalam
konsumsi sehari hari?

F. KONDISI PEREKONOMIAN

29 (Tanya pakdukuh) 1. Gakin 2 29


2. Tidak
Bagaimana status Gakin
ekonomi?*

30 Apakah sumber 1. Listrik 1 30


penerangan yang 2. Obor
digunakan di dalam 3. Lampu
rumah? minyak
.................. 30.1
tanah
4. Lainlain,
sebutkan!
31 Apakah bahan bakar 1. Listrik 3 31
yang digunakan untuk 2. Kayu
memasak? 3. Gas
4. Arang
5. Minyakta
nah .................. 31.1
6. Lainlain,
sebutkan!
32 Pengeluaran rumah 32
tangga

Anda mungkin juga menyukai