Anda di halaman 1dari 11

Hidup Sehat, Tips Sehat

Apa Itu Asma Bronkial? (Plus Penyebab, Gejala, dan Cara Pengobatannya)

Oleh Risky Candra Swari

Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Damar Upahita - Dokter Umum

asma bronkial

Dari banyak jenis asma yang ada, Anda mungkin masih sedikit asing mendengar asma bronkial. Padahal,
asma bronkial adalah jenis asma yang cukup umum. Menurut data WHO, lebih dari 235 juta orang di
dunia mengidap asma bronkial. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-20 sebagai negara dengan
kasus kematian akibat asma bronkial yang terbanyak. Jenis asma ini tidak bisa disembuhkan dan
gejalanya bisa muncul kapan saja tanpa terduga. Meski begitu, asma ini bisa dikendalikan dengan cara
yang tepat agar tidak gampang kambuh. Baca selengkapnya tentang asma bronkial di artikel ini.

Apa itu asma bronkial?

Asma bronkial adalah sebutan lain untuk penyakit asma umum yang disebabkan oleh peradangan dalam
saluran udara (bronkus). Peradangan ini kemudian mengakibatkan bronkus menjadi bengkak dan
menyempit, serta memproduksi lendir berlebih.

Produksi lendir paru yang berlebihan sebagai reaksi dari peradangan akan menyumbat saluran udara,
sehingga membuat Anda sulit bernapas.

Tanda dan gejala asma bronkial yang paling umum

Serangan asma muncul ketika saluran udara mengalami peradangan dan tersumbat.

Gejala asma bronkial sangatlah beragam. Satu orang dan lainnya bisa mengalami gejala asma bronkial
yang berbeda, termasuk tingkat keparahannya, durasi serangan, hingga frekuensinya. Anda mungkin saja
mengalami serangan asma setelah lama tidak kambuh, dan selanjutnya tiba-tiba jadi mengalami
serangan asma secara berkala. Orang lain mungkin mengalami gejala asma setiap hari, tapi hanya di
malam hari atau hanya setelah beraktivitas misalnya.
Beberapa ciri-ciri dan gejala khas dari penyakit asma bronkial adalah:

1. Batuk keras

perut sakit saat batuk

Batuk yang keras adalah gejala paling umum dari asma bronkial. Batuknya dapat berupa batuk kering
atau berdahak (berlendir). Batuk asma cenderung memburuk pada malam hari atau setelah beraktivitas.

Apabila Anda terus-terusan mengalami batuk kering yang berlangsung lama, dengan/tanpa gejala asma
yang menyertai, ini mungkin saja menandakan Anda mengalami jenis batuk asma.

2. Suara mengi

mengatasi mengi

Mengi adalah satu dari sekian gejala asma yang dapat dikenali. Suara mengi adalah napas yang berbunyi
lirih seperti siulan, atau berbunyi “ngik-ngik” setiap kali Anda menghembuskan napas. Suara ini muncul
karena udara dari dalam paru dipaksa keluar lewat saluran napas yang sempit dan tersumbat.

Meski begitu bukan berarti orang yang mengalami mengi pasti memiliki asma. Pasalnya, mengi juga
dapat menjadi gejala dari penyakit lain seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan pneumonia
(infeksi paru-paru).

3. Sulit bernapas lega

jantung berdebar sesak napas

Asma membuat Anda sulit bernapas lega atau sering merasa kehabisan napas (ngos-ngosan). Anda
mungkin juga merasa sering kesusahan menarik atau menghela napas panjang. Ini karena saluran napas
(bronkus) Anda menyempit dan tersumbat lendir paru.
4. Dada sesak

penyebab nyeri dada sebelah kiri

Gejala asma yang juga umum adalah sensasi dada sesak seperti ada yang mengikat tali erat-erat di
sekeliling dada Anda.

Sensasi ini muncul akibat otot saluran napas yang membengkak akibat peradangan kemudian menutupi
terowongan jalur napas. Maka, Anda juga akan merasakan perasaan kaku atau ketegangan di area dada.
Kondisi ini membuat Anda sulit bernapas lega.

Pada kasus yang parah, gejala asma bronkial meliputi:

Kesulitan untuk berbicara, makan, dan tidur karena sesak napas.

Bibir serta ujung jari-jari kaki dan tangan terlihat membiru.

Jantung berdebar-debar.

Tampak lemas dan lesu.

Pusing yang tak kunjung hilang.

Gejala khas asma semakin parah dan sering.

Inhaler tidak mampu meredakan gejala yang ada.

Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa gejala asma seperti yang sudah disebutkan di atas, segera
cari pertolongan medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Kenali tingkat keparahan penyakit asma bronkial

Gejala asma bersifat kambuhan dan dapat muncul secara tiba-tiba. Kekambuhan asma sebenarnya
terkait dengan tingkat keparahan asma yang dimiliki masing-masing orang. Maka penting untuk
mengetahui tingkat keparahan penyakit asma yang Anda alami. Dengan begitu, Anda dapat
mengendalikan gejalanua sebelum terlanjur kambuh.
Untuk mengetahui seberapa parah penyakit asma Anda, maka jawablah pertanyaan berikut ini. Jawaban
tentu harus disesuaikan dengan kondisi tubuh Anda.

Berapa hari dalam seminggu, Anda merasa dada terasa kencang, batuk, sulit bernapas, dan sesak napas?

Apakah Anda sering terbangun di malam hari akibat mengalami gejala asma? Seberapa sering bangun
dalam satu minggu?

Seberapa sering dalam satu minggu, Anda menggunakan inhaler sebagai obat untuk mengatasi asma
Anda?

Apakah asma yang Anda miliki menyebabkan aktivitas Anda terganggu?

Setelah menjawab pertanyaan tersebut Anda bisa mengetahui seberapa parah penyakit asma Anda,
dengan melihat kelompok asma berikut ini.

1. Asma intermiten

Ciri-ciri asma intermiten adalah:

Gejala: 2 hari atau kurang dalam satu minggu.

Terbangun di tengah malam: 2 kali atau kurang dalam satu bulan.

Menggunakan inhaler: 2 kali atau kurang per minggu.

Tidak mengalami gangguan saat beraktivitas.

Biasanya jika Anda mengalami asma jenis ini, maka Anda tidak akan diberikan obat pengendali asma.
Hanya saja, Anda perlu menghindari berbagai hal yang dapat membuat asma ini muncul.

2. Asma persisten ringan

Ciri-ciri asma persisten ringan seperti:

Gejala: gejala muncul lebih dari 2 hari dalam satu minggu.

Terbangun di tengah malam: 3-4 kali dalam satu bulan.


Menggunakan inhaler: lebih dari 2 kali per minggu.

Aktivitas sedikit terganggu.

Jika Anda mengalami penyakit asma jenis ini, maka dokter hanya akan memberikan obat antiradang
untuk mengatasi asma yang Anda derita.

3. Asma persisten sedang

Asma persisten sedang memiliki ciri-ciri seperti:

Gejala: gejala muncul hampir setiap hari.

Terbangun di tengah malam: lebih dari 2 kali dalam satu minggu.

Menggunakan inhaler: hampir setiap hari.

Aktivitas terganggu

Orang yang memiliki asma persisten sedang akan diberikan obat untuk mengendalikan penyakit asma
yang dideritanya. Selain itu, pasien dengan jenis asma ini akan dianjurkan untuk mengikuti terapi
bronkodilator. Bronkodilator adalah terapi yang terdiri dari berbagai obat-obatan untuk melegakan dan
memperlancar pernapasan.

4. Asma persisten berat

Asma persisten berat memiliki ciri-ciri seperti:

Gejala: gejala muncul setiap hari, bahkan hampir seharian.

Terbangun di tengah malam: setiap malam.

Menggunakan inhaler: beberapa kali dalam satu hari.

Aktivitas sangat terganggu.

Obat pengendali asma yang diberikan pada penyakit asma persisten berat ini tak cukup satu jenis saja.
dokter akan memberikan beberapa kombinasi inhaler kortikosteroid dalam dosis tinggi.
Mewaspadai berbagai penyebab asma bronkial

Para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab asma. Akan tetapi, serangan asma umumnya terjadi
ketika seseorang terpapar “pemicu asma”. Berbagai pemicu asma mungkin termasuk:

Perokok aktif dan perokok pasif.

Infeksi saluran pernapasan atas (seperti pilek, flu, atau pneumonia).

Alergen seperti makanan, serbuk sari, jamur, tungau debu, dan bulu hewan peliharaan.

Olahraga.

Paparan zat-zat di udara (seperti polusi udara, asap kimia, atau racun).

Faktor cuaca (seperti cuaca dingin, berangin, dan panas yang didukung dengan kualitas udara yang buruk
dan perubahan suhu secara drastis).

Mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti aspirin, NSAID, dan beta-blocker).

Makanan atau minuman yang mengandung pengawet (seperti MSG).

Mengalami stres dan kecemasan berat.

Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.

Parfum dan wewangian.

Memiliki riwayat penyakit refluks asam lambung (GERD).

Siapa yang berisiko tinggi terkena penyakit asma bronkial?

mengatasi asma di berbagai usia

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, bahkan orang dewasa yang berusia 30 atau 40-an sekalipun.
Memang kebanyakan kasus asma diketahui sejak seseorang masih bayi atau kanak-kanak. Namun, kira-
kira sejumlah 25 persen dari pengidap asma baru pertama kali mengalami serangan di usia dewasa.

Menurut WHO, asma adalah penyakit paling umum yang dialami anak-anak karena:

Orangtua memiliki riwayat asma.


Memiliki infeksi pernapasan, misalnya pneumonia, bronkitis, dan lain sebagainya.

Memiliki alergi atopik tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim.

Lahir dengan berat badan rendah.

Kelahiran prematur.

Di antara anak-anak, anak laki-laki lebih berisiko tinggi terkena asma dibandingkan anak perempuan.
Akan tetapi di antara orang dewasa, wanita lebih sering terkena penyakit ini dibanding pria. Tidak jelas
bagaimana seks dan hormon seks berperan menjadi penyebab asma.

Bagaimana cara mengobati asma bronkial?

pergi ke dokter kandungan

Penyakit asma tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada ditujukan hanya untuk mengurangi gejala
dan mencegah timbulnya kekambuhan serangan asma. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mengobati asma bronkial adalah:

1. Merancang pengobatan bersama dokter

Pengobatan asma tidak hanya diputuskan sepihak oleh dokter saja. Anda sebagai pasien juga harus ikut
merancang penanganan pengobatan. Hal ini dilakukan guna mendapatkan hasil pengobatan yang efektif
dan maksimal. Rencana penanganan juga dapat membantu Anda untuk mengetahui kapan gejala asma
biasanya memburuk dan bagaimana cara menanganinya.

2. Menggunakan spirometer

Jika asma yang Anda alami dipicu karena alergi parah, dokter mungkin akan merujuk Anda ke dokter
spesialis alergi atau spesialis paru-paru. Penilaian fungsi paru-paru mungkin meliputi penggunaan alat
bernama spirometer. Spirometer adalah alat ukur kesehatan paru guna mengukur kapasitas udara paru-
paru seseorang.

3. Obat jangka pendek


Penyempitan saluran napas pada asma bisa dilegakan kembali dengan memberikan obat bronkodilator.
Obat ini berguna untuk melemaskan otot-otot di sekitar saluran napas sehingga dapat membuka dan
melebarkannya.

Obat bronkodilator ditujukan untuk penggunaan jangka pendek. Bila Anda mengalami serangan asma,
dengan batuk dan/atau mendesah, Anda dapat menggunakan obat bronkodilator. Dengan membuka
saluran udara yang menyempit, obat bronkodilator mampu meredakan rasa sesak di dalam dada dan
mengurangi mengi dan perasaan tidak dapat bernapas. Biasanya obat ini diresepkan berdasarkan
kebutuhan.

Inhalasi short-acting beta2-agonis (albuterol, pirbuterol, levalbuterol atau bitolterol) adalah pilihan jenis
obat bronkodilator untuk reaksi cepat. Obat-obatan lain adalah ipratropium (antikolinergik), prednisone,
prednisolon (steroid oral). Anda harus menggunakan obat bronkodilator ketika gejala asma baru mulai
muncul.

Jika Anda menggunakan obat ini lebih dari 2 hari seminggu, bicarakan dengan dokter tentang rencana
pengobatan lainnya. Anda mungkin perlu untuk membuat perubahan rencana pengobatan yang sesuai
dengan kondisi Anda.

4. Obat jangka panjang

Kebanyakan orang yang menderita asma harus minum obat kontrol jangka panjang setiap hari untuk
membantu mencegah gejala. Obat-obatan jangka panjang efektif mengurangi peradangan saluran napas,
dan membantu mencegah gejala. Obat-obatan ini termasuk kortikosteroid hirup, cromolyn,
Omalizumab(anti-IgE).

Jika Anda memiliki asma yang parah, Anda mungkin harus menggunakan pil kortikosteroid atau cair
untuk jangka pendek agar asma Anda tetap terkontrol.

Pada bayi dan anak kecil, kortikosteroid hirup mungkin diberikan melalui nebulizer dengan masker wajah
atau melalui pengisap. Pengisap membutuhkan selang plastik (spacer) atau bilik yang menyimpan
volume, agar obat dapat mencapai tepat pada area kecil paru-paru. Tanpa spacer, sebagian besar obat-
obatan akan kembali menuju tenggorokan dan tertelan. Setelah menggunakan steroid isap, penting bagi
Anda untuk membersihkan, meludah, atau menggosok giginya.
Pada umumnya, obat pengontrol jangka panjang diperuntukkan bagi seseorang yang memiliki:

Serangan asma lebih dari dua kali seminggu

Sering terbangun karena serangan asma lebih dari dua kali sebulan

Membutuhkan lebih dari dua rangkaian obat steroid oral dalam setahun

Pernah dirawat di rumah sakit karena gejala asma

5. Nebulizer

Cara lain untuk memasukkan obat adalah dengan nebulizer. Nebulizer terdiri dari kompresor (mesin
pernapasan) yang terhubung dengan tabung ke alat seperti gelas kecil menuju tempat obat.

Kompresor mengubah cairan menjadi uap yang kemudian dihirup. Pada anak kecil, masker digunakan
dan harus dipasang di wajah dengan segel yang baik. Jika tidak memiliki segel yang baik, sebagian besar
obat-obatan menguap dan tidak mencapai paru-paru. Akibatnya, obat tidak dapat bekerja secara
optimal.

Berbagai cara untuk mencegah serangan asma bronkial

Ada beberapa tips dan saran yang diberikan para untuk menghindari serangan asma bronkial, di
antaranya:

1. Mencegah pemicu dan zat alergi

Ada banyak pemicu atau penyebab asma. Reaksi terhadap pemicu asma berbeda untuk setiap orang dan
dapat bervariasi juga dari waktu ke waktu. Penyebab asma tertentu mungkin tidak berbahaya bagi
sebagian orang. Namun bagi beberapa orang lainnya, hal tersebut dapat memperburuk gejala asma yang
ada.

Mengenali dan menghindari berbagai penyebab asma yang spesifik, jika memungkinkan, adalah kunci
utama untuk mencegah serangan asma.
2. Menggunakan sistem filter udara

Filter udara berfungsi menyaring partikel-partikel yang terkandung di dalam aliran udara, termasuk
pemicu serangan asma seperti jamur, serbuk sari, tungau, dan alergen lainnya.

Sistem terbaik akan menggunakan filter high-efficiency particulate air (HEPA). Menurut yayasan asma
dan alergi di Amerika, alias AAFA, filter dapat membersihkan udara dari polutan hingga mencapai 99.9
persen. Filter udara direkomendasikan untuk mengontrol zat pemicu asma. Tetapi penderita asma tidak
boleh tergantung pada filter udara saja dalam mengontrol gejala mereka.

3. Immunotherapy

Immunotherapy dalam masalah alergi, berfungsi untuk meningkatkan atau menekan sistem imun.
Tujuan dari immunotherapy adalah untuk mengurangi sensitivitas pada allergen seiring waktu. Untuk
beberapa bulan pertama, injeksi akan diberikan biasanya sekali dalam seminggu. Terkadang, dapat juga
hanya diberikan sekali dalam sebulan. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa tahun hingga sistem
imun menjadi peka.

Jika Anda tidak bisa menghindari pemicu asma, konsultasilah kepada dokter tentang apakah
immunotherapy dapat menjadi salah satu pilihan Anda.

4. Menggunakan pengobatan pencegahan

Menggunakan pengobatan asma adalah pendekatan dua langkah. Pertama, Anda mungkin akan
menggunakan pengobatan yang biasa Anda lakukan untuk mencegah serangan. Tetapi, sebagai
tambahan, langsung beraksi pada saat gejala pertama muncul adalah kunci untuk mencegah
serangannya.

Beberapa dapat menggunakan inhaler, beberapa menggunakan cara oral, dan beberapa dari injeksi.
Berikut adalah pengobatan umum yang diambil penderita asma.

Kortikosteroid isap (inhaler) untuk mencegah peradangan. Inhaler kortikosteroid adalah pengobatan
terampuh untuk asma, namun risiko efek jangka panjangnya membuatnya tidak dianjurkan untuk
pemakaian sehari-hari.
Leukotriene modifiers. Pengobatan ini bekerja dengan melawan leukotrienes. Leukotrienes adalah
substansi yang dilepaskan oleh sel darah putih di paru-paru yang menyebabkan aliran udara terhambat.
Obat ini biasanya ditujukan pada kondisi asma yang disebabkan oleh obat aspirin/asma karena
olahraga/asma persisten berat.

Long Acting Beta agonist. Pengobatan ini digunakan untuk mencegah serangan zat pemicu yang ada
dalam kegiatan dan olah raga. Pengobatan ini bersifat bronchodilators, dan bekerja dengan
menenangkan saluran pernapasan, membuat napas menjadi lebih lega. Biasanya digunakan jika inhaler
belum dapat mengontrol gejala asma. Obat ini tidak efektif jika digunakan sebagai monoterapi, tapi
harus dikombinasikan dengan inhaler.

5. Pakai pelembap udara

Alat ini dapat meningkatkan level kelembapan di udara dengan uap air. Jika bersih dan dirawat dengan
baik, pelembap dapat membantu mengurangi dan meringankan gejala asma untuk penderitanya.

6. Memeriksa fungsi paru-paru

Sangatlah penting untuk memonitor seberapa baik pengobatan terhadap asma Anda bekerja dengan
memeriksa fungsi paru-paru secara teratur. Anda dapat menggunakan peak flow meter untuk mengukur
jumlah udara yang mengalir dari paru-paru. Pemeriksaan secara pribadi ini dapat mengungkap
menyempitnya saluran pernapasan sebelum gejala asma muncul.

Anda mungkin juga menyukai