(BPPV)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. DEFINISI...............................................................................................3
B. EPIDEMIOLOGI...................................................................................3
C. ETIOLOGI.............................................................................................4
1. Tahap Transduksi.........................................................................10
2. Tahap Transmisi...........................................................................11
3. Tahap Modulasi............................................................................11
4. Tahap Persepsi..............................................................................12
F. PATOFISIOLOGI BPPV.....................................................................12
G. DIAGNOSIS........................................................................................14
H. DIAGNOSIS BANDING.....................................................................15
I. TATALAKSANA................................................................................16
J. PROGNOSIS.......................................................................................17
Daftar Pustaka..................................................................................................19
i
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari dan sangat
menggangu aktivitas yang digambarkan sebagai rasa berputar, atau pusing
(dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan
dengan nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena di kalangan awam kedua
istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.1
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, diartikan
sebagai sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai terutama pada usia dewasa muda hingga usia lanjut.
BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam,
yaitu pada sistem vestibularis perifer. BPPV pertama kali dikemukakan oleh
Barany pada tahun 1921.2
Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan
posisi kepala. Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu
yang menimbulkan keluhan vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat,
berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya
lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga
penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini yang menyebabkan
penderita sangat berhati-hati dalam posisi tidurnya.3
1
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. DEFINISI
BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. BPPV ialah
gangguan keseimbangan perifer yang timbul bila kepala mengambil sikap tertentu
atau perubahan posisi tertentu. BPPV merupakan kelainan perifer yang paling
sering ditemukan, yaitu sekitar 30%. Pada penyakit ini, terlebih bila telinga yang
terlibat ditempatkan di sebelah bawah, menimbulkan vertigo yang berat yang
berlangsung singkat. Sindrom ini ditandai dengan vertigo yang berat dan disertai
oleh nausea dan muntah.5
B. EPIDEMIOLOGI
2
C. ETIOLOGI
Penyebab paling umum BPPV pada usia di bawah 50 tahun adalah cedera
kepala. Pada usia lanjut, penyebab paling umum adalah degenerasi sistem
vestibular dalam telinga. BPPV meningkat dengan semakin bertambahnya usia
(Froeling dkk, 1991). Kadang-kadang BPPV terjadi pasca operasi, dimana
penyebabnya adalah kombinasi atau salah satu diantara terlalu lama berbaring
dalam keadaan terlentang, atau trauma telinga bagian dalam ketika operasi
(Atacan et al 2001). BPPV juga sering terjadi pada orang yang berada dalam
pengobatan dengan obat ototoxic seperti gentamisin (Black et al, 2004). Setengah
dari seluruh kasus BPPV disebut idiopatik yang berarti terjadi tanpa alasan yang
diketahui.6
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang
kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus
3
dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan
atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut
dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang
berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus. 8
4
Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan1
5
Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula utrikularis
dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan
dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial
sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana gelatinosa yang
mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut ditopang
oleh sel-sel penunjang. 8
6
Gambar 3. Krista ampularis dan Makula Statika
7
serta ke neuron motorik medula spinalis, melalui jaras serebeloretikularis dan
retikulospinalis.
8
spinalis torasika bagian atas. Serabut-serabut ini berjalan turun di bagian anterior
medula spinalis servikalis, di dekat fisura mediana anterior, sebagai fasikulus
sulkomarginalis, dan mendistribusikan dirinya ke sel-sel kornu anterior setinggi
servikal dan torakal bagian atas. Serabut ini mempengaruhi tonus otot leher
sebagai respon terhadap posisi kepala dan kemungkinan juga berpapartisipasi
dalam refleks yang menjaga ekuilibrium dengan gerakan lengan untuk
keseimbangan.
9
E. Neurofisiologi Alat Keseimbangan Tubuh 9
1. Tahap Transduksi
2. Tahap Transmisi
3. Tahap Modulasi
Inti vestibularis
Vestibulo-serebelum
10
Hiptotalamus
Formasio retikularis
4. Tahap Persepsi
11
F. PATOFISIOLOGI BPPV
1. Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia
yang terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah
makula urtikulus. Debris ini menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe
sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan arah
gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan
kepala tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah
posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan
demikian timbul nistagmus dan keluhan vertigo.
2. Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula,
melainkan mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada
perubahan posisi kepala debris tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah,
endolimfe bergerak menjauhi ampula dan merangsang nervus ampularis. Bila
kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari kanalis posterior ke dalam
krus komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan vertigo/nistagmus
menghilang.13
12
Pasien BPPV akan mengeluh jika kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika
akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat
tidur, mencapai sesuatu yang tinggi, menggerakan kepala ke belakang atau
membungkuk. Biasanya vertigo hanya berlangsung 10-20 detik. Kadang-kadang
disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas. Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan
gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara
aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang
dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun. Pasien dengan BPPV
memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan
pemeriksaan neurologis dalam batas normal.14
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di
tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan
belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual
3. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan,
dan pada evaluasi neurologis normal.14 Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV
adalah Dix-Hallpike dan maneuver side lying untuk kss posterior dan anterior.
Dan untuk kss horizontal dengan menggunakan manuver supine roll test.
13
yang menghasilkan deviasi mata ke atas dengan torsi ke arah telinga atas.
Akibatnya, nistagmus yang dihasilkan akan ke atas dan torsional, dengan
kutub teratas mata ke arah telinga bawah. Nistagmus biasanya dimulai dengan
latensi singkat beberapa detik, sembuh dalam waktu 1 menit (biasanya kurang
dari 30 detik) dan arahnya berlawanan dari posisi duduk. Nistagmus berkurang
(misalnya mata lelah) dengan pemeriksaan ulang. Cupulolithiasis dapat ada
dalam kanal posterior. Dibandingkan dengan canalolithiais, cupulolithiasis
tipe kanal posterior-BPPV cenderung memiliki latensi lebih pendek dan
waktu konstan yang lebih lama (yaitu lebih persisten).
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat
dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan.
Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien
perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan
menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan
14
selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini
biasanya tidak ada perubahan pendengaran.
4. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme
telinga dalam. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif.
Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya,
dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis
toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular.
Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan
bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi
pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-¬struktur telinga
dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup
tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan
dapat menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan
patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin.
5. Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan
pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita
dewasa. Gejalanya adalah vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15
menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan
pendengaran, tinitus yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga.
Serangan pertama hebat sekali, dapat disertai gejala vegetatif Serangan
lanjutan lebih ringan meskipun frekuensinya bertambah.
I. TATALAKSANA
BPPV dengan mudah diobati. Prinsip dari terapi ini adalah partikel dengan
sederhana perlu dikeluarkan dari kanal semisirkularis menuju Utrikulus, tempat
dimana partikel tersebut tidak akan lagi menimbulkan gejala.15
15
CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum dari
vertigo. CRP membimbing pasien melalui serangkaian posisi yang menyebabkan
pergerakan canalit dari daerah di mana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran
setengah lingkaran dalam ruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian
dalam dimana canalit tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan).15
Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika posisi kepala
berubah sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalam kanal menyebabkan
defleksi dari saraf berakhir dalam kanal (cupula itu). Ketika saraf berhenti
dirangsang, pasien mengalami serangan tiba-tiba vertigo. Prosedur CRP secara
efektif dapat mengobati BPPV. 16
J. PROGNOSIS
Pada beberapa kasus dapat terjadi adanya remisi dan rekurensi yang tidak
dapat diprediksi dan rata-rata rekurensi ± 10-15% per tahun. Jika terdapat
rekurensi, maka dilakukan maneuver reposisi ulang. 15
K.
16
BAB III
KESIMPULAN
BPPV adalah jenis vertigo perifer yang paling sering ditemukan yang
dapat disebabkan karena adanya trauma kepala, proses degenerative, pasca
operasi, pengobatan ototoksik, ataupun idiopatik. Manifestasi klinis yang terdapat
dalam BPPV adalah adanya rasa pusing berputar yang timbul akibat perubahan
posisi kepala. Keluhan ini kadang disertasi dengan adanya rasa mual dan muntah.
Penderita dengan BPPV memiliki pendengaran yang normal dan tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan naurologis.3 Diagnosis dapat ditegakan melalui
anamnesa dan pemeriksaan fisik yang berupa maneuver Dix-hallpike ataupun
maneuver side lying, untuk menemukan adanya respon abnormal berupa
nistagmus lambat yang berlangsung ± 40 detik. Penatalaksanaan utama pada
BPPV adalah manuver untuk mereposisi debris yang terdapat pada utrikulus.
Yang paling banyak digunakan adalah maneuver Brandt Daroff dan maneuver
Epley. Terapi dengan medikamentosa dapat diberikan sebagai tambahan untuk
meringankan gejala yang timbul, tetapi terapi ini tidak dapat banyak membantu.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
17. Anonym. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009
[cited 2019 May 19th]. Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/Benign_paroxysmal_positional_vertigo
20. Kim HJ & kim JS. The patterns of recurrences in idiopathic benign
paroxysmal positional vertigo and self-treatment evaluation. Frontiers in
Neurology. 2017 diakses dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5736533/
19