DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUKAHAJI
Jl. H. Zakaria Belakang No. 24 Bandung 40293 Tlp. (022)6008251
I. Pendahuluan
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai
beban ganda (double burden), yaitu masalah penyakit menular dan
penyakit degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit
karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah administrasi.
Imunisasi merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran
penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat cost effective.
Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009,
imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas
Kementrian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata untuk
menurunkan angka kematian pada anak.
Kemajuan pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi
ke dalam penyelenggaraan pelayanan yang bermutu dan efisien. Upaya
tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang vaksin
baru saat ini yaitu IPV (Inactived Poliomielitis Vaccine) yang sudah
dilaksanakan di UPT Puskesmas SUKAHAJI.
1
III. Tujuan
Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian serta kecacatan akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Tujuan Khusus
1. Tercapainya target Universal Child Ummunization (UCI), yaitu
cakpan imunisasi lengkap minimal 80% bayi secara merata di
seluruh kelurahan.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal.
3. Eradikasi polio pada tahun 2020.
4. Tercapainya eliminasi campak.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
dysposal management).
2
b. Imunisasi Batita (anak usia dibawah 3 tahun)
Usia Pemberian Jenis Imunisasi
18 bulan DPT-HB-HiB
24 bulan Campak
3
Imunisasi tambahan hanya dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan dan atau
evaluasi. Meskipun diantaranya telah memiliki langkah-langkah
yang baku, namun karena ditujukan untuk mengatasi masalah
tertentu maka tidak dapat diterapkan secara rutin. Imunisasi
tambahan meliputi :
a. Backlog Fighting
b. Crash Program
c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
d. Sub PIN
e. Catch Up Campaign Campak
f. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization / ORI)
6. Pemberian Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus yang diberikan di UPT Puskesmas
SUKAHAJI adalah imunisasi Meningitis meningokokus yang
diberikan kepada jamaah haji, minimal diberikan 10 hari
sebelum keberangkatan.
7. Pemberian Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk
dalam imunisasi wajib, namum penting diberikan kepada bayi,
anak dan dewasa. Imunisasi pilihan yang diberikan di UPT
Puskesmas SUKAHAJI adalah imunisasi influenza dan
Pneumonia bagi calon jemaah haji.
8. Sweeping imunisasi
Sweeping imunisasi dilakukan di wilayah dengan cakupan
rendah dan di sekolah dengan cakupan BIAS yang masih
dibawah target.
4
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Penyebab KIPI menurut
WHO yaitu :
a. Kesalahan program/ teknik pelaksanaan imunisasi yang
meliputi kesalahan penyimpanan, pengelolaan, dan tata
laksana pemberian vaksin.
b. Induksi vaksin (reaksi vaksin) yang pada umumnya sudah
dapat diprediksi karena merupakan reaksi simpang vaksin
dan secara klinis biasanya ringan.
c. Faktor kebetulan (koinsiden) yaitu kejadian yang timbul
terjadi secara kebetulan yang ditandai dengan ditemukannya
kejadian yang sama pada anak yang tidak diimunisasi.
d. Penyebab tidak diketahui, bila masalah yang dilaporkan
belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab.
Apabila dalam pelaksanaan kegiatan petugas menemukan
kasus KIPI maka langkah selanjutnya adalah pelacakan dan
pelaporan kasus KIPI.
11.Sweeping data imunisasi ke Rumah Sakit di wilayah kerja
Pengambilan data bayi yang diimunisasi di rumah sakit
adalah bayi yang termasuk kedalam cakupan wilayah kerja UPT
Puskesmas SUKAHAJI.
12.Pembinaan Bidan Praktik Mandiri
Pengelolaan vaksin di layanan swasta harus dibina agar
kualitas pelayanan imunisasi lebih baik.
1. Perencanaan imunisasi
Perencanaan program imunisasi rutin dilakukan setiap
bulan berdasarkan kebutuhan yaitu :
a. Menentukan sasaran yang harus diimunisasi. Jumlah
sasaran bayi sudah ditentukan ole Dinas Kesehatan,
sedangkan sasaran BIAS berdasarkan data dari SD/MI
setempat. Sasaran bayi (pada kohort bayi) yang belum
5
diimunisasi akan direkap oleh pengelola imunisasi sebagai
sasaran saat posyandu berikutnya.
b. Menghitung target cakupan. Target cakupan imunisasi 1
tahun dibagi per bulan untuk mengetahui sasaran di bulan
tersebut.
