Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Bioremediasi mempunyai dua tujuan yaitu : 1. menstimulasi pertumbuhan mikroba baik yang indigenus yaitu mikroba asli maupun non indigenus non indigenus atau mikroba yang sengaja dimasukkan dari luar ke daerah yang terkontaminasi. 2. menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk meningkatkan intensitas kontak langsung antara mikroba dengan senyawa kontaminan di lingkungan baik yang terlarut maupun yang terikat oleh partikel untuk mengalami biotransformasi, biodegradasi, bahkan sampai biomineralisasi. Berikut ini merupakan beberapa jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam mendegradasi polutan minyak bumi dan logam berat menjadi bahan yang tidak beracun (Cookson, 1995). 1. Pencemaran minyak bumi Bahan utama yang terkandung di dalam minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Minyak bumi menghasilkan fraksi hidrokarbon dari proses destilasi bertingkat. Apabila keberadaan minyak bumi berlebihan di alam, masing- masing fraksi minyak bumi akan menyebabkan pencemaran yang akan mengganggu kestabilan ekosistem yang dicemarinya. 2. Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal. 3. Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bakteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi komponen minyak bumi yang mudah didegradasi. Berikut ini merupakan jenis-jenis bakteri pendegradasi hidrokarbon pada minyak bumi yaitu: 1. Pseudomonas sp. Pseudomonas berbentuk batang dengan diameter 0,5 – 1 x 1,5 – 5,0 mikrometer. Bakteri ini merupakan organisme gram negatif yang motilitasnya dibantu oleh satu atau beberapa flagella yang terdapat pada bagian polar. Akan tetapi ada juga yang hampir tidak mampu bergerak. Bersifat aerobik obligat yaitu oksigen berfungsi sebagai terminal elektron aseptor pada proses metabolismenya. Kebanyakan sp.esies ini tidak bisa hidup pada kondisi asam pada pH 4,5 dan tidak memerlukan bahan-bahan organik. Bersifat oksidasi negatif atau positif, katalase positif dan kemoorganotropik. Dapat menggunakan H2 dan CO sebagai sumber energi. Bakteri pseudomonas yang umum digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara lain Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta. 2. Arthrobacter sp. Pada kultur yang masih muda Arthrobacter berbentuk batang yang tidak teratur 0,8 – 1,2 x 1 – 8 mikrometer. Pada proses pertumbuhan batang segmentasinya berbentuk cocus kecil dengan diameter 0,6 – 1 mikrometer. Gram positif, tidak berspora, tidak suka asam, aerobik, kemoorganotropik. Memproduksi sedikit atau tidak sama sekali asam dan gas yang berasal dari glukosa atau karbohidrat lainnya. Katalase positif, temperatur optimum 25 – 30oC. 3. Acinetobacter sp. Memiliki bentuk seperti batang dengan diameter 0,9 – 1,6 mikrometer dan panjang 1,5- 2,5 mikrometer. Berbentuk bulat panjang pada fase stasioner pertumbuhannya. Bakteri ini tidak dapat membentuk spora. Tipe selnya adalah gram negatif, tetapi sulit untuk diwarnai. Bakteri ini bersifat aerobik, sangat memerlukan oksigen sebagai terminal elektron pada metabolisme. Semua tipe bakteri ini tumbuh pada suhu 20-300 C, dan tumbuh optimum pada suhu 33-350 C. Bersifat oksidasi negatif dan katalase positif. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menggunakan rantai hidrokarbon sebagai sumber nutrisi, sehingga mampu meremidiasi tanah yang tercemar oleh minyak. Bakteri ini bisa menggunakan amonium dan garam nitrit sebagai sumber nitrogen, akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan. D-glukosa adalah satu-satunya golongan heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini, sedangkan pentosa D-ribosa, D-silosa, dan L- arabinosa juga bisa digunakan sebagai sumber karbon oleh beberapa strain. 4. Bacillus sp. Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk batang pendek (biasanya rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 mm dan panjang 3-5 mm. Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Adapun suhu pertumbuhan maksimumnya yaitu 30-50oC dan minimumnya 5-20oC dengan pH pertumbuhan 4,3-9,3. Bakteri ini mempunyai kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi, dimana bakteri ini menggunakan minyak bumi sebagai satu-satunya sumber karbon untuk menghasilkan energi dan pertumbuhannya. Pada konsentrasi yang rendah, bakteri ini dapat merombak hidrokarbon minyak bumi dengan cepat. Jenis Bacillus sp. yang umumnya digunakan seperti Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Bacillus laterospor.
