Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI

“Alat Komunikasi”

Disusun oleh:
Kelas S1 – VIB
KELOMPOK V
1. M. Saleh Budi Ishaqi Pohan 1701069
2. Margaretta Febiola 1701070
3. Maya Helmita Mahdar 1701071
4. Nia Apriliana Suhari 1701072
5. Nida Larasati 1701073

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Ratna Sari Dewi, M.Farm.,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................i

BAB I ISI.................................................................................................................1

2.1 Definisi Komunikasi, Informasi dan Edukasi..........................................1

2.1.1 Definisi Komunikasi Secara Etimologi..........................................1

2.1.2 Definisi Komunikasi Secara Terminologi......................................1

2.1.3 Definisi Informasi...........................................................................2

2.1.4 Definisi Edukasi.............................................................................2

2.2 Fungsi Alat Komunikasi..........................................................................3

2.3 Tujuan Alat Komunikasi.........................................................................3

2.4 Macam-macam Alat Komunikasi untuk Alat Bantu Konseling..............4

2.5 Bentuk pemanfaatan dan kegiatan media komunikasi.............................8

BAB III PENUTUP................................................................................................9

3.1 Kesimpulan...............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

i
BAB II
ISI

2.1 Definisi Komunikasi Informasi Dan Edukasi


2.1.1 Definisi Komunikasi secara Etimologi
Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber dari kata communis yang
berarti sama, sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal (Effendy, 2002 :
1). Dengan demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa),
“Menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara
lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di
antara individu melalui sistem lambng-lambang, tanda-tanda, atau tingkah
laku”(Sendjaja, Sasa Djuarsa, 2001 : 7).
2.1.2 Definisi Komunikasi secara Terminologi
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan
sosial yang sifatnya multidisipliner, definisi-definisi yang berikan oleh para ahli
pun semakin banyak dan beragam. Dari sekian banyak definisi tersebut, berikut
diantaranya adalah menurut :
1. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner
"Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure,
grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya
disebut komunikasi.”
2. Theodore M. Newcomb
"Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi
terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”
3. Carl I. Hovland
"Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikate)”

1
4. Gerald R. Miller
"Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”
5. Everett M. Roger
"Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.”
6. Raymond S. Ross
"Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan
mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksud komunikator."
7. Harold Lasswell
(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, Deddy, 2000: 62).

2.1.3 Definisi Informasi


Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang
perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES,
1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.
2.1.4 Definisi Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES
RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan,
baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Dalam bahasa inggris pendidikan diterjemahkan menjadi education.
Education  berasal dari bahasa yunani eduare yang berarti membawa keluar yang
tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Dalam
bahasa Indonesia disebut pendidikan yang berarti proses mendidik. Kata mendidik
dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa,
mendidik adalah jenis kata kerja, sedangkan pendidikan adalah kata benda. Kalau
2
kita mendidik kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan menunjuk
adanya dua aspek yang harus ada didalamnya, yaitu pendidik dan peserta didik. Jadi
mendidik adalah merupakan suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara
dua orang atau lebih ( Ekosusilo, 1990: 12).

2.2 Fungsi Alat Komunikasi


Alat komunikasi adalah sebuah media yang dipakai seseorang untuk menyampaikan
informasi, baik itu informasi kepada satu orang saja ataupun kepada orang banyak. Fungsi
nya yaitu :
1. Efektifitas: sebagai sarana untuk mempermudah dalam penyampaian informasi
2. Efesiensi: sebagai sarana untuk mempercepat dalam penyampaian informasi.
3. Konkrit: sebagai sarana untuk membantu mempercepat isi pesan yang mempunyai
sifat abstrak
4. Motivatif: sebagai sarana agar lebih semangat melakukan komunikasi
2.3 Tujuan Alat Komunikasi
Stanton (1982), 4 mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan komunikasi
manusia, yaitu:
a) Mempengaruhi orang lain
b) Membangun atau mengelola relasi antarpersonal
c) Menemukan perbedaan jenis pengetahuan
d) Membantu orang lain
e) Bermain atau bergurau. (De Vito, 2001)
Maka untuk melakukan komunikasi dibutuhkan sebuah media dalam proses
penyampaiannya. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahwa media dapat
diartikan sebagai: (1) alat, dan (2) alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio,
televisi, film, poster, dan spanduk. Selain itu media juga dapat diartikan sebagai sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk tekhnologi perangkat
kerasnya. Jadi saat berkomunikasi membutuhkan sebuah media yang artinya bahwa
ketika melakukan komunikasi dengan orang lain harus menggunakan alat atau sebuah
sarana agar informasi atau maksud dari pemikiran yang ingin kita sampaikan dapat
ditangkap oleh mitra tutur dengan baik.

3
2.4 Macam-macam Alat Komunikasi untuk Alat Bantu Konseling
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Alat
bantu yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai
konselor dalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikan kepada pasien.
Alat bantu konseling yang ada saat ini secara efektif mengatasi ketidaktaatan yang muncul
akibat cara penggunaan obat yang sulit, aturan dosis yang membingungkan dan kelupaan
minum obat. Akan tetapi, pemberian alat bantu konseling ini tidak dapat mengatasi semua
kemungkinan penyebab ketidaktaatan. Oleh karena itu, alat bantu konseling jangan
dipandang sebagai solusi cepat.
1. Kartu dan Diagram Pengingat Obat
Untuk pasien yang kesulitan mengingat waktu penggunaan obat atau mengatur waktu
penggunaan obat. Cara ini juga membantu pemberi rawatan dan profesional kesehatan
lain untuk memantau penggunaan obat dan menginformasikan penggunaan obat bila
terjadi keadaan darurat.
Kartu atau diagram pengingat obat dapat dibuat untuk masing-masing pasien oleh
apoteker. Kartu atau diagram ini dapat hanya berupa kalender, dan pada kalender ini,
masing-masing hari dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan banyaknya macam
obat yang harus digunakan. Pasien dapat memberi tanda pada setiap kotak harian
setelah menggunakan obat. Jika pasien mendapat dosis ganda setiap hari, kotak harian
dapat dibagi lagi untuk menunjukkan hal ini. Jika pasien mendapat lebih dari satu
macam obat, kode dapat menggunakan tanda atau warna yang berbeda.

4
Ketaatan pasien yang mendapatkan kalender pengingat obat disertai dengan instruksi
lisan tidak lebih baik dari pasien yang hanya mendapatkan instruksi lisan.
Kemungkinan karena sebagian besar pasien sudah memakai sistem pengingat seperti
menyimpan obat ditempat yang terlihat.
2. Penandaan Bantuan
Semua resep disertai dengan penandaan tertulis yang berisi instruksi. Selain itu,
informasi cetak sering diberikan sebagai tambahan. Akan tetapi, beberapa pasien
mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengartikan atau membaca penandaan
dan informasi cetak. Hal ini mungkin disebabkan oleh buta aksara, kendala budaya
atau bahasa, penglihatan yang buruk, kebingungan mengartikan atau menyesuaikan
diri dengan instruksi penggunaan obat.
Pasien yang sulit membaca disarankan mendapatkan alat bantu berupa diagram
melingkar seperti jam (24 jam). Apoteker dapat menuliskan jumlah obat dan besar
dosis pada kotak disamping setiap angka pada jam tersebut. Kode warna atau tanda
dapat digunakan untuk membedakan jenis obat yang berbeda.
Penyesuaian juga dapat dilakukan pada penandaan obat dan penandaan tambahan
untuk pasien yang mengalami gangguan penglihatan. Beberapa program komputer
dapat disesuaikan untuk membuat penandaan dengan cetakan lebih besar, simbol dan
huruf braile.

5
Akan tetapi, ada suatu tindakan bahwa beberapa simbol gambar tidak menyampaikan
makna dengan bagus, kemungkinan karena desain simbol gambar tersebut atau karena
pesan yang dibawa simbol gambar tersebut terlalu kompleks. Pengertian simbol
gambar kemungkinan juga bergantung pada kebudayaan. Oleh karena itu, penggunaan
simbol gambar terbatas bila perbedaan bahasa menjadi masalah.
3. Wadah Pengingat Pil
Wadah pengingat pil membantu pasien mengingat kapan harus minum obat. Wadah
ini dapat diisi oleh apoteker, pasien, anggota keluarga, atau siapa saja yang terlibat
dalam perawtan pasien. Wadah ini dapat dibeli, tetapi apoteker dapat juga
mengajarkan pasien cara membuat wadah sendiri.
Sebagian besar wadah pengingat pil hanya memberikan satu kompartemen untuk satu
waktu penggunaan obat sehingga beberapa jenis oba harus disatukan dalam setiap
kompartemen. Sebagian wadah tidak menyediakan tempat bagi apoteker untuk
menempelkan instruksi tertulis. Wadah-wadah ini juga tidak mempunyai mekanisme
perlindungan anak. Oleh karena itu, apoteker harus mengingatkan dan menasehati
pasien untuk menyimpan wadah pengingat pil ditempat yang jauh dari jangkauan
anak-anak.

6
4. Kemasan Sekali Pakai
Ketaatan mengikuti pengobatan terbukti jauh lebih baik pada pasien-pasien tua yang
diberi kemasan sekali pakai. Alat bantu ini memberikan penguatan dan berfungsi
sebagai pengingat, menyampaikan instruksi penggunaan yang mudah dimengerti, serta
menyederhanakan cara pemberian obat bagi pasien. Beberapa kemasan sekali pakai
juga mempunyai sejumlah kelemahan, seperti tidak dapat menambah atau mengurangi
obat bila sebuah kemasan berisi paket obat telah dibuat, kurang fleksibel untuk
regimen pengobatan yang kompleks, tidak mudah dibawa – bawa, biaya tinggi untuk
tenaga kerja dan waktu penyiapan. Selain itu, sebagian kemasan sulit dibuka oleh
pasien tertentu dan sebagian kemasan tidak aman bagi anak-anak.
5. Alat Pengatur Dosis
Pasien terkadang mengalami kesulitan mengikuti aturan dosis yang tepat karena
sulitnya membuat ukuran dosis yang akurat. Petunjuk membelah tablet atau mengukur
obat cair kemungkinan dapat diikuti dengan lebih akurat bila menggunakan alat bantu
pengatur dosis.

6. Sistem Pengingat Pengulangan Obat dan Tindakan Lanjutan Melalui Telepon


Penambahan waktu bertemu atau pengawasan oleh professional pelayanan kesehatan
dapat meningkatkan ketaatan pasien pada pengobatan. Upaya ini dilakukan dengan
mengirimkan kartu pos atau melalui telepon.
Keuntungan program ini tidak hanya mencakup keefektifan dalam memperbaiki
ketaatan pasien, tetapi program ini juga memiliki kemampuan untuk memperoleh
kembali pendapatan yang hilang setiap tahun akibat pasien tidak mengambil obat
ulangan. Kerugian dapat berupa ketidakpuasan pelanggan bila pasien belum
memberikan izin dan juga risiko terhadap kerahasiaan pasien.
7
2.5 Bentuk pemanfaatan dan kegiatan media komunikasi
Bentuk kegiatan :
1. Seminar
2. kempanye akbar,
3. seruan moral/pernyataan sikap, dll.
Bentuk pemanfaatan :
1. Sebagai Komunikasi penyampaian pesan secara langsung atau tidak langsung
melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan tanggapan.
Tanggapan (respon) diperoleh karena telah terjadi penyampaian pesan yang
dimengerti oleh masing-masing pihak.
2. Sebagai Informasi keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui
masyarakat (pesan yang disampaikan) dan dimanfaatkan seperlunya.
3. Sebagai Edukasi sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya penambahan
pengetahuan, perubahan sikap, perilaku danketrampilan seseorang/kelompok secara
wajar.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi adalah Suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui
sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.
2. Alat komunikasi adalah sebuah media yang dipakai seseorang untuk
menyampaikan informasi, baik itu informasi kepada satu orang saja ataupun
kepada orang banyak
3. Alat komunikasi dalam alat bantu konseling seperti kartu dan diagram pengingat
obat, penandaan bantuan, wadah pengingat pil, kemasan sekali pakai, alat pengatur
dosis dan sistem pengingat pengulangan obat dan tindakan lanjutan melalui
telepon.

9
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchajana. 2002. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Ekosusilo, Madyo. 1990. Dasar-Dasar Pendidikan. Effhar Offset : Semarang
Mulyana, deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Rantucci, Melanie J. 2009. Komunikasi Apoteker-pasien: panduan konseling pasien. EGC :
Jakarta
Sendjaja, Sasa Djuarsa dkk. 2001. Pengantar Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka : Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai