Anda di halaman 1dari 32

Tugas : Keperawatan Komunitas 1

Dosen : Dr. Suarnianti SKM.,S. Kep.Ns.,M.Kes

SISTEM KESEHATAN

OLEH :

NAMA : SUCI SUGIARTI


NIM : NH0117145
KELAS : A3 2017

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul ” SISTEM KESEHATAN ”.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Kewarganegaraan.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari pihak-pihak terkait serta kecanggihan teknologi untuk
memperoleh informasinya. Oleh karenaitu,kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,
tentu hasil makalah kami ini mungkin tidak luput dari kekurangan. Kami
senantiasa mengharapkan konstribusi pemikiran anda sehingga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

PENULIS

i
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN 1
C. MANFAAT 1
BAB II PEMBAHASAN
A. SISTEM KESEHATAN NASIONAL 2
B. PRIMARY HEALTH CARE (PHC) 9
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 28
B. SARAN 28
DAFTAR REFERENSI 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa terakhir
masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi.
Untuk itu diperlukan pemntapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan
Nasional sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang disertai berbagai terobosan penting, seperti Pengembangan Desa Siaga,
Jaminan Kesehatan Masyrakat, Serta Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K).
Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya berbagai
regulasi penyelenggaraan kepemerintahan, seperti : Undang-unfang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025.
Disamping itu secara global terjadi perubahan iklim dan upaya percepatan
pencapaian MDGs, sehingga diperlukan penyempurna-aan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Sistem Kesehatan Nasional
2. Untuk mengetahui konsep Primary Health Care (PHC)
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui konsep Sistem Kesehatan Nasional
2. Dapat mengetahui konsep Primary Health Care (PHC)
D.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Kesehatan Nasional


1. Pengertian, Tujuan, Maksud dan Kegunaan SKN
a) Pengertian
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang
dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional itu sendiri adalah bentuk
dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan
berbagai upaya bangsa bangsa Indonesia dalam satu derap langkah
guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam
kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (SKN BAB I Sub bab B:2)
[ CITATION Sus11 \l 1033 ]
Pada BAB I A hal. 1, Latar Belakang, dijelaskan sebagai
berikut :
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa
terakhir masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya
dapat diatasi. Untuk itu diperlukan pemntapan dan percepatan melalui
Sistem Kesehatan Nasional sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting,
seperti Pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyrakat,
Serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K).
Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya
berbagai regulasi penyelenggaraan kepemerintahan, seperti : Undang-
unfang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 25

2
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025.
Disamping itu secara global terjadi perubahan iklim dan upaya
percepatan pencapaian MDGs, sehingga diperlukan penyempurna-aan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
SKN 2004 sebagai pengganti SKN 1982, pada hakekatnya
merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
penting untuk dimutakhirkan menjadi SKN 2009 agar dapat
mengantisipasi berbagai tantangan perubahan pembangunan kesehatan
dewasa ini dan di masa depan.
Dalam mengantisipasi ini, perlu mengacu terutama pada arah,
dasar, dan strategi pembangunan kesehatan yang ditetapkan dalam
undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025 dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan(RPJP-K) Tahun
2005-2025.
b) Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Apa makna dan maksud dari pembanguna kesehatan menurut
SKN?
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksankan oleh
semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

3
tingginya dapat terwujud. Pembanguna kesehatan diselenggarakan
berdasarkan pada :
1) Perikemanusiaan
2) Pemberdayaan dan Kemandirian
3) Adil dan Merata, serta
4) Pengutamaan dan Manfaat

Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks


Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan determinan social, seperti : Kondisi kehidupan
sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi
kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyrakat, serta
kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-maslaah
tersebut (SKN 2009).

c) Maksud dan Kegunaan SKN


Penusunan SKN 2009 ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
SKN 2014 dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan
internal, agar dapat dipergunakan sebagai pedoman tentang bentuk dan
cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik oleh masyarakat,
swasta, maupun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta
pihak terkait lainnya.
Tersusunnya SKN 2009 mempertegas makna pembangunan
dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia, memperjelas
penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K)
Tahun 2005-2025, memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang
transformative, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang
terjangkau dan bermutu, serta meningkatkan investasi kesehatan untuk
keberhasilan pembangunan nasional.

4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
Tahun 2005-2025 merupakan arah pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025 dan SKN merupakan dokumen
kebijakan pembangunan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan
pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (Primary health
care) yang meliputi :
1) Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata
2) Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat
3) Kebijakan pembangunan kesehatan
4) Kepemimpinan

Sistem Kesahatan Nasional juga disusun dengan


memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan secara luas, termasuk penguatan system
rujukan. Pendekatan pelayanan kesehatan dasar secara global telah
diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi
semua dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan yang
responsive gender (SKN,2009)[ CITATION Sus11 \l 1033 ]

2. Alur Pikir Rencana Pembangunan Kesehatan dan SKN


Alur piker rencana pembangunan kesehatan dan system kesehatan
nasional dapat dilihat dalam gambar yang dicopy dari buku SKN
2009, Sebagai berikut :

5
Gambar-1
ALUR PIKIR

RENCANA PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Paradigma Nasional

(Pancasila, UUD 45, Wasntara, Tannas)

UU 36/2009 Kesehatan, UU 17/2007 RPJPN

KONDISI SAAT INI

Derajat Kesehatan
Masyarakat Rendah
DERAJA
RPJP-K DAN SKN
T RAKYA
(Arah, dasar, bentuk dan KESMAS T
cara penyelenggaraan YANG SEHAT
MASALAH SETING PRODU
Bangkes)
MENDASAR GI- KTIF
TINGGIN
a. KETIDAKPAST
IAN HUKUM
b. PERILAKU
MASYARAKA
T BURUK
c. LINGKUNGAN
BURUK TINJAU
d. RAWAN LINGKUNGAN STRATEGIS : AN
PANGAN DAN NASION
(Ideologi, Politik, Ekonomi Sosial
RAWAN GIZI AL
Budaya dan Pertahanan Keamanan
e. AKSES
PELAYANAN GLOBAL, REGIONAL,
PUBLIK NASIONAL, LOKAL
BURUK
PELUANG/KENDALA
f. SUMBER
DAYA
6
KESEHATAN
TERBATAS
GAMBARAN UNSUR-UNSUR PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN SUBSISTEM SKN
SERTA TATA HUBUNGANNYA

DAN LINGKUNGAN STRATEGIS YANG MEMPENGARUHI SKN


Gambar-2
LINGKUNGAN ILMU
FUNDAMEN LINGKUNGAN
DAN TEKNOLOGI
MORAL SOSIAL, AGAMA
KEMANUSIAAN DAN BUDAYA

PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KESEHATAN

LINGKUNGAN SUMBER DAYA PEMBERDAY UPAYA DERAJAT


EKONOMI KESEHATAN AAN KESEHATAN KESEHATAN
MASYARAKA MASYARAKAT
T

LINGKUNGAN
SEHAT MANAJEMEN
KESEHATAN

PERUSAHAAN SOSIAL
BUDAYA
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN FISIK
POLITIK DAN
DAN BIOLOGI
HUKUM

7
Demikian juga gambaran unsur-unsur pembangunan kesehatan
dan subsistem SKN serta tata hubungannya dan lingkungan strategis
yang mempengaruhi SKN dapat di gambarkan seperti gambar 2.2

Gambaran unsur-unsur pembangunan kesehatan dan


subsistem SKN serta tata hubungannya dan lingkungan strategis yang
mempengaruhi SKN seperti gambar 2.2 pada hakekatnya seluruhnya
tidak lain adalah merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan
untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Untuk penyelenggaraan subsistem tersebut diperlukan
berbagai upaya dengan menghimpun seluruh potensi bangsa
Indonesia. Berbagai upaya tersebut memerlukan dukungan
pembiayaan, SDM kesehatan, ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan, serta
pemberdayaan masyarakat.

Jadi harus disadari bahwa upaya tersebut tidak melulu


dibebankan kepada pemerintah, akan tetapi seluruh potensi masyarakat
termasuk swasta dan pendek kata semua yang ada di Negara republic
ini.

Oleh karena pentingnya SKN ini bagi semua unsur yang


terlibat langsung atau pun tidak langsung didalam penyelenggaraan
kesehatan masyarakat, maka haruslah membaca dan memahami
seluruh isi System Kesehatan Nasional yang tebalnya 106 tersebut,
bahkan telah disiarkan secara terbuka oleh Departemen Kesehatan
melalui berbagai sumber informasi termasuk didalam internet.
[ CITATION Sus11 \l 1033 ]

8
B. Primary Health Care
1. Sejarah PHC
Pada tahun 1978, dalam suatu konferensi di Alma Ata, ditetapka
prinsip-prinsip Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau
strategi global guna mencapau kesehatan bagi semua (KBS), dan
Indonesia ikut menandatangani, menyatakan bahwa untuk mencapai healt
for all pada tahun 2000 Primary Health Care adalah kuncinya.
Sedangkan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah
suatu bentuk operasional PHC di Indonesia.
Hal tersebut disadari benar bahwa kesehatan adalah kebutuhan dasar
dan modal utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup
dan memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh
atau mampu memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai
masalah bersama secara global, diantaranya adalah kesehatan lingkungan
yang buruk, social ekonomi yang rendah yang menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan,
pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainyya. Oleh karena itu Primary
Health Care merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai
Kesehatan Bagi Semua Pada Tahun 2000 sebagai tujuan pembangunan
kesehatan semesta dalam mencapainderajat kesehatan yang optimal.
Sekarang tahun 2000 telah lama lewat dan apa yang terjadi mengenai
derajat kesehatan itu ? kita masih membicarakan sejarah PHC. PHC
merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan
kesehatan dibanyak Negara, yang diawali dengan kampanye massal pada
tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena pada
waktu itu banyak Negara yang tidak mampu mengatasi dan
menanggulangi wabah penyakit TBC,campak, diare, dan sebagainya.
Oleh karena itu dibentuklah suatu forum international yang menekankan

9
pentingnya memperhatikan aspek social, kesehatan dan penyakit disuatu
Negara untuk menekan angka kesakitan dan kematian
Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam infrastruktur
pelayanan kesehatan telah mengalami kemajuan. Oleh karena itu timbulah
pemikiran untuk mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”.
Pada tahun 1972/1973, who mengadakan studi dan mengungkapkan
bahwa banyak Negara tdak puas atas system kesehatan yang dijalankan,
dan banyak issue tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan
didaerah-daerah pedesaan.
Pada tahun 1977 pada siding kesehatan dunia di cetuskan kesepakatan
untuk melahirkan “ Healt for all by the year 2000”, yang sasaran semesta
utamanya dalam bidang social pada tahun 2000 adalah “ tercapainya
derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara social maupun ekonomi”. Oleh karena itudi tuntut perubahan
orientasi dalam pembangunan.

