Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

K3 ARRESTER & PENANGKAL PETIR

NAMA : ALFARIDLO ANHAR


NPM : 21905113016

JURUSAN TEKNIK
LISTRIK
POLITEKNIK
UNISMA MALANG
2019
Sistem Penyalur Petir
Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya
petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif
(proton). Para ilmuwan menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada
beberapa tahapan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada
awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik
muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian
dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah petir
biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri,
antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu
sambaran 55 kw/hour.
Izin setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya diperiksa setiap setahun sekali yang
dilakukan menjelang musim penghujan (Internal Cek) , diharapkan selama musim
penghujan instalasi yang telah terpasang dapat berfungsi dengan baik sehingga bangunan
akan aman dan terlindungi serta terhindar dari bahaya sambaran petir.
Setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya diperiksa setiap setahun sekali secara mandiri
oleh teknisi ( internal cek ) dan Pemeriksaan yang mendapatkan sertifikasi disnaker tiap dua
tahun sekali
Sebagaimana peraturan pemerintah RI NO. :PER. 02/MEN/1989 TENTANG
PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR maka pemeriksaan berkala oleh
instansi terkait dalam hal ini adalah Disnaker, dilakukan setiap 2 tahun, hal ini dapat
terwujud apabila pihak Swasta/Instansi sadar perlunya keselamatan baik itu pada gedung
dan isinya maupun keselamatan bagi karyawan yang ada disekitar tempat kerja.
Kami sebagai Pihak Ketiga/Swasta menawarkan jasa akan keperluaan 2 hal tersebut :
1. Pemeriksaan berkala tahunan / Internal Cek
Bahwa pemerikasaan instalasi penyalur petir ini akan dilakukan dengan mengikuti
standarisasi teknis dan mengikuti aturan yang berlaku , Tujuan akhir dari Internal Cek
adalah memberikan kepastian akan kelayakan sebuah instalasi . sehingga dari pihak pemilik
bangunan akan benar benar yakin akan fungsi penyalur petir yang terpasang .
2. Pemeriksaan / Sertifikasi Disnaker dan Re-Sertifikasi Disnaker setiap 2 tahun sekali
Sedangkan Sertifikasi Disnaker dan Re-Sertifikasi Disnaker adalah menyertakan pihak
Instansi Terkait di daerah tersebut kali ini Disnaker Setempat . Di libatkannya dipak
pemerintahan tidak lain karena masih ada keterkaitan akan hasil uji kelayakan ini dengan
berbagai kepentingan yang lain ( ISO , Asuransi )
Beberapa dokumen harus di siapkan bila akan di lakukan ijin pengesahan Disnaker
diantaranya (permohonan pengesahan disnaker)
Lingkup Kerja Pemeriksaan Instalasi
Pemeriksaan instalasi penangkal petir meliputi pemeriksaan yang terdiri dari serangkaian
pengujian terhadap sistem penyalur petir yang ada , mulai dari jenis dan fisik material ,
spesifikasi teknis material , serta teknis pemasangan.
2
Hasil pemeriksaan instalasi Penangkal Petir berisi data teknis kondisi fisik instalasi
penyalur petir, serta hasil spesifikasi teknisnya sesuai standar operasional dan ketentuan
yang berlaku.
Rekomendasi perbaikan atau penggantian akan diberikan bila ditemukan kesalahan ataupun
potensi ketidaksesuaian , Untuk pelaksanaan perbaikan akan kembali menjadi kebijakan
pihak pemilik akan pelaksanaanya.
Proses Pemeriksaan Instalasi Meliputi :
• Pemeriksaan data teknis yang ada
• Pengamatan visual peralatan dan sistem instalasi Penangkal Petir (di lokasi).
• Pencatatan data lapangan ( di lokasi ).
• Perbandingan kesesuaian teknis dengan standar nasional.
• Melakukan evaluasi teknis dalam standarisasi yang dipakai
• Analisa kelayakan instalasi
• Laporan Hasil Pemeriksaan
Hasil Pelaporan Pemerikasaan Instalasi Penangkal Petir
Hasil laporan pemeriksaan akan disampaikan kepada pelanggan baik lesan atau tulisan .
Bila ada temuan kelemah menjadi dasar rekomendasi kami agar dilakukan perbaikan.
Perbaikan akan kekurangan dan kelemahan dari instalasi menjadi tanggung jawab penuh
pihak pengelola bila tidak di lakukan perbaikan ( Internal Cek ), Tetapi akan berbeda bila
pemeriksaan berkala 2 tahunan , bila ditemukan ketidak sesuaian maka dari Pihak Dinas
Tenaga Kerja setempat tidak mensetujui kelayakan pakai dari fungsi keselamatan Penyalur
Petir .

a. Dampak Yang Ditimbulkan Adanya Petir


Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi
anti petir/penangkal petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat
menyambar melalui jaringan listrik PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka.
Pada Umumnya jaringan listrik terbuka seperti ini masih ada dan di pergunakan di
beberapa negara termasuk Indonesia. Arus petir yang merusak perangkat panel listrik
bukan di sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar langsung ke bangunan
yang telah di pasang penangkal petir atau anti petir melainkan sambaran petir
mengenai jaringan listrik PLN sehingga arus petir ini masuk ke bangunan mengikuti
kabel listrik dan merusak panel listrik tersebut.
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari bangunan
yang telah terpasang instalasi penangkal petir baik instalasi penangkal
petir konvensional maupun penangkal petir elektrostatis, hal ini sudah biasa
terjadi karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya
tinggi, seperti yang terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan
listrik pada sebuah bangunan di lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas
tegangan lebih/over voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia
3
di pasaran umum, yang jelas pemasangan arrester harus di hubungkan dengan
grounding ke bumi.

