Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh:
dr. Richart Raton

Dokter Pendamping:
dr. Venny Tiho
dr. Helen Manorek, M.Kes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAM RATULANGI TONDANO
MINAHASA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul :

“HIPEREMESIS GRAVIDARUM”

Oleh :

dr. Richart Raton

Telah dibacakan dan disetujui pada tanggal 10 November 2020 untuk memenuhi
syarat tugas dalam Program Internsip Dokter Indonesia di RSUD DR. Sam
Ratulangi Tondano

Mengetahui

Pendamping Internsip Pendamping Internsip

dr. Venny Tiho dr. Helen Manorek, M.Kes

Dokter Internsip

dr. Richart Raton


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

Latar Belakang...................................................................................................1

BAB II Laporan kasus.............................................................................................4

A. IDENTITAS PASIEN..................................................................................4

B. ANAMNESIS..............................................................................................4

1. Keluhan Utama:.....................................................................................4

2. Riwayat Penyakit Sekarang...................................................................4

3. Riwayat Penyakit Dahulu......................................................................5

4. Riwayat Obstetrik..................................................................................5

5. Riwayat Ginekologi...............................................................................5

6. Riwayat ANC:........................................................................................5

7. Riwayat KB :..........................................................................................5

8. Riwayat Perkawinan :............................................................................5

9. Riwayat Penyakit Keluarga :.................................................................5

10. Riwayat Sosio Ekonomi :.......................................................................5

C. PEMERIKSAAN FISIK..............................................................................5

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................6

1. Pemeriksaan Laboratorium Darah.........................................................6

2. Pemeriksaan Urinalisis Lengkap............................................................7

E. DIAGNOSA KERJA...................................................................................7

F. RESUME MASUK......................................................................................7
G. TATALAKSANA........................................................................................8

H. FOLLOW UP...............................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................11

A. Diagnosis....................................................................................................11

1. Anamnesis............................................................................................11

2. Pemeriksaan Fisik................................................................................12

3. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................12

4. Teori Hiperemesis Gravidarum............................................................12

B. Penatalaksanaan.........................................................................................13

C. Prognosis....................................................................................................16

1. Hiperemesis grade I.............................................................................16

2. Hiperemesis Grade II...........................................................................16

3. Hiperemesis Grade III..........................................................................16

BAB IV PENUTUP...............................................................................................18

A. Kesimpulan................................................................................................18

B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Federasi Obstetri Ginekologi Internasional mendefinisikan kehamilan diartikan


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang kemudian dilanjutkan
dengan nidasi dan inplantasi. Kehamilan normal dimulai dari fase fertilisasi
hingga bayi dilahirkan berlangsung sekitar 40 minggu atau 10 bulan lunar atau
sekitar 9 bulan 7 hari menurut kalender internasioanal. Primigravida adalah
wanita yang hamil untuk pertama kalinya sedangkan multigravida adalah seorang
wanita yang hamil beberapa kali.1

Pada kehamilan perubahan anatomi dan fisiologi sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Sejumlah
perubahan metabolik dan fisik terjadi untuk mengoptimalkan kesehatan janin.
Perubahan terjadi menyeluruh pada organ ibu hamil sesuai dengan usia kehamilan
dalam trimester. Perubahan organ yang terjadi yaitu pada sistem reproduksi,
payudara, kulit, sistem metabolik, osmoregulasi, hematologi, kardiovaskuler,
pernafasan, urinaria dan sistem lainnya. Keluhan mual dan muntah persisten yang
merupakan gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I.
Mual biasanya terjadi pada pagi hari (morning sickness), akan tetapi dapat juga
timbul setiap saat dan pada malam hari. Mual dan muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40- 60% multigravida. Bila mual muntah semakin berat dan
tidak tertanggulangi maka disebut hiperemesis gravidarum.2

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yanng terjadi pada awal kehamilan


sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan untah kadang-kadang begitu hebat
di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat
badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala
penyakit apendisitis, pielitis, dan sebagainya.3 Mual dan muntah ini begitu berat
sehingga mengganggu asupan nutrisi dan metabolisme, menyebabkan

1
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dan biasanya membutuhkan manajemen
rumah sakit4

