Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS VEGETASI

METODE TITIK

Laporan Praktikum

Disusun untuk memenuhi matakuliah Ekologi yang dibimbing oleh:


Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Bagus Priambodo, S,Si, M.Si, M.Sc

Disusun Oleh :
Annisa’ Ihda Fajriyati 180341617589
Farah Fatimatuzzahro’ 180341617530
Muhamad Arjuna Salim 180341617565
Reza Nur Anisa 180341617557

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2020
A. Topik
Analisis Vegetasi Metode titik
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menggunakan variabel dominansi dan frekuensi yang
diaplikasikan pada metode titik.
2. Mahasiswa dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan Indeks Nilai
Pentingnya (INP).
3. Mahasiswa dapat memahami analisis vegetasi dengan metode tanpa plot.
C. Dasar Teori
Hubungan antara ekologi dan lingkungan sudah sangat jelas, yaitu ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
(Utomo, 2014). Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumber daya genetik
semakin menurun pada tingkat yang membahayakan diakibatkan adanya kerusakan
lingkungan yang mana sebagian besar kerusakan lingkungan itu disebabkan oleh
ulah manusia. Kepunahan akan berdampak besar terhadap perubahan struktur
komunitas ekosistem suatu hutan atau lingkungan. Oleh karena itu, suatu analisis
diperlukan untuk menentukan struktur komunitas suatu lingkungan yang mana
meliputi perhitungan jenis dan spesies vegetasi guna untuk menentukan struktur
komunitas suatu lingkungan diwilayah tertentu.
Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat (Martono, 2012).
Diantara individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-
tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi
itu dan fakto-faktor lingkungan. (Marsono, 1977). Dengan demikian berarti bahwa
vegetasi bukan hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi
merupakan suatu kesatuan dimana individuindividu penyusunnya saling tergantung
satu sama lain dan disebut suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-
tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dan
faktor lingkungan, maka hal ini disebut ekosistem (Soekotjo, 2005).
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi spesies dan bentuk
struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Sitompul, 1995). Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada
wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai
faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh
anthropogenik. Konsepi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam
tergantun kepada keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Pada area yang luas
dengan vegetasi semak rendah misalnya digunakan metode garis (line intercept)
(Setiadi, 1990).
Metode tanpa plot merupakan bentuk percontohan atau sampel adalah berupa
titik karena tidak menggambarkan suatu luas area tertentu. Metode ini juga dikenal
sebagai metode analisis vegetasi tanpa plot atau “plotless method”. Tumbuhan yang
dianalisis dapat berupa hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak di titik
tersebut atau yang proyeksinya mengenai titik tersebut (metode interspsi titik).
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Point frame set 1. Kertas label
2. Alat tulis 2. Plastik
3. Kamera HP
4. Soil termometer
5. Soil tester
6. Lux meter
7. Roll meter

E. Prosedur Kerja
Dipilih contoh komunitas vegetasi yang akan dipakai untuk pengamatan

Ditancapkan kawat pada setiap titik dan menebar pipa (point frame)
tersebut secara sistematis.

Dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variable-variabel kerapatan,


kerimbunan, dan frekuensi pada tumbuhan yang mengenai setiap kawat
tersebut.

Dilakukan 3 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 3 seri titik (3 kali


peletakan point frame).
Dicatat jumlah jenis yang terkena tusukan, kemudian dimasukkan kedalam
lembar data.

Dilakukan perhitungan untuk mencari fekuensi relatif, dominansi mutlak,


dominansi realtif dan nilai penting.

F. Hasil Pengamatan dan Analisis

Tabel Analisis Data Hasil Analisis Vegetasi metode Titik


No Spesies F FR D DR INP Rangking
1 A 0,333333 10 0,033333 3,125 13,125 5
2 B 1 30 0,466667 43,75 73,75 1
3 C 1 30 0,166667 15,625 45,625 2
4 D 0,333333 10 0,333333 31,25 41,25 3
5 E 0,666667 20 0,066667 6,25 26,25 4

Tabel Kode Identifikasi Spesies Vegetasi


No Kode Spesies
1 A Drymaria cordata
2 B Axonopus compressus
3 C Tridax procimbens
4 D Phyllanthus urinaria
5 E Stelaria media

Tabel Faktor Abiotik


Pengulangan 1
Alat Plot 1 Plot 2 Plot 3
Soil Tester pH = 5 pH = 6 pH = 6,5
Soil Survei Suhu = 32oC Suhu = 32oC Suhu = 32oC
Instrumen Kelembapan= dry Kelembapan= dry Kelembapan= dry
Intensitas = low Intensitas = low Intensitas = low
Lux meter 214 x 100 880 x 100 719 x 100
Termohigrometer 31oC /40% 31oC /40% 31oC /40%
Pengulangan 2
Alat Plot 1 Plot 2 Plot 3
Soil Tester pH = 5 pH = 6,5 pH = 6,5
Soil Survei Suhu = 32oC Suhu = 32oC Suhu = 32oC
Instrumen Kelembapan= dry Kelembapan= dry Kelembapan= dry
Intensitas = low Intensitas = low Intensitas = low
Lux meter 214 x 100 880 x 100 719 x 100
Termohigrometer 31oC /40% 31oC /40% 31oC /40%

Dalam kegiatan praktikum analisis vegetasi dengan menggunakan metode


titik yang dilakukan di taman depan gedung O4, FMIPA Universitas Negeri
Malang. Dalam tiga kali percobaan dengan tiga plot yang berbeda, terdapat 5 jenis
tanaman yang menyentuh batangan besi dalam tiga puluh kali tusukan di mana pada
masing-masing plot terdiri dari sepuluh tusukan.dari data yang telah di ambil
tersebut diketahui bahwa sepsies Axonopus compressus menduduki peringkat
pertama yang memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi yaitu 73,75. Pada
peringkat 2 adalah Tridax procimbens yang memiliki indeks nilai penting (INP)
45,62. Peringkat selanjutnya adalah Phyllanthus urinaria memiliki indeks nilai
penting (INP) yaitu 41,25. Stelaria media pada peringkat 4 dengan indeks nilai
penting (INP) yaitu 26,25 dan Drymaria cordata pada peringkat terakhir dengan
indeks nilai penting (INP) yaitu 13,12.
Pada pengukuran faktor abiotik dengan menggunakan soil tester, pada
pengulangan pertama didapati pH tanah pada plot 1; 2 dan 3 adalah 5; 6 dan 6,5.
Sedangkan pada pengulangan kedua dengan alat yang sama di dapati bahwa
didapati pH tanah pada plot 1; 2 dan 3 adalah 5; 6,5 dan 6,5. Pengukuran dengan
menggunakan soil survei instrumen, didapati bahwa ketiga plot dari pengulangan
pertama dan kedua memiliki nilai yang konstan, dimana suhu tana berada pada
angak 32oC, memiliki kelembapan yang kering (Dry) dan intensitas cahaya yang
rendah (Low). Pengukuran dengan menggunakan Lux meter, didapati dari ketiga
plot yaitu pada plot 1 214x100; pada plot 2 880x100; pada plot 3 719x100. Angka
ini sama didapatkan dengan pengulangan ke-2. Pada pengukuran menggunakan
termohigromter didapati nilai dari suhu lokasi pada plot 1 adalah 30oC; plot 2 31oC;
plot 3 31oC. dan didapat angka yang sama pada pengulangan yang ke 2. Pada alat
yang sama didapat juga data mengenai kelembapan lokasi dimana pada ketiga plot
memiliki tingkat kelembapan yang konstan yaitu 40% baik pada pengulangan
pertama maupun yang kedua.
G. Pembahasan
Pengamatan analisis vegetasi dilakukan di area FMIPA UM Universitas
Negeri Malang yang berlokasi di depan gedung FISIKA gedung O6. Dari
Pengamatan analisis vegetasi dengan metode titik, didapati bahwa Axonopus
compressus menduduki pertingkat pertama dengan INP 73,75. Hal tersebut
menunjukan bahwa Axonopus compressus memiliki peranan yang penting dalam
komunitas. Rumput Axonopus compressus dikenal dengan nama lokal gajah mini
(karena tinggi tanaman maupun panjang dan lebar daun yang lebih kecil
dibandingkan dengan rumput gajah. (Steenis, 2008).
Menurut Chemisquy (2010) klasifikasi rumput gajah mini adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Sub-kingdom : Tracheobionta
Super-divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Sub-kelas : Commolinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus
Menurut Steenis (2008), rumput gajah mini mampu tumbuh pada ketinggian
hingga < 2.000 mdpl dengan suhu 25-40°C dan curah hujan 1.500 mm/tahun yang
mana suhu tersebut cocok dengan suhu pada area FMIPA UM Universitas Negeri
Malang yang berlokasi di depan gedung FISIKA gedung O6. Menurut sirait (2017)
dalam artike yang sama, rumput ini toleran terhadap kekeringan dan lebih cocok
tumbuh pada lahan dengan drainase yang baik dan pada tanah yang subur serta
memiliki adaptasi yang luas terhadap tingkat kemasaman (pH) tanah (4,5-8,2).
Rumput gajah merupakan rumput yang tumbuh baik pada kondisi cahaya penuh,
meskipun masih dapat berproduksi bila yang ternaungi hanya sebagian tanaman
(Heuze, 2016) dan akan tumbuh sangat baik bila ditanam di tanah yang gembur dan
subur. Rumput gajah mini juga dapat tumbuh baik pada areal naungan di bawah
tegakan pohon. Rellam (2017) menyebutkan adanya pengaruh interaksi antara taraf
pupuk nitrogen dengan naungan 70% menghasilkan panjang daun, jumlah daun dan
tinggi tanaman terbaik.
Sedangkan indeks nilai penting (INP) terendah adalah pada tanaman
Drymaria cordata yaitu 13, 125. Hal ini menunjukan bahwa Drymaria cordata
tidak terlalu berperan dalam komunitas. Menurut Uluputty (2014), Drymaria
cordata memiliki klasifikasi sebagai berikut,
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub-Classis : Caryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Caryophyllaceae
Genus : Drymaria
Species : Drymaria cordata (L.)
Drymaria cordata memiliki batangnya menjalar, ujung tegak hingga 1 m
(panjang), merupakan gulma semisim. Daunnya berhadapan berbentuk ginjal,
pinggirnya rata. Pembungaan mengelompok, berwarna putih sampai kekuningan,
tangkai bunga berbulu. Berkembang biak engan biji atau stek batang. Tumbuh di
tempat terbuka atau terlindung, dengan ketinggian tempat hingga < 1.700 mdpl.
Rendahnya INP pada jenis tanaman ini dikarenakan banyaknya faktor
abiotik yang kurang mendukung dan adanya interaksi antar tanaman pada
komunitas. Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan perbedaan jumlah spesies
tumbuhan pada kawasan tersebut. Adanya spesies yang mendominasi ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan
yang ada, jika iklim dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka spesies
tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Syafei, 1990). Spesies
yang jumlahnya sedikit ditemukan disebabkan karena adanya persaingan.
Persaingan akan meningkatkan daya juang untuk mempertahankan hidup, spesies
yang kuat akan menang dan menekan yang lain sehingga spesies yang kalah
menjadi kurang adaptif dan menyebabkan tingkat reproduksi rendah dan
kedapatannya juga sedikit (Syamsuri, 1997)
H. Simpulan

