LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Oleh :
Annisa’ Ihda Fajriyati 180341617589
Farah Fatimatuzzahro’ 180341617530
Muhamad Arjuna Salim 180341617565
Reza Nur Anisa 180341617557
E. Prosedur Kerja
Diambil sampel tanah sebanyak 1 gelas/tanah
1.6
1.4
1.2
1
H'
0.8
E
0.6 R
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5
Grafik indeks keragaman, kemerataan dan kekayaan
G. Pembahasan
Pada praktikum isolasi basah, kami mengambil lima sampel tanah yang ada
di sekitar Kebun Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Sampel tanah
pertama diambil dari kebun Biologi, tanah kedua diambil dari kebun Biologi dekat
pohon, tanah ketiga diambil dari tanah yang bercampur kotoran kelinci, tanah
keempat diambil dari tanah yang bercampur kotoran kambing dan tanah kelima
diambil dari tanah di dekat sungai. Dari data yang didapatkan dapat diketahui
bahwa dari lima sampel tanah yang diambil dapat ditemukan lima spesies hewan
infauna dengan empat spesies dari Ordo Collembola dan satu spesies dari Ordo
Hymnoptera. Dari Ordo Collembola yaitu Seira sp. dari famili Entomobryidae,
Isotomiella sp. dan Folsomia candida dari famili Isotomidae dan Hyposgastura
sp. dari famili Hyposgastruridae. Sedangkan Pheidole pallidula dari famili
Farmicidae, Ordo Hymnoptera.
Nilai indeks keanekaragaman jenis digunakan untuk membandingkan
komposisi jenis dari ekosistem atau komunitas yang berbeda (Husamah, dkk.,
2016). Indeks keragaman (H’) terbanyak terdapat pada tanah keempat yang
diambil dari tanah yang becampur kotoran kambing dengan jumlah 6 hewan dari 3
spesies. Keanekaragaman jenis infauna pada tanah keempat ini memiliki
keanekaragaman yang sedang. Pada tanah ini memiliki tekstur tanah yang lembap
dan sedikit berlumpur dengan intensitas cahaya yang rendah. Menurut Leksono
(2007), keberadaan hewan tanah dipengaruhi oleh keadaan atau tekstur tanahnya.
Dan menurut Prasetyo, dkk. (2016), hewan mesofauna tanah cenderung bertahan
pada lingkungan tanah lembap. Selain itu, keberadaan dan kepadatan populasi
hewan tanah pada suatu daerah sangat bergantung pada faktor lingkungan, yakni
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Intensitas cahaya matahari yang
diterima ekosistem merupakan faktor penentu penting produktivitas primer, yang
pada gilirannya dapat mempengaruhi keanekaragaman spesies dan siklus hara
(Ikranagara, dkk., 2014).
Data kemerataan menunjukkan tingkat penyebaran individu jenis-jenis yang
ada (Leksono, 2011). Indeks kemerataan (E) tertinggi pada tanah kelima yang
menunjukkan tingkat kemerataan yang tinggi. Tingginya indeks kemerataan
mengindikasikan kelimpahan jenis yang merata. Apabila membandingkan nilai
indeks kemerataan antar sampel tanah yang diamati, dapat dikatakan bahwa
Collembola cenderung mendominasi. Indeks kekayaan (R) tertinggi juga terdapat
pada tanah kelima yang diambil dari tanah dekat sungai. Meskipun begitu, pada
tanah ini memiliki tingkat kekayaan jenis rendah. Pada tanah ini memiliki tekstur
yang sedikit lembap dengan serasah daun di sekitarnya dan memiliki intensitas
cahaya yang sedang. Ekosistem yang stabil umumnya terdapat pada organisme
dengan kelimpahan atau kekayaan yang tinggi (Husamah, dkk., 2016).
