Oleh:
Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd
suplemen vertebrata 1
BAGIAN I
DASAR-DASAR PENENTUAN HUBUNGAN
KEKERABATAN
PENDAHULUAN
vis dan Heywood, 1973). Menurut banyak ahli, sistematik meliputi studi menge-
nai identifikasi, taksonomi, tata nama, keanekaragaman organisma, dan studi me-
studi tentang klasifikasi yang mencakup prinsip dasar, prosedur dan aturan-aturan-
nya. Kata taksonomi pertama kali diusulkan oleh De Candole pada tahun 1813.
tik dan kekerabatan filogenetik. Menurut Davis dan Heywood (1973), dalam prak-
teknya lebih umum digunakan kekerabatan fenetik dengan alasan: 1) untuk pene-
rapan klasifikasi secara filogenetik tidak tersedia bukti-bukti yang cukup sebagai
rabatan filogenetik, seperti kekerabatan yang dilukiskan oleh Pulle (1952) dan
Hutchinson (1959).
suplemen vertebrata 2
larity) antara takson-takson organisma tersebut secara berpasangan. Untuk keper-
luan ini hanya digunakan sifat-sifat morfologi. Gould (1968) berpendapat bahwa
kerabatan tingkat jenis. Jumlah sifat yang digunakan diusahakan sebanyak mung-
kin, sekurang-kurangnya 40 sifat. Alternatif sifat yang mungkin ada pada organis-
ma tersebut diberi kode secara numerik: 1, 2, 3, dst sebagai pembeda. Khusus un-
tuk organisma yang tidak memiliki sifat yang ditampilkan diberi kode 0.
Menurut Sokal dan Sneth (1963), Davis dan Heywood (1973) ada tiga cara
Ns
S= Ns + Nd
Untuk keperluan ini Sokal dan Sneath (1963) menggunakan rumus yang
secara umum dipakai dalam bidang statistik, seperti yang terdapat pada karya
(∑ Yx) x (∑ Yy)
suplemen vertebrata 3
∑ Yx Yy - n
rxy =
2 2 2 2
(∑ Yx - ∑ Yy) x (∑ Yx - ∑ Yy)
n n
dimana rxy =koefisien korelasi antara tumbuhan/hewan yang pertama dengan
yang kedua atau yang lain
Yx = sifat-sifat tumbuhan/hewan pertama
Yy = sifat-sifat tumbuhan/hewan kedua atau yang lain
n = jumlah sifat-sifat yang digunakan
yang terletak pada sebuah bidang datar. Masing-masing titik dibatasi nilai koor-
dinatnya (absis X dan ordinat Y). Nilai koordinat tersebut digunakan untuk meng-
rumus:
gai koefisien asosiasi, koefisien korelasi, dan jarak taksonomi digunakan sebagai
suplemen vertebrata 4
Untuk keperluan ini Sokal dan Sneath (1963) mengusulkan rumus sebagai
berikut:
rPQ
rpq =
(2 + 2 rp) x ( 2 + 2 rq)
suplemen vertebrata 5
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KOEFISIEN ASOSIASI
(Contoh 1)
LANGKAH-LANGKAH PENGELOMPOKAN
1. Simetris
2. Asimetris
X2 Bentuk tubuh:
1. Menggepeng tegak
2. Memanjang silindris
X3 Letak Mata
Jenis Orgn 1 2 3 4 5 6
1 1.0 - - - - -
2 0.367 1.0 - - - -
3 0.360 0.497 1.0 - - -
4 0.232 0.397 0.407 1.0 - -
5 0.352 0.420 0.402 0.360 1.0 -
6 0.285 0.322 0.312 0.235 0.650 1.0
suplemen vertebrata 6
similaritas tertinggi, yaitu pasangan 2.3 dan pasangan 5.6.
(2 + 2. 0.497) (2 + 2. 0.650)
(2 + 2. r 2.3) (2 + 2.0.497)
(2 + 2. r 5.6) (2 + 2.0.650)
(2 + 2. r 2.3) (2 + 2.0.497)
(2 + 2. r 5.6) (2 + 2.0.650)
Jenis Orgn 1 2’ 3’ 4
1 1.0 - - -
2’ 0.420 1.0 - - 2’ = 2+3
3’ 0.351 0.463 1.0 - 3’ = 5+6
4 0.232 0.465 0.328 1.0
suplemen vertebrata 7
(2 + 2. r 2’.4) (2 + 2.0.465)
(2 + 2. r 2’.4) (2 + 2.0.465)
(2 + 2. r 2’’.3’) (2 + 2.0.462)
suplemen vertebrata 8
3. Mengelompokkan berdasarkan koefisien asosiasi
1.0 1 2 3 4 5 6
0.8
0.650
0.6
0.465 0.462
0.4 0.428
0.2
0.0
suplemen vertebrata 9
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KOEFISIEN KORELASI
(Contoh 2)
LANGKAH-LANGKAH PENGELOMPOKAN
Jenis Orgn 1 2 3 4 5 6
1 1.0 - - - - -
2 0.989 1.0 - - - -
3 0.981 0.994 1.0 - - -
4 0.952 0.978 0.969 1.0 - -
5 0.990 0.967 0.990 0.984 1.0 -
6 0.974 0.990 0.981 0.986 0.995 1.0
suplemen vertebrata 10
(2 + 2. r 2.3) (2 + 2.0.994)
r (5+6) .1 = r 1.5 + r 1.6 = 0.990 + 0.974 = 0.983
(2 + 2. r 5.6) (2 + 2.0.995)
r (2+3) .4 = r 2.4 + r 3.4 = 0.978 + 0.969 = 0.975
(2 + 2. r 2.3) (2 + 2.0.994)
r (5+6) .4 = r 4.5 + r 4.6 = 0.984 + 0.986 = 0.986
(2 + 2. r 5.6) (2 + 2.0.995)
Jenis Orgn 1 2’ 3’ 4
1 1.0 - - -
2’ 0.987 1.0 - - 2’ = 2+3
3’ 0.983 0.985 1.0 - 3’ = 5+6
4 0.952 0.975 0.986 1.0
suplemen vertebrata 11
Matriks koefisien similaritas 4:
0,994 0,995
0.990
0,987
0.980 0,980
0,970
0,960
0,950
0,000
(Contoh 3)
suplemen vertebrata 12
LANGKAH-LANGKAH PENGELOMPOKAN
bidang datar sesuai dengan batas garis absis X dan garis ordinat Y. Titik-titik
dimaksudkan sebagai takson tingkat jenis yang data sifat-sifat morfologi dan
lain. Rumus yang digunakan seperti pada halaman 3. Hasil yang diperoleh seperti
Jenis Orgn 1 2 3 4 5 6
1 0.0 - - - - -
2 43.459 0.0 - - - -
3 31.134 12.417 0.0 - - -
4 40.603 47.448 40.008 0.0 - -
suplemen vertebrata 13
5 48.197 30.538 23.307 13.880 0.0 -
6 55.311 66.867 59.522 19.582 7.133 0.0
Jenis Orgn 1 2 3 4 5 6
1 1.0 - - - - -
2 0.434 1.0 - - - -
3 0.311 0.124 1.0 - - -
4 0.406 0.474 0.400 1.0 - -
5 0.481 0.305 0.233 0.139 1.0 -
6 0.553 0.669 0.595 0.196 0.071 10
suplemen vertebrata 14
Jenis Orgn 1 2’ 3’ 4
1 1.0 - - -
2’ 0.496 1.0 - - 2’ = 2+3
3’ 0.707 0.821 1.0 - 3’ = 5+6
4 0.406 0.583 0.229 1.0
suplemen vertebrata 15
0.2
0.4 0.496
0.6
0.787
0.8
0.973
0.10
BAGIAN II
KELAS PISCES
Alat dan Bahan: Beberapa jenis ikan, mikroskop, loupe, penggaris/jangka sorong
Langkah Kerja:
suplemen vertebrata 16
3) Mulut (bentuk, letak, ukuran)
3) Sisik (ukuran: kecil, sedang, besar, keberadaan pada tubuh: menutupi selu-
ruh tubuh, sebagian tubuh, tidak ada, tipe-tipe sisik: sikloid, stenoid, ganoid,
sejati)
a. Panjang seluruhnya: Jarak garis lurus antara ujung kepala bagian paling termi-
b. Panjang biasa: jarak garis lurus antara ujung kepala bagian paling terminal sam-
suplemen vertebrata 17
c. Panjang bahagian di muka sirip dorsal: jarak antara kepala bagian terminal sam-
d. Panjang batang ekor: jariak miring antara ujung dasar sirip anal dan pangkal
e. Panjang dasar sirip dorsal: jarak antara pangkal jari-jari pertama sampai jari-jari
terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip.
g. Tinggi batang ekor: diukur pada batang ekor pada tempat yang terendah.
dilakukan pada sjrip yang terletak sebelah kiri. Penetapan bagian kiri ikan, dapat
Jari-jari ikan terbagi dalam 2 macam yaitu jari-jari keras dan lemah. Jari-
jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlobang), keras, tidak dapat dibeng-
buku, mungkin sebagian keras atau mengeras, pada satu sisinya dapat bergerigi,
jari itu pendek sekali atau rudimenter. Contohnya, jika sirip dorsal terdiri atas
b. Jari-jari lemah: jumlahnya ditulis dengan angka Arab. Jika jari-jari paling de-
pan, biasanya pendek dan ujungnya tak bercabang (rudimenter) maka tidak di-
hitung, tetapi jika panjang walaupun tak bercabang tetap dihitung. Contoh, jika
suplemen vertebrata 18
sirip dorsal terdiri atas 10 jari-jari keras dan 8 jari-jari lemah maka rumus jari
Namun jika seandainya sirip dorsal yang berjari-jari keras terpisah dari
yang berjari-jari lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa sirip dorsal ada dua buah
Pada sirip dorsal dan anal, jika dua jari-jari terakhir bercabang (seringkali
kelihatannya sebagai dua jari yang berdekatan) maka dihitung sebagai satu jari-
jari lemah.
bang. Pada ikan yang ekornya berjari-jari bercabang, maka jumlah jari-jari sirip
terletak pada sisi paling bawah atau paling sebelah dalam dari pangkal sirip. Oleh
karena itu untuk kegiatan ini seringkali diperlukan loupe. Seringkali ditemukan
bahwa jari-jari pertama sirip yang agak besar didahului olen sebuah jari-jari kecil
sirip maka dilakukan terlebih dahulu usaha pemisahannya. Jari-jari yang berukur-
an kecil tersebut untuk sirip dada tetap dihitung, tetapi jika ditemukan pada sirip
Jika sirip perut bersatu menjadi satu sirip, maka biasanya masih tetap dike-
suplemen vertebrata 19
tahui bahwa sirip tersebut sebenarnya terdiri atas dua sirip. Oleh karena itu jari-
4. Penghitungan Sisik
Bentuk linea literalis ikan bervariasi, ada yang hanya memiliki satu garis
tetapi ada juga yang lebih, ada yang lurus dan ada yang bengkok, melengkung ke
atas dan ke bawah. Jika seandainya ikan tidak memiliki linea literalis maka dihi-
tung jumlah sisik di mana umumnya letak linea literalis tersebut berada. Penghi-
tungan sisik pada linea literalis dimulai pada sisik yang terletak di belakang leng-
kung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lengkung bahu tersebut dan bera-
khir pada pangkal ekor atau pada ruas tulang belakang bagian ekor yang terakhir.
sirip ekor dan pada pelipatan pangkal sirip ekor tersebut terletak ruas tulang bela-
kang yang dimaksud. Sisik yang terletak di atas pelipatan ini tidak dihitung.
Cara menghitung sisik tersebut dengan menarik garis tegak lurus dari awal
Jika cara pertama tidak bisa karena garis tersebut melalui dasar sirip perut,
maka cara menghitung sisik yaitu dengan cara mengambil garis tegak mulai
Cara lain yaitu dengan menentukan jumlah sisik di atas linea lateralis dimu-
lai pada permulaan sirip dorsal dan dihitung miring ke bawah dan ke bela-
kang, sedangkan sisik di bawah linea lateralis dimulai pada permulaan sirip
suplemen vertebrata 20
anal dan dihitung miring ke atas dan ke depan.
Pada semua cara tersebut, sisik yang terletak tepat pada linea lateralis
tidak dihitung.
Insang ditutupi oleh tulang penutup insang. Pada ikan-ikan tertentu, sisi
bawah tulang tutup insangnya terdapat selaput tutup insang yanq diperkuat dan
Gambar 2.1 Letak Sirip Tubuh dan Macam Jari-Jari Penyusun Sirip. D/dorsal: si-
rip punggung; D1: sirip punggung pertama (pada ikan yang bersirip
punggung dua keping); P/pektoral: sirip dada; V/ventral: sirip perut;
A/anal: sirip dubur; C/caudal: sirip ekor ; a: jari-jari keras; b: jari-jari
suplemen vertebrata 21
lemah.
Gambar 2.2 Cara Pengukuran Tubuh Ikan. a: panjang tubuh seluruhnya; b: pan-
jang biasa; c: panjang bagian muka sirip punggung; d: panjang ba-
tang ekor; e: panjang dasar sirip punggung, f: tinggi badan; g: tinggi
batang ekor.
Gambar 2.3 Cara Pengukuran Tubuh Ikan. A: pangkal kepala; B: keping tutup in-
suplemen vertebrata 22
sang depan; C: keping tutup insang; D: keeping tutup insang bawah;
E: keping tutup insang antara; F: tulang-tulang tambahan tutup in-
sang; D1: sirip punggung pertama; P: sirip dada; V: sirip perut.
a b c
Gambar 2.4 Cara Penghitungan Sisik pada Gurat Sisi (Linea lateralis).
suplemen vertebrata 23
Gambar 2.6 Bentuk-bentuk Sirip Ekor. A: bentuk sabit; B: bercagak; C: berping-
giran berlekuk; D: berpinggiran tegak; E: bundar atau membundar;
F: meruncing; G: berpinggiran berlekuk kembar.
suplemen vertebrata 24
Gambar 2.7 Macam-Macam Posisi Linea lateralis.
BAGIAN III
KARAKTER PENTING UNTUK IDENTIFIKASI
KELAS AMPHIBIA
Alat dan Bahan: Beberapa jenis hewan Amphibia, loupe, penggaris/jangka sorong
Langkah Kerja:
1) Gigi vomer: ada/tidak. Gigi vomer terletak diantara 2 choane dan gigi mak-
suplemen vertebrata 25
sila, berbentuk kerucut (konus), ukuran lebih besar dibanding gigi maksila.
3) Kelenjar paratoid: ada atau tidak, memanjang atau membulat. Bagian pos-
terior kelenjar paratoid diikuti oleh suatu bintil yang membesar atau tidak.
Ukuran panjang dibanding dengan ukuran lebar, atau ukuran lebar diban-
suplemen vertebrata 26
b. Keadaan Ekstremitas Anterior dan Posterior (Jari-jari tangan dan kaki)
1) Selaput renang pada jari-jari tangan dan kaki: ada atau tidak
2) Jumlah jari-jari tangan dan kaki yang berselaput (berapa jari yang bebas dari
selaput)
3) Selaput renang pada bagian luar jari-jari kaki ke-5 dan sepanjang tepi luar
4) Ujung jari-jari tangan dan kaki membentuk discus yang besar, sedikit mele-
bar, tumpul, atau lancip, ujung jari pertama tungkai depan tidak mencapai
6) Tulang rawan intercalari diantara 2 ruas jari-jari terujung: ada atau tidak
7) Subarticular tubercle pada jari-jari tangan dan kaki: ada atau tidak
10) Sendi tibiotarsal bila dilipat ke arah tubuh dapat melampaui ujung mon-
cong, mencapai: tungkai depan, bahu, tympanum, mata atau antara mata
1) Tipe archifera, tulang rawan epicoracoid yang sebelah menutupi yang lain
suplemen vertebrata 27
d. Karakter-karakter lain, antara lain:
Gambar 3.1 Struktur Umum Cavum Oris Katak (Sumber: Tanner, 1968:8). A: Ra-
hang Atas; a: Choane; b: Gigi maksila; c: Gigi vomer; d: Lubang eus-
tachius; e: Esophagus; f: Lubang kantung suara (ô); g: Glottis; B: Ra-
hang Bawah; h: Lidah bifida; i: Langit-langit; j: Bibir atas; k: Bibir
bawah.
A B
Gambar 3.2 Struktur Gelang Pectoralis Pada Katak (Sumber: Berry: 1975:19).A:
Gelang pectoralis archifera; B Gelang pectoralis firmisterna; a: Tu-
lang rawan epicoracoid; b: Episternum; c: Omosternum; d: Precora-
coid; e: Coracoid; f: Mesosternum; g: Xiphisternum, h: Scapula.
suplemen vertebrata 28
A B
C
Gambar 3.3 Jari-jari Kaki dan Tangan (Sumber: Berry, 1975: 20, 24, 29). A: Jari-
Jari Kaki; B: Jari-Jari Tangan; C: Ujung Jari-Jari; a: Selaput renang; b:
Ujung jari-jari tangan yang membentuk discus; c: Tonjolan metakar-
pal; d: Tonjolan metatarsal; e: Subartikular tuberkel; f: Ultimate pha-
lang; g: Penultimate phalang; h: Tulang rawan interkalari; i: ‘Circum
marginal groove’; j: Penonjolan kulit yang berukuran besar.
Gambar 3.4 Bagian Dorsal Kepala (Sumber, 1975? 25). a: Kelenjar paratoid; b:
Alur supraorbital; c: Alur parietal; d: Kelenjar paratoid yang berderet.
suplemen vertebrata 29
Gambar 3.5 Morfologi Katak (Sumber: Berry, 1975:18). a: Moncong; b: Tympa-
num; c: Lipatan supratympanum; d: Lipatan dorsolateral; e: ‘Subarti-
cular tubercle’; f: ‘Outer metacarpal tubercle’ ; g: ‘Inner metacarpal
tubercle’; h: Femur; i: Tibia; j: Tarsus; k: Metatarsus; l: Tibiotarsal;
m: ‘Inner metatarsa’l; n: ‘Outer metatarsal’.
suplemen vertebrata 30
BAGIAN IV
KARAKTER PENTING UNTUK IDENTIFIKASI
KELAS REPTILIA
Alat dan Bahan: Beberapa jenis hewan Reptilia, loupe, penggaris/jangka sorong
Langkah Kerja:
2) Bentuk: piramidal/segitiga
4) Moncong tumpul/lancip
10) Bagian dorsal dan ventral ditutupi atau tidak oleh: sisik/bintil-bintil/penon-
sik/karapaks/plastron: sikloid/tetragonal/heksagonal/polygonal/uniform
suplemen vertebrata 31
b. Keadaan Leher (Serviks/Kolum)
sik/karapaks/plastron: sikloid/tetragonal/heksagonal/polygonal/uniform
sik/karapaks/plastron: sikloid/tetragonal/heksagonal/polygonal/uniform
2) Bentuk: silindris/pipih
suplemen vertebrata 32
BAGIAN V
KARAKTER PENTING UNTUK IDENTIFIKASI
KELAS AVES
Alat dan Bahan: Beberapa jenis hewan Aves, loupe, penggaris/jangka sorong
Langkah Kerja:
4) Pola warna bulu kepala dan sekitar mata: sama/tidak sama, bila sama/tidak
5) Warna iris mata dan paruh: sama/tidak sama, bila sama/tidak sama jelaskan
warnanya!
1) Ukuran: pendek/panjang
2) Pola warna bulu leher bagian dorsal dan ventral: sama/tidak sama, bila
suplemen vertebrata 33
c. Keadaan Badan (Trunkus)
1) Warna bulu badan bagian dorsal dan ventral: sama/tidak sama, bila sama/
2) Warna bulu sayap: sama dengan bulu badan/tidak sama, bila sama/tidak
1) Ukuran: pendek/panjang
2) Warna bulu ekor: sama dengan bulu badan/tidak sama, bila sama/tidak
suplemen vertebrata 34
Gambar 4.2
Keterangan :
suplemen vertebrata 35
Gambar 4.3
Keterangan :
suplemen vertebrata 36
BAGIAN V
KARAKTER PENTING UNTUK IDENTIFIKASI
KELAS MAMMALIA
Alat dan Bahan: Beberapa jenis hewan Mammalia, loupe, penggaris/jangka sorong
Langkah Kerja:
2) Rahang atas dan rahang bawah: memiliki gigi, taring, gading atau tidak,
jumlah gigi rahang atas dan rahang bawah, taring, gading: sama/tidak, jelas-
lurus/melengkung/bercabang
tidak
1) Ukuran: pendek/panjang
2) Warna rambut yang menutup leher: sama/tidak sama dengan rambut yang
menutup badan
suplemen vertebrata 37
3) Rambut pada leher: pendek/panjang, tipis/tebal, modifikasi rambut: ada/
tidak
tidak
3) Warna rambut yang menutup badan: sama/tidak sama, bila sama/tidak sama
jelaskan warnanya!
7) Badan berpunuk/berkantung
tidak
3) Warna rambut yang menutup ekor: sama/tidak sama dengan rambut yang
menutup badan
a. Keadaan Gigi:
1) Susunan gigi pada rahang atas dan bawah pada hewan muda dan dewasa:
sama/tidak sama.
suplemen vertebrata 38
2) Bentuk gigi yang menyusun rahang atas dan bawah: sama/tidak sama
3) Jumlah gigi yang menyusun rahang atas dan bawah: sama/tidak sama.
rumusnya!
rektum. Antara mammalia yang satu dengan yang lain: sama/tidak sama Bila
suplemen vertebrata 39
Gambar 5.1 Macam-macam tanduk. A: Pronghorn; B-D: Tanduk kosong; E-I:
Rangga/Tanduk rusa/Tanduk tulang
A B
suplemen vertebrata 40
Gambar 5.3 Geligi pada Mammalia. A: Gigi seri/Incisivus; B: Gigi taring/Cani-
nus; C: Geraham pertama/Premolar; D: Geraham/Molar, sebagai
contoh dipergunakan gigi Anjing
I II
Gambar 5.4. Keadaan susunan gigi Mammalia. I: Gigi Susu; II: Gigi Permanen;
A: Gigi seri/Insisivus; B: Gigi taring/Kanini; C: Geraham pertama/
Premolar; D: Geraham/Molar , sebagai contoh dipergunakan susunan
gigi Anjing.
suplemen vertebrata 41
Gambar 5.5 Tipe-tipe Uterus. A: Uterus dupleks; B: Uterus bipartitus; C: Uterus
simpleks; D: Uterus bikornis. 1: ostia; 2: oviduk; 3: uterus; 4:
vagina; 5: kornu uteri.
suplemen vertebrata 42
DAFTAR PUSTAKA
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I dan II. Bandung: penerbit
Armico.
Jordan, E.L. 1984. Chordate Zoology and Elements of Animal Physiology. Ram
Nagar, New Delhi: S.Chand & Company LTD.
Mac Kinnon, J. 1990. Field Guide to the Birds of Jawa and Bali. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Saanin, H. 1995. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bogor: Penerbit
Binacipta.
Storer & Usinger. 1983. General Zoology. New Delhi: Tata McGraw-Hill Pu-
blishing Company LTD.
suplemen vertebrata 43