Anda di halaman 1dari 7

Tatalaksana Keracunan Logam Berat

1. Arsenik
Arsen dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yang bersifat akut (biasanya akibat
kecelakaan yang berakibat terhirup, tertelan, kontak dengan Arsen dalam jumlah besar) dan
bersifat kronis akibat pajanan Arsen dalam dosis kecil dalam waktu lama).1

A. Pertolongan pertama pada keracunan akut

(a) Terhirup

Untuk memberikan pertolongan, penolong menggunakan APD yang sesuai. Segera


pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu memberikan nafas buatan, gunakan
kantong masker berkatup kemudian segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.1

(b) Kontak dengan kulit

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun
atau detergen ringan dan air mengalir sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang
tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.1

(c) Kontak dengan mata

Segera cuci mata dengan air mengalir atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%),
selama 15-20 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali
membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang
tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.1

(d) Tertelan

Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak
sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk
mencegah aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.1

Setelah berada di tempat yang aman, lakukan:

- Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.


- Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida.1
- Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis:

Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika
perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu
sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam.1

Antidotum

 Untuk mengeliminasi Arsen adalah dengan menginduksi muntah menggunakan


obat emetik antara lain Apomorphine, Zinc Sulfat, Mustard, dan Ipecac yang
diberikan selama 2 hari dilanjutkan dengan pemberian minyak kastor.
 Untuk mengurangi toksisitas Arsen, penderita diberi Selenium dalam makanan atau
metionin yang mampu mengurangi lesi kulit. Pemberian Ferrous Sulphate yang
akan dikonversi oleh bakteri dalam kolon menjadi ferrous sulfit yang kemudian
akan berikatan dengan Arsen yang selanjutnya akan diekskresikan melalui feses.
 Untuk penderita yang terpapar Arsen secara akut dengan gejala dermatitis dan
pembengkakan paru-paru dan juga penderita yang terpapar Arsen secara kronis
dapat diberikan Dimercaprol (BAL =British Anti Lewisite) 3-5 mg/kg intra
muskular dalam (deep intramuscular injection) tiap 4-6 jam. BAL tidak dapat
mengubah keratosis dan tidak dapat mengurangi progres kanker kulit. Hati-hati
pada penderita gangguan fungsi ginjal.1

B. Keracunan Kronik

Pengobatan simptomatis sesuai gejala yang timbul. Diberikan antidotum seperti pada
keracunan akut. Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.1

2. Merkuri
A. Keracunan Akut
 Dekontaminasi:
Cuci lambung jika kurang dari 2 jam untuk merkuri organik danan organik. Dapat
ditambahkan susu atau putih telur dalamcairan cuci lambung. Jika merkuri
teridentifikasi dalam ususbesar (lebih dari 2 jam) dilakukan irigasi usus.1
 Khelasi:
• Dengan Meso-2,3-dimercaptosuccinic acid (DMSA) untuksemua bentuk
keracunan merkuri
• Dengan Dimercaprol (BAL) atau d-Penicillamine untukkeracunan merkuri
anorganik dan elemental.
• Hati-hati pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal.1

B. Keracunan Kronik
• Metalik elemen pakai DMSA atau penisilamine
• Keracunan merkuri organik dengan BAL
• Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal,gangguan fungsi hati,
Defisiensi G6PD1

3. Cadmium
A. Keracunan Akut
 Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untuk diobservasi.
 Khelasi dengan CaNa2EDTA jika diperlukan
 Monitor fungsi ginjal dengan ketat.1
B. Keracunan Kronik
 Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untukdiobservasi.
 Pemberian khelasi tidak memberikan hasil yang signifikan
 Monitor fungsi ginjal dengan ketat.1

