Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KOMUNITAS ARTHROPODA PERMUKAAN TANAH

DENGAN METODE PITFAAL TRAPS


Risnia Erma Yuliana
Progam Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293
email : risniayuliana27@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum lapangan yang bertujuan untuk mengetahui komunitas artropoda permukaan
tanah di dua habitat yang berbeda, yaitu permukaan tanah yang ditumbuhi pepohonan (Teranaung) dan yang
tidak ditumbuhi pepohonan (Terdedah). Praktikum ini dilaksanakan di hutan daerah UR pada tanggal 8
November 2018. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah Alkohol 70%, detergen, botol
sampel, gelas pelastik, tali raffia, meteran tanah, penggali tanah. Praktikum dilakukan dengan metode pitfaal
trap yang diletakan di 2 habitat yang berbeda dengan 5 pitfaal trap yang ditempatkan secara acak. Beberapa
parameter yang diamati diantaranya ialah Indeks Diversitas (H’), Kemerataan (e’), dan Indes Similaritas (Cs).
Hasil dari praktikum ini menunjukan bahwa terdapat 6 jenis spesies dengan jumlah 22 spesies pada habitat
terdedah dan 8 jenis spesies dengan jumlah 23 jenis spesies pada habitat ternaung. Nilai Indeks Diversitas
tertinggi ialah pada spesies E pada habitat ternaung dengan nilai H’ 0,37% yang menunjukan
keanekaragaman jenis tergolog rendah, sedangkan Kemerataan tertinggi terdapat pada sp esies A pada habitat
terdedah dengan nilai e’ 0,20% yang menunjukan kemerataan jenis tergolong rendah. Nilai Indeks Similaritas
dengan tingkat kesamaan 42,9 % .

Kata kunci : Artropoda tanah, Habitat, Keanekaragaman, Kemerataan.


I. PENDAHULUAN
Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel,
seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang
berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu
tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya
diartinya sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya (Riberu, 2012).
Keanekaragaman hayati tanah memegang peranan penting dalam memelihara
keutuhan dan fungsi suatu ekosistem. Ada tiga alasan utama untuk melindungi
keanekaragaman hayati tanah, yaitu: (a) secara ekologi; dekomposisi dan pembentukan
tanah merupakan proses kunci di alam yang dilakukan oleh organisme tanah dan berperan
sebagai „pelayan ekologi‟ bagi eksistensi suatu ekosistem, (b) secara aplikatif; berbagai
jenis organisme tanah telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya pertanian,
kedokteran dan sebagainya, dan (c) secara etika; semua bentuk kehidupan , termasuk biota
tanah memiliki nilai keunikan yang tidak dapat digantikan (Hagvar, 1998).
Perubahan struktur vegetasi pada ekosistem terrestrial dapat mempengaruhi struktur
komunitas hewan tanah. Pada ekosistem terrestrial ada komponen abiotik dan biotik yang
sangat menentukan rantai ekologi dan ekosistem yang stabil akan mendukung
perkembangan hewan tanah di ekosistem itu. Salah satu komponen biotik yang berperan
penting pada ekosistem tanah adalah Arthropoda.
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan
khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat
mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi
predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan arthropoda yang lain.
Sebagai konsekuensi struktur komunitas mikro arthropoda akan mencerminkan faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah, termasuk terhadap aktivitas manusia.
Berdasarkan uraian diatas maka identifikasi kelimpahan serta keanekaragaman jenis
merupakan hal yang penting, sehingga dapat diketahui peran organisme terhadap
lingkungan. (Soesanto, L. 2008)
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keranekaragaman
jenis arthropoda tanah, karakteristik Arthopoda tanah, Manfaat dilakukanya praktikum
ini adalah memperluas wawasan tentang keanekaragaman Athropoda yang ada di lahan
perkebunan dan lahan hutan sekunder di sekitar Hutan UR, memberi wawasan
tentang peran anthropoda untuk keseimbangan ekosistem, serta sebagai bioindikator.

II. METODE PENELITIAN


Dalam menganalisi vegetasi pohon yang ada di kawasan hutan UR digunakan metode
pitfaal trap. Metode ini dilakukan dengan cara menggali tanah terlebih dahulu di lima
lokasi ternaung dan 5 lokasi terdedah secara acak, kemudian gelas plastik berisi campuran
alkohol dan detergen diletakkan benar benar sejajar dengan permukaan tanah.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari 5 plot pengamatan didapatkan 6 jenis spesies pada spesies terdedah dan 8 jenis
spesies pada daerah ternaung. Dengan total individu habitat terdedah ialah 22 dan pada
habitat ternaung yaitu 23.

Tabel 1. Nama spesies di lokasi hutan UR


SPESIES NAMA LATIN SPESIES
A Semut hitam
B Angkrang
C Jangkrik
D Kodok

A. Indeks Diversitas Spesies (H’)


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk terdapat perbedaan jenis Arthropda pada
beberapa tempat sampling, berikut grafik yang didapat setelah melakukan analisis data.
0.7 0.3 0.4

0.6
0.5 0
Angka Indeks
0.4
0.4 0.3
0.3
0.3 Ternaung
0.2 Terdedah
0 0
0.1
0 0 0 0 0 0 0 0
0.0
A B C D E F G H I J K

Spesies
Gambar 1. Indeks Diversitas spesies

Nilai indeks keanekragaman dapat dibedakan menjadi beberapa kategori disajikan


dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’)
Nilai H’ Kategori
>3 Keanekaragaman tingi penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan
kestabilan komunitas tinggi.
1-3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang
dan kestabilan komunitas sedang.
<1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah
dan kestabilan komunitas rendah.
Gambar 1. menunjukkan diversitas tertinggi terpadat pada spesies E pada habitat
ternaung dengan niai H’= 0,37% Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa hal antara lain
faktor waktu pengambilan sampel dan pemilahan sampel tanah. Selain itu faktor abiotik
tanah juga mempengaruhi ada atau tidakknya Arthropoda tanah epigeik maupun endogeik
di suatu lahan.
Struktur dan komposisi suatu vegetasi dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah
tersebut sesungguhnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan. Rahmasari
(2011) menyatakan bahwa komposisi jenis merupakan salah satu nilai yang digunakan
untuk mengetahui proses suksesi yang sedang berlangsung pada suatu komunitas yang
telah terganggu.

B. Indeks Kemerataan Spesies (e’)

Anda mungkin juga menyukai