KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Tujuan Laporan....................................................................................4
1.3 Manfaat Laporan..................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1 Anatomi Jantung dan Sirkulasi Koroner..............................................5
2.1.1 Anatomi Jantung.........................................................................5
2.1.2 Anatomi Sirkulasi Koroner.........................................................6
2.2 Fisiologi Jantung..................................................................................8
2.3 Definisi dan Klasifikasi Sindroma Koroner Akut..............................10
2.4 Epidemiologi......................................................................................13
2.5 Patofisiologi dan Etiologi...................................................................14
2.6 Manifestasi Klinis..............................................................................16
2.7 Diagnosis Banding.............................................................................17
2.8 Stratifikasi Risiko pada Sindrom Koroner Akut ...............................18
2.9 Tatalaksana Sindroma Koroner Akut ................................................22
2.10 Definisi In-Stent Restenosis ............................................................22
2.11 Klasifikasi In-Stent Restenosis ........................................................22
2.12 Etiologi & Patogenesis In-Stent Restenosis ....................................22
2.13 Gejala Klinis In-Stent Restenosis ....................................................22
2.14 Faktor Risiko In-Stent Restenosis ...................................................22
2.15 Tatalaksana In-Stent Restenosis ......................................................22
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT .................................................................30
BAB 4 FOLLOW UP.......................................................................................36
BAB 5 DISKUSI KASUS................................................................................42
BAB 6 KESIMPULAN....................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................45
i
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami
tentang NSTEMI dan ISR
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut,
pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis
sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya5
APTS ditegakkan jika terdapat keluhan angina pectoris akut tanpa elevasi
segmen ST dan pada pemeriksaan biomarka jantung tidak terdapat peningkatan
yang bermakna8,9.
10
2.4 EPIDEMIOLOGI
Presentasi klinis dari NSTEMI meliputi berbagai gejala yang cukup luas.
Presentasi klinis yang selama ini umum diketahui antara lain:9
- Nyeri angina yang berdurasi panjang (> 20 menit) saat istirahat
- Angina onset baru (kelas II atau III berdasarkan klasifikasi Canadian
Cardiovascular Society
(CCS))
- Destabilisasi baru dari yang sebelumnya angina stabil dengan setidaknya
memenuhi karakteristik angina kelas III CCS (crescendo angina), atau
- Angina post infark miokard
Gambaran klinis nyeri dada pada NSTEMI adalah rasa berat atau tekanan
pada daerah retrosternal (angina) yang menjalar hingga ke lengan kiri, leher, atau
rahang, yang dapat bersifat intermiten (umumnya berlangsung selama beberapa
menit) atau persisten. Keluhan ini dapat diikuti dengan keluhan lainnya seperti
fatik yang ekstrim, diaphoresis, nausea, nyeri perut, dyspnoea, dan syncope.
Dapat pula didapati keluhan tidak khas lainnya seperti epigastric pain, masalah
pencernaan, nyeri dada seperti ditikam, nyeri dada dengan ciri pleuritik, atau
bertambahnya sesak napas.9
13
Gambar 2.2. Diagnosis Banding Sindrom Koroner Akut dengan keluhan nyeri dada12
Beberapa cara stratifikasi risiko telah dikembangkan dan divalidasi untuk SKA.
Tabel 1. Skor TIMI untuk sindroma koroner akut tanpa elevasi segmen ST.
Parameter
Lebih dari 3 faktor risiko (hipertensi, DM, merokok, riwayat penyakit jantung dalam 1
keluarga, dislipidemia )
Angiografi koroner sebelumnya menunjukkan stenosis > 50 % 1
Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1
risiko perdarahan mayor selama perawatan dirangkum dalam skor risiko perdarahan
Risiko tinggi
Peningkatan atau penurunan troponin
Perubahan gelombang ST atau T yang dinamis (simtomatis atau asimtomatis)
Skor GRACE > 140
Risiko intermediet
16
Risiko rendah
• Karakteristik lain yang tidak disebutkan di atas
b. Nitrat
Keuntungan terapeutik dari penggunaan nitrat berhubungan dengan efek
venodilator yang menyebabkan penurunan preload miokard dan volume end
diastolik ventrikel kiri yang akhirnya menyebabkan penurunan konsumsi oksigen
miokard. Selain itu nitrat akan menyebabkan dilatasi arteri koroner normal
maupun arteri koroner yang mengalami aterosklerotik dan meningkatkan aliran
kolateral koroner.12
4. Terapi Antiplatelet
a. Aspirin
Aspirin sebaiknya diberikan kepada semua pasien kecuali ada
kontraindikasi, dosis inisial aspirin non enterik 150-300 mg dikunyah.
Selanjutnya 75-100 mg per hari dalam jangka panjang dikatakan memiliki efikasi
yang sama dengan dosis besar dan memiliki resiko intoleran saluran cerna yang
lebih kecil.12
5. Terapi Antikoagulan
Antikoagulan digunakan pada terapi NSTEMI untuk menghambat
pembentukan dan atau aktivitas thrombin sehingga dapat mengurangi
kejadiankejadian yang berhubungan dengan pembentukan thrombus.
