Pabrik minyak kelapa sawit PT. Indosawit Subur merupakan salah satu bangunan
bertingkat yang ada di daerah kota Pelalawan Provinsi Riau yang berbentuk bangunan tinggi
sehingga perlu dilindungi dari bahaya sambaran petir yaitu dengan memasang penangkal petir.
Jaringan penangkal petir yang baik memiliki peralatan dan perlengkapan yang baik dan
resistansi pentanahan atau tahanan pentanahan kurang dari 5 Ohm. Untuk mengetahui jaringan
tahanan pentanahan dan sistem penangkal petir di pabrik maka dilakukan evaluasi terhadap
unjuk kerjanya dengan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan topik masalah petir dan
pentanahan, megumpulkan data terkait layout instalasi penangkal petir, pemeriksaan peralatan
proteksi eksternal yang terpasang dan pengukuran tahanan pentanahan dengan Grounding
Testermeter . Data yang diperoleh ditata dan dilakukan perhitungan kemudian dianalisa dan
hasilnya dibandingkan dengan standar yang berlaku. Tingkat perlindungan sistem proteksi
sambaran petir di Pabrik tidak menyebabkan bahaya ikutan yang tidak terkendali seperti pusat
instalasi nuklir sehingga cukup instalasinya bersifat konvensional yang dilengkapi dengan 47
Finial, 19 penghantar turun dan 19 pentanahan. Berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan nilai tahanan pentanahan di pabrik sebesar 1,7 sampai dengan 2,6 Ohm. Nilai
tersebut memenuhi persyaratan standar instalasi penangkal petir yaitu lebih kecil dari 5 Ohm,
sehingga instalasi penangkal petir di IRM masih dapat berfungsi dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata pertahun yang
sangat tinggi. Demikian memiliki resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat terkena
sambaran petir. Pabrik minyak kelapa sawit PT. Indosawit Subur merupakan salah satu
bangunan bertingkat yang ada di daerah kota Pelalawan Provinsi Riau . Dimana gedung
tersebut merupakan pabrik yang memiliki intensitas kegiatan yang tinggi sehingga
memerlukan keamanan dan kenyaman dari berbagai gangguan salah satunya gangguan alam
yaitu sambaran petir. Untuk menghindari bahaya sambaran petir maka diperlukan sistem
penangkal petir.
Penangkal petir yang baik mempunyai tahanan pentanahan yang dibuat sekecil mungkin
agar bila terjadi petir arus dapat mengalir ke dalam tanah secara cepat dan netral sehingga
tidak merusak benda-benda yang dilewatinya. Untuk memberikan tingkat perlindungan yang
lebih baik, besarnya tahanan pentanahan ditentukan berdasarkan pada fungsi dari gedung
tersebut. Sebagai contoh untuk keamanan melindungi fisik pabrik tahanan pentanahan < 5 Ω,
pentanahan diupayakan < 2 Ω. Agar suatu sistem grounding atau pentanahan (pembumian)
Untuk mengetahui apakah sistem grounding atau pentanahan sudah benar terhubung ke
bumi, maka kita harus melakukan pengukuran terhadap sistem grounding menggunakan alat
ukur grounding atau Grounding Tester. Evaluasi terhadap sistem penangkal petir di pabrik
dilakukan dengan memantau kondisi jaringan dan mengukur nilai tahanan pentanahan yang
dikombinasikan dengan studi terhadap literatur yang terkait. Penilaian terhadap unjuk kerja
dilakukan dengan studi literatur, dokumen layout instalasi penangkal petir pabrik,
pentanahan dengan menggunakan Grounding Tester atau Earth Testermeter merek Kyoritsu
dengan model 4102A. Data yang diperoleh dianalisa kemudian hasilnya dibandingkan
1. Bagaimana mengevaluasi sistem penangkal petir pada PT. Indosawit Subur sesuai standar
2. Bagaimana sistem perbaikan pada PT. Indosawit yang sesuai Permenaker No.
2/MEN/1989.
2. Untuk memberi pertimbangan rekomendasi yang tepat dan sesuai sesuai Permenaker No.
sekecil mungkin. Tujuannya adalah agar bila terjadi petir, arus dapat mengalir ke dalam
tanah secara cepat dan netral. Jika nilai resistansi pembumian terlalu besar akan
berdampak negatif yaitu dapat merusak benda-benda yang dilewatinya. Jadi instalasi
penangkal petir harus berfungsi sempurna dan harus mempunyai nilai hambatan sekecil
tingkat perlindungan yang lebih baik, besarnya tahanan pentanahan juga ditentukan
berdasarkan pada fungsi dari gedung tersebut, misalnya untuk keamanan melindungi
barang-barang elektronik yang berada di dalam gedung, tahanan pentanahan <2 Ω dan
bila di lebih kecil lebih baik. Besar nilai tahanan suatu elektroda dari sistem pembumian
dipengaruhi oleh tahanan jenis tanah dan kandungan air. Untuk mengurangi penurunan
tahanan pentanahan akibat pengaruh musim, khususnya di negara kita yang beriklim
dimana terdapat sumber air tanah. Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap
perubahan tahanan jenis tanah dan akan mempengaruhi nilai tahanan pembumian.
Apabila kandungan air cukup besar maka tahanan jenis tanah akan kecil. Sistem
grounding, pentanahan (pembumian) yang baik antara lain kabel penghantar yang
grounding atau pentanahan yang terpasang sudah benar terhubung ke bumi/tanah dengan
baik, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan Grounding Tester atau Earth
Testermeter.
Sistem proteksi petir konvensional memiliki tiga bagian utama yaitu batang
penangkal petir, kabel konduktor, serta tempat pembumian. Batang penangkal petir atau
yang lebih sering disebut Air Thermination atau Finial adalah perangkat utama yang akan
melakukan kontak langsung terhadap sambaran petir di udara. Oleh sebab itu ujung finial
sebagai ujung tombak penangkap muatan dan di tempatkan paling tertinggi. Down
pengetanahan. Secara umum penghantar turun ini dipakai kawat konduktor jenis Bare
petir eksternal yang tujuannya adalah untuk membuang arus petir ke tanah tanpa
membahayakan orang atau kerusakan instalasi di dalam struktur yang harus dilindungi.
Besar tahanan pembumian tergantung oleh jenis tanah dan kedalaman elektroda
semakin kecil.
finial, down conductors dan jalur turun dengan batang pentanahanan. Suatu instalasi
penangkal petir yang telah terpasang harus dapat melindungi semua bagian dari struktur
bangunan dan arealnya, termasuk manusia serta peralatan yang ada di dalamnya terhadap
ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Areal perlindungan sambaran petir
dari struktur bangunan dapat diketahui dengan menggunakan metode sudut proteksi 60
derajat.
Data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran disusun dan dilakukan
R 1+ R 2+ R 3
Rrerata =
Rn
...............................................................................................(1)
1 1 1 1
= + + .......................................................................................................
Rtotal R 1 R 2 R 3
(2)
BAB III
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data dalam yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi,
pengukuran, studi pustaka dan wawancara. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap objek yang dievaluasi. Hasil observasi antara lain; gambar perncanan,
data tinggi, lebar dan panjang bangunan dan data hari guruh. Pengukuran dilakukan untuk
mendapatkan data panjang terminasi penangkal petir konvensional dan pengukuran tahanan
pentanahan.
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari seluruh aspek teoritis dari berbagai referensi
untuk memperoleh rumusan dan standar-standar yang digunakan dalam evaluasi sistem
penangkal petir yang terpasang. Adapun standar yang digunakan adalah Standar Nasional
Indonesia SNI 03-7015-2004, NFC 17-102, PUIL 2000. Wawancara dilakukan guna melengkapi
yang berhubungan dengan objek yang dievaluasi kepada pihakpihak yang bersangkutan.
Selain kepada pihak yang bersangkutan dengan objek yang dievaluasi juga dilakukan
wawancara kepada pihak lain yang memahami tentang masalah yang berhubungan dengan objek
yang dievaluasi. Langkah awal pada tahap evaluasi yakni dimulai dengan pengambilan data.
Pada tahapan ini data yang diperlukan meliputi data hasil observasi, pengukuran dan studi
pustaka. Data observasi meliputi denah gedung dan Hari Guruh. Denah gedung digunakan untuk
menghitung luas daerah yang memiliki angka sambaran petir dan untuk menganalisa radius
proteksi serta penentuan letak terminasi udara baik dari kedua metode yang digunakan pada tiap-
tiap bangunan.
Data jenis bahan bangunan dan hari guruh digunakan sebagai penentuan besarnya
kebutuhan bangunan akan adanya sistem penangkal petir berdasarkan indeksindeks standar yang
digunakan, selain itu data hari guruh juga digunakan untuk menghitung besarnya kerapatan
sambaran petir ke tanah. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh referensi mengenai
rumusan-rumusan serta standar yang akan digunakan untuk menentukan radius proteksi,
Langkah selanjutnya adalah analisa data. Pada tahap ini dilakukan analisa perhitungan
terhadap data-data yang diperoleh untuk analisa penentuan tingkat proteksi berdasarkan standar
Permenaker No. 2/MEN/1989, dan PUIL 2000. Dilihat dari ukuran minimum bahan yang
digunakan dan untuk terminasi bumi berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000
Pasal 3. 13.2. 10 dilihat dari tahanan pentanahan yang didapatkan dari hasil pengukuran. Apabila
hasil dari analisa data tidak sesuai dengan standar maka dilakukan evaluasi berdasarkan standar
Setelah melakukan evaluasi sistem penangkal petir di Pabrik dan menganalisa data-data
yang ada, maka dapat disimpulkan: Tingkat perlindungan sistem proteksi sambaran petir di
pabrik dikelompokkan dalam tingkat perlindungan untuk bangunan atau instalasi yang tidak
menyebabkan bahaya ikutan yang tidak terkendali seperti pusat instalasi nuklir sehingga cukup
instalasinya bersifat konvensional yang dilengkapi dengan 47 Finial, 19 penghantar turun dan 19
pentanahan. Nilai tahanan pentanahan dipengaruhi curah hujan. Curah hujan yang banyak
mempengaruhi tanah menjadi lembab dan kandungan air cukup besar sehingga tahanan jenis
tanah akan kecil dan tahanan pentanahan menjadi kecil. Nilai tahanan pentanahan di pabrik
antara 1,7 sampai dengan 2,6 Ohm, nilai tersebut memenuhi persyaratan standar instalasi
penangkal petir yaitu di bawah 5 Ohm, sehingga instalasi penangkal petir di pabrik berfungsi
secara normal, namun belum dapat melindungi peralatan elektronik yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Kharisma D.2007. “Pengaruh Kedalaman Penanaman dan Jarak Elektroda Terhadap Nilai
Tahanan Pembumian” Jurnal ilmu-ilmu teknik, Vol. 5.
Badri, Sepnnur.2014.“Sistem Proteksi Petir Internal dan Ekternal” Jurnal teknik Elektro ITP,
Vol.3. 4.