Dari praktikum ini, kami banyak menemukan jenis infauna dari Ordo
Collembola sebanyak 4 spesies dari 3 famili (Entomobryidae, Isotomidae, dan
Hyposgastruridae). Menurut Amir (2008), distribusi Collembola sangat luas,
dapat ditemukan di berbagai habitat seperti kutub, gurun, sub tropis, dan tropis.
Distribusi Collembola dapat terjadi dengan bantuan partikel tanah dan bahan
organik, angin, dan air. Beberapa jenis Collembola memiliki sebaran kosmopolit,
meski ada yang endemisme tinggi.
Spesies yang paling banyak ditemukan adalah dari suku Entomobryidae
(Seira sp. dan Isotomiella sp.). Entomobryidae merupakan suku dominan dan
terbesar dari Collembola dengan lebih dari 1625 jenis telah teridentifikasi (Bellini
& Zeppelini, 2008). Entomobryidae mampu berdaptasi dan bertahan hidup,
ditemukan pada lapisan serasah atau dekat permukaan. Jenis makanan
Entomobryidae bervariasi (Indriyati & Wibowo, 2008). Hypogastruridae juga
terdistribusi sangat luas, sedang Isotomidae sering terdapat dalam jumlah banyak
di hutan basah (Noerdjito, 2010). Menurut Suhardjono dkk. (2012), faktor
lingkungan berpengaruh terhadap kehadiran dan pemilihan tempat hidup
Collembola. Setiap habitat mempunyai kombinasi atau perangkat faktor berbeda.
Setiap faktor atau kombinasi faktor mempunyai pengaruh berbeda pada jenis atau
kelompok jenis, baik menguntungkan maupun merugikan. Daerah geografi yang
memiliki pola iklim, vegetasi, dan faktor lain yang berbeda dihuni oleh jenis
berbeda dan dengan komposisi keanekaragaman berbeda pula. Menurut Rahmadi,
dkk. (2004), faktor biotik seperti tumbuhan berpengaruh terhadap keberadaan
Collembola. Keanekaragaman tumbuhan mempengaruhi kondisi tanah sehingga
juga mempengaruhi keberadaan Collembola.
Pada tanah ketiga dan kelima terdapat Pheidole pallidula dari famili
Farmicidae, Ordo Hymnoptera. Pheidole pallidula ini termasuk dalam subfamili
Myrmicinae. Myrmicinae menempati hampir diseluruh dunia kecuali di wilayah
antartika dan artik. Myrmicinae memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, ada yang
berukuran kecil 1 mm dan ada yang berukuran besar 10 mm.
H. Kesimpulan
1. Spesies hewan infauna yang ditemukan di kebun biologi Universitas Negeri
Malang adalah Seira sp., Isotomiella sp., Folsomia candida, Hyposgastura
sp. dan Pheidole pallidula.
2. Berikut adalah data indeks keragaman, kemerataan dan kekayaan hewan
infauna yang kami temukan:
Tanah H' E R
3. 1 0 0 0
2 0 0 0
3 0,989 0,907 0,91
4 1 0,917 0,166
5 0,69 0,995 1,443
Keberadaan dan kepadatan populasi hewan tanah pada suatu daerah sangat
bergantung pada faktor lingkungan, yakni lingkungan biotik dan lingkungan
abiotik.
I. Daftar Rujukan
Amir, A. M. 2008. Peranan serangga ekor pegas (Collembola) dalam rangka
meningkatkan kesuburan tanah. Warta, 14(1), 16-17.
Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi
Gunung Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM
Bellini, B.C. & Zeppelini, D. 2009. A new species of Seira (Collembola:
Entomobryidae) from Northeastern Brazil. Revista Brasileira de
Zoologia, 25(4), 724-727.
Hagvar, S. 1998. The relevance of the Rio-Convention on Biodiversity to
conserving biodiversity of soils. Applied Soil Ecology 9: 1-7
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Grafindo Persada
1 Seira sp.
2 Isotomiella sps
3 Pheidole pallidula
4 Hyposgastura sp.
5 Folsomia candida
K. Laporan Sementara