Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA Ny.B DENGAN
DIAGNOSA LEUKOSITOSIS + CA PAROTIS DI RUANG DAHLIA BRSU
TABANAN

Oleh:
Ni Putu Eka Cintya Dewi
18101110006

PRAKTIK KLINIK KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


PROGRAM PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN
STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA Ny.B DENGAN
DIAGNOSA LEUKOSITOSIS + CA PAROTIS DI RUANG DAHLIA BRSU
TABANAN

I. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur


A. Pengertian
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak dipenuhi oleh
semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfugsi secara
optmal. Istirahat dan tidur memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara
umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa emosional, dan bebas dari
perasaaan gelisah. Jadi, berstirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama
sekali. Terkadang, berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
istirahat.
Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika presepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik
yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh,
dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita,
kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat
memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi
stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat
hendak melalukan aktivitas sehari-hari.
B. Fungsi Fisiologis
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat
otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur dan kontrol oleh
dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran memberi stimulus
visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta emosi dan proses berfikir. Pada saat
RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelebasan serum
serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah, 2003).
a) Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada
manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan factor lingkungan
mislanya: cahaya, kegelapan, grativitas, dan stimulus elektromagnetik. Bentuk
bioritme yang paling umum adalah sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam.
Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperature tubuh, sekreasi
hormone, metabolisme, dan penampilan serta perasaan indivindu bergantung pada
ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur bangun
yang mengikuti jam biologisnya misalnya: individu akan bangun pada saat ritme
fisiologis dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
paling rendah (Lilis, Taylor, Lemone, 1989).
b) Fungsi Tidur
Fungsi tidur diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga
keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru,
kardiovaskuler, endokrin. Energi disimpan selama tidur sehingga dapat diarahkan
kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis
dari tidur : pertama, efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan
kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf ; kedua, efek
pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh
karena selama tidur terjadi penurunan.
c) Patofisiologis
Reseptor menerim implus/rangsangan kemudian dibawa ke medulla spinalis
kemudia masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan masuk ke medulla
oblongata kemudian diteruskan ke hipotalamus yang menyebabkan menurunnya
fungsi panca indra dan sampai masuk ke korteks serebri, sehingga
ditafsirkan/disampaikan kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke medulla spinalis
dan dipersepsikan untuk tidur.
d) Manifestasi Klinis
a. Dewasa
1. Mayor (harus terdapat)
 Kesukaran untuk tertidur atau tetap tidur
2. Minor (mungkin terdapat)
 Keletihan waktu bangun atau sepanjang hari
 Perubahan dalam bernafas
 Tidur sejenak sepanjang hari
 Agitasi
b. Anak – anak
Gangguan tidur pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis,
atau respon tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk
mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidak larut malam
 Keenggananan untuk istirahat
 Sering bangun waktu malam
 Keinginan tidur dengan orang tua
e) Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektromiogram (EMG),
diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement.
1. Tahap tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena gelombang
otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa
dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan
sejumlah fungsi fisiologis tubuh. Di samping itu, semua proses metabolik termasuk
tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREMsendiri terbagi
atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-
IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep) adapun tahapannya
sebagai berikut:
a. NREM tahap I
Tahap transisi antara bangun dan tidur. Indivindu cenderung releks, masih
sadar dengan lingkungan, dan mudah dibangunkan. Normalnya tahap ini berlangsung
beberapa menit dan merupakan 5% dari total tidur.
b. NREM tahap II
Individu masuk pada tahap tidur, namun masih dapat terbangun dengan
mudah. Otot mulai relaksasi. Normalnya, tahap ini berlangsung selama 10-20 menit
dan merupakan 50%-55% dari total tidur.
c. NREM tahap III
Pada tahap ini, awal dari tahap tidur nyenyak. Tidur dalam, relaksasi otot
menyeluruh, dan individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama
15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.
d. NREM tahap IV
Pada tahap ini, tidur semakin dalam atau delta sleep. Individu menjadi sulit
dibangukan sehingga membutuhkan stimulus. Terjadi perubahan fisiologis, yakni:
EEG gelombang otak melemah, nadi dan pernapasaan menurun , tonus otot menurun,
metabolisme lambat, temperatur tubuh menurun. Tahap ini merupakan 10% dari total
tidur.
2. Tahap Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30
menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi
pada tahap ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya
meningkat hingga 20%. Pada tahap ini individu ini menjadi sulit untuk dibangunkan
atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus oto terdepresi, sekresi lambung
meningkat, dan frekuensi jantung dan pernafasan sering tidak teratur.
f) Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Tabel
kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.
TINGKAT JUMLAH
USIA
PERKEMBANGAN KEBUTUHAN TIDUR
0 – 1 bulan Masa neonatus 14 – 18 jam/hari
1 bulan –18 bulan Masa bayi 12 – 14 jam/ hari
18 bulan –3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/ hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/ hari
6 tahun –12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari
12tahun –18 tahun Masa remaja 8,5 jam/ hari
18tahun –40 tahun Masa dewasa muda 7 – 8 jam/ hari
40tahun –60 tahun Masa paruh baya 7 jam/ hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/ hari

g) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur


Banyak faktor yang mempengaruhi Kuantitas maupun Kualitas tersebut dapat
menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya, diantaranya :
a. Penyakit
Penyakit dapat disebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebakan
gangguan tidur. Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur
atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti
asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler dan penyakit persarafan.
b. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin
lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
c. Obat
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
 Diuretic
Obat ini menyebabkan insomnia
 Anti depresan
Obat ini menyebabkan supresi REM
 Kaffein
Obat ini dapat meningkatkan saraf simpatis
 Beta Bloker
Obat ini dapat menimbulkan insomnia
 Narkotika
Obat ini menyebabkan mensupresi REM
d. Alkohol
Mengkomsunsi Alkohol secara berlebihan dapat menganggu siklus tidur
REM. Setelah pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
e. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya
tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventelasi yang buruk dapat
mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi
dan tidak lagi terpengaruh dengan kondidi tersebut.
f. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan unutk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
g. Stimulus Emosional
Ansietas dan depresi sering kali menganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas
dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus sistem saraf simpatis.
Kondisi ini disebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM
sereta seringnya terjaga saat tidur.
h. Gaya Hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitas agar bisa
tidur pada waktu yang tepat.
i. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya
terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat daban dikaitkan dengan
peningkatan total tidur dan setidaknya pariode terjaga di malam hari
C. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar mobilisasi
a. Insomnia
Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umunya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gelisah gundah atau gelisah. Ada 3 jenis insomnia di antaranya:
1. Insomnia Inisial adalah suatu gangguan ketika seseorang merasa kesulitan
untuk memulai tidur.
2. Insomnia Intermiten adalah suatu gangguan ketika seseorang merasa
kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
3. Insomnia Terminal adalahsuatu gangguan ketika seseorang bangun terlalu
dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Parasomia adalah perilaku yang dapat menggangu tidur atau muncul di saat
seseorang tidur. Gangguan ini umun terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia anatara lain sering terjaga misalnya: tidur berjalan (nigh terror), gangguan
transisi bangun tidir misalnya: mengingau, parasomia yang terikat dengan tidur REM
misalnya: mimpi buruk dan lainya misalnya: bruksisme.
c. Hipersomia
Hipersomia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu,
seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme misalnya: hipertiroidisme. Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
d. Apnoe saat Tidur
Apnoe saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan
keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk berlebihan pada siang hari,
sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti
hipertensi atau aritmia jantung.
e. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak-tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan Tidur”
atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan
genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya pariode tidur REM.
Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau
metilpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresi seperti imipramin hidroklorida.

D. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena  penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aroma terapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-
waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter
psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya
masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi
si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang
si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan si
penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol,
mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat
terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu
dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya: Benzodiazepin
(Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek samping dari obat
tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotor,
gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Dalam dokumentasi pada bagian ini sudah sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan untuk mengkaji status pasien yang dapat dijadikan pedoman dalam
mengarahkan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Yang perlu didokumentasikan dalam
pengkajian yaitu:
a. Identitas
Dalam format ini, dituliskan tentang identitas dari pasien. Contohnya:
Identitas pasien
Nama :
No. rekam medis :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa medis :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sangat dirasakan pasien saat masuk rumah sakit dan pengkajian.
c. Riwayat Penyakit (Keluhan) Sekarang
Kronologis penyakit dan pencaharian pengobatan dari muncul gejala penyakit
sampai sesaat sebelum pengkajian.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat dirawat di rumah sakit, riwayat operasi, alergi obat, penggunaan obat
psikotropika.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram: apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
(minimal 3 generasi)
f. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan tentang tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasuki fasilitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan
klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini
meliputi:
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan misalnya waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
bangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari – hari misalnya Apakah merasa
segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah alat bantu tidur misalnya apa yang anda lakukan sebelum tidur,
apakah menggunakan obat – obatan untuk membantu tidur.
d. Gangguan tidur/faktor-faktor kontribusi misalnya jenis gangguan tidur,
kapan masalah itu terjadi.
2. Catatan Tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang memiliki
masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur
kien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagaian dari informasi
berikut:
a. Jumlah jam tidur total per hari.
b. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi dan
waktu).
c. Ritual sebelum tidur misalnya minum air, obat tidur.
d. Waktu misalnya pergi tidur, mencoba tidur, tertidur, terjaga di dalam
hari dan durasinya, serta bangun tidur di pagi hari.
e. Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
f. Faktor yang klien yakini memberi pengaruh positif atau negative pada
tidurnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemerikan Fisik meliputi:
a. Observasi penampilan wajah, perilaku dan tingkat energi pasien
b. Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva
merah
c. Perilaku; iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, biacara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi
4. Pemeriksaan Diagnostik
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang diebut
polisomnografi. Alat yang dimaksud sebagai berikut:
a. EKG (Electroencephalogram)
b. EMG (Electromyogram)
c. EOG (Electroocologram)
5. Analisa Data
No DATA MASALAH
1. DS: Gangguan pola istirahat
Klien menyatakan tidak bisa tidur karena dan tidur.
merasakan nyeri pada malam hari.
DO:
Mata klien sayu, lelah, ekspresi tidak rileks.
2. DS: klien mengatakan takut jika penyakitnya Ansietas.
tidak bisa disembuhkan
DO:
- Wajah klien tampak pucat
- Klien tampak khawatir
- klien tampak tidak senang