Antikoagulan direkomendasikan untuk semua pasien sebagai tambahan terapi anti
platelet.12
Terdapat beragam jenis antikoagulan yang tersedia, dan pemilihannya
didasarkan pada resiko iskemik, kejadian perdarahan dan pilihan strategi
manajemen inisial (urgent invasif, early invasif atau konservatif).12 Jenis
antikoagulan antara lain:3
- Indirect inhibitors koagulasi (butuh anti trombin untuk aksi penuhnya) o
Indirect thrombin inhibitors : unfractionated heparin (UFH), low molecular
weight heparin (LMWHs) o Indirect factor XA inhibitors : LMWHs,
fondaparinux - Direct inhibitors koagulasi
• Direct factor XA inhibitors : apixaban, rivaroxaban
• Direct thrombin inhibitors (DTIs): bivalirudin, dabigatran
pada potongan Cross Sectional Area (CSA) pembuluh darah coroner kurang dari
4 mm2 sedangkan untuk Left Main (LM) kurang dari 6 mm2.
lebih pendek. Pasien dengan fraktur stent dapat asimtomatik, memiliki keluhan
sindrom koroner akut yang menandakan thrombosis stent, atau memiliki keluhan
angina berulang yang menandakan ISR.
Metode ini merupakan metode yang pertama kali dipakai dalam menangani ISR.
Hasilnya menguntungkan bagi pasien dengan lesi ISR fokal, akan tetapi pada
pasien dengan lesi difus angka restenosis ulang tinggi. 22
Cutting and Scoring Balloon Therapy
Alat yang digunakan berupa balon yang dilengkapi dengan pisau lateral yang
menancap jaringan neointimal untuk memfiksasi posisi balon. Tancapan di
jaringan neointimal secara teoritis dapat meningkatkan inflamasi dan
memperberat risiko restenosis ulang akan tetapi studi menunjukkan bahwa angka
restenosis ulang masih lebih rendah dari angioplasti balon konvensional.
Debulking Techniques
Metode ini berupa penghancuran plak dengan atherektomi baik laser ataupun
rotasional. Beberapa studi menunjukkan metode atherektomi rotasional tidak
lebih aman daripada angioplasti balon konvensional dalam hal kejadian restenosis
ulang. Metode ini mulai ditinggalkan.
Vascular Brachytherapy
Metode menggunakan balon untuk angioplasti yang diisi dengan cairan radioaktif
dengan tujuan menurunkan respon proliferatif sel. Cairan radioaktif beta dan
gamma efektif dalam mengurangi ISR akan tetapi banyak efek samping lain yang
timbul seperti late thrombosis. Metode ini kemudian lambat laun ditinggalkan
karena rumit dan menurunnya permintaan komersial.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE dkk. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11. Jakarta: EGC.
2008.
2. S. Snell, Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.Jakarta : EGC.
2006
3. Villa AD, Sammut E, Nair A, Rajani R, Bonamini R, Chiribiri A. Coronary artery
anomalies overview: The normal and the abnormal. World Journal of Radiology
2016;8:537. https://doi.org/10.4329/wjr.v8.i6.537.
4. Karen P, Mc Carthy , Ring L , Bushra S, Rana. Anatomy of the Mitral Valve
Understanding the Mitral Valve Complex in Mitral Regurgitation. Eur J of
Echocardiogr. 2010; 11:1–5
5. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem; alih bahasa, Brahm U.
Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Nella Yesdelita. Ed 6. Jakarta: EGC, 2011
6. Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2011. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley
7. Zipes DP et al. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular
Medicine. 11th ed. Philadelphia, PA:Elsevier; 2019:1181-1208
8. Thygesen K, Alpert JS, Jaffe AS, Chaitman BR, Bax JJ, Morrow DA, et al.
Fourth universal definition of myocardial infarction (2018). European Heart
Journal 2018;40:237–69. https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehy462.
9. Jufar, D.A. 2018. Pedoman Tatalaksana Sindroma Koroner Akut Edisi Keempat.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).
10. Anderson JL, Adams CD, Antman EM, Bridges CR, Califf RM, Casey DE, et al. 2012
ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACCF/AHA 2007
Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina/Non–STElevation
Myocardial Infarction A Report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. diunduh
dari http://circ.ahajournals.org/ by guest on March 4, 2014
11. Kumar, A. & Cannon, C. P., 2009. Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and
Management, Part I. Mayo Clin Proc, 84(10) : 917-38
31
12. ESC 2016 Guidelines for the management of Acute Coronary Syndromes in
patients presenting without persistent ST-Segment Elevation. European Heart
Journal 37:267-315.
13. Santoso, B., 2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah 2013. Jakarta:
Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
14. Paxinos G, Katritsis DG. Current Therapy of Non-ST-Elevation Acute Coronary
Syndromes. Hellenic J Cardiol 2012; 53: 63-71
32