Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, INTELLECTUAL CAPITAL

DISCLOSURE DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP


UNDERPRICING DENGAN KINERJA PERUSAHAAN SEBAGAI
VARIABEL MEDIASI
(Studi Empiris pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang IPO pada
periode 2014-2018)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis Laporan
Keuangan
Dosen Pengampu: Windu Mulyasari, SE.Ak., M.Si,

Disusun oleh :
Mochamad Gilang F (5552170074)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
A. Latar Belakang Penelitian
Pada dasarnya, setiap perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan akan selalu berusaha untuk mengembangkan
usahanya agar memperoleh keuntungan yang lebih banyak lagi. Cara
perusahaan memperoleh pendanaan dapat bersumber dari internal maupun
eksternal, salah satu sumber internal pendanaan perusahaan adalah berupa laba
ditahan atau retained earning. Retained earning merupakan laba perusahaan
pada periode tertentu yang belum dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Besarnya laba ditahan dipengaruhi oleh jumlah laba yang diperoleh pada
periode tertentu serta keputusan pemilik dalam jumlah laba yang akan
dibagikan pada periode tersebut, sehingga meskipun laba perusahaan tersebut
dalam suatu periode cukup besar, belum tentu jumlah laba ditahan lebih besar
dari jumlah laba yang dibagikan kepada pemilik.
Sumber dana eksternal merupakan sumber pendanaan perusahaan yang
berasal dari luar perusahaan tersebut. Dana yang bersumber dari luar
perusahaan dapat berupa dana yang diperoleh dari kreditur dalam bentuk
hutang bagi perusahaan. Selain kreditur, pendanaan eksternal perusahaan juga
dapat diperoleh dari pasar modal. Pasar modal atau capital market berdasarkan
Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Efek adalah surat berharga, berupa
pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap derivatif atas efek.
Dengan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, kondisi pasar
modal juga semakin berkembang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia semakin meningkat. Hal ini merupakan
dampak ddari banyaknya perusahaan yang ingin melakukan ekspansi
usahanya dengan memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaannya yang
semakin meningkat sehingga perusahaan tersebut membutuhkan tambahan
dana baru.
Perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan
sahamnya untuk dibeli oleh pihak eksternal disebut dengan perusahaan going
public. Cara perusahaan yang baru pertama kali menerbitkan sahamnya untuk
dijual di pasar primer disebut dengan Initial Public Offerings (IPO). Pada saat
perusahaan melakukan IPO, sering terjadi fenomena yang dikenal dengan
underpricing, yaitu penentuan harga saham di pasar primer lebih rendah
dibandingkan dengan harga saham di pasar sekunder (Rosyati dan Sabeni,
2002).
Hal ini disebabkan oleh investor yang belum mengetahui banyak informasi
mengenai perusahaan yang melakukan IPO. Terkadang sumber informasi bagi
investor hanya berupa prospektus sehingga menyebabkan investor mengalami
kesulitan untuk mengetahui nilai perusahaan serta tingkat keuntungan dan
resiko dari saham tersebut. Hal ini biasa disebut dengan asimetri informasi,
dimana pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak
daripada pihak investor.
Salah satu pengungkapan informasi yang penting dalam meminimalisir
asimetri informasi ialah pengungkapan Intellectual Capital atau modal
intelektual. Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan, dan
pembentukan kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan
untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997).
Menurut (Baroroh, 2013), keberhasilan perusahaan tidak hanya dilihat dari
kinerja yang dapat diukur melalui rasio keuangan perusahaan pada saat ini,
namun sumber daya yang ada dalam perusahaan hendaknya dapat
menghasilkan kinerja keuangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin. Kelangsungan hidup
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan bukan hanya dihasilkan oleh
aktiva perusahaan yang bersifat nyata tetapi hal yang lebih penting adalah
adanya intangible assets yang berupa Intellectual capital.
Intellectual capital disebut memiliki nilai tambah (value added) bagi
perusahaan karena berhubungan dengan kinerja perusahaan, dimana
pemanfaatan modal intelektual perusahaan berhubungan dengan produktivitas
suatu perusahaan karena pemanfaatannya yang efisien berarti adanya
penggunaan cara yang efisien dalam melakukan produksinya.
Pulic (1998) mengembangkan alat ukur untuk efisensi penggunaan modal
perusahaan. Nilai tambah perusahaan akan terbentuk jika terjadi efisiensi
dalam penggunaan capital employed (modal fisik dan modal keuangan) serta
efisensi penggunaan modal intelektual, terutama human capital. Alat ukur ini
disebut sebagai Value Added Intellectual Coefficient atau VAICTM dan alat
ukur ini menggunakan angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan
perusahaan yang terpublikasikan (Pulic, 1998).
Firer dan Williams (2003) melakukan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara efisiensi nilai tambah berbagai komponen sumber daya
perusahaan terhadap kinerja perusahaan publik di Afrika Selatan yang berasal
dari sektor industri perbankan, elektronik, teknologi informasi dan jasa.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah komponen koefisien
efisiensi VAICTM dan profitabilitas, produktifitas dan nilai
pasar perusahaan untuk mewakili kinerja perusahaan. Disamping itu dalam
penelitian ini juga digunakan variabel kontrol ROE dan leverage serta variabel
dummy tipe industri dimana perusahaan sampel beroperasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini berbanding
terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. (2005) dimana hasil
penelitiannya menyatakan bahwa modal intelektual mempunyai pengaruh
positif terhadap kinerja keuangan, bahkan modal intelekutal bisa jadi
indikator untuk kinerja keuangan di masa depan. Penelitian mengenai modal
intelektual terhadap kinerja perusahaan telah banyak dilakukan. Dalam jumlah
yang lebih terbatas, penelitian mengenai pengungkapan modal intelektual juga
sudah mulai banyak dilakukan, terutama penelitian mengenai kesadaran
pengungkapan modal intelektual perusahaan di berbagai negara. Permasalahan
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh modal intelektual,
pengungkapannya serta leverage keuangan terhadap tingkat underpricing
perusahaan di bursa efek indonesia yang IPO pada tahun sekian-sekian.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengaruh Intellectual Capital terhadap tingkat underpricing
2) Bagaimana pengaruh pengungkapan Intellectual Capital terhadap tingkat
underpricing
3) Bagaimana pengaruh leverage terhadap tingkat underpricing
4) Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan terhadap tingkat underpricing
5) Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan sebagai variabel mediasi antara
intellectual capital dengan tingkat underpricing
6) Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan sebagai variabel mediasi antara
intellectual capital disclosure dengan tingkat underpricing
7) Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan sebagai variabel mediasi antara
Leverage dengan tingkat underpricing
C. tujuan penelitian
1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh IC terhadap tingkat
underpricing
2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh ICD terhadap tingkat
underpricing
3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh leverage terhadap tingkat
underpricing
4) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kinerja perusahaan terhadap
tingkat underpricing
5) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kinerja perusahaan sebagai
variabel mediase antara intellectual capital dengan tingkat underpricing
6) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kinerja perusahaan sebagai
variabel mediasi antara intellectual capital disclosure dengan tingkat
underpricing
7) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kinerja perusahaan sebagai
variabel mediasi antara Leverage dengan tingkat underpricing

D. Kerangka berpikir

Intellectual Capital

(HCE, CCE, SCE)

Kinerja Perusahaan Tingkat


Intellectual capital
Underpricing
Disclosure (ROA)

Leverage
E. Model Penelitian
ROA= α + β1ICD + β2LEV + β3PP + ε
UP = α + β1ICD + β2LEV + β3PP + β4ROA + ε

Keterangan:
ROA= Kinerja perusahaan
UP = underpricing
α = konstanta
ICD = pengungkapan modal intelektual
LEV = financial leverage
PP = profitabilitas perusahaan
RP = reputasi underwriter
β = koefisien regresi
ε = Standar eror

Anda mungkin juga menyukai