Anda di halaman 1dari 16

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Persalinan

2.1.1 Definisi persalinan

Persalinan adalah hasil pengeluaran konsepsi (janin dan plasenta) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup dalam kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Manuaba,2010:164).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia cukup

bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri) (Johariyah, 2012: 1).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus Ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usai

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan (infartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum infartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan

serviks (JNPK-KR: 2008: 37).

2.1.2 Jenis-jenis persalinan

1. Persalinan spontan

Persalinan dikatakan spontan jika persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir.

4
5

2. Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan

tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi

SectioCaesaria.

3. Persalinan anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi berlangsung dari luar

dengan jalan rangsangan (Johariyah: 2012: 1).

2.1.3 Sebab-sebab mulainya persalinan

Sebab-sebab mulainya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori

yang kompleks. Teori-teori persalinan terdiri dari :

1. Penurunan hormon progesteron

Proses penurunan fungsi plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28

minggu,dimana terjadinya penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah

mengalami penyempitan dan bantu produksi progesteron menurun sehingga

otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin.

2. Teori oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior perubahan hormon

estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga

terjadi his.

3. Keregangan Otot-Otot

Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas

tertentu,setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan

dapat dimulai.

5
6

4. Pengaruh janin

Kehamilan dengan anensephalus sering terjadi keterlambatan persalinan

karena tidak terbentuk hipotalamus,dari berbagai percobaan maka dapat

disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus –pituitari dengan mulainya

persalinan.

5. Teori prostaglandin

Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu.Prostagladin

dihasilkan oleh desidua, dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga

hasil konsepsi dikeluarkan. Pemberian oksitosin pada kehamilan dapat

menimbulkan his (Sulistyawati, 2009: 5)

2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan

a. Lightening atau settling atau droopping yaitu kepala turun memasuki pintu dan

panggul terutama primigravida,Pada multipara tidak begitu terlihat karena

kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.

b. Perut kelihatan lebih melebar,fundus uteri menurun.

c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan

oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi –kontraksi lemah

dari uterus (false labir pains).Kadang-kadang disebut dengan false labor pains.

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah biasanya

bercampur darah (bloody show)

Tanda inpartu :

1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering dan teratur.

6
7

2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendiri

4) Pada pemeriksaan dalam,serviks mendatar dan pembukaan telah ada

(Kusmawati,Ina 2014:9)

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power (kekuatan/tenaga)

Kekuatan yang mendorong janin saat persalinan adalah his,kontraksi otot-

otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament.

2. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri atas bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

dan bagian lunak (otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen).

3. Passenger (janin dan plasenta)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi

dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kepala janin banyak

mengalami cedera pada saat persalinan sehingga dapat membahayakan

kehidupan janin. Pada persalinan, karena tulang-tulang masih dibatasi fontanel

dan sutura yang belum keras, maka pinggir tulang dapat menyisip antara tulang

yang satu dengan tulang yang lain (molase), sehingga kepala bayi bertambah

kecil. Biasanya jika kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian lain janin

akan mulai menyusul (Kuswanti, Ina 2014:25)

7
8

2.1.6 Tahapan Persalinan (Kala I, II, III, IV)

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Pada kala I persalinan di mulainya proses persalinan yang di tandai dengan

adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada

serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.Kala pembukaan dibagi atas 2

fase yaitu:

1. Fase laten, yaitu Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

2. Fase aktif, yaitu Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase yaitu:

a) Periode akselerasi: Berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal: Selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat

menjadi 9 cm.

c) Periode diselerasi: Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm (lengkap) (Johariyah : 2012 : 7)

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama,

kira-kira 2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun dan masuk keruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui

lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.Karena tekanan pada rectum,

ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.Pada waktu

his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.

Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh

8
9

seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada

multi ½ - 1 jam (Johariyah: 2012 : 7)

c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.Uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua lebih

tebal dari sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan

pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong

ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas

simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-

kira 100-200 cc (Johariyah: 2012: 7).

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir untuk

mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Lamanya persalinan pada primi selama 14 ½ jam dan pada multi selama 7 ¾

jam (Johariyah: 2012: 7).

2.1.7 Mekanisme Persalinan

a. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dalam keadaan sinklitismus,

yaitu bila arah sumbu janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.

Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu

kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.

b. Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang

paling kecil.

9
10

c. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

d. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin

disebabkan oleh his yang brulang-ulang, kepala mengadakan putaran paksi

dalam.

e. Dalam mengadakan rotasi, ubun-ubun akan berputar ke arah depan, sehingga di

dasar panggul ubun-ubun kecil di bawah simpisis. Sesudah maka dengan

suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk

dapat dilahirkan.

f. Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak, perineum

menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan

kekuatan his suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan

defleksi untuk dapat dilahirkan. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan

mengedan, berturut-turut, tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu.

g. Setelah kepala lahir, kepala segera mengedakan putaran paksi luar untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.

h. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga

panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,

sehingga di dasar panggul apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada

dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih

dahulu, baru kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trohanter

depan terlebih dahulu, baru kemudian trohanter, belakang, kemudian bayi lahir

(Sulistyawati,2009: 10).

10
11

2.2 Tinjauan Khusus Tentang Serotinus

2.2.1. Definisi

Persalinan serotinus adalah persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu

dan pada janin terdapat postmaturitas (Manuaba,2010:243).

Serotinus adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan umur kehamilan lebih

dari 42 minggu lengkap. Masalah yang timbul pada partus serotinus ini ialah

meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Kehamilan post date atau

kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang umurnya lebih dari 42 minggu.

Kehanilan post date adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu

lengkap (Sujiyatini,2009: 34)

Serotinus digambarkan sebagai kehamilan yang berlangsung melebihi 42

minggu antara lain kehamilan yang berlangsung selama 294 hari setelah haid

terakhir atau 280 hari setelah ovulasi/fertilisasi (Varney,2009:383)

2.2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya lewat bulan sampai saat ini belum diketahui. Beberapa

teori pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan lewat bulan sebagai

akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori mengenai lewat

bulan yaitu:

1. Pengaruh progesterone

Penurunan hormon progotesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan

kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler

pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas pada uterus terhadap oksitosin

11
12

sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadinya kehamilan posstterm adalah

karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.

2. Teori oksitosin

Pemakainan oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan lewat

bulan memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis

memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan

oksitosin dari neurohipofisis. Wanita hamil yang kurang pelepasan oksitosin

dari neurohipofisis pada kehamilan lanjut di duga sebagai salah satu faktor

penyebab serotinus.

3. Teori kortisol

Dalam teori ini diberikan sebagai pemberi tanda di mulainya persalinan

adalah janin. Hal ini diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma

janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi

progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya

berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada janin yang

mengalami cacat bawaan seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan

tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin

tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat

bulan.

4. Syaraf uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan

membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan

pada pleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian

12
13

bawah masih tinggi, semua hal tersebut diduga sebagai penyebab terjadinya

serotinus

5. Herediter

Bahwa seorang ibu yang mengalami serotinus, mempunyai kecenderungan

untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. (Fadlun, 2011: 87)

2.2.3 Diagnosa

Diagnosa kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus naegle

setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka

pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan

informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. (Rahmawati. 2011:74)

Dalam menentukan diagnosa kehamilan serotinus di samping dari riwayat

haid, sebaiknya juga di lihat hasil pemeriksaan antenatal.

Ada beberapa syarat yang harus di penuhi dalam mendiagnosa kehamilan

lewat waktu, antara lain :

1. HPHT jelas

2. Dirasakan gerak janin pada umur kehamilan 18-20 minggu.

3. Terdengar denyut jantung janin normal 12-14 minggu dengan Doppler.

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kahamilan serotinus apabila telah

lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler

1. Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali

2. Telah lewat 22 minggu sejak terdengar DJJ pertama kali dengan stetoskop

Leanec (Rahmawati. 2011 : 74).

13
14

2.2.4 Dampak dalam kehamilan serotinus

Kehamilan serotinus mempunyai resiko tinggi dari kehamilan aterm, terutama

terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan post partum) berkaitan

denga aspirasi mekonium dan asfiksia. Dampak kehamilan possterm adalah sebagai

berikut :

a. Dampak pada ibu

Morbiditas/Mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari mikrosomia

janin dan tulang tengkorak janin menjadi lebih keras yang menyebabkan

distosia persalinan, his koordinasi, partus lama, meningkatkan tindakan

obstetrik dan persalinan traumatis/perdarahan post partum akibat bayi besar.

a. Aspek emosi: Ibu dan keluarga menjadi cemas bila kehamilan terus

berlangsung melewati tafsiran persalinan.

b. Distosia karena aksi uterus tidak terkordinir,janin besar,dan moulding

(moulage) Kepala kurang sehingga sering dijumpai partus lama,kesalahan

letak,inersia uteri,distosia bahu dan perdarahan post partum.

(Rahmawati, 2011: 73)

b. Dampak pada janin

1. Berat badan janin

Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi

penurunan berat badan janin. Namun seringkali pula plasenta masih dapat

berfungsi sehingga berat badan janin bertambah terus dengan

bertambahnya umur kehamilan, resiko sehingga persalinan bayi dengan

berat > 4000 gr meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan aterm.

14
15

2. Sindroma posmaturitas

Umumnya di dapat sekitar 12-20% dengan tanda- tanda posmaturitas

pada kehamilan possterm. Berdasarkan derajat infusiensi plasenta yang

terjadi tanda- tanda bayi serotinus dapat di bagi dalam 3 stadium:

a) Stadium I : Kulit menunjukan kehilangan vernikskaseosa dan maserasi

berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

b) Stadium II : Gejala di atas di sertai pewarnaan mekonium (kehijauan )

pada kulit.

c) Stadium III : Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali

pusat (Rahmawati, 2011: 73).

2.2.5 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan

yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama

(sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28

minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu).

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kehamilan lewat bulan adalah :

1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin

sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda isufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat

ditunggu dengan pengawasan ketat.

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah

matang boleh di lakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

15
16

4. Tindakan operasi secsiosesaria dapat dipertimbangkan pada insufisiensi

plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan yang belum

lengkap, persalinan lama, terjadi tanda gawat janin, primigavida tua, kematian

janin dalam kandungan, preeklampsia, hipertensi menahun, infertilitas dan

kesehatan letak janin (Sujiyatini, 2009: 37)

Prinsip tatalaksana kehamilan postterm adalah merencanakan pengakhiran

kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan

kesejahtraan janin dan penilaian skor pelvic.

Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:

a. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter voley

b. Induksi dengan oksitosin

c. Bedah seksio sesaria (Rahmawati. 2011:75)

2.3 Dasar Pemikiran Tentang Variabel Yang Di Teliti

1. Umur Ibu

Umur adalah lamanya seseorang hidup yang di hitung berdasarkan ulang tahun

terakhir. Umur ibu yang kurang dari 20 tahun secara fisiologis belum siap menjadi

seorang ibu begitu pula penentuan menu selama kehamilan masih terbatas dan

belum mampu menyesuaikan diri dengan keadaan. Sebaliknya dengan usia > 35

tahun secara biologis sudah tidak mampu menerima perubahan akibat kehamilan

secara optiminal sehingga dapat mengakibatkan kehamilan lewat bulan atau

serotinus (Manuaba,2010: 93).

16
17

2. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran seluruhya yang melahirkan bayi hidup. Paritas

mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada multipara, dominasi

fundus uteri lebih besar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih

rileks sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan dengan demikian

mengurangi lamanya pesalinan. Sedangkan pada grande multipara semakin banyak

jumlah janin, kehamilan menjadi semakin lama atau leawat bula. Hal ini diduga

akibat perubahan otot-otot uterus. (Rahmawati, 2011:230).

3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara

intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka diharapakan pengetahuan dan keterampilannya akan

semakin meningkat. Kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai

dengan meningkatnya pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat

dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya,semakin tinggi

pendidikan seorang ibu maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki

seseorang ibu tentang kehamilan dan resikonya khususnya serotinus,selain itu

apabila ibu diberi penyuluhan, ibu akan lebih cepat mengerti dibandingkan dengan

ibu yang memiliki pendidikan rendah (Yulianti,2012: 160).

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu yang

beraktifitas di luar rumah memiliki pengetahuan atau pengalaman lebih di

17
18

bandingkan ibu yang braktifitas di dalam rumah sehingga ibu yang beraktifitas di

luar rumah bisa mengetahui tentang kapan pemeriksaan harus di lakukan dan pada

kehamilan umur berapa yang telah lewat bulan (Sulistyawati . 2009 :105)

18
19

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Umur Ibu

Paritas

Serotinus

Pendidikan

Pekerjaan

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Konsep

19

Anda mungkin juga menyukai