Rujukan
Chemisquy MA, Giussani LM, Scataglini MA, Kellogg EA, Morrone O. 2010.
Phylogenetic studies favour the unification of Pennisetum, Cenchrus and
Odontelytrum (Poaceae): A combined nuclear, plastid and
morphological analysis, and nomenclatural combinations in Cenchrus.
Ann Bot. 106:107-130.
Heuze V, Tran G, Giger-Reverdin S, Lebas F. 2016. Elephant grass (Axonopus
compressus). Feedipedia, a programme by INRA, CIRAD, AFZ and
FAO [Internet]. [cited 11 Fenbruari 2020]. Available from:
ttp://www.feedipedia.org/node/395
Marsono. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Martono, Djoko Setyo. 2012. ANALISIS VEGETASI DAN ASOSIASI ANTARA
JENIS-JENIS POHON UTAMA PENYUSUN HUTAN TROPIS
DATARAN RENDAH DI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
NUSA TENGGARA BARAT. Agri-tek Jurnal. Vol.13 No.2 September
2012
Rellam CR, Anis S, Rumambi A, Rustandi. 2017. Pengaruh naungan dan
pemupukan nitrogen terhadap karakteristik morfologis rumput gajah
dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott). J Zootek. 37:179-185.
Setiadi, Agus. 1990. Pengantar Ekologi. Bandung: CV. Publishing.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno.1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada Universitas Press. Yogyakarta.
Soekotjo. 2005. Evolusi Tebang Pilih Indonesia: Konsep, Aplikasi dan Hasil. Di
dalam: Hardiyanto EB, editor. Peran Konservasi Sumber Daya Genetik,
Pemuliaan dan Silvikultur dalm Mendukung Rehabilitasi Hutan.
Prosiding 159 Seminar Nasional Peningkatan Produktivitas Hutan;
Yogyakarta, 26-27 Mei 2005. Fakultas Kehutanan UGM dan
Internasional Tropical Timber Organization. Hlm. 3-14. Yogyakarta.
Steenis Van CGGJ. 2008. Flora, Cetakan ke-7. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Syafei, E.S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. Bandung: Institut
Teknologi
Syamsuri, I.W.R. 1997. Lingkungan Hidup Kita. Malang: PKPKLH IKIP Malang.
Uluputty, M. R. 2014. Gulma Utama Pada tanaman terung di desa wanakarta
kecamatan waeapo kabupaten Buru. J. Agrologia. 3(1): 37-42
Utomo, S. W., Sutriyono, & Rizal, R. 2014. Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi
dan Ekosistem. Modul Ekologi

Anda mungkin juga menyukai