The International Statistical Classification of Disease and Related Health


Problems, Tenth Revision (ICD-10) sendiri mendefinisikan hiperemesis
gravidarum sebagai muntah yang persisten dan berlebihan dimulai sebelum akhir
minggu ke-22 kehamilan dan selanjutnya membagi kondisi menjadi ringan dan
berat, dengan hiperemesis gravidarum berat dikaitkan dengan gangguan
metabolisme seperti deplesi karbohidrat, dehidrasi, atau ketidakseimbangan
elektrolit.5

Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang


beragam mulai dari 0,5-2% di Amerika Serikat, 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia,
2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Indonesia prevalensi hiperemesis
gravidarum adalah 1-3%. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara
umum adalah 4:1000 kehamilan.6

Hiperemesis gravidarum telah dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan risiko


untuk hasil kehamilan yang merugikan seperti berat badan lahir rendah, kelahiran
prematur, dan bayi kecil untuk usia kehamilan. Tinjauan sistematis terbaru
mengidentifikasi tidak ada hubungan dengan skor APGAR, kelainan bawaan, atau
kematian perinatal. Selain itu, setelah kehamilan, wanita-wanita ini lebih mungkin
untuk mengembangkan gangguan stres pascatrauma, mabuk perjalanan, dan
kelemahan otot dan memiliki bayi dengan kolik, lekas marah, dan hambatan
pertumbuhan. Sebuah penelitian oleh Jørgensen dkk. menunjukkan bahwa risiko
untuk gangguan autoimun secara signifikan meningkat pada wanita dengan
hiperemesis gravidarum. Dalam bentuknya yang ekstrem, hiperemesis gravidarum
dapat menyebabkan malnutrisi dan kerusakan organ akhir yang bermanifestasi
sebagai oliguria dan tes fungsi hati abnormal. Untungnya, kerusakan hati
permanen dan kematian terkait jarang terjadi pada wanita dengan hiperemesis
gravidarum.7

Tujuan utama dari penatalaksanaan hiperemesis gravidarum adalah untuk


menyediakan rehidrasi dan replesi elektrolit yang memadai. Rekomendasi

2
manajemen awal saat ini termasuk mengubah status pasien menjadi NPO (nothing
per-oral/puasa), memberikan resusitasi cairan segera dengan bolus larutan normal
saline atau laktat. Hidrasi berkelanjutan kemudian harus dipertahankan dengan
larutan yang mengandung dekstrosa 5%. Penelitian telah menunjukkan perbaikan
lebih cepat dari gejala mual dengan cairan yang mengandung dextrose. Selain itu,
serum elektrolit terutama magnesium, fosfat, kalium harus ditambahkan dan kadar
natrium harus dipantau. Untuk mencegah ensefalopati Wernicke, 100 mg timin
harus diberikan saat inisiasi rehidrasi. Dalam kasus rawat inap yang lama tanpa
perbaikan gejala, nutrisi parenteral dapat diindikasikan.8 Berikut ini akan
dilaporkan laporan kasus dari perempuan berumur 20 tahun yang didiagnosis
dengan hiperemesis gravidarum.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S.B


RM : 14.26.41
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Tataaran
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Talaud / Indonesia
MRS : 20 Agustus 2020

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama:

Mual dan muntah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke datang ke rumah sakit dengan keluhan mual serta muntah
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Muntah dialami pasien sampai ± 15 kali per hari, muntah akan
semakin berat ketika penderita selesai makan, muntah berisi cairan dan makanan
yang dimakan pasien volume tiap muntah kurang lebih ½ gelas air kemasan. Mual
dirasakan pasien hampir setiap saat.
Pasien mengatakan kalau mengalami terlambat haid, haid terakhir pasien pada
20 juni 2020. Keluhan nyeri perut bagian bawah disangkal. Keluhan perdarahan
dari jalan lahir disangkal. Buang air kecil biasa. Buang air besar biasa

4
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung, ginjal, hepar, Diabetes Melitus, asam urat dan
hipertensi disangkal.