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat dan tidur
diantaranya adalah :
1. Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
c. Kurang control tidur
2. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran)
b. Stress, ancaman kematian
c. Kebutuhan yag tidak terpenuhi
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan pola Setelah diberikan a. Kaji rutinitas a. Mengkaji dan
tidur yang biasa mengidentifikasi
tidur asuhan keperawatan
dilakukan klien kebiasaan tidur
Kemungkinan 2 x24jam diharapkan klien
b. Meningkatkan
berhubungan pola tidur kembali
b. Ciptakan kenyamanan tidur
dengan : normal dengan lingkungan serta dukungan
yang nyaman fisiologis/psikolo
a. Suhu Kriteria hasil :
gis
lingkungan
a. Perasaan segar c. Istirahat adekuat
sekitar
sesudah tidur atau dan tidur dapat
b. Perubahan
istirahat c. Jelaskan meningkatkan
pejanan
b. Pola tidur, pentingnya satus emosional
terhadap
kualitas dalam tidur yang d. Mungkin
cahaya gelap
batas normal adekuat diberikan untuk
c. Kurang kontrol
c. Jumlah jam tidur d. Kolaborasi membantu pasien
tidur
dalam normal 8 pemberian obat tidur/istirahat
jam/hari tidur selama periode
transisi rumah ke
lingkungan baru
2. Ansietas Setelah diberikan 1. Gunakan 1. Memungkinkan
Kemungkinan asuhan keperawatan pendekatan yang waktu untuk
berhubungan 2 x24jam diharapkan menenangkan mengekspresika
dengan : tidak adaya ansietas n perasaan,
a. Perubahan dengan criteria hasil : menghilangkan
dalam (status
a. Mengidentifikasi, cemas, dan
ekonomi,
mengungkapkan
lingkungan, prilaku adaptasi.
dan menunjukan
status
tekhnik untuk 2. Intruksikan 2. Menigkatkan
kesehatan, pola
mengontrol cemas
interaksi, fungsi pasien relaksasi/istiraha
b. Klien mampu
peran, status
mengidentifikasi menggunakan t dan
peran)
dan
b. Stress, ancaman tehnik relaksasi menurunkan rasa
mengungkapkan
kematian
gejala cemas cemas
c. Kebutuhan yag
c. Ekspresi wajah,
tidak terpenuhi 3. Jelaskan 3. Menurunkan
bahasa tubuh, dan
tingkat aktivitas prosedur dan cemas dan takut
menunjukan
apa yang terhadap
kekurangan
kecemasan dirasakan diagnosa dan
selama prosedur prognosis
4. Berikan obat 4. Membantu
untuk pasiem rileks
mengurangi secara fisik
kecemasan mampu untuk
membuat
strategi koping
adekuat

D. Implementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untk klien dengan gangguan tidur adalah
untuk mempertahankan atau membentuk pola tidur yang memberikan energy yang
cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya sesuai dengan
intervensi yang di buat.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan dan
situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :
1. Pola tidur, kualitas batas normal
a. Perasaan segar sesudah istirahat
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Jumlah jam tidur 8jam/hari
2. Tidak adanya ansietas
a. Klien dapat mengontrol rasa cemas
b. Klien mampu mengungkapkan gejala cemas
c. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya rasa cemas
DAFTAR PUSTAKA

Norton, B & Miller, A. (1986) Skill for Professinal Nursing Practice. Kast
POTTER & PERRY.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Alimul Azis.2006.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan, alih
bahasa Cristantic Effendy, Jakarta : EGC.
Alfaro, R., 1998, Application of Nursing Process A Step by Step Guide, Philadelphia : J.B.
Lippincot Co.
Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Mary Ann, 1986, Clinical Nursing Procedures, California
: Jones and Bartlett Publisher.
Carpenito, LJ., 1993, Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice, 5thedition,
Philadelphia : Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai