“Alat Komunikasi”
Disusun oleh:
Kelas S1 – VIB
KELOMPOK V
1. M. Saleh Budi Ishaqi Pohan 1701069
2. Margaretta Febiola 1701070
3. Maya Helmita Mahdar 1701071
4. Nia Apriliana Suhari 1701072
5. Nida Larasati 1701073
BAB I ISI.................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
i
BAB II
ISI
1
4. Gerald R. Miller
"Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”
5. Everett M. Roger
"Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.”
6. Raymond S. Ross
"Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan
mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksud komunikator."
7. Harold Lasswell
(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, Deddy, 2000: 62).
3
2.4 Macam-macam Alat Komunikasi untuk Alat Bantu Konseling
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Alat
bantu yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai
konselor dalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikan kepada pasien.
Alat bantu konseling yang ada saat ini secara efektif mengatasi ketidaktaatan yang muncul
akibat cara penggunaan obat yang sulit, aturan dosis yang membingungkan dan kelupaan
minum obat. Akan tetapi, pemberian alat bantu konseling ini tidak dapat mengatasi semua
kemungkinan penyebab ketidaktaatan. Oleh karena itu, alat bantu konseling jangan
dipandang sebagai solusi cepat.
1. Kartu dan Diagram Pengingat Obat
Untuk pasien yang kesulitan mengingat waktu penggunaan obat atau mengatur waktu
penggunaan obat. Cara ini juga membantu pemberi rawatan dan profesional kesehatan
lain untuk memantau penggunaan obat dan menginformasikan penggunaan obat bila
terjadi keadaan darurat.
Kartu atau diagram pengingat obat dapat dibuat untuk masing-masing pasien oleh
apoteker. Kartu atau diagram ini dapat hanya berupa kalender, dan pada kalender ini,
masing-masing hari dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan banyaknya macam
obat yang harus digunakan. Pasien dapat memberi tanda pada setiap kotak harian
setelah menggunakan obat. Jika pasien mendapat dosis ganda setiap hari, kotak harian
dapat dibagi lagi untuk menunjukkan hal ini. Jika pasien mendapat lebih dari satu
macam obat, kode dapat menggunakan tanda atau warna yang berbeda.
4
Ketaatan pasien yang mendapatkan kalender pengingat obat disertai dengan instruksi
lisan tidak lebih baik dari pasien yang hanya mendapatkan instruksi lisan.
Kemungkinan karena sebagian besar pasien sudah memakai sistem pengingat seperti
menyimpan obat ditempat yang terlihat.
2. Penandaan Bantuan
Semua resep disertai dengan penandaan tertulis yang berisi instruksi. Selain itu,
informasi cetak sering diberikan sebagai tambahan. Akan tetapi, beberapa pasien
mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengartikan atau membaca penandaan
dan informasi cetak. Hal ini mungkin disebabkan oleh buta aksara, kendala budaya
atau bahasa, penglihatan yang buruk, kebingungan mengartikan atau menyesuaikan
diri dengan instruksi penggunaan obat.
Pasien yang sulit membaca disarankan mendapatkan alat bantu berupa diagram
melingkar seperti jam (24 jam). Apoteker dapat menuliskan jumlah obat dan besar
dosis pada kotak disamping setiap angka pada jam tersebut. Kode warna atau tanda
dapat digunakan untuk membedakan jenis obat yang berbeda.
Penyesuaian juga dapat dilakukan pada penandaan obat dan penandaan tambahan
untuk pasien yang mengalami gangguan penglihatan. Beberapa program komputer
dapat disesuaikan untuk membuat penandaan dengan cetakan lebih besar, simbol dan
huruf braile.
5
Akan tetapi, ada suatu tindakan bahwa beberapa simbol gambar tidak menyampaikan
makna dengan bagus, kemungkinan karena desain simbol gambar tersebut atau karena
pesan yang dibawa simbol gambar tersebut terlalu kompleks. Pengertian simbol
gambar kemungkinan juga bergantung pada kebudayaan. Oleh karena itu, penggunaan
simbol gambar terbatas bila perbedaan bahasa menjadi masalah.
3. Wadah Pengingat Pil
Wadah pengingat pil membantu pasien mengingat kapan harus minum obat. Wadah
ini dapat diisi oleh apoteker, pasien, anggota keluarga, atau siapa saja yang terlibat
dalam perawtan pasien. Wadah ini dapat dibeli, tetapi apoteker dapat juga
mengajarkan pasien cara membuat wadah sendiri.
Sebagian besar wadah pengingat pil hanya memberikan satu kompartemen untuk satu
waktu penggunaan obat sehingga beberapa jenis oba harus disatukan dalam setiap
kompartemen. Sebagian wadah tidak menyediakan tempat bagi apoteker untuk
menempelkan instruksi tertulis. Wadah-wadah ini juga tidak mempunyai mekanisme
perlindungan anak. Oleh karena itu, apoteker harus mengingatkan dan menasehati
pasien untuk menyimpan wadah pengingat pil ditempat yang jauh dari jangkauan
anak-anak.
6
4. Kemasan Sekali Pakai
Ketaatan mengikuti pengobatan terbukti jauh lebih baik pada pasien-pasien tua yang
diberi kemasan sekali pakai. Alat bantu ini memberikan penguatan dan berfungsi
sebagai pengingat, menyampaikan instruksi penggunaan yang mudah dimengerti, serta
menyederhanakan cara pemberian obat bagi pasien. Beberapa kemasan sekali pakai
juga mempunyai sejumlah kelemahan, seperti tidak dapat menambah atau mengurangi
obat bila sebuah kemasan berisi paket obat telah dibuat, kurang fleksibel untuk
regimen pengobatan yang kompleks, tidak mudah dibawa – bawa, biaya tinggi untuk
tenaga kerja dan waktu penyiapan. Selain itu, sebagian kemasan sulit dibuka oleh
pasien tertentu dan sebagian kemasan tidak aman bagi anak-anak.
5. Alat Pengatur Dosis
Pasien terkadang mengalami kesulitan mengikuti aturan dosis yang tepat karena
sulitnya membuat ukuran dosis yang akurat. Petunjuk membelah tablet atau mengukur
obat cair kemungkinan dapat diikuti dengan lebih akurat bila menggunakan alat bantu
pengatur dosis.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi adalah Suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui
sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.
2. Alat komunikasi adalah sebuah media yang dipakai seseorang untuk
menyampaikan informasi, baik itu informasi kepada satu orang saja ataupun
kepada orang banyak
3. Alat komunikasi dalam alat bantu konseling seperti kartu dan diagram pengingat
obat, penandaan bantuan, wadah pengingat pil, kemasan sekali pakai, alat pengatur
dosis dan sistem pengingat pengulangan obat dan tindakan lanjutan melalui
telepon.
9
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchajana. 2002. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Ekosusilo, Madyo. 1990. Dasar-Dasar Pendidikan. Effhar Offset : Semarang
Mulyana, deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Rantucci, Melanie J. 2009. Komunikasi Apoteker-pasien: panduan konseling pasien. EGC :
Jakarta
Sendjaja, Sasa Djuarsa dkk. 2001. Pengantar Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka : Jakarta.
10