Pelayanan kuratif ke kuratif dan preventif

Daerah perkotaan ke pedesaan

Golngan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah

Kampanye missal ke upaya kesehatan terpadu

Kesehatan vertical ke kesehatan horizontal

Tahun 1978 Konferensi Alma Ata menetapka PHC sebagai


pendekatan atau strategi global guna mencapai Kesehtan Bagi Semua
Pada Tahun 2000. Tahun 2000 sudah lama lewatdan apa sudah tercapai
cita-cita meningkatkan derajat kesehatan yang optimal itu? [ CITATION
Sus11 \l 1033 ]

10
2. Pengertian PHC
a) Definisi
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan Negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidup mandiri (Self Reliance) dan menentukan nasib sendiri
(self Determination). [ CITATION Sus11 \l 1033 ]
b) Tujuan PHC
1) Tujuan Umum
Adalah mencoba menemukan kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan yang diselenggarakan , sehingga akan
dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima
pelayanan.
2) Tujuan Khusus
i. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk
yang dilayani
ii. Pelayanan harus diterima oleh penduduk yang dilayani
iii. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari
populasi yang dilayani
iv. Pelayanan harus maksimum menggunakan tenaga
3) Fungsi PHC
i. Pemeliharaan kesehatan
ii. Pencegahan penyakit
iii. Diagnosis dan pengobatan
iv. Pelayanan tindak lanjut

11
v. Pemberian sertifikat.
3. Unsur Utama, Prinsip dan Elemen PHC
a) Unsur Utama
Unsur Utama PHC ada tiga, yakni :
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan peran serta masyarakat
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
b) Prinsip PHC
Ada lima prinsip dasar PHC, yakni :
1) Pemerataan upaya kesehatan
2) Penekanan upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
c) Elemen PHC
Terdapat 8 Elemen PHC, yaitu :
1) Pendidikan kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2) Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4) Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5) Immunusasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7) Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8) Penyediaan obat-obat esensial. [ CITATION Sus11 \l 1033 ]
d) Ciri-vir PHC
Berikut ini adalah ciri-ciri PHC :
1) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

12
2) Pelayanan yang menyeluruh
3) Pelayanan yang terorganisasi
4) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu mupun
masyarakat
5) Pelayanan yang berkesinambungan
6) Pelayanan yang progresif
7) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salahsatu
aspek saja
e) Tanggung Jawab Perawat dalam PHC
1) Mendorong partisipasi aktif masyarakat
2) Bekerjasama dengan masyarakat
3) Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugass
kesehatan dan masyarakat
4) Mengajarkan konsep kesehatan dasar
5) Mengoordinasi kegiatan pembangunan kesehatan
masyarakat[ CITATION Hal15 \l 1033 ]
4. Pelayanan Kesehatan Primer PHC
Dalam penilainan tahunannya tentang kesehatan dunia, para
delegasi yang menghadiri pertemuan ke-28 World Health Assembly di
Geneva telah memutuskan bahwa situasi global sekarang ini tidak
sehat dan tidak adil (WHO,1975). Sejumlah contoh dari berbagai
belahan dunia telah meyakinkan mereka bahwa penggunaan suatu
pendekatan yang disebut PHC , dapat berkontribusi sangat besar
dalam membebaskan seluruh masyarakat dai penderitaan yang
terabaikan, nyeri, ketidakmampuan dan kematian. Mereka
memperkirakan bahwa jika keinginan politis yang cukup dan
kesungguhan dari masyarakat global dapat terjamin, banyak beban

13
berat dari berbagai penderitaan dan kematian yang tidak diinginkan
oleh jutaan rang di seluruh dunia dapat dicegah melalui penerapan
konsep PHC (Bryant,1969; Newell,1975). Perkiraan ini mengarahkan
mereka dalam suatuu semangat berkeadilan social untuk menyusun
gerakan revolusi dunia baru didalam pelayanan kesehatan.
Karena permasalahan sudah mengglobal, suatu mobilisasi
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya diseluruh dunia sangat
diperlukan. Dua badan dunia dibawah naungan PBB yaitu WHO dan
UNICEF segera mulai mengoordinasikan upaya dunia untuk
mempelajari dan menerapkan PHC dalam skala global.
Setiap kali penyelenggaraan konfrensi PBB, pertemuan
persiapan awal telah dilakukan diberbagai tempat di dunia untuk
memperoleh pengalaman tambahan dan selanjutnya memperbaiki
prinsip dan elemen dasar dari PHC. Meskipun pertemuan ini telah
banyak dilakukan di Negara-negra “Berkembang”, atau Negara miskin
di Asia, Afrika dan Amerika Latin, pertemuan ini juga pernah sekali
diselenggarakan di Negara barat atau di Negara industry, yaitu di New
York. Pada konfrensi ini, berbagai upaya dibuat untuk membantah
anggapan bahwa PHC hanya akan cocok ditetpkan pada Negara-
negara miskin dan bukan untuk negaa-negara kaya atau Negara
industry maju. Suatu pertemuan persiapan yang terakhir telah diadakan
di Halifax, Vova Scotia, dan banyak lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dari yng berskala luas , seperti organisasi kemanusiaan bertaraf
internasional, sampai kelompok agama-agama kecil yang hanya
berada dalam satu Negara, telah mampu meninjau kerangka akhir dari
catatan konferensi yang actual.
Setealah beberapa kali persiapan delegasi dari 134 negara
didunia ditambah perwakilan rsmi dari LSM yang telah diakui oleh
WHO bwrtemu pada bulan September 1978 disuatu tempat bernama

14
Alma Ata, Uni Sovyet (Sekarang bernama Almaty, Kazakhstan).
Dalam pertemuan bersejarah itu, Negara-negara diduinia bersungguh-
sunggguhterhadao diri mereka sendiri dan segala sumber daya meteka
untuk mencapai sehat untuk mrencapai semua pada tahun 2000
melalui PHC.
Sejak awal, era sehat untuk semua (Health for all, HFA) telah
dilandasi prinsip-prinsip keadilan social dan kesamaan. Di Alma Ata
sehat yang didefinisikan oleh WHO sebagai, “suatu keadaan sejahtera
yang komplet secara fisik, mentak, dan social, dan tidak hanya
terbebas dari penyakit” (WHO ,1975) telah direvisi secara
mendasardalam suatu pengertian terbaru tenang sehat dan banyak
komponen bagiannya. Menurut WHO, sehat yang sekarang
didefinisikan sebagai “ Suatu keadaan sejahtera yang cukup secara
fisik, mental dan social untuk mampu bekerja secara produktif dan
berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan social dan ekonomi dari
suatu masyarakat tempat mereka tinggal”.(WHO,1978). Konsekuensi
besar dari definisi sehat ini adalah bahwa setiap Negara sekarang
tertantang untuk menyediakan tingkat kesehatan dasar bagi semua
warga Negaranya sehingga mereka mampu hidup produktifsecara
social dan ekonomi.
Sebagaimana telah ditetapkan di Alma Ata, pengertian prinsip
dari tingkatan sehat yang dapat dinyatakan sebagai PHC ini,
didefinisikan sebagai berikut :
a) Pelayanan Kesehatan Primer (PHC)
1) Adalah pelanayan kesehatan esensial
2) Didasarkan pada praktik secara ilmiah, dan menggunakan
metode dan teknologi yang dapat diterima secara social
3) Terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakatmelalui partisipasi
penuh dari masyarakat.

15
4) Pendanaan yang dapat di capai; dan
5) Diarahkan pada kepercayaan diri dan determinasi diri sendiri
(WHO, 1978)

Meskipun PHC telah diterima sebagai suatu strategi glonal,


pandangan terhadap persoalan dan pemecahan masalah yang dilakukan
sebaiknya disesuaikan dengan Negara yang bersangkutan. Dengan
istilah lain, upaya sehat untuk semua (HFA) seharusnya dikonsepkan
dan digunakan dalam konteks Negara dan area setempat. Sebagaimana
dijelaskan dalam Deklarasi Alma Ata.
1) Membentuk bagian integral dari system kesehatan dan
perkembangan social-ekonomi masyarakat.
2) Adalah focus utama dan fungsi sentral dari system kesehatan
3) Adalah kontak peratama masyarakat dengan system
kesehatan
4) Adalah pelayanan kesehatan yang terdekat yang

memungkinkan dapat dicapai oleh masyarakat dari temapt


tinggal dan tempat kerja mereka. Merupakan elemen pertama dalam
proses kesehatan berkelenjutan(WHO,1978).

Banyak konsep dasar PHC dikenal oleh para praktisi kesehatan


komunitas, seperti : pencegahan, penanggulangan universal dan
keterjangkauan, berdaya guna, kerja sama tim, penyususnan prioritas
untuk mengarahkan permasalahan setempat, manajemen yang efektif,
artisipasi masyarakat, dan sensivitas budaya. Bagaimana pun, dari
pemahaman dan pengetahuan baru para delegasi, lahirlah empat
konsep tambahan yang telah disepakati di Alma Ata sebagai unsur
penting dalam pencapaian sehat untuk semua :

16
1) Keterlibatan maksimal dari masyarakat dalam pelayanan
kesehatan dalam tumbuhnya kepercayaan diri mereka
sendiri
2) Keterlibatan dan kerjasama orang dan lembaga dari banyak
sector (termasuk sector perumahan, ketenagakerjaan,
lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, dan
komunikasi)
3) Penggunaan perangkat teknologi ilmiah yang tepat, dapat
diterima, dan berdaya guna.
4) Ketersediaan obat-obat esensial.

PHC Mengubah penekanan pada pelayanan kesehaan dan


kebutuhan masyarakat sendiri yaitu dengan memberikan penguatan
dan penghargaan atas kemampuan mereka dalam menata kehidupan
mereka sendiri. Meskipun rumah sakit dan pusat kesehatan akan
sangat diperlukan oleh orang-orang yang berupaya untuk hidup lebih
sehat dimulai dari tempat tinggal dan lingkungan kerja mereka sendiri,
yaitu dirumah, sekolah, masyarakat, dan tempat kerja. Apabila
dipahami secara menyeluruh, PHC tidak hanya menjadi suatu
tingkatan pelayanan, tetapi juga sebagai suatu falsafah sekaligus
strategi.

Sebagai sebuah falsafah, PHC didasarkan pada prinsip keadilan


social, kesamaan dan kepercayaan diri. Sebagai suatu strategi, PHC
memfokuskan pada kehidupan individual dari komunitas,
memaksimalkan keterlibatan masyarakat, melibatkan berbagai sector,
dan lemabaga yang relevan hanya menggunakan teknologi yang dapat
diterima, dijangkau, berdaya guna, dan tepat. Sebagai suatu tingkatan
pelayanan, PHC adalah salah satu pelayanan yang paling dekat dengan
masyarakat. PHC mempercayakan pada pemanfaatan maksimal dari

17
pekerja professional dan nonprofessional dan mengaitkan minimal
delapan elemen esensial.

Perubahan bentuk penekanan dari kebergantungan pada


profesonal kesehatan kearah keterlibatan individu, dan tuntutan untuk
lebih dari sekedar peningkatan kesehatan dan pelayanan pengobatan,
telah di gaungkan kembali pada tahun 1986 di konferensi internasional
lainnya yang diselenggarakan di Ottawa, Canada. Piagam Ottawa
Mengenai Promosi Kesehatan telah mendefinisikan promosi kesehatan
sebagai “Peningkatan Kemampuan Masyarakat untuk mengendalikan
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.” Dalam piagam Ottawa
ini, banyak pengulangan beberapa konsep yang sama dengan yang
teridentifkasi di Alma Ata. Piagam Ottawa menekankan bahwa
prasyarat untuk promosi kesehatan meliputi “Perdamaian,
perlindungan, pendidikan, makanan, pendapatan, kestabilan ekosistem,
keadilan social, dan kesamaan hak”. (WHO,1986)

Meskipun perwakilan dari 134 negara telah menandatangani


dokumen Alma Ata yang menegaskan kesungguhan merekauntuk
mencapai tujuan PHC, perbedaan yang mendasar muncul tentang
bagaimana konsep dasar PHC semestinya diterapkan dalam praktik di
beberapa Negara tertentu. Di Amerika Serikat, suru Negara yang telah
makmur, para pembuat keputusan politik telah meyakini hingga kini
bahwa mereka mampu melakukan fungsi yang optimal dan
“meningkatkan kesejahteraan”. Terbukti bahwa teknologi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan fungsi tersebut mungkin akan sangat
mahal dan lebih dari apa yang dihasilkan oleh system sekarang ini.
Selain itu, jutaan orang tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan
atau asuransi kesehatan sehingga menimbulkan berbagai pertanyaan
etis yang serius mengenai pelayanan kesehatan yang tidak terdistribusi

18
di Negara-negara bagian. Masyarakat mulai memoertanyakan
ketepatan system prioritas pelayanan kesehatan dan kemungkinan
perlunya merevisi hal tersebut. [ CITATION And07 \l 1033 ]

5. Delapan Elemen Esensial PHC


Delapan elemen esensial dari pendekatan PHC merefleksikn
prioritas yang telah diidentifikasi pada tahun 1978 di Alma Ata.
Meskipun diterapkan seara berbeda diseluruh dunia, elemen-elemen
tersebut memperlihatkan kesamaan untuk semua Negara pada semua
tingkatan perkembangan social-ekonomi.
a) Pendidikan untuk pengenalan dan pencegahan/pengendalian
masalah kesehatan
Dinegara seperti Amerika Serikat, penekanan seharusnya
diarahkan pada masalah kesehatan yang terkait dengan kekerasan
(pembunuhan, bunuh diri, kekerasan umah tangga, dan ekspolitasi
seks), gaya hidup tidak sehat, pertambhan jumlah penduduk lanjut
usia dengan kebutuhan khususnya, penyalahgunaan zat berbahaya
oleh anak-anak, HIV/AIDS, TBC, peningkatan para tunawisma,
dan polusi lingkungan. Banyak yang berfikir bahwa masalah
tersebut diketahui hanya diderita oleh masyarakat miskin diantara
kelompok etnik dan suku minoritas. Tetapi kini telah jelas bahwa
masalah terebut juga muncul diberbagai lapisan masyarakat di
Amerika Serikat dan diseluruh Negara tetangga, dari Negara
terkaya sampai termiskin. Sudah barang tentu bahwa Negara
miskin dan terbatas sumber dayanya merupakan Negara yang
paling menderita penyakit karena kemiskinan, seperti gizi buruk,
diare, ISPA, dan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Hal
yang sangat menyedihkan dari kebijakan social Amerika Serikat

19
adalah bahwa beberapa masyarakat miskin di Amerika Serikat
ternyata memiliki angka kesakitan dan kematian bayi yang sama
tingginya dengan Negara-negara yang paling miskindan Negara-
negara yang belum berkembang di dunia.
HIV/AIDS tetap menjadi persoalan yang serius di Amerika
Serikat dan diseluruh dunia. Dibeberapa Negara di Asia dan
Afrika , HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya telah
menjadi peneybab utama kematian banyak penduduk di Negara
tersebut. Penyakit epidemic ini telah sangat membebani
penyediaan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan
menimbulkan banyak masalah social dan eonomi, khususnya bagi
Negara-negara dengan dukungan system dukungan social yang
tidak memadai.
b) Penyediaan makan dan gizi yang tepat
Karena adanya hubungan langsung antara gizi dan penyakit,
perhatian terhadap “Keamanan pangan” bagi masyarakat sangat
penting. Kelaparan di Amerika Serikat bukanlah disebabkan oleh
ketidakmampuan menghasilkan kecukupan makanan. Orang-orang
kelaparan karena mereka tertangkap rendahnya upah yang
diterima, tidak dapat mengenyam perumahan dan mengasuh anak
sevara layak, mengalami gangguan kesehatan mental dan
ketagihan zat adiktif yang membuat mereka sulit mendapatkan
pekerjaanataupun pelayanan kesehatan bagi keluarga mereka, dan
terputusnya bantuan pangan serta rendahnya tunjangan yang
didapat dari program bantuan public. Selain itu, mereka kelaparan
karena mereka merupakan pendatang “gelap” di Amerika Serikat
dan terjebak di daerah pinggiran, dan bekerja dengan upahyang
tidak cukup serta jarang mendapatkan tunjangan lainnya.
Disamping masalah malnutrisi, masalah social dan masalah

20
ekonomi sama-sama serig menyebabkan defisiensi zat gizi mikro
dan bentuk malnutrisi lainnya yang tersembunyi. Pada masyarakat
yang lebih makmur, malnutrisi mungkin disebabkan oleh gaya
hidup yang tidak sehat, pola konsumsi berlebihan terhadap
makanan dan alcohol serta gangguan makan lainnya, seperti
anoreksi dan bulimia.
c) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar yang adekuat
Penyediaan air bersih dan bebas sampah merupakan hal yang
esensial dalam kesehatan dan kesejhteraan masyarakat, dan untuk
beberapa tahun, lebih banyak kemajuan dalam keterjangkauanair
bersih dan sanitasi dasar yang adekuat. Hampir 2 milyar penduduk
telah mampu menjangkau kebutuhan air bersih da 400 juta
penduduk memilikisanitasi dasar yang adekuatpada tahun-tahun
sekarang ini. Bagaimana pun selama satu setengah decade ini,
banyak keberhasilan yang diraih oleh masyarakat miskin. Hampir
30% penduduk di Negara berkembang (1,3 milyar penduduk)
tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan air bersih dan
lebih dari 60% (2,5 milyar pemduduk) memiliki sanitasi dasar
yang rendah. Kotoran yang secara rutin dihasilakn dan dibuang
pada kolam terbuka, sunga, selokan, dan tanah lapang, dan lebih
dari 90% air kotor di Negara berkembang tidak tertangani.
(UNDP,1998).
d) Kesehatan Ibu dan Anak, termasuk pelayanan keluarga
berencana
UNICEF telah memainkan peranan yang besar dalam
meningkatkan dunia Barat mengenai beban yang sangat berat
akibat penyakit dan kematian yang dialami oleh anak-anak
didunia. Bagaimanapun, dalam beberapa decade penangan
masalah ini, diperkirakan bahwa di seluruh dunia, 12 juta anak

21
mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi sebelum
ulang tahun kelima mereka (UNDP,1998). Ironisnya, kebanyakan
dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah.
Hal yang sam tragisnya menurut IPPF (1998) adalah bahwa
diperkirakan 600.000 wanita diseluruh dunia meninggal selama
masa kehamilan dan persalinan setiap tahunnya. Lima puluh juta
lainnya menderita penyakit dan ketidakmampuan akibat
kehamilannya.
Wanita diseluruh dunia semakin keras menyuarakan
tuntutannya agar hak-hak mereka semakin diperhatikan (termasuk
hak reproduksi mereka). Selain perlindungan terhadap anak-anak
wanita mereka yang sering mendapatkan deskriminasi saat
konsepsi, wanita yang memerlukan PHC dalam memenuhi
kebutuhan keluarga secara keseluruhan. Tidak diragukan lagi
bahwa peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah
aspek yang sangat penting bagi kesehatan keluarga mereka.
e) Imunisasi melawan penyakit infeksi utama: pencegahan dan
penegndalian penyakit endemis setempat.
Langkah besar telah dilakukan dalam program imunisasi anak-
anak didunia melawan 6 penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksin. UNICEF dan WHO melaporkan pada tahun 1993 bahwa
kampanye mereka tentang imunisasi universal melawan “
pembunuh-pembunuh” ini mencapai lebih dari 80% anak-anak
didunia sebelum mereka merayakan ulang tahun pertamanya
(UNICEF,1993). Namun, walaupun segenap kemampuan, jutaan
anak tidak terselamatkan melalui “jarring pengaman”. Sekarang,
suatu generasi vaksin baru telah beredar dipasaran, yang mampu
menyelamatkan kehidupan jutaan anak-anak setiap tahunnya
sehingga seharusnya memungkinkan untuk menyelamatkan anak-

22
anak ini. Sayangnya, harga vaksin ini relative mahal dan
kesungguhan dunia terhadap program imunisasi universal
tampaknya melemah.
Tahun-tahun sekarang ini, konfkil kekerasan regionaltelah
menambah trauma perang dan meningkatkan pemajanan
penyakitinfeksi terhadap anak-anak yang mempunyai resiko
kesehatan yang terabaikan di jalan-jalan atau yang di tamping di
kamp-kamp pengungsi. Kita dapat melihat kondisi kesehatan yang
memprihatinkan dari anak-anak diseluruh dunia, seperti
penderitaan anak-anak Somalia, sudan, dan Rwanda atau anak-
anak yang mengalami trauma akibat kebrutalan”Pemusnahan
etnik” di Bosnia dan Kosovo.
Adalah sesuatu yang memalukan bagi suatu Negara, seperti
Amerika Serikat jika berbagai upaya telah digalakkan oleh
departemen kesehatan dan kegiatan-kegiatan sekolah setempat,
namun tingkat pencapaian imunisasi yang tinggi jarang ditemukan
diantara penduduk miskinnya. Beberapa wilayah perkotaan di
Amerika Serikat memiliki tingkat pencapaian imunisasi yang
serupa atau bahkan lebih rendah dibandingkan dengan Negara-
negara miskin di dunia (UNICEF,1993). Dimana pun mereka
hidup, anak-anak memilih hak perlindungan terhadap penderitaan
yang dapat dicegah dan kematian yang disebabkan oleh penyakit
utama pada anak. Ketika masalah imunisasi ini berbaur dengan
masalah kemiskinan, malnutrisi, pelecehan, dan penyakit endemis
local (UNICEF menyebutkan dengan kedaruratan “tersembunyi”),
anak-anak memilih sedikit harapan untuk dapat hidup “Produktif
secara ekonomi dan social” seperti orang dewasa.
f) Penlaksanaan yang tepat penyakit-penyakit umum dengan
menggunakan teknologi yang tepat

23
Sekali lagi, para pekerja komunitas dari berbagai bidang telah
menemukn bahwa teknologi yang sederhana dan tepat guna yang
dihasilkan masyarakat setempat, dapat menjadi sangat efektif
dalam mengatasi masalah kesehatan yang umum. “Teknologi”,
selain dapat menjadi sesuatu yang sederhana, juga sebagai sesuatu
yang ilmiah, seperti penanganan dehidrasi pada kasus diare atau
alat bantu ortopedi yang dibuat dari bahan-bahan local untuk
menunjang mobilitas dan kebebasan bagi anggota masyarakat
yang mengalami keyidakmampuan/kecacatan. Para pekerja
kesehatan lainnya dan masyarakat telah menemukan manfaat
pengobatan jamu metode penyembuhan alternative yang sama
efektifnya denga pengobatan umum yang lebih mahal biayanya
(Health Action Information Network, 1992). Penelitian lanjutan
diperlukan berkenan dengan penyembuhan alternative, termasuk
akupunktur/akupresur, Ayurvedic, dan paraktik-praktik
penyembuhan terbaru lainnya. Meskipun kedudukan setiap
penelitian tersebut saat ini tidak dipandang lebih kearah penelitian
biomedis tradisional, namun sedikit demi sedikit penelitian
tersebut lebih didukung dan diterima.
Pada semua tingkatan, ketepatan pelaksanaan kasus-kasus
penyakit umum bergantung pada ketepatan bauran para oetugas
kesehatan. Tim pelaksana PHC bukan saja meliputi tenaga dokter,
perawat, bidan dan tenaga pembantu lainnya, tetapi juga para
petugas kesehatan masyarakat (Agen, penyelenggara pelayanan
kesehatan, dan sebagainya) dan praktisi pengobatan tradisional
(ahli jamu-jamuan, tabib, dan dukun). Jika praktisi nontradisional
dilibatkan dalam tim, pelayanan sebaiknya dipraktikkan pada saat
mereka menjalani seleksi, pelatihan, dan supervise yang terus-
menerus. Apapun yang dikerjakan oleh tim pelayanan kesehatan ,

24
tujuannya harus mengarah padapemenuhan kebutuhan komunitas
dan bekerjasama dengan komunitas dalam rangka mencapai tujuan
kesehatan.

g) Promosi kesehatan mental


Meskipun tidak termasuk kedalam elemen esensial PHC
berbagai Negara, promosi kesehatan mental adalah sesuatu yang
sangat penting bagi kesejahteraan komunitas. Di Amerika Serikat,
perkembangan kesehatan mental dan penanganan kasus-kasus
gangguan mental sekarang ini memiliki dampak yang besar bagi
seluruh pelayanan kesehayan di komunitas. Sejak pengembangan
pengobatan psikoterapi yang efektif dan gerakan hak asasi
manusia tahun 1960-an, falsafah pelayanan kesehatan mental telah
berubah dari system berbasis institusional menjadi system berbasis
komunitas. Begitu revolusi kemanusiaan digembargemborkan ,
penempatan orang yang mengalami ketidakmampuandikelas
regular dan pelayanan komunitas telah menjadi beban yang sangat
besar bagi masyarakat setempat. Deinstitusionalisasi belum
diarahkan pada upaya memasukkan penyakit mental kedalam
semua segi masyarakat, tetpi pada peningkatan jumlah orang-
orang yang terpinggirkan dan membutuhkan bantuan yang sangat
penting. Diperkirakan 50% para tunawisma yang mengalami
gangguan mental, banyak memilih hidup dijalanan daripada
berada dalam pengekangan atau mengabaikan perlindungan atau
pengaturan kehidupan kelompok lainnya. Pada tahun 1999,
penelitian agen pemerintah federal melaporkan bahwa kira-kira
10% dari total biaya pelayanan kesehatan dihabiskan ($ 80

25
Milyar) untuk penanganan kesehatan mental. Sepertiga dari
jumlah tersebut diperuntukkan gangguan mental berat, yang
dialami oleh suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan
berjumlah 5 juta orang, yang kebanyakan adalah orang-orang
misikin dan pengangguran sebagai akibat dari penyakitnya itu
(Sharkey, 1999).
Terdapat suatu kesepakatan umum yang menuntut pemberian
pelayanan kepada penderita gangguan mental serius dan persisten.
Lebih kontroversial lagi adalah bahwa 2 pertiga dari pembiayaan
untuk gangguan mental tersebut dialokasikan untuk kasus-kasus
stress yang kondisinya memperihatinkan ($ 53 milyar). Kehidupan
modern dapat menimbulkan situasi yang membuat orang semakin
stress dan menyebabkan gangguan mental. Para orang tua
berjuang untuk bekerja dan melayani anak-anak dan orang tuanya
pada saat bersamaan. Peran gender sedang mengalami perubahan
sesuai dengan perubahan struktur keluarga tradisional dan pola
budaya. Ketika bekerjasama dengan komunitas secara proaktif,
tim PHCsebaiknya memfokuskan perhatiannya pada masalah
kesehatan mental yang menjadi prioritas tertinggi atau bagi
komunitas. Bantuan dari dan kerjasama dengan berbagai disiplin
lainnya serta kelompok warga yang aktif dikomunitas yang lebih
luas lagi biasanya sangat menunjang upaya tersebut. Dalam
komunitas yang orang-orang dan kelompoknya sering menjadi
objek pengobatan daripada sebagai subjek (Freire,1982) dan
menjadi bergantung kepada system kesejahteraan, keterlibatan dan
mobilitas masyarakat sangat diprlukan untuk mengurangi beban
gangguan mental.
h) Penyediaan obat-obat esensial

26
WHO telah lama meyakini bahwa penyediaan obat-obat
esensial yang adekuat dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk suksesnya
program PHC. Upaya-upaya untuk mengenali dan mengizinkan
penjualan hanya terbatas pada obt-obatan esensial bagi Negara-
negara yang menganut pendekatan PHC. Bagaiman pun, upaya ini
mengalami penentangan yang sangat besar terutama dari industry
farmasi dan banyak professional kesehatan. Pengobatan yang tepat
membutuhkan obat-obatan esensial yang aman dan efektif,
bermutu tinggi, dapat disuplai, disimpan, didistribusikan secara
adekuat dan sudah tentu berhasil guna. Selain penyedian obat-
obatan esensial, banyak Negara sedang mempelajari kegunaan
jamu dan obat-obatan serta pengobatan tradisional lainnya dalam
system PHC (leGrand & Wondergem, n.d).
Untuk mencapai tujuan ini, industry farmasi, professional
kesehatan, masyarakat, sekolah, universitas dan pemerintah harus
bekerja sama dan saling membantu. Untungnya, kebijakan
pemasaran obata-obatan dan pendistribusiannya telah berhasil
direalisasikan di Negara-negara seperti Uganda dan Bangladesh,
tetapi tidak di Amerika Serikat. Agar tujuan yang lebih luas
seperti tujuan-tujuan PHC lainnya tercapai, dibutuhkan keinginan
politis dan kesungguhan.[ CITATION And07 \l 1033 ]

27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang
dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional itu sendiri adalah bentuk dan
cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya bangsa bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
1945 (SKN BAB I Sub bab B:2)
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metode dan teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat diterima secara
umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui
partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (Self Reliance) dan menentukan
nasib sendiri (self Determination). [ CITATION Sus11 \l 1033 ]
B. SARAN
Perlu adanya peningkatan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan
Sinergisme (KISS) baik antar pelaku maupun subsistem SKN agar
tercapainya tujuan SKN itu sendiri.
Kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta perlu
ditingkatkan agar derajat kesehatan masyarakat semakin tinggi.

28
DAFTAR REFERENSI

Ade, S., Arita, M., & M., H. M. (2011). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:
Penerbit Fitramaya.

Elizabeth, A. T. (2007). BUKU AJAR KEPERAWATAN KOMUNITAS TEORI DAN


PRAKTIK. Jakarta : EGC.

Sopian, H., Agus, S., & Zulkahfi. (2015). Asuhan keperawatan komunitas. Tangerang
selatan: BINARUPA AKSARA.

29

Anda mungkin juga menyukai