1.1.1 Proses Bioremediasi
Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya di alam menyebabkan keracunan terhadap tanah, udara maupun air. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), timbal (Pb), dan garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh. Mikroba memerlukan logam sebagai fungsi struktural dan katalis serta sebagai donor atau reseptor elektron dalam metabolisme energi. Kemampuan interaksi mikroba terhadap logam antara lain (Cokkson, 1995). : a. Mengikat ion logam yang ada di lingkungan eksternal pada permukaan sel serta membawanya ke dalam sel untuk berbagai fungsi sel. Contohnya bakteri Thiobaccilus sp. Mampu menggunakan Fe dalam aktivasi enzim format dehidrogenase pada sitokrom b. Menggunakan logam sebagai donor atau akseptor elektron dalam metabolisme energi. c. Mengikat logam sebagai kation pada permukaan sel yang bermuatan negatif dalam proses yang disebut biosorpsi.
1.1.2 Jenis-Jenis Bioremediasi
Bioremediasi yang melibatkan mikroba terdapat 3 macam yaitu : 1. Biostimulasi Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan mikroba yang sudah ada di daerah tercemar dengan cara memberikan lingkungan pertumbuhan yang diperlukan, yaitu penambahan nutrien dan oksigen. Jika jumlah mikroba yang ada dalam jumlah sedikit, maka harus ditambahkan mikroba dalam konsentrasi yang tinggi sehingga bioproses dapat terjadi. 2. Bioaugmentasi Bioaugmentasi merupakan penambahan produk mikroba komersial ke dalam limbah cair untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara biologi. Cara ini paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. 3. Bioremediasi Intrinsik Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar. Bioremediasi berdasarkan lokasi terdapat 2 macam yaitu: a. In situ, yaitu dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar ( proses bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut). Proses bioremadiasi in situ pada lapisan surface juga ditentukan oleh faktor bio-kimiawi dan hidrogeologi. b. Ex situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah tersebut lalu ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam.
1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bioremediasi.
1. Lingkungan Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah. 2. Temperatur Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40˚C. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi 3. Oksigen Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak 4. pH. Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang namun ada yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5 menjadi 7,4 dengan penambahan kapur meningkatkan penguraian minyak menjadi dua kali. Kadar H2O dan karakter geologi. 5. Keberadaan zat nutrisi. Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian mungkin tak perlu ditambah zat nutrisi. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat. 6. Interaksi antar Polusi. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energy yang dihasilkan.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Bioremediasi
Kelebihan bioremediasi sebagai berikut : 1. Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut dengan lahan yang sempit sekalipun. 2. Mengubah pollutant bukan hanya memindahkannya. 3. Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat. 4. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara alamiah sudah ada dilingkungan (tanah). 5. Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya. 6. Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya. Kekurangan bioremediasi sebagai berikut (1995): 1. Tidak semua bahan kimia dapat diolahsecara bioremediasi. 2. Membutuhkan pemantauan yang ekstensif . 3. Membutuhkan lokasi tertentu. 4. Pengotornya bersifat toksik 5. Padat ilmiah 6. Berpotensi menghasilkan produk yangtidak dikenal 7. Dapat digabung dengan teknik pengolahan lain 8. Persepsi sebagai teknologi yang belum teruji 1.2 Bioremediasi tanah terkontaminasi minyak bumi Hidrokarbon yang terkontaminasi dalam lumpur minyak yang merupakan limbah yang terjadi pada kegiatan pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak bumi merupakan sumber energi bagi mikroorganisme pendegradasinya. Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) ialah merupakan pengukuran konsentrasi pencemar hidrokarbon minyak bumi dalam tanah atau serta seluruh pencemar hidrokarbon minyak dalam suatu sampel tanah yang sering dinyatakan dalam satuan mg hidrokarbon/kg tanah.
Ada beberapa metode dalam bioremediasi minyak bumi yaitu biopile,
bulking agent, konsorsium bakteri dan teknik land treatment. Tulisan tentang berbagai metode bioremediasi terdapat pada Tabel 1.
