Anda di halaman 1dari 12

MEDIA NON-CETAK AUDIO

1. Pengertian Media
Media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti pengantar atau perantara.
Perantara dapat berbentuk software maupun hardware atau sebagian bahan dan alat. Media
audio mencakup apa saja yang dapat didengar seperti suara orang, musik, suara mekanis
(deru mesin mobil), suara berisik dan sebagainya. Penekanan hanya pada indra pendengar
saja suara yang di hasilkan dapat langsung didengar ataupun merupakan hasil rekaman.

2. Macam Macam Media Audio Pembelajaran


a. Berdasarkan Wujud Bahan dan Alatnya
1) Radio
Radio adalah alat komunikasi elektromagnetik untuk mengirim dan menerima
pesan dengan menggunakan sistem gelombang suara.
2) ATR/Aaudio Tape Recorder
Merupakan alat yang dihasilkan dari proses merubah getaran udara menjadi getaran
magnetik pada permukaan pita (cassette) atau permukaan piringan hitam berupa
lekukan-lekukan sangat halus yang tidak bisa dilihat tanpa menggunakan alat
pembesar.
3) Laboratorium Bahasa
Alat untuk melatih pembelajar dalam mendengar dan berbicara bahasa asing
dengan jalan menyajikan materi. Siswa mendengar suara guru yang duduk diruang
kontrol lewat headphone. Pada saat dia menirukan ucapan guru dia juga mendengar
suaranya sendiri lewat headphonenya. Sehingga dia bisa membandibgkan
ucapannya dengan ucapan guru. Sehingga dia dapat memperbaiki kesalahan
kesalahan yang dibuatnya.

b. Berdasarkan Macam Macam Caranya


1) Media audio tunggal
Media yang digunakan secara tunggal tanpa disertai atau menyertai bahan cetak
atau film bingkai.
2) Media audio dengan bahan cetak
Media ini dapat berfungsi untuk mendukung atau didukung oleh bahan cetak.
Mendukung menyatakan sebagai bahan utama dalam bahan cetak, sedangkan
didukung berarti media audio sebagai bahan utama yang didukung oleh bahan
cetak. Bahan cetak tersebut dapat berupa gambar, grafis, grafik, bagan, bahan
penyerta, atau bahan cetak lainnya.
3) Media audio bersama-sama dengan film bingkai
Media audio maupun film bingkai mempunyai kedudukan yang sama dan yang satu
merupakan kedudukan yang lain. Oleh karena itu tanpa adanya yang satu maka
keduanya tidak akan berfungsi.
3. Menurut jumlah sasarannya
a. Media audio perorangan
Media audio yang sengaja dirancang untuk perorangan, biasanya penggunaan media
ini tanpa adanya bantuan dari orang lain sehingga media ini biasanya telah dilengkapi
dengan petunjuk yang lengkap sehingga dapat dipahami. Contoh: audio pembelajaran.
b. Media audio pembelajaran untuk kelompok kecil dan besar
Jumlah anggotanya berkisar 2 sampai dengan 8 orang untuk kelompok kecil dan untuk
kelompok besar berjumlah 9 sampai dengan 40 orang.
c. Media audio pembelajaran untuk massal
Media yang dirancang dengan penggunaannya puluhan, ratusan bahkan ribuan orang.
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan cara memberikan bahan penyerta jauh
sebelum penggunaan yang berisi petunjuk-petunjuk penggunaan. Yang berisi petunjuk
bagaimana penggunaan media perorangan maupun digunakan secara berkelompok.
Biasanya dilakukan pada kegiatan mata kuliah kelompok dasar umum seperti bahasa
Indonesia, ilmu budaya dan sebagainya.

4. Pengembangan Media Audio Pembelajaran

Menururut Arief Sadiman, et al (1986) langkah yang diperlukan dalam


mengembangkan audio pembelajaran dapat dimulai dengan beberapa langkah diantaranya:

a. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik


Sebagai perancang dari sebuah media yang akan dikembangkan sebaiknya untuk
memiliki pengetahuan awal dan prasyarat apa saja yang dibutuhkan oleh objek sasaran.
Untuk itu kita harus mengetahui dengan jelas siapa pembelajarnya, hal ini dikarenakan
sulitnya dalam pembuatan program yang sesuai untuk semua tingkat umur dan semua
jenjang sekolah.

b. Merumus kan tujuan pembelajaran


Tujuan untuk dilakukannya ialah agar prilaku hasil belajar yang diharapkan dapat
terjadi dan dapat dikuasai dengan baik. Langkah ini dijadikan sebagai acuan dalam
menentukan keberhasilan yang telah dirancang.