c. Menghitung Index Pemakaian (IP) vaksin berdasarkan
jumlah cakupan imunisasi yang tercapai secara absolut
dibagi dengan jumlah vaksin yang dipakai.
d. Menghitung kebutuhan vaksin berdasarkan sasaran, target
dan IP vaksin. Kebutuhan vaksin pada bulan berjalan akan
dikurangi dengan sisa vaksin bulan lalu sehingga stok
vaksin akan sesuai dengan kebutuhan. Sebelum
menyiapkan kebutuhan vaksin, petugas akan melihat nomor
batch, VVM dan masa kadaluarsa vaksin.
e. Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box. Alat
suntik yang digunakan dalam program imunisasi adalah
0,05 ml, 0,5 ml dan 5 ml. Safety box digunakan untuk
menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi sebelum
dimusnahkan. Safety box ukuran 2,5 liter mampu
menampung 50 alat suntik bekas, sedangkan safety box 5
liter menampung 100 alat suntik bekas.
2. Pelayanan imunisasi rutin
Pelayanan imunisasi rutin dilakukan di dalam gedung dan
luar gedung (posyandu). Pelayanan imunisasi dalam gedung
dilaksanakan setiap hari Selasa (semua jenis vaksin) dan Jumat
(semua jenis vaksin kecuali BCG dan Campak). Pelayanan
imunisasi di luar gedung dilaksanakan di semua posyandu,
petugas akan membawa vaksin ke posyandu. Sisa vaksin yang
sudah dibuka di posyandu akan langsung dibuang sedangkan
vaksin yang masih utuh akan dipakai untuk jadwal
selanjutnya.
3. Pengambilan vaksin dan logistik imunisasi rutin dan BIAS
Setelah mengetahui jumlah sasaran dan kebutuhan program
imunisasi, maka pengelola imunisasi akan melakukan
pengambilan vaksin dan logistik imunisasi ke gudang vaksin
Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan menggunakan
kendaraan operasional puskesmas. Petugas akan membawa
surat tugas, surat permintaan vaksin, termos vaksin dan
coolpack sesuai kebutuhan.
6
4. Kegiatan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
Langkah-langkah kegiatan BIAS :
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah pendataan sasaran
dan penjaringan status imunisasi, sosialisasi, persiapan
logistik. Pendataan dilaksanakan secara langsung
mengunjungi 23 SD/MI di wilayah kerja UPT Puskesmas
SUKAHAJI bekerjasama dengan pengelola program Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS).
b. Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan hal yang penting adalah
menyiapkan vaksin dan logistik lainnya. Petugas membawa
vaksin dengan menggunakan vaccine carrier yang berisi cool
pack/ kotak dingin cair. Persiapan penyuntikan dilakukan
setelah sasaran sudah ada, dipastikan vaksin dalam
keadaan baik, menggunakan alat suntik sekali pakai dengan
dosis yang sesuai yaitu 0,5 ml untuk vaksin Campak,DT/Td.
Tempat penyuntikan adalah lengan atas. Vaksin Campak
diberikan secara subkutan sedangkan vaksin DT/Td secara
intramuskular.
Sebelum melaksanakan kegiatan, petugas BIAS harus
berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru kelas.
Penyuluhan selalu dilaksanakan di masing-masing kelas.
Kegiatan BIAS terintegrasi dengan program lain dalam
pelaksanaan pemeriksaan jentik, makanan jajanan, serta
pengisian format Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
tatanan sekolah.
c. Pencatatan
Pada akhir kegiatan petugas mencatat hasil BIAS pada
format BIAS yang disediakan oleh Dinas Kesehatan,
lembaran yang diisi akan disimpan di SD/MI sebagai bukti
hasil pelaksanaan BIAS. Nama-nama murid yang belum
diimunisasi dicatat untuk bahan sweeping sesuai dengan
jadwal yang ditentukan.
Dalam pelaksanaanya pengelola imunisasi bekerja sama
dengan pengelola program (UKS) agar melaksanakan kegiatan
BIAS bersamaan dengan penjaringan.
7
5. Kegiatan Imunisasi Tambahan
Kegiatan imunisasi tambahan dilakukan berdasarkan
kebijakan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung yang mengacu
pada perintah Kementrian Kesehatan. Imunisasi tambahan
yang sudah dilaksanakan adalah PIN Polio pada tahun 2016.
Catch Up Campaign Campak Tahun 2017 dengan sasaran anak
usia 9 bulan – 15 tahun dan ORI Difteri Pada Tahun 2018
Sasaran 1-19 Tahun.
8. Sweeping imunisasi
a. Sweeping imunisasi rutin dilakukan oleh para pembina
wilayah atau pengelola imunisasi dengan cara sweeping data
(sudah dilayani di swasta) dan pelayanan bagi sasaran yang
belum mendapatkan imunisasi dengan cara kunjungan
rumah.
b. Sweeping BIAS dilakukan oleh pengelola program imunisasi
sesuai dengan daftar murid yang belum diimunisasi pada
saat pelaksanaan BIAS. Hal ini dilaksanakan dengan cara
kunjungan langsung ke sekolah atau murid yang datang ke
UPT Puskesmas SUKAHAJI sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
9. Pemeliharaan rantai vaksin (cold chain) dan vaksin
a. Pemeliharaan rantai vaksin
Rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan
prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah
8
ditetapkan. Yang termasuk dalam rantai vaksin adalah
lemari es, vaccine carrier dan kotak dingin/ cool pack.
Perawatan harian dilaksanakan dengan cara
memantau suhu kulkas dengan menggunakan termometer
pada pagi dan sore serta mengecek ketebalan bunga es.
Perawatan mingguan dilaksanakan dengan cara mengecek
steker dan membersihkan badan lemari es. Perawatan
bulanan dilakukan dengan cara defrosting (pencairan bunga
es) dan membersihkan karet pintu kulkas.
b. Penanganan vaksin
Semua vaksin disimpan pada suhu 20 C s.d 80C, pada
lemari es letakkan coolpack di bagian bawah sebagai
penahan dingin dan memelihara kestabilan suhu. Vaksin
Heat Sensitifve (BCG, Campak, Polio) diletakkan di dekan
evaporator sedangkan vaksin Freeze Sensitive (Hep B, DPT-
HB-HiB, DT, Td) diletakkan jauh dengan evaporator.
Penangan vaksin di unit pelayanan merupakan rantai
paling akhir dalam sistem rantai vaksin. Vaksin disimpan
dalam vaccine carrier yang diberi cool pack, letakkan vaksin
di meja yang tidak terkena panas matahari langsung dan
tidak boleh ada air yang merendam vaksin.
10. Pengelolaan kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Reaksi KIPI yang terjadi secara lokal diantaranya abses pada
tempat suntikan, limfadenitis, selulitis dan BCG-itis. Selain itu
ada pula contoh KIPI lainnya yaitu demam, kejang, menangis
terus menerus (3 jam), sindrom syok septik, dan sebagainya.
Apabila ada laporan kasus KIPI dari masyarakat, maka petugas
akan melakukan deteksi dini pada sasaran yang terkena KIPI,
merespon kasus KIPI dengan cepat dan tepat dengan
menggunakan formulir KIPI dan segera melapor ke Dinas
Kesehatan.
11. Sweeping data imunisasi ke Rumah Sakit di wilayah kerja
Untuk membantu meningkatkan cakupan yang rendah di
wilayah kerja, maka kegiatan sweeping ke rumah sakit rutin
dilakukan oleh pengelola imunisasi. Hal ini dilakukan dengan
cara koordinasi dengan petugas imunisasi rumah sakit baik di
Poli Anak maupun di Poli Imunisasi. Petugas pelaksana
sweeping akan membawa surat tugas dari Kepala UPT
Puskesmas SUKAHAJI. Data yang diambil adalah data bayi
9
dan balita yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas
SUKAHAJI.
12. Pembinaan Bidan Praktik Mandiri (BPM)
Kegiatan pembinaan pada BPM dilakukan oleh pengelola
program imunisasi dengan mengunjungi langsung ke lokasi
BPM dengan cara wawancara dan pengecekan langsung
pengelolaan peralatan vaksin dan rantai vaksin dengan
menggunakan formulir isian yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan.
10
Pilihan
Pemeliharaa
n rantai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
vaksin
Pengelolaan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
KIPI
Sweeping
data
imunisasi ke
√ √ √
Rumah Sakit
di wilayah
kerja
Pembinaan
Bidan
Praktik √
Mandiri
(BPM)
VII. Sasaran
Sasaran imunisasi di UPT Puskesmas SUKAHAJI Tahun 2019 :
Sasaran Jumlah
Bayi (0-11 bulan) 751
Batita (1-2 tahun) 1003
Anak Sekolah Dasar Kelas 1 986
Anak Sekolah Dasar Kelas 2 1043
Anak Sekolah Dasar Kelas 5 1047
Ibu Hamil 1083
PUS 9233
11
Pada saat pelaksanaan BIAS, pengelola imunisasi akan
bekerjasama dengan pengelola UKS.