No Metode Bahan Mikroorganisme Hasil
1. Biopile Pasirdan Isolat KBTL1, Menurunkan TPH tanah KBTL2, KBTL3 dari 4,22% jadi 1% dalam 63 hari Populasi bakteri 1x106 sampai 1,43x1011 CFU/g 2. Bulking Serbuk Pseudomonas sp. Menurunkan TPH agent dan gergaji (PSP01) sebesar 91,04% isolasi Pseudomonas sp. selama 6 minggu bakteri (PSP 05) Bacillus sp. Menurunkan BTEX pertofilik (PSP 03) si bawah baku mutu lingkungan
3. Bulking Arang Pseudomonas sp. Nilai efisiesnsi
agent dan sekam padi Actinomycotes sp. biodegradasi isolasi dan baglog mencapai 83,9% bakteri jamur tiram pertofilik 4. Bulking Kompos Aspergillus niger, Penurunan TPH agent dan iradiasi, Trichoderma zeanum, 81,32% selama 42 isolasi serbuk Bacillus sphaericus, hari Degradasi bakteri gergaji, Pseudomonas distribusi rantai C-7 pertofilik sludge aeruginosa sampai C-54 jadi C-6 biogas, sampai C-8 kompos 5. Konsorsiu Lamtoro Pseudomonas Penurunan TPH 2,85 m bakteri pseudoalcaligenes selama 14 hari Micrococus luteys 6. Konsorsiu Isolasi bakteri indigen Penurunan TPH m bakteri 1,62% 7. Bioremedi Tanah Bacillus cereus Penurunan 97,5% asi exsitu terkontamin Pseudomonas putida total degradasi asi minyak Rhodococcus selama 56 hari Kadar bumi erythropolis BTX 6,4338 μg/g 8. Land Bacillus (strain 3,3 Penurunan TPH 5,8% farming dan 6,9) jadi 2,8-3,2% selama Pseudomonas (strain 12 minggu (tanpa 3,4) Enterobacter bahan organik) (strain P6) Strain tak Penurunan TPH 5,8% teridentifikasi (strain jadi <1% setelah 5 P2) minggu (dengan bahan organik) 9. Bioremedi- Limbah Acinetobacter Degradasi TPH asi invitro minyak baumannii, 73,241% selama 7 bumi Alcaligenes minggu Penurunan pengilangan eutrophus, Bacillus COD 86,282% Laju di Sungai sp1., Methylococcus pertumbuhan Pakning capsulatus, Bacillus 0,0446/jam sp2., Morococcus sp., Pseudomonas diminuta, Xanthomonas albilineans, Bacillus cereus dan Flavobacterium branchiophiia
1.3 Bioremediasi terkontaminasi Hidrokarbon
Berikut ini merupakan beberapa jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam mendegradasi polutan minyak bumi dan logam berat menjadi bahan yang tidak beracun. 1. Pencemaran minyak bumi Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak bumi yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme. 2. Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. 3. Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bakteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak.. Beberapa bakteri dan fungi diketahui dapat digunakan untuk mendegradasi minyak bumi. Beberapa contoh bakteri yang selanjutnya disebut bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri yang dapat menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Adapun contoh dari bakteri hidrokarbonuklastik yaitu bakteri dari genus Achromobacter, Arthrobacter, Acinetobacter, Actinomyces, Aeromonas, Brevibacterium, Flavobacterium, Moraxella, Klebsiella, Xanthomyces dan Pseudomonas, Bacillus. Beberapa contoh fungi yang digunakan dalam biodegradasi minyak bumi adalah fungi dari genus Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sp.orobolomyce, Cladosp.orium, Debaromyces, Fusarium, Hansenula, Rhodosp.oridium, Rhodoturula, Torulopsis, Trichoderma, Trichosp.oron. Sejumlah bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter calcoaceticus, Arthrobacter sp., Streptomyces viridans dan lain-lain menghasilkan senyawa biosurfaktan atau bioemulsi.
1.4 Fitoremediasi Logam Berat
Fitoremediasi berasal dari kata phyto (bahasa Yunani) yang artinya tanaman dan remediare (bahasa Latin) yang berarti memperbaiki, menyembuhkan atau membersihkan. Fitoremediasi (phytoremediation) adalah teknologi yang memanfaatkan tumbuhan untuk memulihkan media tanah atau air yang tercemar, dimana dapat mengubah zat pencemar/polutan menjadi berkurang atau menjadi tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi dan lingkungan. Mekanisme fitoremediasi dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu : 1. Fitoekstraksi adalah penyerapan logam berat oleh akar tanaman dan mengakumulasi logam berat tersebut ke bagian-bagian tanaman seperti akar, batang dan daun. Fitoekstraksi termasuk pendekatan yang paling baik untuk memindahkan kontaminan, terutama dari tanah dan mengisolasinya tanpa merusak struktur tanah dan kesuburan tanah. Metode fitoekstraksi sering digunakan untuk dekontaminasi logam Ag, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Zn. Fitovolatilisasi terjadi ketika tanaman menyerap logam berat dan melepaskannya ke udara lewat daun dan ada kalanya logam berat mengalami degradasi terlebih dahulu sebelum dilepas lewat daun. Polutan yang dilepaskan oleh tanaman ke udara, bisa terjadi dalam 2 kemungkinan yakni senyawa yang dilepaskan adalah yang sama atau senyawa mengalami perubahan sehingga melepaskan senyawa yang lain. 2. Rhizofiltrasi adalah pemanfaatan kemampuan akar tanaman untuk menyerap, mengendapkan, mengakumulasi logam berat dari aliran limbah dan biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan perairan. 3. Fitodegradasi adalah metabolisme logam berat di dalam jaringan tanaman oleh enzim seperti dehalogenase, oksigenase, nitrodictase, laccase, dan nitricase. 4. Fitostabilisasi merupakan proses tumbuhan dalam menarik zat – zat kontaminan tertentu kebagian akar tanaman karena tidak dapat diteruskan kebagian lain dari tanaman. Zat – zat tersebut akan menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. 5. Fitostimulasi adalah fitoremediasi dengan cara tanaman menstimulasi aktivitas mikroba tanah untuk mendegradasi logam. Pada mekanisme ini tanaman mengeluarkan eksudat akar yang umumnya berupa protein, asam-asam organik atau senyawa lain yang diperlukan oleh tanaman. Contohnya tanaman legum mengeluarkan flavonoid yang dapat merangsang asosiasi tanaman dengan bakteri rhizobium. Akumulasi logam oleh tumbuhan bergantung pada banyak faktor seperti: 1. Sifat alamiah tumbuhan, seperti: spesies, kecepatan tumbuh, ukuran dan kedalaman akar, kecepatan penguapan, serta kebutuhan nutrien untuk metabolisme, 2. Faktor tanah, seperti: pH, kandungan dan sifat alamiah zat organik, status nutrien, jumlah ion-ion logam dan anion-anion tertentu seperti fosfat, sulfat, kadar mineral lempung, dan tipe tanah, dan 3. Variabel-variabel lingkungan dan pengelolaan yaitu temperatur, kelembaban, sinar matahari, curah hujan, pemupukan dan lain-lain.
Jenis tanaman di Indonesia yang sangat beraneka ragam dan hampir
semuanya memiliki kemampuan untuk menyerap limbah misalnya: Typha sp, Ipomeous sp, Eichornia crassipies, Bunga Matahari (Helianthus anuusLinneus), Tumbuhan Obor (Typha latifolia), Tanaman Enceng Gondok (Eichhornia crassipes), Kiambang (Salvinia molesta).
1.5 Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Logam Berat
Mikoremediasi adalah suatu proses pendegradasian atau penghilangan bahan toksik dari lingkungan yang tercemar dengan menggunakan. Pada proses remediasi cemaran di lingkungan melibatkan cendawan beserta mekanisme reduksinya, baik secara intraselular maupun ekstraselular. Beberapa jenis fungi yang sering dijadikan agen remediator antara lain Aspergillus sp, Fusarium sp, Penicillium sp, Hanerochaete sp, Saccharomyces cerevisiae, Trichoderma sp. Secara alami tanah telah mengandung berbagai unsur logam, unsur-unsur logam dominan adalah Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, unsur – unsur logam pada tanah ini berasal dari pelapukan batu-batuan (batuan induk), dan keberadaan unsur ini akan besar pengaruhnya terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Adapun kandungan logam berat secara alamiah ( µg/g) Logam Kandungan (Rataan) Kisaran Non Populasi As 100 5- 3000 Co 8 1-4 Cu 20 2-300 Pb 10 2-200 Zn 050 10- 300 Cd 0.06 0.05- 0.7 Hg 0.03 0.01-0.3 1.5.1 Proses Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Logam 1. Biosorpsi Biosorpsi adalah proses penghilangan logam dari suatu larutan dengan menggunakan bahan biologis. Biosorpsi merupakan proses penyerapan logam secara pasif oleh sel-sel mikroorganisme. Mekanisme biosorpsi dapat dikelompokkan menjadi mekanisme yang bergantung pada metabolisme (metabolism-dependent mechanisms) dan mekanisme yang tidak bergantung dengan metabolisme (metabolism-independent mechanisms).Pengikatan logam tidak bergantung metabolisme (metabolism-independent metal binding) ke dinding sel dan permukaan eksternal hanya terjadi pada biosorpsi yang melibatkan biomassa tidak hidup. 2. Bioakumulasi Proses akumulasi ini dapat dikelompokkan menjadi biokonsentrasi dan bioakumulasi. Biokonsentrasi merupakan proses peningkatan konsentrasi polutan secara langsung sewaktu berpindah dari lingkungan ke suatu organisme. Sedangkan bioakumulasi adalah absorpsi polutan secara langsung yang terakumulasi melalui nutrisi yang ditambahkan pada organisme. Keberadaan logam berat tergantung pada karakteristik bioakumulasi logam yang terkonsentrasi. Bioakumulasi logam berat terjadi secara aktif dan dikendalikan secara metabolik oleh organisme. 3. Biopresipitasi Proses reaksi kimiawi terhadap logam berat dilakukan sehingga terbentuk presipitat tidak larut dan kemudian presipitat tersebut dipisahkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi. Presipitasi diikuti oleh proses koagulasi atau penggumpalan yang terjadi di dalam pembentukan presipitat hidroksida logam melalui penambahan bahan alkali untuk menghilangkan kation logam berat seperti Pb(II), Cd(II), Cu(II) dan Ni(II). 4. Bioreduksi Pereduksian racun dari suatu lingkungan atau detoksifikasi dengan menggunakan mikroorganisme adalah merupakan pendekatan perlindungan lingkungan yang ramah. Proses bioreduksi atau biodetoksifikasi oleh mikroorganisme dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Bioreduksi secara langsung terjadi dengan melibatkan aktivitas enzimatis, sedangkan mekanisme tidak langsung melibatkan produk metabolisme (reduktan maupun oksidan) melalui reaksi reduksi oksidasi kimiawi. 5. Bioleaching Proses pelarutan logam dari substrat padatan secara langsung dapat dilakukan melalui metabolisme mikroorganisme seperti cendawan dan bakteri, serta secara tidak langsung dilakukan oleh produk metabolisme. Unsur-unsur dapat mengalami proses asimilasi, degradasi dan metabolisme senyawa organik serta anorganik seperti C, H, O. Selain itu, pada unsur N terjadi dekomposisi senyawa, denitrifikasi dan nitrifikasi, oksidasi amonia dan nitrit, atau sintesis biopolimer yang mengandung nitrogen (N).
1.5 Rekayasa Genetika Untuk Bioremediasi
Bahan pencemar dapat dibedakan berdasarkan kemampuan terdegradasinya di lingkungan yaitu : 1. Bahan pencemar yang mudah terdegradasi (biodegradable pollutant), yaitu bahan yang mudah terdegradasi di lingkungan dan dapat diuraikan atau didekomposisi, baik secara alamiah yang dilakukan oleh dekomposer (bakteri dan jamur) ataupun yang disengaja oleh manusia, contohnya adalah limbah rumah tangga. 2. Bahan pencemar yang sukar terdegradasi atau lambat sekali terdegradasi (nondegradable pollutant), dapat menimbulkan masalah lingkungan yang cukup serius. Sedangkan senyawa-senyawa pencemar menurut keberadaannya dapat dibedakan menjadi : 1. Senyawa-senyawa yang secara alami ditemukan di alam dan jumlahnya (konsentrasinya) sangat tinggi, contohnya antara lain minyak mentah (hasil penyulingan), fosfat dan logam berat. 2. Senyawa xenobiotik yaitu senyawa kimia hasil rekayasa manusia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan di alam, contohnya adalah pestisida, herbisida, plastik dan serat sintesis.
Rekayasa genetika dalam arti luas adalah teknologi dalam penerapan
genetika untuk membantu masalah dan kepentingan apapun dari manusia. Dengan segala pengetahuan dan pengalaman dari trial dan error tersebut manusia dapat mengembangkan produk-produk yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri. Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.
1.6.1 Teknik Rekayasa Genetika
1. Kloning Gen Kloning gen merupakan tahapan awal dari rakayasa genetika. Adapun tahapan-tahapan dalam kloning gen, diataranya pemotongan DNA menjadi fragmen-fragmen dengan ukuran beberapa ratus hingga ribuan kb (kilobase), kemudian fragmen tersebut dimasukkan ke dalam vektor bakteri untuk kloning. Sequensing DNA 2. Sekuensing Sekuensing merupakan teknik penentuan urutan basa suatu fragmen DNA yang membutuhkan proses dan waktu yang lama. Saat ini proses ini sudah bersifat automatis, dalam artian sekuensing yang dilakukan memungkinkan dalam skala industri hingga ribu kilobasa per hari.
3. Amplifikasi gen secara in-vitro
Proses amplifikasi DNA untuk mensitesis komplementer suatu fragmen DNA yang dimulai dari suatu rantai primer dikenal dengan teknik PCR (Polimerase Chain Reaction). 4. Konstruksi Gen Setiap gen terdiri dari promotor (daerah yang bertanggungan jawab utuk transkripsi gen yang berakhir pada wilayar terminator), gen pendanda dipilih (gen yang berperan sebagai resistensi antibiotik yang membantu dalam memebedakan perubahan sel), dan terimanator. Konstruksi gen mengandung sedikitnya daerah promotor, daerah transkrip, dan daerah terminator. Oleh sebab itu, konstruksi gen kemudian disebut vektor ekspresi. Konstruksi gen mengimplikasikan penggunaan elemen-elemen seperti enzim restriksi yang memotong DNA pada daerah spesifik. 5. Transfer gen ke dalam sel Suatu gen hasil isolasi dapat ditranskripsikan secara in vitro dan mRNA nya juga dapat ditranskripsikan pada suatu sistem bebas sel. Untuk dikodekan secara efektif dan ditranslasikan menjadi protein, suatu gen harus ditransfer ke dalam sel yang secara alami dapat mengandung semua faktor yang diperlukan dalam proses transkripsi dan translasi.
1.6.2 Manfaat Rekayasa Genetika
1. Bidang Industri Di bidang industri, prinsip rekayasa genetika dimanfaatkan dalam upaya pengkloningan bakteri untuk beberapa fungsi tertentu seperti melarutkan logam- logam langsung dari dalam bumi, menghasilkan bahan mentah kimia seperti etilen yang diperlukan untuk pembuatan plastik, menghasilkan bahan kimia yang digunakan sebagai pemanis pada pembuatan berbagai macam minuman, dan lain sebagainya. 2. Bidang Farmasi Dalam bidang farmasi, rekayasa genetika dimanfaatkan dalam usaha pembuatan protein yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan. Protein ini merupakan gen hasil pengkloningan bakteri yang berperan dalam mengongtrol sintesis obat-obatan yang jika diproduksi secara alami akan membutuhkan biaya yang mahal. 3. Bidang Kedokteran Pembuatan vaksin terhadap virus AIDS Mengingat AIDS merupakan virus yang berbahaya dan dapat menyerang sistem kekebalan tubuh, maka dalam upaya pencegahan penyakit tersebut peneliti membuat suatu vaksin memanfaatkan rekayasa genetika dalam upaya proteksi diri terhadap penularan virus AIDS. 4. Bidang Pertanian Di bidang pertanian, rekayasa genetika banyak dimanfaatkan dalam upaya penyisipan gen ke dalam sel sel tumbuhan sehingga memberikan banyak keuntungan seperti: a. Menghasilkan tanaman yang mampu menangkap cahaya dengan lebih efektif untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis. b. Menghasilkan tanaman yang mampu menghasilkan pestisida sendiri. c. Menggantikan pemakaian pupuk nitrogen yang mahal namun banyak digunakan dengan melakukan fiksasi nitrogen secara alamiah seperti pada tanaman padi. d. Dapat digunakan untuk menadapatkan tanaman baru yang lebih menguntungkan lewat pencangkokan gen, seperti pada golongan solanaceae.