4. Riwayat Obstetrik

G1 : Kehamilan saat ini

5. Riwayat Ginekologi

Menarche saat usia 12 tahun. Siklus haid tidak teratur dengan lama haid 3-4
hari. Saat haid pasien mengganti 1-2 kali pembalut dalam sehari. Nyeri haid (-).
HPHT pasien 20 Juni 2020. Taksiran persalinan 27 Maret 2021

6. Riwayat ANC:

Pasien belum pernah melakukan ANC. Pasien belum mendapatkan suntik TT.

7. Riwayat KB :

Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

8. Riwayat Perkawinan :

Pasien menikah 1 kali dan sudah menikah selama 1 tahun.

9. Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat penyakit
jantung, DM, ginjal, hepar, dan hipertensi disangkal.

10. Riwayat Sosio Ekonomi :

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama dengan
suami. Biaya kesehatan ditanggung oleh BPJS.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit Ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 115 x/m
Respirasi : 20 x/m

5
Suhu : 37° C
Berat badan : 68 kg
Tinggi Badan : 164 cm
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong
(+/+)
Hidung : Sekret (-/-), Hiperemis (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Karies (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : Bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), ballotement belum teraba.
Auskultasi : BU (+) N.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-), turgor kembali cepat

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium Darah

20 Agustus 2020
Hematologi
Hemoglobin : 12,3 g/dL
Eritrosit : 4,0 10^6/uL
Leukosit : 13,800 /mm3
Differential Count:
Segment : 91 %
Limfosit : 7 %
Monosit : 2 %
Hematokrit : 25 %
Trombosit : 188.999/mm3

6
Rapid Test SARS-CoV2 : Non-Reaktif

2. Pemeriksaan Urinalisis Lengkap

Plano test : Positif


Mikroskopis
Eritrosit : 1-2 /LPB
Leukosit : +++
Epitel : +
Kimia
Berat jenis : 1.015
pH : 6
Leukosit : 3+
Nitrit : Negatif
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Keton : 2+
Urobilinogen : Negatif
Bilirubin : Negatif
Darah/Eritrosit : Negatif
Silinder : Negatif
Kristal : Negatif

E. DIAGNOSA KERJA

G1P0A0 20 tahun hamil 8-9 minggu dengan hiperemesis gravidarum

F. RESUME MASUK

Pasien wanita, dibawa ke IGD dengan keluhan utama mual sertah muntah sejak 1
minggu SMRS dan memberat sejak 1 hari SMRS. Muntah frekuensi 15x/hari isi
air dan sisa makanan. Riwayat terlambat haid (+). Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda-tanda vital tekanan Darah : 120/80 mmHg, nadi:115x /menit,
respirasi: 20 x/menit, suhu badan: 370C. Pemeriksaan urin ditemukan urin Plano
test positif, dengan kimia urin ditemukan keton +2. Pada pemeriksaan. Pasien
didiagnosis dengan G1P0A0 20 tahun hamil 8-9 minggu dengan hiperemesis
gravidarum.

7
G. TATALAKSANA

IVFD D5% + Neurobion > 14 gtt/menit


Injeksi Ondansentron 8 mg, 3 x 1 ampul
Injeksi Ranitidine 50 mg, 2 x 1 ampul
Antasida Syrup, 3 x cth II
Observasi tanda vital dan tanda dehidrasi
Diet sedikit tapi sering

H. FOLLOW UP

Jumat, 21 Agustus 2020. 08.00 WITA -

S Mual (+)

Muntah (+)

O KU : Cukup Kes : CM

T: 120/80 mmHg N: 96 x/m R: 22 x/m S: 36,6° C

Kepala : Anemis -/-, Ikterik -/-

Thoraks : Normal

Abdomen : Ballotement belum teraba

Eks : Akral hangat

V/V : Darah (-)

A G1P0A0 20 tahun dengan hiperemesis gravidarum

P - IVFD D5% + Neurobion > 14 gtt/menit


- Injeksi Ondansentron 8 mg, 3 x 1 ampul
- Injeksi Ranitidine 50 mg, 2 x 1 ampul
- Antasida Syrup, 3 x cth II
- Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
- Diet sedikit tapi sering

Sabtu, 22 Agustus 2020. 08.00 WITA

S Mual (+)

8
Muntah (-)

O KU : Cukup Kes : CM

T: 100/60 mmHg N: 88 x/m R: 20 x/m S: 36,2° C

Kepala : Anemis -/-, Ikterik -/-

Thoraks : Normal

Abdomen : Ballotement belum teraba

Eks : Akral hangat

V/V : Darah (-)

A G1P0A0 20 tahun dengan Hiperemesis Gravidarum

P - IVFD D5% + Neurobion > 14 gtt/menit > AFF Infus


- Metoclorpramid 10mg, 3 x 1
- Ranitidine 150mg, 2x1
- Antasida Syrup, 3 x cth II
- Livron B-plex, 1 x 1
- Observasi tanda-tanda vital
- Diet sedikit tapi sering

Minggu, 23 Agustus 2020. 08.00 WITA

S Mual (-)

Muntah (-)

O KU : Cukup Kes : CM

T: 110/60 mmHg N: 84 x/m R: 22 x/m S: 36,2° C

Kepala : Anemis -/-, Ikterik -/-

Thoraks : Normal

Abdomen : NT (+), TFU 1 jari diatas simfisis

Eks : Akral hangat

V/V : Darah (-)

9
A G1P0A0 20 tahun dengan Hiperemesis Gravidarum

P - Metoclorpramid 10mg, 3 x 1
- Ranitidine 150mg, 2x1
- Antasida Syrup, 3 x cth II
- Livron B-plex, 1 x 1
- Rawat Jalan, Kontrol Poli Untuk ANC

10
BAB III
PEMBAHASAN

Keluhan mual dan muntah persisten yang merupakan gejala yang umum dan wajar
terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari
(morning sickness), akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40- 60% multigravida.
Bila mual muntah semakin berat dan tidak tertanggulangi maka disebut
hiperemesis gravidarum.2

Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang


beragam mulai dari 0,5-2% di Amerika Serikat, 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia,
2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Indonesia prevalensi hiperemesis
gravidarum adalah 1-3.6 Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Sam Ratulangi
Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, jumlah ibu hamil untuk
Januari 2012 s/d 5 Februari 2013 yaitu 2060 orang, dan terdapat ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 74 ibu (3%) terbanyak pada
primigravida yaitu 45 orang (60%).2

A. Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat,
dimana keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari sampai
pekerjaanyan, muntah dialami sekitar 15x dalam sehari munta berisi cairan dan
sisa makanan. Akibatnya pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan.

Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat haid terakhir tanggal 20 Juni 2020, pada pasien dilakukan pemeriksaan
Plano test dan ditemukan positif.

11
11. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg,
frekwensi nadi pasien menjadi cepat dengan frekwensi 115 x/m, respirasi 20 x/m,
suhu 37° C.

12. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan urin pasien ditemukan Plano test positif dan urinalisis pada
pasien tersebut terdapat keton urin 2+.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan


lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah9 yang pada pemeriksaan urin ditemukan
adanya keton positif (+2).

Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum, karena penderita tampak


lemah, mual muntah, peningkatan denyut nadi.3 Pada pemeriksaan urin didapatkan
keton positif.

13. Teori Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi


hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I
ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama
isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan
dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut. Frekuensi nadi meningkat
sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan
fisis bisa ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan
penurunan jumlah urin.3

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang


dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
Frekuensi nadi berada pada rentang 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus,
dan ditemukan aseton, keton serta bilirubin dalam urin.3

12
Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini
merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai
dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien
menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.3,10

a. Etiologi

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah
sebagai berikut :

 Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola


hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan
dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
 Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan tersebut.
 Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
 Faktor psikologis Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap
untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup penting dalam
menimbulkan hiperemesis gravidarum.11

Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis


nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu,
pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun
adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai
penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti.11

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum grade II dibedakan menjadi rehidrasi


dan koreksi elektrolit, terapi nutrisi, terapi dengan obat-obatan. Terapi cairan
dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan rehidrasi, Defisit

13
cairan ini dikoreksi dalam 2 jam pertama. Umumnya kehilangan air dan elektrolit
diganti dengan cairan isotonik, misalnya Ringer Laktat, ringer asetat atau normal
salin. Bila memakai normal salin harus berhati-hati agar jangan sampai diberikan
dalam jumlah yang banyak karena dapat menyebabkan delusional acidosis atau
hyperchloremic acidosis. Bila diperlukan dapat ditambahkan ion kalium. 12,13

Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme


kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka
tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang
hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis. Berikan
cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan
protein. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Bila dalam 24 jam
pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk
memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala
akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. 3

Hidrasi berkelanjutan kemudian harus dipertahankan dengan larutan yang


mengandung dekstrosa 5%. Penelitian telah menunjukkan perbaikan lebih cepat
dari gejala mual dengan cairan yang mengandung dextrose. Selain itu, serum
elektrolit terutama magnesium, fosfat, kalium harus ditambahkan dan kadar
natrium harus dipantau. Untuk mencegah ensefalopati Wernicke, 100 mg timin

14
harus diberikan saat inisiasi rehidrasi. Dalam kasus rawat inap yang lama tanpa
perbaikan gejala, nutrisi parenteral dapat diindikasikan.8

Pada pasien ini diberikan terapi obat-obatan antara lain Injeksi Ondansentron
8 mg, Injeksi Ranitidine 10 mg, antasida 3x1 cth, serta livron b-plex 1x1. Setelah
kondisi klinis membaik serta berkurangnya muntah yang dialami pasien, anti
muntah yang diberikan adalah metoclorpramid.

Metoclopramide memperkuat tonus sfingter esophagus distal dan


meningkatkan amplitudo konstraksi esofagus. Pada gaster, Metoclopramide
memperkuat kontraksi terutama pada bagian antrum, memperkuat koordinasi
kontraktilitas antrum dan duodenum sehingga mempercepat pengosongan
lambung. Secara sentral, Metoclopramide mempertinggi ambang rangsang
muntah di Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ), sedangkan secara perifer obat ini
menurunkan kepekaan saraf viseral yang menghantarkan impuls aferen dari
saluran cerna ke pusat muntah.14,15

Diet yang dapat diberikan pada penderita hiperemesis gravidarum adalah:

 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.


Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C,   karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari. Contoh makanan berupa : Roti panggang,
Air jeruk manis (bisa ditambahkan gula pasir), Buah –buahan seperti
pepaya. Pemberian asupan deberikan dalam jarak waktu yang singkat ( + 2
jam)
 Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-
zat gizi kecuali vitamin A dan D. contoh : karbohidrat (nasi dan roti), susu,
daging ( ayam panggang, perkedel), sayuran, agar-agar, dan biskuit.
 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama

15
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
Bahan makanan sama dengan menu pada diet hiperemesis II.3

Tujuan diet hiperemesis adalah untuk mengganti persedian glikogen tubuh


dan mengontrol asidosis, menurunkan rasa mual, menganti kehilangan cairan, dan
memenuhi kebutuhan nutrisi.

J. Prognosis

1. Hiperemesis grade I

Semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan merasakan awal
terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30% pada
kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual muntah setelah 16
minggu dan hanya 1% tetap mengalami mual muntah setelah usia kehamilan 20
minggu. Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada
usia kehamilan 20-22 minggu. Namun demikian pada tingkatan yang berat
penyakit ini dapat membahayakan nyawa ibu dan janin.15

14. Hiperemesis Grade II

Hipremesis grade II sedikit lebih sulit dibandingkan pada grade I, karena telah
terjadi dihidrasi pada pasien. Akan tetapi dengan pemberian cairan yang adekuat
dan bantuan pengobatan psikologis maka hiperemesis grade II dapat disembuh
dengan baik. Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut:10

 Rehidrasi berhasil dan turgor kulit kembali normal.


 Diuresis bertambah.
 Kesadaran komposmentis.
 Hasil pemeriksaan laboratorium (ketonuria negatif).

15. Hiperemesis Grade III

Pada hiperemesis grade III sudah terjadi penurunan kesadaran, prognosis yang
di dapat relatif jelek jika tidak ditangani dengan benar. Keputusan untuk
melakukan terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan karena akibat dari
deisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,

16
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi
ensefalopati Wernicke dan berujung kepada kematian. Efek lainnya juga dapat
terjadi penurunan berat badan yang kronis pada ibu dan akan meningkatkan
kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).3

Prognosis dari pasien ini adalah baik. Hal ini dapat disimpulkan dari keadaan
umum pasien selama perawatan di rumah sakit semakin membaik. Keluhan mual
dan muntah sudah berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Makan minum baik.
Dari pemeriksaan fisik, tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien didiagnosa dengan hiperemesis gravidarum grade berdasarkan hasil


dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyebab
terjadinya hiperemesis gravidarum ini belum diketahui secara pasti. Penanganan
yang diberikan pada pasien ini adalah terapi cairan, diet, obat-obatan. Dilakukan
monitoring keluhan, vital sign, dan tanda-tanda dehidrasi. Dalam perjalanannya
penderita mengalami perbaikan keadaan umum, keluhan muntah-muntah sudah
tidak dikeluhkan lagi.

K. Saran

1. Memberikan dukungan psikologis dan edukasi pada pasien bahwa kehamilan


adalah suatu hal yang normal dan dapat dilewati adalah hal yang sangat
penting dalam pencegahan dan pengobatan Hiperemesis gravidarum.
Tentunya peran keluarga dan orang sekitar sangatlah penting.
2. Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur
untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan.
3. Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi
4. Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi selama kehamilan hingga
persalinan.
5. Menjaga agar lingkungan sekitar pasien tetap nyaman dan stress free selama
masa kehamilan juga sangat penting dalam pencegahan dan pengobatan
hiperemesis gravidarum.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, Newman W. A. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta :


ECG, 2002.
2. Karmila, Nunung, Mongan, Arthur E. and Rambert, Glady I. Gambaran
Keton Urin pada Primigravida Trimester I dengan Hiperemesis
Gravidarum di RS Islam Sitti Maryam Manado. Jurnal e-Biomedik.
Januari-Juni 2019, hal. 25-9.
3. Siddik, Djafar. Kelainan Gastrointestinal. [book auth.] Sarwono
Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2010.
4. Segni, et al. Prevalence of Hyperemesis Gravidarum and Associated
Factors Among Pregnant Women at Jimma University Medical Center,
Southwest Ethiophia: A Cross-Sectional Study. E-Cronicon Gynaecology.
Desember 2016, hal. 376-87.
5. World Health Organization. Pregnancy, childbirth and the puerperium .
International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems. 10th Rev. . [Online] 2007. [Diakes: April 9, 2019.]
http://apps.who.int/classifications/apps/icd/icd10online2007/.
6. Atika, Inthan, Putra, Hadrians K. and Thaib, Siti H. Hubungan
Hiperemesis Gravidarum dengan Usia Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan
Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Oktober 2016, hal. 166-71.
7. McCarhty, Fergus P., Lutomski, Jennifer E. and Greene, Richard A.
Hyperemesis gravidarum: current perspectives. International Journal of
Women's Health. Agustus 2014, hal. 719-25.
8. London, V, et al. Hyperemesis Gravidarum: A Review of Recent
Literature. Karger Pharmachology. Agustus 2017, hal. 161-71.
9. Neill, AM and Piercy, NC. Hyperemesis Gravidarum. Royal College of
Obstetricians and Gynaecologist. 2003, hal. 204-7.
10. Niebyl, JR. Nausea and vomiting in pregnancy. New England Journal of
Medicine. 2010, hal. 1544-50.
11. Widayana, A, Megadhana, W and Kemara, K. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. Denpasar : Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, 2015.
12. Sheehan, P. Hyperemesis Gravidarum: Assesment and Management.
Australian Family Physician. 2007, hal. 698-701.
13. Progestian, P, Indarti, J and Nuaranna, L. Diagnosis dan Pengobatan
Rasional Hiperemesis Gravidarum. Maj Obstet Ginekol Indones. 2002,
hal. 97-104.

19
14. Grooten, Iris J., Roseboom, Tessa J. and Painter, Rebecca C. Barriers and
Challenges in Hyperemesis Gravidarum Research. Nutritional and
Metabolic Insights. 2015, hal. 33-9.
15. Wegrzyniak, Lindsey J., Repke, John T. and Ural, Serdar H. Treatment of
Hyperemesis Gravidarum. Reviews in Obstetrics & Gynecology. 2012, hal.
78-84.

20

Anda mungkin juga menyukai