b. Bahaya Akibat Sambaran Petir


 Sambaran Petir Langsung Melalui Bangunan
Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor
dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta
seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat
elektrik/elektronik atau bahkan korban jiwa. Maka dari itu setiap
bangunan di wajibkan memasang instalasi penangkal petir. Cara
penanganannya adalah dengan cara memasang terminal penerima sambaran petir
serta instalasi pendukung lainnya yang sesuai dengan standart yang telah
di tentukan. Terlebih lagi jika sambaran petir langsung mengenai manusia,
maka dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat menimbulkan kematian.
Banyak sekali peristiwa sambaran petir langsung yang mengenai manusia dan
biasanya terjadi di areal terbuka.
 Sambaran Petir Melalui Jaringan Listrik
Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai
sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam
bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/PLN memakai
kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang
menyambar pada kabel terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke
pemakai langsung. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang
perangkat arrester sebagai pengaman tegangan lebih (over voltage). Instalasi
surge arresterlistrik ini dipasang harus dilengkapi dengan grounding system.
 Sambaran Petir Melalui Jaringan Telekomunikasi
Bahaya sambaran petir jenis ini hampir serupa dengan yang ke-2 akan
tetapi berdampak pada perangkat telekomunikasi, misalnya telepon dan PABX.
Penanganannya dengan cara pemasangan arresterkhusus untuk jaringan PABX
yang di hubungkan dengan grounding. Bila bangunan yang akan di lindungi
mempunyai
jaringan internet yang koneksinya melalui jaringan telepon maka alat ini juga
dapat melindungi jaringan internet tersebut.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir
pada prinsipnya adalah sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus
petir yang mengarah ke bangunan yang akan kita lindungi tanpa melalui struktur
bangunan yang bukan merupakan bagian dari sistem proteksi petir atau instalasi
penangkal petir, tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
4
2. Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan
retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.

c. Konstruksi Pemasangan Penangkal Petir Pada Gedung


Penangkal petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang
di atas gedung dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat,
untuk melindungi bangunan pada saat terjadi petir

Jenis-jenis metode penangkal petir


 Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Frangklin
Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Frangklin menjelaskan sistem yang
hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara
bagian atas bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di
hasilkan ujung penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat.
Perbedaannya adalah sistem yang di kembangkan Faraday bahwa kabel
penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel
penghantar juga berfungsi sebagai material penerima sambaran petir, yaitu
berupa sangkar elektris atau biasa disebut dengan sangkar faraday.

Penangkal Petir Radio Aktif


Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua
ilmuwan sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal
dari proses ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan
cara menggunakan zat berradiasi sepertiRadiun 226 dab Ameresium 241 karena
kedua bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan
muatan listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan
menambah muatan pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan
besar tidak mampu di netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan
cenderung mengenai penangkal petir ini. Keberadaan penangkal petir jenis ini
telah dilarang
pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan
mengurangi zat beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini
dianggap dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Penangkal Petir Elektrostatis


Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi sebagian
system penangkal petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung
finial/splitzer agar petir selalu melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan
dengan system radio aktif adalah jumlah energi yang dipakai. Untuk penangkal
petir radio aktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat
5
berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi listrik yang
dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi.

 Cara Pemasangan Instalasi Penangkal Petir/Anti Petir Flash Vectron


Penangkal petir Flash Vectron adalah terminal petir unggulan jenis
elektrostatik yang di desain khusus untuk daerah tropis mampu memberikan
solusi petir terbaik khususnya di Indonesia. Selain sudah melewati uji laboratorium
PLN dan laboratorium tegangan tinggi di lembaga terkait, penangkal petir Flash
Vectron juga telah di uji langsung di lapangan yang rawan akan sambaran petir.
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkal petir/anti petir Flash
Vectron sebagai berikut.

Gambar 2.4 Pemasangan grounding


Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding
system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian
dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth
Testermeter, apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan
kerja berikutnya dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah
menunjukan > 5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding
lagi di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar
resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.

Gambar 2.5 Memasang kabel penyalur


Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah
memasang kabel penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai
keatas bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan
hindari banyak belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan
kualitas instalasi dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di
gunakan antara lain BC (Bare Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat - tempat
6
tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan
keamanan.

Gambar 2.6 Pemasangan head terminal


Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap
selanjutnya pemasangan head terminal petir Flash Vectron tentunya harus
terhubung dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding sistem.

2.2.2 Sistem Pembumian


Sistem pembumian biasa disebut sebagai grounding atau instalasi grounding. Sistem
grounding banyak digunakan di setiap bangunan gedung bertingkat, kantor maupun
rumah tinggal. Sistem grounding juga sudah terpasang di daerah pedalaman, karena di
dataran yang luas dapat terkena sambaran petir. Sistem grounding cukup besar manfaatnya
untuk bangunan atau peralatan yang ingin dilindungi maupun nyawa manusia. Grounding
merupakan sistem pengaman terhadap perangkat-perangkat yang menggunakan listrik
sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir, dll. Tujuan utama adanya grounding
adalah untuk menciptakan sebuah jalur yang low impedance (tahanan rendah) terhadap
permukaan bumi untuk gelombanglistrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik,
circuit switching dan electroctatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan
listrik, sehingga grounding sangat efektif untuk meminimalkan efek tersebut.
Standar
pentanahan grounding antara lain: TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE
Emerald Book), IEEE Recommended Practice Grounding for Powering and
Grounding Electronic Equipment.
Beberapa alasan mengapa grounding diperlukan antara lain:
a. Grounding mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan akibat sambaran
petir. b. Grounding mencegah terjadinya lonjakan listrik (spike).
c. Grounding mencegah terjadinya loncatan yang ditimbulkan adanya perbedaan
potensial tegangan antara satu sistem pentanahan dengan yang lainnya.

Standar nilai grounding yang disyaratkan untuk kelistrikan:


a. Grounding tegangan phase – netral ˜ 220 Volt
AC
b. Grounding tegangan phase – ground ˜ 220 Volt
AC

7
c. Grounding tegangan netral – ground ˜ 1 Volt
AC
d. Grounding nilai toleransi ˜
3%
e. Ukuran grounding ˜ 1 Ohm

Beberapa macam type grounding, meliputi:


a. Ground Rod, tipe grounding yang terbuat dari kuningan untuk ground yang terhubung
ke tanah dan dilengkapi dengan bak kontrol (untuk pengukuran).
b. Elektroda Pita, sistem grounding yang menggunakan dasar plat tembaga sebagai
elektroda pita yang dihubungkan dengan kabel ke bak kontrol.
c. Elektroda Plat, sistem grounding yang menggunakan plat tembaga sebagai elektroda
plat yang dihubungkan dengan kabel ke bak kontrol.

Masyarakat umum biasanya mengaplikasikan sistem grounding terhadap


instalasi kelistrikan atau sering disebut ARDE. Tujuan pemasangan grounding
ini
untuk membuang arus jahat yang mengalir di dalam listrik yang dapat
menyebabkan kerusakan peralatan. Sistem grounding yang sudah sangat umum terdiri:
1. Safety Grounding, merupakan grounding yang biasa digunakan untuk keamanan atau
keselamatan perangkat maupun manusia. Sistem grounding ini diaplikasikan dalam
jalur kelistrikan dan juga perangkat penangkal petir. Pemasangan system grounding
bertujuan untuk meminimalisir dampak arus jahat yang diakibatkan oleh naik turunnya
tegangan dan arus dari listrik PLN maupun arus akibat gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan oleh petir.
2. RF Grounding, dengan pemasangan grounding seperti ini, diharapkan kerusakan pada
alat dapat diminimalisir, meskipun tidak seorangpun bisa mencegah terjadinya
kerusakan yang disebabkan oleh sambaran petir. Sistem grounding ini khusus
diaplikasikan pada instalasi perangkat radio komunikasi. Tujuan utamanya instalasi
grounding, yaitu untuk
mengurangi atau meminimalisir dampak pancaran radiasi gelombang dari radio
komunikasi. Sistem grounding seperti ini utamanya diterapkan pada perangkat-
perangkat High Frekuensi (HF) dan perangkat dengan wattage atau power besar
(sampai dengan kW). Dengan menerapkan system grounding RF yang bagus, maka
diharapkan kerugian yang ditimbulkan akibat pancaran radiasi gelombang radio dapat
berkurang.

1. Grounding Peralatan Kelistrikan


Instalasi listrik besar, sedang atau kecil dengan berbagai variasi tegangan dari
rendah, tinggi sampai ekstra tinggi wajib dipasang grounding (pentanahan atau arde).

8
Grounding adalah suatu jalur yang dipasang langsung dari arus listrik menuju bumi.
Grounding dipasang untuk mencegah terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan
tegangan listrik berbahaya akibat adanya kegagalan isolasi. Cara kerja grounding adalah
ketika terjadi arus listrik yang terlalu besar akibat adanya kebocoran, induksi tegangan
listrik atau kegagalan isolasi suatu peralatan listrik atau instalasi listrik, maka bagian
pentanahan akan secepatnya menyalurkan ke tanah, dan orang yang tidak sengaja
memegang peralatan tersebut akan aman dari sengatan listrik, serta peralatan akan
terhindar dari kerusakan. Sebagai bagian dari proteksi instalasi listrik rumah tinggal,
grounding mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a. Untuk keselamatan, grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik langsung
ke bumi atau tanah saat terjadi tegangan listrik yang timbul akibat kegagalan isolasi
dari sistem kelistrikan atau peralatan listrik. Contohnya, ketika menggunakan setrika
listrik dan terjadi tegangan yang bocor dari elemen pemanas dari setrika, maka
tegangan yang bocor akan mengalir langsung ke bumi melalui penghantar grounding,
dan pengguna akan aman dari bahaya kesetrum.
b. Untuk instalasi penangkal petir, sistem grounding berfungsi sebagai penghantar
arus listrik yang besar langsung ke bumi. Pemasangan grounding untuk instalasi
penangkal petir dan instalasi listrik rumah harus dipisahkan.
c. Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat mencegah
kerusakan akibat adanya bocor tegangan.

Apabila ditinjau lebih luas lagi, pengertian dan fungsi grounding akan berbeda
apabila diterapkan dalam sistem transmisi tenaga listrik, tujuan pengukuran, pesawat
terbang atau pesawat ruang angkasa.
a. Untuk rangkaian sistem transmisi tenaga listrik yang besar, bumi merupakan salah
satu penghantar dan jalur kembali dari rangkaian. Arus listrik yang mengalir ke beban
akan mengalir kembali ke sumber arus listrik tersebut, maka kabel listrik sebaiknya
mempunyai minimal 2 penghantar, dimana salah satu mengalir dari sumber listrik ke
beban dan satunya berfungsi sebagai penghantar balik.
b. Untuk tujuan pengukuran, bumi dapat berperan sebagai tegangan referensi yang relatif
cukup konstan untuk melakukan pengukuran sumber tegangan.
c. Untuk pesawat terbang, ketika beroperasi tentu tidak memiliki koneksi fisik langsung
ke bumi, maka dipasang suatu konduktor besar yang berfungsi sama seperti
grounding sebagai jalur kembali dari berbagai arus listrik. Pesawat udara dilengkapi
dengan static discharge system yang dipasang di ujung sayap berfungsi untuk
membuang kembali ke udara muatan listrik yang timbul akibat gesekan dengan
angkasa saat terbang, sehingga pesawat aman dari sambaran petir.

9
Gambar 2.7 Static Discharge System pada Pesawat Terbang

Kabel grounding dalam instalasi listrik secara umum terkoneksi di kWh meter PLN.
Sistem grounding disambung menggunakan kabel grounding dari kabel NYM masuk ke
MCB box (pengaman listrik atau panel hubung bagi). Sirkuit dari instalasi listrik
menggunakan 3 buah MCB. Terminal netral (warna biru) berada di bagian atas
sedangkan terminal grounding (warna hijau, kuning) berada di bagian bawah.

Gambar 2.8 Terminal Pembumian di MCB Box


Pemasangan instalasi grounding di bagian luar (outdoor), tipe konvensional adalah
seperti berikut: Sistem grounding yang terpasang ada 2 macam, yaitu instalasi listrik
rumah dan instalasi penangkal petir. Jarak pemasangan antara instalasi listrik dan instalasi
penangkal petir minimal sejauh 10 m. Koneksi grounding untuk instalasi listrik terpasang
di kWh meter milik PLN.

10
Gambar 2.9 Contoh Pemasangan Instalasi Grounding Rumah

Komponen instalasi grounding terdiri dari:


a. Grounding Rod merupakan batang grounding yang ditanam di dalam tanah, terdiri dari
pipa galvanis medium ¾", kawat tembaga BC berdiameter 16 mm, dilengkapi dengan
splitzen yang dikencangkan dengan baut. Panjang grounding rod biasanya antara 1,5 –
3 m.
b. Pipa PVC yang digunakan sebagai selubung (konduit) dari kabel grounding yang
ditanam di dinding/tembok atau untuk jalur kabel penangkal petir. Cara kerja instalasi
grounding yaitu dari kWh meter kawat tembaga BC yang terpasang dalam pipa PVC
bertemu dengan grounding rod dalam satu bak kontrol. Untuk instalasi penangkal petir,
air terminal yang terpasang harus mampu mengcover sampai radius 120°, di posisi
air teminal batang
tembaga disambung dengan kabel BC langsung menuju grounding rod.

Gambar 2.10 Detail Komponen Gambar 2.11 Detail Komponen Air


Grounding Rod Terminal dari Penangkal Peti

11
Parameter yang paling penting untuk menilai kualitas grounding adalah resistansi
atau nilai tahanan yang terukur di koneksi grounding. Semakin kecil nilai tahanannya
maka koneksi grounding semakin baik, artinya arus gangguan atau petir dapat lebih cepat
menuju bumi tanpa hambatan yang berarti. Nilai tahanan yang umumnya dipakai
maksimal sebesar
5 Ohm untuk instalasi listrik rumah tinggal dan 2 Ohm untuk instalasi petir, sesuai
yang tertera dalam PUIL 2011.
Besarnya nilai tahanan yang didapat tidak selalu sama dengan panjang grounding
rod yang terpasang, karena dipengaruhi juga oleh kondisi tanah. Apabila kondisi tanah
mempunyai nilai tahanan rendah, maka cukup dipasang satu atau dua batang grounding
rod sehingga tahanan yang terukur dapat mencapai dibawah 5 Ohm. Apabila tahanan yang
terukur masih tinggi, maka panjang grounding rod harus ditambah agar lebih dalam lagi.
Jika daerah dengan nilai tahanan tanahnya tinggi, maka tahan grounding diperbolehkan
mencapai maksimal 10 Ohm.
Pengukuran nilai tahanan menggunakan alat ukur yang disebut “earth tester”. Alat
ini merupakan alat wajib bagi kontraktor yang mengerjakan instalasi grounding. Besarnya
nilai tahanan dapat dipastikan dan diukur apakah sudah sesuai dengan persyaratan, jadi
bukan berdasarkan berapa meter grounding rod ditanam. Koneksi grounding harus
dipastikan tidak terputus sampai ke peralatan listrik yang digunakan. Kabel grounding,
phase dan netral secara bersama dari MCB box akan melewati seluruh instalasi listrik dan
berakhir di stop kontak. Colokan listrik atau steker yang digunakan sebaiknya juga
dilengkapi fasilitas koneksi grounding.
Peralatan listrik dengan kapasitas yang cukup besar seperti TV, Rice-cooker, setrika
listrik, kabel rol, mesin air, kulkas, dll sebaiknya menggunakan colokan multi bentuk
“T”.Contoh peralatan yang dilengkapi dengan fasilitas koneksi grounding adalah
ditunjukkan dalam kotak atau lingkaran merah seperti berikut ini:

Gambar 2.12 Stop Kontak Gambar 2.13 Steker Gambar 2.14 Steker T

2. Grounding Yang Efektif Untuk Mencegah Kebakaran


Dalam sebuah instalasi listrik ada empat bagian yang harus ditanahkan atau sering
juga disebut dibumikan. Empat bagian dari instalasi listrik ini adalah:
a. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan dengan
mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial dari logam yang mudah
disentuh manusia selalu sama dengan potensial tanah (bumi) tempat manusia berpijak
sehingga tidak berbahaya bagi manusia yang menyentuhnya.
b. Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu membuang
muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi) dengan lancar.
c. Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini sesungguhnya
juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya yang ada di sepanjang
saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi harus ditanahkan agar petir yang
menyambar kawat petir dapat disalurkan ke tanah dengan lancer melalui kaki tiang
saluran transmisi.
d. Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini diperlukan dalam
kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang menyangkut gangguan hubung tanah.

Dalam praktik, diinginkan agar tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan


tersebut di atas tidak melebihi 4 ohm. Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah
nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian,
artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya
tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut dipasang (dalam
tanah). Alat untuk melakukan pentanahan ditunjukkan oleh Gambar berikut:

Gambar 2.15 Macam - macam Alat


Pentanahan Dari gambar diatas tampak bahwa ada empat alat
pentanahan, yaitu : a. Pentanahan tunggal (single grounding rod).
b. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod), terdiri dari beberapa batang
tunggal yang dihubungkan paralel.
c. Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman kawat
tembaga. d. Pelat pentanahan (grounding plate), yaitu pelat tembaga.

Tahanan pentanahan selain ditimbulkan oleh tahanan kontak tersebut diatas juga
ditimbulkan oleh tahanan sambungan antara alat pentanahan dengan kawat
penghubungnya. Unsur lain yang menjadi bagian dari tahanan pentanahan adalah tahanan
dari tanah yang ada
di sekitar alat pentanahan yang menghambat aliran muatan listrik (arus listrik) yang
keluar dari alat pentanahan tersebut. Arus listrik yang keluar dari alat pentanahan ini
menghadapi bagian-bagian tanah yang berbeda tahanan jenisnya.
Untuk jenis tanah yang sama, tahanan jenisnya dipengaruhi oleh kedalamannya.
Makin dalam letaknya, umumnya makin kecil tahanan jenisnya, karena komposisinya
makin padat dan umumnya juga lebih basah. Oleh karena itu, dalam memasang batang
pentanahan, makin dalam pemasangannya akan makin baik hasilnya dalam arti akan
didapat tahanan pentanahan yang makin rendah.

2.3 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Listrik
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat,
bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari
keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang. Dalam
melaksanakan tgas- tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk
instalasi ataupun jaringan. Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan
kewajiban dari, oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan
menggunakan daya listrik.
2.3.1 Dasar Hukum K3 Listrik
Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik tertuang pada PermenTenaga
Kerja No.Per. 04/MEN/1988. Prinsip- prinsip keselamatan pemasangan listrik Antara
lain:
a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah
disyahkan b. Mengundahkan syarat-syarat yang telah
ditetapkan (PUIL) c. Harus menggunakan tenaga terlatih
d. Bertanggungjawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga
kerjanya
e. Orang yang diserahi tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan
instalasi listrik harus ahli dibidang listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki
sertifikat dari instalasi yang berwenang.
f. Ketentuan lain mengenai persyaratan Keselamatan Kerja Bidang
Ketenagalistrikan
g. Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa dan diujisebelum dialiri
listrik oleh pegawai pengawas spesialis listrik
h. Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih
terikat tanggung jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk kebakaran akibat
kesalahan pema sangan instalasi

2.3.2 Tujuan K3 Listrik


Tujuan K3 Listrik diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan
penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat
listrik
 bahaya sentuhan
langsung
 bahaya sentuhan tidak
langsung
 bahaya kebakaran

2.3.3 Bahaya Listrik


1. Kejut Listrik
Kejut listrik terjadi karena beberapa kemungkinan,antara lain :
a. Menyentuh kabel telanjang berarus listrik
b. Menyentuh kabel berarus yang isolasinya
rusak c. Kegagalan peralatan
d. Terkena muatan listrik
statis e. Disambar petir

Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot.
Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka
bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat
mencapai 2.500°C. Tegangan lebih dari 500 V merupakan resiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa. Arus bolak- balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang.
Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah
cukup untuk menimbulkan gangguan jantung (fibrilasi ventrikel).

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Efek Sengatan Listrik


Beberapa faktor yang mengakibatkan beraneka ragam dampak sengatan listrik adalah
:
1. Ukuran fisik bidang kontak
Semakin besar dan luas bidang kontak antara tubuh dan perlengkapanlistrik,semakin
rendah hambatan instalasinya, semakin banyak arus listrik yangmengalir melewati
tubuh dan akibatnya semakin parah.
2. Kondisi tubuh
Kondisi tubuh korban maksudnya kondisi kesehatan korban. Apabila yangterkena
sengatan listrik tersebut dalam keadaan sakit akibatnya tentu akan lebih parah
dari korban yang dalam kondisi prima.
3. Hambatan / tahanan tubuh
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran
arus listrik. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung
tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata
adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab. Ketika kulit
manusia dalam kondisi kering, tahanan tubuh menjadi tinggi dan cukup untuk
melindungi bahaya sengatan listrik. Namun, kondisi kulit benar-benar kering
sangat jarang dijumpai,
kecenderungannya setiap orang akan mengeluarkan keringat walapun hanya sedikit.
Oleh karena itu tubuh dianggap selalu basah sehingga tahanan menjadi rendah dan
kemungkinan terkena sengatan menjadi tinggi. Arus listrik banyak yang melewati
kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit
tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan
keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik
keluarnya arus listrik.Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa
mengalami luka bakar.
4. Jumlah Miliampere
Miliampere adalah satuan yang digunakan untuk mengukur arus listrik.Semakin besar
arus listrik yang melewati tubuh manusia, semakin besar pularesiko sengatan yang
ditimbulkan bagi tubuh manusia. Batas ambang sengatan listrik dapat dilihat pada
tabel
berikut ini.
Tabel 2.1 Tingkatan Bahaya Akibat Arus Listrik
Batas Arus Pengaruh yang mungkin pada tubuh manusia
1 mA Level persepsi, terasa adanya arus listrik sedikit
5 mA Merasa terkejut, tidak menyakitkan tapi mengganggu
6 - 30 mA Sakit dan sangat mengejutkan, otot kehilangan kontrol
50-150 mA Sakit yang hebat, pernapasan tertahan, otot berkontraksikeras
dan tidak sanggup lagi melepaskan
penghantar,mungkin terjadi kematian
1000 – 4300 mA Ventricular fibrillation (jantung kehilangan iramadenyut),
kontraksi otot dan kerusakan syaraf terjadi.Sangat
mungkin terjadi kematian.
10.000 mA Kegiatan jantung tertahan, terbakar hebat, dan terjadikematian

b. Pertolongan Pertama pada Kejut Listrik


Korban kejut listrik akan merasa sedikit pusing atau ototnya lemas karena
aruslistrik mengalir pada bagian tubuhnya. Kejut listrik juga dapat mematikan korban.
Dibawah ini adalah langkah-langkah untuk menolong korban dari kejut listrik
tersebut:
1. Cepat matikan tegangan suplai: dengan menurunkan MCB (Mini aturCircuit
Breaker) lokasi atau menghubungsingkatkan sikrit, atau mencabuttusuk kontak
dari kotak kontaknya.Jika tegangan tidak dapat dimatikan,cepat lepaskan korban
dari kontak listrik dengan menggunakan alat-alat ini: kayu kering, tali yang kuat
atau kering, sabuk kulit, baju kering atau bahkan dengan menendang dengan
sepatu kulit.
2. Jauhkan korban dari area tersebut
 Perhatikan kondisi korban, apakah masih bernafas atau sudah tidak.
Lakukan pernafasan buatan bila korban tidak bernafas lagi
 Buatlah kondisi korban senyaman mungkin, mungkin korban
harusditutupi selimut agar hangat sebelum dilakukan pertolongan lain bila
perlu.

c. Efek dari Kejut Listrik Terhadap Manusia


Sengatan listrik (electric shock) memiliki efek terhadap manusia, seperti :
 Efek pada jantung (Cardiac)
Arus AC 30-200mA dapat menyebabkan ventricular fibrillation (VF)*.Sementara
arus diatas 5A dapat menyebabkan asystole*. Efek lainnyaadalah rusaknya
pembuluh jantung (myocardial).
 Efek pada otot tulang
Arus listrik lebih dari 15 -20 mA memunculkan gejala kontraksi yang hebat
(tetanic contraction) yang menyebabkan tubuh sulit melepaskan diridari
sumber listrik mengakibatkan sindrome pelepasan lengan dan tulang belakang
jika sengatan listrik mengenai lengan.
 Cedera otot
Thrombosis (pembekuan darah) dan occlusion
(penyumbatan dalam pembuluh) yang menghasilkan ischaemia (arteri koroner)
dan necrosis(kem atian sel atau jaringan).Yang terjadi pada lengan
mengakibatkankerusakan otot dan memerlukanamputasi.
 Cedera susunan syaraf (Neurological injuries)
 Dapat terjadi kerusakan terpusat atau sebagian dan seketikamaupun jangka
panjang.
Jika sengatan listrik melewati kedua bahu, makakerusakaan sumsum tulang
belakang dapat terjadi.Sementara sengatanlistrik pada bagian kepala
menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan,dan pengaruh jangka panjangnya
seperti epilepsi, encephalopathy, dan Parkinsonism.

Efek lain dari sengatan listrik juga mengakibatkan gagal ginjal, pecahnya
gendang telinga (tegangan tinggi), katarak.

d. Cara Mencegah Terjadinya Kejut Listrik


1. Jangan bergurau saat memasang instalasi.
2. Tidak boleh menekan tombol semabarangan
3. Memakai sepatu yang tertutup dan bersol baik (sepatu safety).
4. Pastikan kondisi badan tidak basah saat memasang instalasi.

2. Kebakaran
Timbulnya kebakaran listrik akibat penggunaan energi listrik disebabkan
oleh:
a. Penggunaan stop kontak atau adaptor yang berlebihan
Yang dimaksudkan di sini adalah penyambungan beban yang berlebihan sehingga
melampaui kapasitas stop-kontak atau kabel yang mencatu dayanya. Sehingga
terjadi percikan api pada saat mencolokkan listrik. Bila percikan tersebut mengenai
benda yang mudah terbakar, maka kebakaran bukan hal yang mustahil untuk terjadi.
b. Penggunaan kabel yang tidak sesuai dengan beban
Salah satu faktor yang menentukan ukuran kabel atau penghantar
adalah besar arus nominal yang akan dialirkan melalui kabel atau penghantar
tersebut sesuai dengan lingkungan pemasangannya, terbuka atau tertutup. Hal ini
karena isolasi kabel rusak yang disebabkan gigitan binatang, sudah tua, mutu kabel
jelek dan penampang kabel terlalu kecil yang tidak sesuai dengan beban listrik
yangmengalirinya. Dasar pertimbangannya adalah efek pemanasan yang dialami
oleh penghantar tersebut jangan melampaui batas. Bila kapasitas arus terlampaui
maka akan menimbulkan efek panas yang berkepanjangan yang akhirnya bisa
merusak isolasi dan atau membakar benda-benda sekitarnya. Agar terhindar dari
peristiwa kapasitas lebih semacam ini maka ukuran kabel harus disesuaikan
dengan peraturan instalasi listrik.
c. Percikan api yang terjadi karena kesalahan isolasi
Percikan bunga api pada peralatan listrik atau ketika memasukkan dan
mengeluarkan soket ke stop-kontak pada lingkungan kerja yang berbahaya dimana
terdapat cairan, gas atau debu yang mudah terbakar.
d. Instalasi kontak yang jelek
Korseleting listrik (hubung singkat) terjadi karena adanya
hubungan kawat positip dan kawat negatip yang beraliran listrik. Terkadang untuk
memperkuat sekering atau MCB (miniature Circuit Breaker), mengganti dengan
ukuran yang lebih besar. Sehingga listrik tidak jatuh saat terjadi beban berlebihan,
tetapi akan mengakibatkan sambungan listrik terbakar.
e. Penggunaan peralatan listrik dengan kualitas rendah.
Dampak Kebakaran Listrik Terhadap
Manusia
 Mengalami luka bakar
Kecelakaan listrik dapat menyebabkan manusia mengalami luka ringan
maupun berat.
 Kematian
Kecelakaan listrik yang arusnya besar dapat menyebabkan kematian
terhadap manusia
 Kerugian material
Dalam kejadian kebakaran listrik di sebuah rumah ataupun
industry menyebabkan harta benda manusia ikut terbakar.
Pencegahan dan penanggulan bahaya Kebakaran
 Yakinkan isolasi kabel tidak terkelupas / pecah atau sambungan
terminaltidak kendor yang bisa berakibat terjadinya percikan bunga api.
Jikamendapati hal- hal yang demikian segera laporkan dan dibuatkan
perbaikan.
 Apabila menjalankan salah satu motor , kemudian MCB trip
kembalisebaiknya hanya kita lakukan maximum 2 kali untuk meresetnya
dansegera kita informasikan Crew untuk mengecek / memperbaikinya.
 Apabila terjadi kebakaran segera isolasi daerah yang terkena dan
gunakanalat pemadam kebakaran yang sesuai untuk memadamkannya

3. Radiasi
Menurut pakar kelistrikan yang setuju bahaya radiasi listrik , batas aman bagi kita
pada jarak +3 meter dan berada selama 4 jam terus menerus pada lingkunganyang
terjangkau radiasi.

2.3.4 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Listrik


Penyebab terjadinya kecelakaan listrik, diantaranya :
a. Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh
akan menimbulkan bahaya kejut
b. aringan dengan hantaran
telanjang c. Peralatan listrik yang
rusak
d. Kebocoran listrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam,
apabilaterjadi kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau
body
e. Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
f. Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga
dapat menimbulkan bahaya kebakaran
g. Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak ( stop kontak) dengan
kotak tusuk lebih satu (bertumpuk)

2.3.5 Upaya Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Listrik


Langkah- langkah konkrit mencegah terjadinya kecelakaan kerja
pada saat bekerja dengan aliran listrik, berikut merupakan langkah-langkahnya :
a. Memberikan pelatihan kepada para pekerja antara lain meliputi:
 Menjelaskan potensi bahaya yang mungkin terjadi
 Menjelaskan cara penggunaan APD yang benar.
b. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :sepatu bot dari
bahan karet atau berisolasi dan tidakdiperkenankan dengan kaki telanjang.
c. Memastikan tangan dan kaki tidak dalam kondisi basah pada waktu bekerja
yang berhubungan dengan instalasi listrik.
d. Memasang / memberi tanda bahaya pada setiap peralatan instalasi
listrikyang mengandung risiko atau bahaya (voltage tinggi).
e. Memastikan system pentanahan (grounding) untuk panel atau instalasi listrik
yang dipergunakan untuk bekerja sudah terpasang dengan baik.
f. Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap panel atau instalasi listrik
lainnya, bila petugas pemeriksa menemukan pintu panel dalam keadaan terbuka
atau tidak terkunci maka petugas tersebut harus memeriksa keadaan panel
tersebut dan segera mengunci.
g. Memeriksa kondisi kabel listrik, bila menemukan kabel listrik dalam
kondisi terkelupas atau sambungan tidak dibalut dengan isolasi harus segera
diperbaiki dengan membungkus kabel listrik tersebut dengan bahan isolator.
h. Menempatkan dan mengatur sedemikian rupa terhadap jaringan atau
instalasi listrik untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja akibat listrik.
i. Menyesuaikan ukuran dan kualitas kabel listrik yang dipergunakan
disesuaikan dengan kebutuhan.
j. Pekerja yang tidak terlatih atau tidak ahli atau bukan instalatur
tidak diperkenankan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik.
k. Pada waktu memperbaiki instalasi listrik, memastikan aliran listrik dalam
kondisi mati dan memasang label / tanda peringatan pada panel atau switch on /
off “Aliran listrik Jangan Dihidupkan” untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja akibat aliran listrik yang dihidupkan dengan tiba-tiba oleh petugas yang
lainnya atau pekerja.
l. Memastikan bahwa alat-alat yang menggunakan aliran listrik harus sudah
dicabut dari stop kontak sebelum meninggalkan pekerjaan.

2.4 Alat Pelindung Diri Keselamatan Kerja Listrik


2.4.1 Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harusdigunakan oleh
personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.Semua tempat yang
dipergunakan untuk menyimpan ,memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia
dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya. APD merupakan peralatan
yang harus disediakan oleh pengusaha olehkaryawan. Kewajiban menggunakan APD itu
sendiri telah disepakati oleh pemerintah melalui departement tenaga kerja Republik
Indonesia .
1. Pelindung kepala
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet.pelindung kepala yang dikenal ada 4
jenis,yaitu Hard hat kelas A , kelas B , kelas C dan bump cap klasifikasi masing-masing
jenis adalah sebagai berikut:
a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuhdan
melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.
b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuhdan
melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.
c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh,tetapi tidakmelindungi dari
kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.
d. Bump cap
Bump cap dibuat dari plastic dengan berat yang ringan untuk melindungikepala dari
tabrakan dengan benda yang menonjol .bump cap tidak
menggunakansystem suspensi,tidak melindungi dari benda yang jatuh ,dan tidak
melindungidari kejutan listrik.karenanya bump cap tidak boleh digunakan
untukmenggantikan hard hat tipe apapun.

2. Pelindung mata
Pelindung mata disebut dengan Safety Glasses. Safety Glasses berbedadengan kaca
mata biasa, baik normal maupun kir (Prescription glasses), karena pada bagian atas
kanan dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yangdapat menahan jenis sinar
UV (Ultra Violet) sampai persentase tertentu. Sinarultaraviolet muncul karena lapisan
ozon yang terbuka pada lapisan atmosfer bumi,UV dapat mengakibatkan pembakaran
kepada kulit dan bahkan Kanker kulit.

3. Pelindung wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah ;
a. Goggles
Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses karena goggles
terpasang dekat wajah.karena goggles mengitari area mata,maka goggles melindungi
lebih baik pada situasi yang mungkin tejadi percikan cairan, uap logam,uap, serbuk,
debu, dan kabut.
b. face shield.
face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan seringdigunakan pada
operasi peleburan logam,percikan bahan kimia ,atau partikel yangmelayang.Banyak
Face
shield yang dapat digunakan bersamaan dengan pemakaian Hard Hat. Walaupun
Facae Shield melindungi wajah, tetapi FaceShield bukan pelindung mata yang
memadai, sehingga pemakaian safety glassesharus dilakukan dengan pemakaian Face
Shield.
c. Welding Helmets
Jenis Pelindung Wajah yang lain adalah Welding Helmets (Topeng Las).Topeng las
memberikan perlindungan pada wajah danmata. Topeng las memakailensa absorpsi
khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yangdihasilkan selama
operasi pengelasan. Sebagaimana Face Shield, Safety Glassesatau Goggles harus
dipakai saat menggunakan Helm Las.
d. Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat zat berbau menyengatdan dari debu
yang merugikan.

4. Pelindung Tangan
Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkancacat adalah
tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Tangan
manusia sangat unik. Tidak ada bentuk lain di dunia yangdapat mencengkram,
memegang, bergerak dan memanipulasi benda seperti tanganmanusia. Karenanya tangan
harus dilindungi dan disayangi. APD tangan dikenaldengan Safety Glove dengan berbagai
jenis penggunaanya. Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang
tidak terbatas hanya untukmelindungi dari bahan kimia.
Jenis-Jenis Safety Glove;
a. Sarung Tangan Metak Mesh
Sarung metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga
terpotong. b. Sarung tangan Kulit
Sarung tangan yang terbuat dari kulit ini akan Melindungi tangan dari permukaan
kasar. c. Sarung tangan Vinyl dan neoprene
Melindungi tangan terhadap bahan kimia
beracun d. Sarung tangan Padded Cloth
Melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran
danVibrasi. e. Sarung tangan Heat resistant
Mencegah terkena panas dan api
f. Sarung tangan karet
Melindungi saat bekerja disekitar arus listrik karena karet merupakanisolator
(bukan penghantar listrik)
g. Sarung tangan Latex disposable
Melindungi tangan dari Germ dan bakteri, sarung tangan ini hanya untuksekali
pakai. h. Sarung tangan lead lined
Digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.

5. Pelindung Kaki
Para ahli selama berabad-abad membuat rancangan dan struktur umtuk kaki
manusia. Kaki manusia sangat kokoh untuk mendukung berat seluruh badan,dan cukup
Flexible untuk memungkinkan berlari, bergerak, ataupun pergi. Tanpa kaki dan jari-jari
kaki, kemampuan bekerja akan sangat berkurang. Hal-Hal yang dapat menyebabkan
kecelakan pada kaki salah satunya adalah akibat bahan kimia. Cairan seperti asam,
basa, dan logan cair dapat menetes ke kaki dan sepatu. Bahan berbahaya tersebut
dapat menyebabkan luka bakar akibat bahan kimia dan panas.Banyak jenis jenis
sepatu keselamatan dan diantaranya adalah
a. Sepatu Latex/Karet
Sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan
licin. b. Sepatu Buthyl
Sepatu Buthyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde,alcohol, asam,
garam, dan basa.
c. Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan
darah. d. Sepatu Nitrile
Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.

6. Pelindung Telinga
Pelindung Telinga tidak boleh dianggap enteng terutama untuk pekerjayang
bekerja di tempat yang berkondisi bising baik itu dari gesekan benda-benda keras
ataupun bunyi-bunyi keras dari mesin. APD yang digunakan untuk kondisi seperti ini
adalah dengan menggunakan Ear Phone, system kerja alat Earphone ini yaitu meredan
suara yang akan masuk ke telinga sehingga suara bising tidak mengganggu dan
merusak system kerja telinga, karena manusia mempunyai batas pendengaran, apabila
kekerasan suara yang terlalu keras maka akan memyebabkan Kerusakan pada
gendang telinga.

7. Tali Keselamatan
Tali Keselamatan Disebut Safety Belt, safety Belt diperlukan untuk perlindungan
diri pekerja yang melakukan pekerjaannya yaitu diketinggian danagar mengurangi
resiko jatuh langsung dari ketinggian

32

Anda mungkin juga menyukai