c. Merumuskan butir materi secara terperinci


Langkah ini ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahan dan materi apakah
yang harus dilakukan pembelajar. Untuk merumuskan materi secara terperinci perlu
dilakukan analisis lebih lanjut. Tujuan dilakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan
sub pokok bahasan serta sub kemampuan dan sub keterampilan. Jikasemua aspek tersebut
terpenuhi, selanjutnya disusun urutan penyajian yang logis sehingga dapat memudahkan
pembelajar.

d. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan


Untuk tercapainya kesesuaian dengan tujuan yang dicapai pada setiap pokok bahasan
materi, perlu dikembangkannya alat pengukur keberhasilan. Hal ini perlu untuk mengukur
sikap, keterampilan, dan kemampuan yang telah dirumuskan pada tujuan pembelajaran.
Alat ukur ini dapat berupa teks, yang akan digunakan untuk mengukur tujuan dan materi
pembelajaran.

e. Menulis naskah media


Pada tahap ini pokok materi dapat dijabarkan dan disajikan kembali oleh pembelajar.
Penyajian dapat disampaikan dalam bentuk media salahsatunya ialah media audio, untuk
membuat audio perlu dituangkan dulu dalam sebuah naskah (naskah program audio).
Naskah tersebut dimaksudkan untuk menuntun dan berisi urutan suara dan bunyi yang
harus direkam.

f. Mengadakan evaluasi dan revisi


Dalam pembuatan media diperlukan adanya penilaian dan evaluasi sebelum program
tersebut digunakan secara luas. Ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sudah terpenuhi
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5. Peran Media Audio dalam Pembelajaran


Awal sejarahnya media hanya berperan sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Edgar
Dale merumuskan klasifikasi menurut penggunaan media dari yang konrit ke yang paling
abstrak. Klasifikasi ini dinamakan kerucut pengalaman yang digunakan untuk menentukan
media yang sesuai dengan pembelajaran (Amru Salam Riyana, 2011).

Sumber:https://terandik.blogspot.com
Gambar 1. Kerucut pegalaman dalam pembelajaran
Dari kerucut pengalaman tersebut diketahui bahwa peran media audio dalam pembelajaran
adalah:
a. Mengatasi keterbatasan pengalaman mendengarkan dan menyimak
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu srta tenaga dya penglihatan
c. Media audio yang nenarik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
d. Memungkinkan dalam belajar mandiri
e. Media audio dapat menghadirkan rangsangan yang sama, dan menyetarakan
pengalaman
f. Dengan media audio dapat mengubah peran guru secara positif dalam peroses
pembelajaran.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991) mengemukakan hubungan media audio dengan
aspek-aspek mendengarkan. Keterampilan yang dapat dicapai dengan penggunaan media
audio meliputi:
a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian. Contohnya, siswa dapat
mengidentifikasi kejadian tertentu dari rekaman yang didengarnya.
b. Mengukuti arahan. Contohnya, sambil mendengarkan suatu pernyataan, siswa menandai
salah satu pilihan pernyataan yang mengandung arti yang sama.
c. Melatih daya analisis. Dari mendengarkan rekaman, siswa dapat menentukan urutan
kejadian yang dimaksud, manakah yang merupakan sebab dan manakah yang
merupakan akibat.
d. Menentukan arti dari konteks. Contohnya, siswa mendengarkan pernyataan yang belum
lengkap sambil berusaha menyempurnakannya dengan memilih kata yang disiapkan.
e. Memilah-milah informasi ataupun gagasan yang relevan dan informasi yang tidak
relevan. Contohnya dalam sebuah rekaman mengandung dua sisi informasi yang
berbeda dan siswa dapat mengelompokan informasi tersebut kedalam dua kelompok
tersebut.
f. Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat kembali informasi. Misalnya,
setelah mendengarkan rekaman sebuah peristiwa ataupun cerita, siswa diminta untuk
mengungkapkan kembali dengan baha dan kalimat mereka sendiri.
Media audio dapat digunakan dalam semua fase pengajaran, mulai dari pendahuluan
hingga pada tahap evaluasi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan yang
lamban untuk memahami pelajaran dapat memutar kembali bagian yang belum ia kuasai.
Meskipun tidak ada prosedur baku tentang penggunaan bahan audio, sebaiknya materi
audio dapat disajikan dengan mengikuti langkah yang biasa diikuti ketika menggunakan
materi pelajaran dalam bentuk lain. Menurut Azhar Arsyad (2004) langkah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan diri. Guru membuat catatan tentang hal penting yang tercakup dalam
materi audio, dan dapat menentukan apa yang akan digunakan untuk meningkatkan minat,
perhatian, dan motivasi siswa.
Membangkitkan kesiapan siswa. Siswa dituntun untuk memiliki kesiapan untuk
mendengar, misalnya guru dapat menginformasikan latar belakang yang menarik tentang
program itu, menyajikan sebuah topik pembahasan dimana jawaban yang diharapkan
dapat diperoleh dari audio tersebut, guru dapat membuat beberapa kata kunci yang
terkandung dalam audio tersebut.
Mendengarkan materi audio. Guru menuntun siswa untuk menjalani pengalaman
mendengar dengan tenang, pusatkan perhatian pada materi audio, mendengarkan dengan
pikiran terbuka dengan kemauan.
Diskusi (membahas) materi program audio. Setelah selesai mendengarkan, diskusi
mulai dilakukan dengan mengajukan pertanyaan. Contohnya guru dapat menanyakan,
bagian manakah yang merupakan gagasan utama dari materi tersebut. Diskusi dapat
diakhiri dengan meminta satu ataupun dua orang siswa yang dapat menyampaikan
rangkuman.
Menindaklanjuti program. Diakhir pelajaran diharapkan siswa termotivasi untuk
mempelajari materi pelajaran dengan membaca berbagi sumber lain dan dengan memutar
kembali bagian yang tidak dimengerti menggunakan audiotape dan sebagainya.

Sumber:https://usd.ac.id/lembaga/lb/eec/galeri.php
Gambar 2. Penggunaan media audio di ruang kelas

6. Format Audio
a. Audio digital
Dalam format digital suara dapat diubah menjadi informasi biner angka 1 dan 0, kode
matematika yang sama digunakan dalam komputer. Audio digital melingkupi berbagai
format dan cara penyompanan untuk mengakses berkas secara streaming, dan podcasting.
Format audio digital ini dapat dibeli pada cakram padat, diunduh maupun diubah menjadi
MP3, atau diunduh sebagai berkas WAV dari Web.
b. Audio analog
Audio analog, biasanya dalam bentuk kaset pita audio, ini masih umum digunakan bagi
pusat pembaca, dan pengajaran personal. Kaset pita diidentifikasikan berdasarkan jumlah
waktu rekaman yang mereka miliki. Contoh, sebuah kaset C-60 bisa merekam 60 menit
suara menggunakan kedua sisi. Kaset audi dapat memungkinkan siswa untuk merekam
dengan mudah dan ekonomis.

(a) (b)

Sumber:Pyleaudio.com
Gambar 3. (a) Media Audio Digital dan (b) Media Audio Analog

7. Mengakses Audio
a. Audio digital
Untuk mengakses audio digital dapat dilakukan dengan streaming, dan podcasting,
radio internet, dan pemutar digital.
Streaming audio, yakni dengan mengirim paket pada pengguna, sehingga pengguna
dapat mengunduh berkas tersebut. Pengguna akan membutuhkan peranti lunak berupa
komputer untuk dapat mengunduh MP3 yang bersifat gratis bagi para siswa. Pemutar
media plug-in seperti Windows Media Player memungkinkan siswa untuk menyimak
audio.
Podcasting. Merupakan file audio rekaman dalam format MP3 yang disebarkan melalui
internet. Berkas audio dapat dikirim secara otomatis, dan disimpan ke komputer pribadi.
Podcasting menawarkan kesempatan yang luar biasa kepada para guru dan siswa agar
suara mereka dapat didengar di komunitas setempat. Podcasting dapat dianggap sebagai
blogging tanpa menulis atau sebagai sebuah cara bagi seisi kelas untuk memiliki stasiun
radionya sendiri.
Radio Internet. Siaran internet radio menggunakan internet untuk menawarkan stasiun
radio yang terdiri dari berbagai program musik, olahraga, sains, nasional, dan dunia.
Pemutar Audio Digital Portabel. Memungkinkan pengguna untuk membawa serta file
audio mereka. Salahsatunya ialah Apple iPod. Pemutar tersebut menggunakan kartu
memori yang sama seperti digunakan kamera digital. Pemutar dapat digunakan
menggunakan batrai ataupun disambungkan dengan colokan adaptor.
b. Audio Analog
Pemutar kaset audio sangat mudah untuk digunakan. Pemutar audio analog bersifat
memasukan dan putar. Masukkan kaset lalu siap untuk diputar. Dengan Audio analog
pengguna dapat mendengar apa yang telah direkam di kaset. Sebagian besar penggunaan
kaset dapat dicolok untuk mendapatkan daya, deberapa menggunakan batrai .

8. Membuat Audio Digital

Beberapa software pembaca pada saat ini telah banyak dikembangkan. Mulai dari Read
out loud untuk membaca artikel maupun dokumen dalam bentuk PDF, Wordtalk sebagai
software pembaca dalam bentuk dokumen MS Word, bahkan software sederhana text-to-
speech (Microsoft Narator atau Apple Voice Over) yang dikembangkan dan ditanam
sekaligus dalam sistem operasi Microsoft dan Apple sehingga dapat digunakan untuk
membaca teks, jendela, menu dan kontrol.
Beberapa lembaga pemerintah telah mengembangkan buku dalam bentuk audio namun
masih dalam bentuk terbatas. Lembaga-lembaga tersebut di antaranya adalah Pusat
Kurikulum dan Buku (Puskurbuk) dan diikuti oleh Balai Pengembangan Media Radio
Pendidikan. Di beberapa lembaga pemerintah telah mengembangkan buku dalam bentuk
audio namun masih dalam bentuk terbatas
Salah satu jenis audiobook yang telah dikembangkan oleh DAISY adalah Digital
Talking Book yaitu buku bicara digital yang diproduksi untuk orang-orang yang lebih
senang mendengarkan. Materi disajikan dalam format audio dan teks yang dapat
dinavigasi. Kebanyakan, pendengar yang memanfaatkan DTB ini adalah mereka yang
memiliki gangguan visual atau cacat cetak seperti kebutaan, gangguan penglihatan,
disleksia atau masalah lainnya (Faiza Indri Astuti, 2015).
Dalam pembuatan talking book memerlukan beberapa relawan untuk membacakan
materi cetak dari halaman awal hingga akhir dengan suara dan intonasi yang jelas, agar
pengguna dapat memahami baik isi buku tersebut. Untuk pembuatannya membutuhkan
perangkat keras maupun lunak diantaranya:

a. Perangkat lunak: yaitu software yang dipakai untuk merekam /membuat file digital
talking book
b. Perangkat keras: komputer
c. Compact Disk (CD): tempat untuk menyimpan file digital book sebagai ganti kaset
dalam sistem analog
d. CD Writer: yakni alat untuk menggandakan digital talking ke CD lain
e. Media Player/victor reader: yaitu alat untuk menjalankan CD digital taling book
sebagai pengganti dari tape recorder dalam sistem analog.
Pembuatan Audiobook

Dengan menggunakan google chrome dan ke halaman googletranslete.com


Klik kanan pada menu dan pilihlah menu inspect

Lalu muncul jendela baru, lalu pilih menu network, dan pilh menu media, lalu klik pada
mikropon google translete utuk mulai merekam audio.
Selanjutnya ialah dengan mendownload audi dari google translete, yakni dengan cara klik
kanan, dan open new tab, maka tampilan audio akan pada gambar diatas

Simpan audio pada file offline dengan format MP3.


Kemudian buka halaman baru pada google chrome dan lakukan penulusuran pada
mergeaudio.online

Pilih audio yang telah tersimpan di dalam peranti lunak komputer, lalu ditambahkan
dengan audio yang diinginkan
Berilah keterangan nama file sesuai dengan kebutuhan pengguna, lalu tekan merge dan
download dan save di penyimpanan offline

Sumber: https://youtu.be/Z176GULqFzY
Gambar 4. Cara pembuatan audiobook

DAFTAR PUSTAKA

Faiza Indriastuti. 2015. Pengembangan Buku Audio untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
Anak Disleksia. Artikel Ilmiah 3(2): 91-106. Balai Pengembangan Media Radio
Pendidikan. Yogyakarta.
Susilaningsih. Pengembangan Media Audi/Radio. Bahan Ajar. Universitas Negri Malang.
Malang.
E.Smaldino. Sharon, L. Lowther. Deborah, D. Russell. James.2011. Instructional
Technology and Media for Learning. Kencana Prenada Group. Jakarta.
Amru Salam Riyana. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk
Mata Diklat Mengoprasikan Mesin CNC Dasar di SMK Negeri 2 Godean..
Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. PT. Raja Gafindo Persada. Jakarta.
Arief Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito. 1986. Media Pendidikan,
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatan. Rajawali. Jakarta.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 1991. Media Pengajaran. Sinar Baru. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai