TIM PENGUSUL :
Tahun 2019
ANTI SCABIES-SCABIES CLUB : PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI
PINANG (Areca catechu) GUNA MENGOBATI PENYAKIT SCABIES
Farhan Ali Hasibuan (1), Muhammad Ilham Rizkia (2)
(1) Matematika dan Ilmu Alam, MAN Insan Cendekia Jambi, Jalan Lintas Jambi-Muara Bulian, KM.21
Kelurahan Pijoan kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi,
email:alhashbuany10@gmail.com
(2) Ilmu-Ilmu Sosial, MAN Insan Cendekia Jambi, Jalan Lintas Jambi-Muara Bulian, KM.21 Kelurahan Pijoan
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi,
email :irizkia10@gmail.com
BAB I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bedasarkan data yang dirilis oleh World Health Organization (WHO) Indonesia tidaklah
masuk dalam 50 negara tersehat di dunia, ini membuktikan bahwa Indonesia masih tergolong
sebagai negara yang memiliki tingkat kesehatan yang buruk. Wajar saja jika Indonesia memiliki
kesehatan yang buruk, melihat kondisi masyarakat yang masih kurang peduli terhadap kesehatan
serta kebiasaan-kebiasaan buruk yang memicu munculnya penyakit. Banyak penyakit yang
diderita oleh masyarakat kita, dan bagian tubuh yang paling mudah terserang penyakit adalah
kulit.
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup
manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997). Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu
epidermis, dermis, dan hipodermis.Kulit memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu
fungsi perlindungan atau proteksi, mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari
dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, serta sebagai indra peraba. Sebagai organ terluar pada tubuh
memungkinkan kulit untuk mudah diserang oleh penyakit, baik yang disebabkan oleh bakteri,
virus, bahkan kutu/tungau.Banyak penyakit kulit yang diderita oleh masyarakat Indonesia, dan
yang paling menjadi sorotan sekarang adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tungau,
penyakit itu adalah scabies.
Penyakit scabies adalah penyakit gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau atau kutu
kecil yang bernama Sarcoptes scabiei varian hominis, ditandai dengan keluhan gatal, terutama
pada malam hari dan mudah menular melalui kontak langsung atau tidak langsung. Penyakit ini
telah banyak diderita oleh masyarakat kita, maka tak heran banyak penamaan untuk penyakit ini
seperti gudik (gudikan), kudis (kudisan), gatal agogo, budukan, dan lain-lain.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit scabies disebabkan oleh tungau yang
berukuran kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang sehingga untuk melihatnya
diperlukan alat bantu berupa mikroskop. Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm, sedangkan
untuk ukuran yang jantan hanya setengah dari ukuran betina. Kutu betina yang sudah dibuahi
akan tinggal di kulit dengan membuat liang terowongan pada kulit, disana ia bertelor sekitar 40-
50 butir telor, dan akan menetas dalam waktu 3-5 hari. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat
bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar.
Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari orang ke orang, maka
penyakit ini akan mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi secara kontak langsung atau
bersentuhan kulit dengan kulit contoh kecilnya seperti berjabat tangan. Bisa juga terjadi secara
tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, dan tempat tidur yang dipakai secara bersama-
sama. Maka tidak heran jika penyakit scabies ini akan mengenai orang secara berkelompok
seperti dalam satu keluarga, satu asrama, pondok pesantren, dan satu sekolah. Gejala uama
penyakit scabies adalah gatal pada kulit, terutama memburuk pada malam hari. Rasa gatal terjadi
karena reaksi alergi terhadap tungau, terjadi secara berkelompok. Gejala scabies biasanya
menyerang sela-sela jari, pergelangan tangan, permukaan luar siku dan ketiak, sekitar perut dan
pusar, bagian bokong dan selangkangan, serta juga bisa terjadi pada alat kelamin (pada pria).
Pada bayi dan anak-anak kecil, gatal-gatal dan iritasi kulit juga dapat terjadi pada kulit kepala,
leher, dan wajah dan telapak tangan dan telapak kaki.
Penyakit scabies atau kudis ini tidak akan sembuh dengan sendirinya, akan sangat
mengerikan jika penyakit ini terus diabaikan dan berkembang biak. Untuk menghilangkannya,
dan agar tidak menyebar kepada orang lain, maka perlu menggunakan obat scabies yang
berbentuk krim khusus atau lotion yang dioleskan pada kulit. Obat scabies biasanya mengandung
permethrin atau kandungan lainnya. Obat scabies sudah banyak terjual di pasaran. Namun tidak
semua masyarakat bisa membeli salap tersebut, banyak masyarakat yang kekurangan dalam hal
finansial, maupun keterbatasan dalam akses transportasi yang membuat masyarakat kesulitan
mendapatkan salap tersebut. Ironis, padahal scabies adalah penyakit yang cukup meresahkan bagi
masyarakat. Jika begitu maka diperlukan solusi yang tepat dalam menangani masalah scabies ini.
Karena terjangkaunya kemampuan dalam mendapatkan obat tersebut, maka solusinya adalah
dengan memanfaatkan SDA yang ada yang dapat menggantikan salap tersebut dalam mengobati
penyakit scabies ini. SDA yang dapat dimanfaatkan untuk dijadikan obat alternatif pengganti
salap tersebut adalah buah pinang.
Buah pinang (Areca catechu) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai
tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah
1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka.
Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung
keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk
dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua
dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes RI,
1989). Pada bagian biji inilah yang dapat dimanfaatkan menjadi obat alternatif pengganti salap.
Biji buah pinang biasanya hanya akan dijual oleh masyarakat dalam keadaan yang masih
mentah ke pasar, dikarenakan masyarakat belum bisa mengolahnya sebab terbatasnya
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Sangat disayangkan, padahal biji buah pinang
memilikikandunganyang banyak sekali manfaatnya terutama dalam masalah mengobati penyakit
scabies ini.Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8, H13, NO2), arekolidin,
arekain, guavakolin, guavasine dan isoguavasine, tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan,
senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam
(Wang et al, 1996). (Nonaka, 1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung
proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid.
Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflasi, anti-alergi,
dan vasodilatasi (Fine, 2000).
Bedasarkan pernyataan diatas, kandungan proantosianidin yang terdapat pada biji pinang
mempunyai efek antibakteri dan antivirus. Dengan demikian kandungan yang terdapat pada biji
pinang inilah yang diharapkan dapat membasmi tungau penyebab scabies tersebut.
Melihat semakin banyaknya kasus penyakit scabies di Indonesia dan belum adanya obat
alami untuk penyakit tersebut, maka peneliti tertarik untuk membuat karya ilmiah berjudul “Anti
Scabies-Scabies Club : Pemanfaatan Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu) guna mengobati
penyakit scabies”.
RUMUSAN MASALAH
Bedasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan penelitian ini adalah “Bagaimana
proses pembuatan ekstrak biji pinang sebagai obat alternatif untuk mengobati penyakit scabies ?”.
TUJUAN PENELITIAN
Bedasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan proses pembuatan ekstrak biji pinang sebagai obat alternatif untuk
mengobati penyakit scabies.
MANFAAAT PENELITIAN
Kebaharuan dalam penelitian ini adalah, mengetahui kandungan yang ada dalam biji
pinang serta memanfaatkannya menjadi sebuah produk herbal untuk penyakit scabies.
Pengertian Pemanfaatan
Pemanfaatan merupakan turunan kata dari kata ’Manfaat’, yakni suatu penghadapan yang
semata-mata menunjukan kegiatan menerima. Penghadapan tersebut pada umumnya mengarah
pada perolehan atau pemakaian yang hal-hal yang berguna baik di pergunakan secara langsung
maupun tidak langsung agar dapat bermanfaat. Sedangkan menurut Prof. Dr. J.S. Badudu dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengatakan bahwa : ”Pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja
dalam memanfaatkan sesuatu yang berguna”.
Dari manfaat dikemukakan oleh Dennis Mc Quail dan Sven Windahl, yakni:”manfaat
merupakan harapan sama artinya dengan explore (penghadapan semata-mata menunjukkan suatu
kegiatan menerima)”. Selain itu Dennis juga mengatakan ada dua hal yang mendorong
munculnya suatu pemanfaatan, yaitu:
Pengertian Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, yang dimaksud dengan ekstrak adalahSediaan
kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewanimenggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan”.Secara sederhana
definisi FI dapat diartikan bahwa ekstrak adalah produk dari simplisia yangdiperoleh dengan
menyari (dengan cara penyarian tertentu) simplisia dengan pelarut cair dan dilanjutkan dengan
dikentalkan atau dikeringkan.
Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai
tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah
1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka.
Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung
keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk
dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua
dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes RI,
1989).
Pengertian Mengobati
Mengobati merupakan turunan dari kata ‘Obat’, yang berarti semua bahan
tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh
guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Sedangkan, menurut undang-
undang, pengertian obatadalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk
untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Sedangkan Mengobati memiliki arti dalam
kelas verbaatau kata kerja sehingga mengobati dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnyadan Menurut kamus besar bahasa indonesia
pengertian mengobati adalah memberi obat atau menyembuhkan dengan obat.
Pengertian Scabies
Penyakit scabies adalah penyakit gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau atau kutu
kecil yang bernama Sarcoptes scabiei varian hominis, ditandai dengan keluhan gatal, terutama
pada malam hari dan mudah menular melalui kontak langsung atau tidak langsung. Sedangkan
menurut Widya Citra Andini yang sudah direview oleh dr. Damar Upahita Scabies, atau dikenal
juga dengan nama kudis atau gudik adalah kondisi kulit gatal karena tungau bernama Sarcoptes
scabiei. Serangga berkaki delapan ini berukuran sangat kecil sehingga Anda tidak bisa
melihatnya dengan mata telanjang.Scabies dianggap sebagai penyakit menular yang dapat
menyebar dengan cepat melalui kontak fisik yang dekat dalam keluarga, play group anak, kelas
sekolah, panti jompo, atau penjara. Penyakit kulit yang satu ini terdiri atas dua jenis, yaitu
scabies biasa dan Norwegian scabies atau scabies berkrusta. Orang dengan scabies berkrusta
memiliki 100 hingga 1.000 tungau di kulitnya. Padahal, orang yang terkena kudis biasanya hanya
memiliki 15 sampai 20 tungau di kulitnya.
Penelitian Terkait
Chandra, eka narayana dari Universitas Dipenogoro Semarang pernah juga meneliti
penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengobati penyakit scabies sedangkan perbedaannya yaitu hal yang diteliti untuk mengobati
scabies yang mana judul karya Chandra, eka naryana yaitu “UM BANDING EFEKTIFITAS
KRIM PERMETRIN 5% DAN SALEP 2-4 PADA PENGOBATAN SKABIES”.
Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian karya ilmiah ini bertempat di MAN Insan Cendekia Jambi yang terletak
di Jalan Lintas Jambi-Muara Bulian KM 21 Kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Alasan peneliti melaksanakan penelitian disini
dikarenakanpeneliti merupakan siswa di MAN Insan Cendekia Jambi, sehingga mempermudah
peneliti dalam melakukan penelitian sekaligus observasi. Selain itu, masalah penelitian terkait
dengan sekolah berasrama juga menjadi salah satu faktor pemilihan lokasi penelitian. Hal ini
dikarenakan MAN Insan Cendekia Jambi merupakan salah satu sekolah berbasis asrama
unggulan di Jambi sehingga memiliki fasilitas fasilitas yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2019 yaitu pada bulan Februari – Agustus 2019
yang mencakup dari serangkaian pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap persiapan
penelitian hingga analisis data dan pelaporan hasil penelitian, secara terperinci, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
N KEGIATAN WAKTU PENELITIAN
O PENELITIAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG
1. Persiapan
a.Penentuan ide
b.Penulisan proposal
2. Penelitian
Data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah jenis data yang didapat
secara langsung melalui informan. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi
terhadap eksperimen biji pinang yang akan dilakukan di labolatorium MAN Insan Cendekia
Jambi. Data sekunder adalah data yang telah tersedia sebelum penelitian dilaksanakan. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa jurnal dan buku penelitian lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis setiap data yang didapat dari hasil
eksperimen, dikumentasi, dan wawancara dengan cara mengembangkan setiap data. Peneliti juga
akan meminta bantuan validator untuk menvalidasi data yang telah didapat dengan tujuan agar
data yang telah dikumpulkan valid dan sesuai untuk melanjutkan penelitian. Pada penelitian ini,
tujuan dari teknik pengembangan ini adalah untuk mendeskripsikan kandungan biji pinang secara
mendalam dan mengembangkannya menjadi produk obat herbal untuk penyakit scabies.
Skala Penilaian
Skala penilaian adalah skala dan skor yang akan digunakan oleh validator dan observator
untuk menguji efektifitas dari produk obat herbal yang akan dikembangkan. Skala penilaian
terdiri atas :
No. Tingkat Pencapaian Klasifikasi
3 26 - 50 Kurang Efektif
4 0 - 25 Tidak Efektif
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi
objek permasalahan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sistem prosedur.
Keterangan :
Daftar Pusaka
Chhaiya SB, Patel VJ, Dave JN, Mehta DS, Shah HA. Comparative efficacy and safety of topical
permethrin, topical ivermectin, and oral ivermectin in patients of uncomplicated scabies. Indian J
Dermatol Venereol Leprol. 2012;78(5):605-10. http://dx.doi.org/10.4103/0378-6323.100571.
Elston DM. Controversies concerning the treatment of lice and scabies. J Am Acad Dermatol.
2002;46(5):794-6. http://dx.doi.org/10.1067/mjd.2002.121027.
Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Schwartz RA. Review article. Scabies: a ubiquitous
neglected skin disease. Lancet Infect Dis. 2006;6(12):769-79. http://dx.doi.org/10.1016/S1473-
3099(06)70654-5.
Meinking LT. Safety of permethrin vs lindane for the treatment of scabies. Arch Dermatol.
1996;132(8):959-62. http://dx.doi.org/10.1001/archderm.132.8.959.
Mollison LC, Lo STH, Marking G. HTLV-1 and scabies in Australian Aborigines. Lancet.
1993;341(8855):1281-2. http://dx.doi.org/10.1016/0140-6736(93)91186-P.
Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia; 1995. Indonesian.
Usha V, Gopalakrishnan Nair TV. A comparative study of oral ivermectin and topical permethrin
cream in the treatment of scabies. J Am Acad Dermatol. 2000;42(2 Pt 1):236-40.
http://dx.doi.org/10.1016/S0190-9622(00)90131-2.
BIODATA OBSERVATOR
BIODATA INFORMAN