2. Program Promosi Kesehatan
Kegiatan penyuluhan mengenai imunisasi, integrasi pada
saat BIAS tentang PHBS tatanan sekolah.
3. Program Kesehatan Ibu dan Anak
Pelayanan imunisasi tetanus pada ibu hamil dan Wanita
Usia Subur (WUS) bekerjasama dengan program KIA.
Sedangkan imunisasi lengkap pada bayi akan menjadi bagian
dari cakupan bayi pada program KIA.
12
5. LPM
LPM di tingkat kecamatan dan kelurahan akan mendorong
masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk
mendukung imunisasi.
6. Pengurus RT dan RW
Kegiatan program imunisasi yang diselenggarakan di
tingkat RT dan RW harus berkoorinasi dengan kader dan ketua
RT/RW sebagai pemegang otoritas dan pengambil kebijakan di
tingkat RT/RW.
7. Karang Taruna
Karang taruna akan mendukung dan membantu kegiatan
program imunisasi, misalnya membantu pelaksanaan imunisasi
yang bersifat massal seperti PIN Polio, Catch Up Campaign
Campak.
13
f. Kohort bayi
Hasil pelayanan maupun sweeping data imunisasi
dicatat di kohort bayi. Setiap posyandu memiliki kohort bayi.
g. Kohort balita
Hasil pelayanan imunisasi pada anak batita dicatat di
kohort balita.
h. Buku KIA
Buku KIA sebagai catatan pribadi bagi bayi, balita
dan ibu hamil. Hasil pelayanan imunisasi dicatat secara
lengkap sesuai dengan tanggal pemberian.
i. Buku grafik pencatatan suhu
Setiap hari suhu kulkas akan dicatat 2 kali pada pagi
dan siang hari.
j. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) vaksin
SBBK vaksin adalah bukti pengambilan vaksin dan
logistik vaksin ke Dinas Kesehatan digunakan untuk
mengetahui jumlah dan spesifikasi barang yang diterima.
k. Formulir laporan KIPI
Cetakan formulir diberikan oleh Dinas Kesehatan,
setiap kasus KIPI akan dicatat dan dilaporkan sesuai dengan
formulir KIPI yang sudah disediakan.
l. Buku stok vaksin
Pemasukan dan pengeluaran setiap vaksin akan dicatat
di masing-masing buku stok.
m. Laporan Bulanan
Laporan bulanan imunisasi berasal dari pelayanan
dalam gedung, pelayanan luar gedung dan laporan dari
BPM. Data akan diolah sesuai dengan kelurahan yang ada
di wilayah kerja dengan menggunakan sistem software
Muhadi. Laporan bulanan imunisasi yang dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kota Bandung sesuai dengan software
diantaranya :
laporan bulanan bayi dan hasil layanan TT
input laporan bulanan (swasta, dalam gedung, luar
gedung)
analisa UCI
laporan konsultasi.
14
2. Evaluasi hasil pelayanan imunisasi
a. Laporan bulanan imunisasi
Pada laporan pelayanan luar gedung akan muncul
RW dengan pencapaian yang rendah, hal ini sebagai dasar
pelaksanaan sweeping imunisasi.
b. Lokakarya bulanan
Apabila ada kelurahan yang tidak mencapai UCI akan
disampaikan dilakukan analisa dan membuat rencana tindak
lanjut yang disampaikan pada saat lokakarya bulanan UPT
Puskesmas SUKAHAJI.
c. Monitoring kohort bayi dan balita
Monitoring kohort dilakukan setiap 3 bulan untuk
mengetahui kedisiplinan pencatatan hasil imunisasi di kohort
bayi dan balita serta mengetahui sasaran imunisasi yang
belum mendapat pelayanan.
d. Grafik (Pemantauan Wilayah Setempat) PWS imunisasi
PWS imunisasi dibuat setiap bulan untuk mengetahui
trend dan hasil cakupan setiap kelurahan dengan
menggunakan indikator sederhana yaitu :
Jangkauan/ aksesibilitas : Cakupan HB0, BCG, DPT-HB-
HiB 1.
Kualitas program (tingkat perlindungan) : Cakupan DPT-
HB-HiB3, Polio 4, Campak.
Efektifitas program : angka Drop Out (DPT-HB-HiB 1)-
Campak dan (DPT-HB-HiB3)- (DPT-HB-HiB1).
XI. Penutup
Demikian kerangka acuan ini disusun sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan program imunisasi dan dapat dijadikan instrument
untuk monitoring dan evaluasi.
15
16