KISTA FOLIKULAR
Oleh:
Richart Raton
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
DAFTAR ISI
A. Definisi .................................................................................................. 3
B. Etiologi .................................................................................................. 3
C. Epidemiologi ......................................................................................... 4
D. Patofisiologi .......................................................................................... 4
H. Tempat Predileksi................................................................................ 11
I. Klasifikasi ........................................................................................... 12
J. Terapi .................................................................................................. 12
Kesimpulan ..................................................................................................... 14
i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
akumulasi cairan antara epitel folikel dan gigi yang tidak erupsi. Ini paling sering
melibatkan molar ketiga rahang bawah dan kaninus rahang atas. Keterlibatan
molar pertama mandibula jarang terjadi dan sangat sedikit kasus yang dilaporkan
dalam literatur. Kista ini dapat menyebabkan perpindahan dan resorpsi gigi yang
berdekatan (1)
muncul dari organ email setelah mahkota gigi terbantuk setengan sempurna.
Organ email yang mengelilingi mahkota gigi seutuhnya atau yang melekat pada
mahkota gigi. (2)
maksila. Hampir 62% terjadi pada gigi molar, 12% terjadi pada premolar, dan
12% terjadi pada gigi kaninus dan sisa 14% muncul pada tempat lain dalam tulang
rahang. Prevalensi kista dentigerous pada populasi kulit putih lebih tinggi
1
Kista folikular relatif umum dijumpai karena kista jenis ini dapat terjadi pada
11% anak selama erupsi insisif dan 30% pada anak yang sedang erupsi caninus
dan molar. Letak dari gigi memiliki peranan penting dalam terjadinya kista ini.
Hal ini dibuktikan dengan tingkat kejaian lebih tinggi pada molar ketiga rahang
atas yang impaksi dibandingkan dengan kaninus rahang atas yang impaksi. Molar
ketiga mandibula dan kaninus maksila merupakan gigi yang paling sering terkena
kista ini. (3) (4)
Tidak ada gambaran histopatologi yang khas dari kista dentigerous yang dapat
membedakannya dari kista odontogenik lainnya. Faktanya, dinding epitelnya
merupakan sisa epithelium email terdiri atas 2-3 lapisan sel gepeng atau kuboid.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Definisi
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, semi cairan yang tidak
disebabkan oleh akumulasi pus, bisa dibatasi oleh epitel tetapi bisa juga tidak dan
lapisan luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah. Kista dapat
Kista dentigerous atau kista folikular adalah kista odontogenik terkait dengan
mahkota gigi yang belum erupsi (atau sebagian erupsi). Rongga kista dilapisi
oleh sel-sel epitel yang berasal dari epitel enamel tereduksi dari organ pembentuk
gigi. Mengenai patogenesisnya, telah disarankan bahwa tekanan yang diberikan
oleh gigi yang erupsi pada folikel dapat menghambat aliran vena yang
menginduksi akumulasi eksudat antara epitel enamel yang berkurang dan mahkota
gigi. (7)
Kista folikuler biasanya terbentuk pada gigi yang impaksi dan gigi
supernumerari permanen, kemungkinan terjadi pada gigi susu sangat kecil dan
biasanya terjadi pada gigi yang sedang erupsi sehingga disebut juga kista erupsi.
(3)
B. Etiologi
Kista folikular merupakan kista yang paling umum dari kista odontogenik
perkembangan dalam rahang yang mempunyai dinding sel epitel, asal mula kista
ini tetap belum diketahui dengan pasti. Diduga infeksi periapeks pada gigi sulung
dapat menstimulasi respon jaringan folikel gigi permanen yang belum erupsi
untuk terlepas dari mahkota gigi dan mengalami degenerasi kistik. (3)
3
Banyak pendapat mengatakan kista berasal dari intrafolikuler yaitu
pembesaran folikel serta mahkota gigi. Ada pula yang berpendapat kista berasal
dari ekstra folikular mengingat kista pertama kali berkembang dari sisa
ekstrafolikular yang kemudian bersatu dengan folikel gigi yang erupsi. Ada yang
berpendapat bahwa kista folikular berkembang setelah mahkota gigi yang impaksi
terbentuk seluruhnya. Ada pula yang menyatakan bahwa kista folikular dapat
muncul dari organ email setelah mahkota gigi terbantuk setengan sempurna.
Organ email yang mengelilingi mahkota gigi seutuhnya atau yang melekat pada
mahkota gigi. (2)
C. Epidemiologi
maksila. Hampir 62% terjadi pada gigi molar, 12% terjadi pada premolar, dan
12% terjadi pada gigi kaninus dan sisa 14% muncul pada tempat lain dalam tulang
rahang. Prevalensi kista dentigerous pada populasi kulit putih lebih tinggi
D. Patofisiologi
Impaksi gigi menghambat aliran vena keluar dari folikel dan kemudian
menyebabkan transudasi cairan yang melintasi dinding kapiler. Tekanan
hidrostatik membuat folikel terpisah dari mahkota sehingga menyebabkan
perluasan kista. Pada dasarnya kista ini terjadi akibat dilatasi ruang folikular
4
normal di sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi yang disebabkan akumulasi
cairan jaringan atau darah. (3)
Epitel yang membentuk sebagian besar dari kista folikular diduga berasal dari
sisa epithelium email, yang pada keadaan normal menyelubungi mahkota gigi
yang belum erupsi. Konsep ini didukung dengan kenyataan susunan epithel
Kista folikular relatif umum dijumpai karena kista jenis ini dapat terjadi pada
11% anak selama erupsi insisif dan 30% pada anak yang sedang erupsi caninus
dan molar. Letak dari gigi memiliki peranan penting dalam terjadinya kista ini.
Hal ini dibuktikan dengan tingkat kejaian lebih tinggi pada molar ketiga rahang
atas yang impaksi dibandingkan dengan kaninus rahang atas yang impaksi. Molar
ketiga mandibula dan kaninus maksila merupakan gigi yang paling sering terkena
kista ini. (3) (4)
epithelium email dan mahkota gigi. Biasanya ruang sekitar mahkota dengan
ukuran 2,5 mm atau lebih merupakan suatu ukuran minimal memungkinkan
mendiagnosis sebagi kista folikular. (3)
E. Gambaran Klinis
Seperti halnya dengan jenis kista lainnya, gejala kista folikuler tidak terlihat
bila masih pada tahap awal. Kista folikuler yang belum mengalami komplikasi
seperti kista lainnya tidak akan menyebabkan gejala sampai pembesarannya nyata
terlihat. Meski gejala biasa tidak ada, dengan terlambatnya erupsi gigi semakin
besar pula indikasi terjadinya kista folikuler. Kista folikuler dapat dideteksi
melalui pemeriksaan radiografis atau pada saat dilakukan pemeriksaan gigi yang
tidak erupsi. Infeksi dapat menyebabkan gejala umum seperti bengkak yang
pembengkakan lingir alveolar diatas tempat gigi yang sedang erupsi. Saat rongga
kista sirkumkoronal berisi darah, pembengkakan tampak ungu atau sangat biru
sehingga dinamakan erupsi hematoma. (10)
Kadang-kadang mahkota gigi dapat masuk ke dalam lumen kista. Kista dapat
memiliki berbagai macam ukuran, dari yang pembesarannya berlangsung lambat
pada kantong perikoronal hingga yang meliputi seluruh badan dan ramus
mandibula serta sebagian tulang rahang. Mungkin karena pengarug faktor
anatomi rahang atas dan rahang bawah, kista yang dijumpai dirahang bawah
biasanya lebih besar. Kista sebagian besar mengenai mandibula, mungkin karena
Kista umumnya berkembang pada satu gigi tetapi dapat juga meliputi
beberapa gigi yang berdekatan bila kista tersebut membesar. Selanjutnya akan
6
menyebabkan pergeseran gigi jauh dari posisinya yang normal terutama pada kista
yang mengenai gigi-geligi dirahang atas sehingga tidak mungkin menentukan gigi
asal kista. Gigi yang “tidak bersalah” biasanya tetap ada dalam folikel. (11)
Bila terjadi pada daerah sinus maksilaris, sulit didiagnosis, diperlukan teknik
radiografi yang stereoskopik. Meskipun demikian, konveksitas dinding lateral
kista yang kontras dengan dinding lateral sinus yang konkaf dapat membantu
diagnosis. (3)
F. Gambaran Radiografi
Pergerakan atau pepindahan dari gigi yang tidak erupsi dengan segala macam
posisi sering terjadi dan dapat ditemukan pada rahang atas atau rahang bawah.
7
Pda daerah mandubula, gambaran radiolusen terkait dapat meluas kesuperior dari
region molar tiga kedalam ramus atau secara anterior-inferior sepanjang badan
mandibula. pada kista dentigerous rahang atas yang melibatkan daerah kaninus,
perluasan kedalam sinus maksilaris atau kearah dinding orbita dapat ditemukan
dan juga perluasan ke dalam fosa nasalis. Kista dentigerous pada molar tiga
rahang atas dapat meluas ke distal dan superior, kadangkala berhubungan dengan
ruang sinus maksilaris. (12)
gigi yang tidak erupsi biasanya tidak berada pada tempatnya. Trabekulasi ini
dapat member kesan yang salah tentang bahwa kista ini multilokular. Berbagai
pvariasi dari kita dentigerous disatukan oleh membrane kista yang bersambungan .
Kista dentigerous yang multiple harus dirawat secara adekuat untuk menghindari
komplikasi. (3)
prosesus koronoideus dan leher kondil. Gigi yang terkena kista biasanya sering
berpindah tempat dengan jarak tertentu. Pada mandibula, molar tiga dapat
tertekan ke inferiornya. Kista juga dapat meresorbsi akar gigi didekatnya yan g
denagan perluasan kista dalam tulang. Kista dentogerous berukuran besar jarang
terjadi, kebanyakan lesi yang secara raiografis diduga sebagai kista dentigerous
yang besar, sering kali terbukti merupakan suatu kista keratosis odontogenik atau
ameloblastoma. (5)
Kista dentigerous yang berukuran kecil biasanya secara klinis tidak terdeteksi
sama sekali dan hanya akan ditemukan pada pemeriksaan rdiografis rutin atau
pada pemerikasaan radiografis yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
pada gigi yang akan erupsi. (13)
8
Perlu diingat bahwa gambaran radiologis bukan merupakan alat diagnosis
mengingat kista odontogenik lain seperti kista keratosis odontogenik,
ameloblastam unikistik dan lesi lainnya dapat memberikan gambaran radiologis
yang menyerupai kista dentierous. Di antra 37% gigi molar tiga yang impsksi pda
mandibula dan 15% gigi molar tiga yang impaksi pada maksila yang
memperlihatkan radiolusen pada daerah perikoronal, hanya 11% yang keungkinan
besar diduga sebagai kista dentigerous. Biasanya ruangan perikoronal yang
mencapai 2,5 mm atau lebih dapat dipertimbangkan sebagai jarak minimal untuk
dapat didiagnosis sebagai kemungkinan kista dentigerous. Kista dentigerous
G. Gambaran Histopatologi
Tidak ada gambaran histopatologi yang khas dari kista dentigerous yang dapat
membedakannya dari kista odontogenik lainnya. Faktanya, dinding epitelnya
merupakan sisa epithelium email terdiri atas 2-3 lapisan sel gepeng atau kuboid.
9
sel fibroblast muda yang terpisah lebar oleh stroma yang senyawa dasarnya kaya
akan asam mukopolisakarida. (5)
Pada kista dentigerous yang tidak meradang, lapisan epitelnya terdiri atas 2
sampai 4 lapisan sel epithelium tak berkeratin serta jaringan ikat dibawahnya
menjadi rata. Dinding jaringan ikat subepitel ini tidak tersusun dengan baik dan
10
terlihat bermacam-macam ukuran hyperplasia dengan perkembangan dari rete
ridges. (3)
H. Tempat Predileksi
Kista dentigerous adalah kista yang menyelubungi mahkota dari gigi yang
umumnya belum mengalami erupsi atau pada gigi supernumerari. Kista
dentigerous dapat terjadi baik dirahang atas maupun di rahang bawah. Paling
banyak ditemukan pada daerah prosesus alveolaris, ramus asendens, molar tiga
bawah, sudut mandibula, kaninus atas, molar tiga atas dan premolar bawah serta
daerah sinus maksilaris. (3)
Molar tiga merupakan tempat predileksi utama dari kista dentigerous, disusul
oleh kaninus tetap atas. Secara umum, tempat predileksi kista adalah pada : molar
tiga bawah, kaninus atas, molar tiga atas dan premolar dua bawah. Meskipun
demikian, kista dentigerous dapat terjadi pada setiap gigi yang tidak bererupsi,
mahkota gigi tersebut terdapat dalam lumen kista. (3)
Pada kasus yang sangat jarang, kista dentigerous dapat berkembang pada
mahkota gigi sulung yang belum erupsi. Juga pada gigi berlebih (supernumerari)
yang tidak erupsi dan odontoma. Seseorang dapat memiliki beberapa kista
dentigerous dan paling sering deteksi awal ditemukan pada usia remaja dan
dewasa muda. (3)
11
I. Klasifikasi
Kista dentigerous adalah kista yang menyelubungi mahkota dari gigi yang
umumnya belum mengalami erupsi atau pada gigi supernumerari. Kista
dentigerous dapat terjadi baik dirahang atas maupun di rahang bawah. Paling
banyak ditemukan pada daerah prosesus alveolaris, ramus asendens, molar tiga
bawah, sudut mandibula, kaninus atas, molar tiga atas dan premolar bawah serta
daerah sinus maksilaris. (3)
Molar tiga merupakan tempat predileksi utama dari kista dentigerous, disusul
oleh kaninus tetap atas. Secara umum, tempat predileksi kista adalah pada : molar
tiga bawah, kaninus atas, molar tiga atas dan premolar dua bawah. Meskipun
demikian, kista dentigerous dapat terjadi pada setiap gigi yang tidak bererupsi,
mahkota gigi tersebut terdapat dalam lumen kista. (3)
Pada kasus yang sangat jarang, kista dentigerous dapat berkembang pada
mahkota gigi sulung yang belum erupsi. Juga pada gigi berlebih (supernumerari)
yang tidak erupsi dan odontoma. Seseorang dapat memiliki beberapa kista
dentigerous dan paling sering deteksi awal ditemukan pada usia remaja dan
dewasa muda. (3)
J. Terapi
Mayoritas kista yang dibatasi epithelium pada rahang dapat dirawat dengan
cara yang serupa. Enukleasi terhadap keseluruhan kista, termasuk lapisan
epithelial maupun kapsul dengan penanganan yang sukses dari ruang yang mati
adalah suatu usaha kuratif. Drainase bebas dari cairan isi dari kista ini sedemikian
rupa sehingga rongga kista kosong dan dalam hubungan bebas dengan mulut,
adalah juga suatu usaha kuratif. Kantung kista akan menyusut ukurannya dan
akan terbentuk tulang baru pada aspek kapsularnya. Mekanisme yang mendasari
12
penyembuhannya masih belum jelas diketahui. Dahulu dianggap sebagai
dekompresi dan pengangkatan dari isi kista yang memiliki osmolaritas yang lebih
besar dari pada jaringan di sekelilingnya dan yang kemudian menimbulkan
tekanan hidrostatik internal yang positif. (15)
K. Diagnosa Banding
Salah satu diagnosis banding dari kista folikular adalah ameloblastoma pada
gigi impaksi yaitu ameloblastoma unikistik. Kista folikular memiliki gambaran
intraluminal tanpa infiltrasi dari sel neoplasma pada dinding kista. Akan tetapi
pada beberapa kasus, terdapat ameloblastoma pleksiform atau folikular yang
menginfiltrasi dinding kista. (3)
kadang terlihat pulau-pulau mural yang berisi sael ameloblastoma. Selain itu,
terjadi perubahan karakteristik spongiosa pada lapisan epitel dan kadang-kadang
hialinisasi epitel. Beberapa lesi menunjukkan adanya komponen intraluminal,
KESIMPULAN
Kista folikuler biasa juga disebut sebagai kista dentigerous karena berasal dari
organ email atau folikel gigi. Kista folikuler mengelilingi mahkota gigi yang
belum erupsi dan melekat pada gigi sepanjang servikal, keadaan ini yang
membedakan antara kista folikuler dengan kista primordial. Kista folikuler
biasanya terbentuk pada gigi yang impaksi dan gigi supernumerari permanen,
kemungkinan terjadi pada gigi susu sangat kecil dan biasanya terjadi pada gigi
yang sedang erupsi sehingga disebut juga kista erupsi.
Gambaran klinis dari kista ini adalah biasanya banyak terjadi pada usia
dewasa yakni usia 30 tahun pada laki-laki, dan 10-20 tahun pada perempuan,
banyak melibatkan premolar, molar tiga mandibular, serta pada kaninus,
premolar, molar tiga maksila, dapat terjadi pembekakan secara perlahan-lahan dan
nyeri bisa terjadi jika terdapat adanya infeksi. Terapi pada kista folikuler adalah
dengan enukleasi terhadap keseluruhan kista. Salah satu diagnosis banding dari
kista folikular adalah ameloblastoma pada gigi impaksi yaitu ameloblastoma
unikistik.
14
DAFTAR PUSTAKA
4. Meleti, Marco and Van der Waal, Isaac. Clinicopathological evaluation of 164
dental follicles and dentigerous cysts with emphasis on the presence of
odontogenic epithelium in the connective tissue. The hypothesis of “focal
ameloblastoma”. Medicina Oral Patologia Oral y Cirugia Bucal. Januari
2013, hal. 60-4.
8. Aher, Vinit, et al. Dentigerous Cysts in Four Quadrants: A Rare and First
Reported Case. Journal of Surgical Technique & Case Report. Januari 2013,
hal. 21-6.
9. Devi, Parvathi, et al. Multiple Dentigerous Cysts: A Case Report and Review.
Journal of Maxillofacial and Oral Surgery. Maret 2015, hal. 47-51.
15
10. Hedge, R. J., Khare, S. S. and Devrukhar, V. N. Dentigerous Cyst in a young
child: Clinical Insight and A Case report. Journal of Indian Society of
Pedodontics and Preventive Dentistry. September 2013, hal. 209-11.
12. Agrawal, Mamta, et al. Multiple teeth in a single dentigerous cyst follicle: A
perplexity. Annals of Maxillofacial Surgery. Juli 2011, hal. 187-9.
16