4. Chromium
A. Keracunan Akut
a) Terhirup
 Segera jauhkan dari pajanan, monitoring apakah ada gangguan pada sistem
pernafasan, berikan oksigen dan jika diperlukan ventilasi buatan.
 Berikan N-acetylcysteine untuk mengurangi penyerapan chromium dari
alveolus.1
b) Kontak melalui kulit
 Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi,
 Cuci dengan cairan yang mengandung asam askorbat untuk mengurangi
penyerapan.1
 Kemudian berikan garam kalsium disodium EDTA.1
c) Bila mengenai mata
 Segera cuci/ bilas dengan air yang banyak atau lautan garam normal, dengan
sekali-kali mengedipkan mata sampai dipastikan tidak ada bahan kimia
yang tertinggal. Tutup dengan verban steril dan segera dirujuk.1
d) Tertelan
 Diberikan makanan atau susu untuk mengurangi penyerapan dari
chromium.
 Tidak boleh diberikan antasida atau bikarbonat karena membuat pH tinggi
yang mengakibatkan penyerapan cromium meningkat.
 Segera berikan asam askorbat (Vitamin C) untuk mengurangi penyerapan
chromium.
 Tidak boleh dilakukan perangsangan muntah karena dikhawatirkan terjadi
iritasi atau luka bakar pada esofagus.
 Bila terjadi muntah jaga agar kepala lebih rendah dari pada panggul untuk
mencegah aspirasi. Jika penderita tidak sadar miringkan kepala ke
samping.1
B. Keracunan Kronik

Ulserasi nasal dan kulit diobati dengan salep yang mengandung 10% CaNa2 EDTA dan
ditutup dengan kassa steril.1

a. Stabilisasi
 Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara,oksigen, brokodilator
bila diperlukan.
 Perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.1
b. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi dengan tujuanuntuk menurunkan
pemaparan terhadap racun, mencegah kerusakan dan mengurangi absorbsi.1

i. Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit :
o Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata
yang terkena atau terburuk kondisinya.
o Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dansejumlah air bersih dingin
atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit
o Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
o Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
o Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
o Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter mata.1

ii. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)


o Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
o Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air dinginatau hangat yang mengalir
dan sabun minimal 10 menit.
o Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasiendengan kain atau kertas secara
lembut. Jangan digosok.
o Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasia tau muntahannya dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
o Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung
tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
o Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.1

iii. Dekontaminasi gastrointestinal


Pertimbangan untuk bilas lambung. Bilas lambung efektif dilakukan 1-4 jam
pertama dan dengan teknik yang baik. Tindakan ini hanya boleh dilakukan di
rumah sakit oleh petugas yang berpengalaman dan pasien yang kooperatif.1

5. Aluminium
 Khelasi dengandesferrioxamine(DFO), hati-hati apabila adagangguan fungsi ginjal
 Hemodialisis
 Suplementasi dengan asam folat.1

6. Besi
 Menghambat absorpsi lebih lanjut.
 Induksi muntah dengan ipekak.
 Gastrik lavage untuk pasien yang kurang reflek muntah.
 Agen pengkompleks : fosfat, deferoksamin, bikarbonat.
 Natrium dihidrogen fosfat mengubah fero fosfat menjadi ferifosfat yang larut air.
Dapat menyebabkan hiperfosfatemia dan hipokalsemia.
 Deferoksamin secara oral: mengurangi absorpsi besi.
 Apabila besi-deferoksamin terabsorbsi bisa jadi toksik. Deferoksamin efektif untuk
mengkelat ion feri dan sediaan medis yang mengandung garam besi.
 Natrium Bikarbonat dengan besi membentuk fero tidak larut dan kompleks
ferikarbonat. Relatif aman.
 Irigasi usus dengan larutan elektrolit polietilenglikol, apabila pengeluaran besi
lambat.
 Gastrotomi untuk mengurangi efek korosif dari iron dan mencegah perforasi.
 Penggunaan desferal (deferoksamin) secara intravena : selektif terhadap besi,
afinitas pada logam lain sedikit, kompleks dengan besi larut air, toksisitas minimal.
 Terapi kelator jika konsentrasi serum besi lebih dari 300ug/dl.
 Kelator harus diberikan segera setelah besi termakan.
 Efikasi kelator menurun sesuai waktu.
 Urin dimonitor, apabila urin berwarna jingga kemerahan menunjukkan adanya
kompleks kelat.
 Terapi kelator diberikan terus sampai warna urin normal.2

7. Timbal

A. Keracunan Akut
Bila aman memasuki area, segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu,
gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Setelah berada di tempat yang aman, lakukan:
 Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara
 Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida.
 Bila ada kejang, beri obat anti kejang1

B. Keracunan Kronik
 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Simtomatis, rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk
pengobatan lebih lanjut (chelating agent,sepert ikalsium disodium
etilendiaminotetraasetat =CaNa2EDTA). Hati-hati pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal.
 Penatalaksanaan non medis
Jauhkan dari pajanan lebih lanjut.1

Anda mungkin juga menyukai