“Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan.
Mediasi adalah negosiasi lanjutan, yaitu perundingan yang dibantu
oleh pihak ketiga netral yang keberadaannya dipilih oleh para pihak. Mediator tidak mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan. Di dalam melakukan perundingan dikenal dua teknik yaitu perundingan yang bertumpu pada posisi dan perundingan yang RUANG bertumpu pada kepentingan. Keberhasilan mediasi ditentukan oleh PENELITIAN kecakapan mediator, oleh karena itu mediator harus menguasi berbagai keterampilan dan teknik. Agar dapat membantu para pihak menyelesaikan sengketa dan dapat menawarkan alternatif penyelesaian, mediator harus dapat memetakan apa yang menjadi penyebab konflik. Hal ini dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap sikap, persepsi, pola interaksi, dan komunikasi yang ditunjukkan para pihak dalam perundingan.
Hal ini dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap sikap, persepsi,
pola interaksi, dan komunikasi yang ditunjukkan para pihak dalam hasil penelitian perundingan. Menurut Moore, ada tiga tipe mediator, yaitu,(1) mediator jaringan sosial, (2) mediator otoritatif (3) mediator mandiri
Di Indonesia, penyelesaian sengketa melalui mediasi dikenal tidak hanya
dalam masyarakat tradisionaltetapi telah diatur dalam berbagai undang- undang, misalnya Undang-undang PengelolaanLingkungan Hidup, kesimpulan Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang tentangKehutanan, Undang-undang tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-undangtentang Arbitrasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Untuk mediasi di pengadilan,Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan MA tentang Prosedur Mediasi.