DISUSUN OLEH :
DEPARTEMEN AKUAKULTUR
2020
PENERAPAN TEORI EKONOMI TERHADAP BUDIDAYA IKAN
NILA DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang mempunyai kemampuan toleransi cukup tinggi terhadap
lingkungan, sehingga menyebabkan ikan nila dapat dipelihara di dataran
rendah yang berair payau maupun dataran tinggi dengan suhu yang rendah.
Nila dapat dikatakan berprospek cerah dan lebih mudah diterima masyarakat
luas, karena pertumbuhannya begitu cepat, dapat dipelihara pada kepadatan
tinggi serta dapat menerima pakan alami dan pakan buatan. Ikan nila
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 55,58 % protein basah
dan 15,41 % protein kering atau lebih tinggi dari kandungan ikan lele
dumbo yaitu 51, 17 % protein basah dan 13,81 % protein kering. Hal ini
yang menyebabkan ikan nila cukup diminati oleh masyarakat.
1.2. Tujuan
PEMBAHASAN
Ikan nila merupakan komoditi ikan air tawar nomor dua terbesar
setelah lele, diikuti oleh ikan mas, patin, gurame, bawal dan lain-lain. Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai
ekonomis dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air
tawar (Nugroho et.al. 2013). Dagingnya yang lembut dan tebal, bisa di fillet,
tidak banyak duri, bisa dijual dalam keadaan hidup atau mati, mudah diolah,
menjadikan ikan nila banyak disukai masyarakat. Permintaan akan nila tidak
hanya dari pasar domestik, tetapi juga pasar ekspor. Beberapa perusahaan
sudah secara berkala melakukan ekspor ikan nila ke Amerika dan Eropa.
Tahun 2017 juga kami yakin budidaya ikan tawar akan meningkat,
khususnya ikan nila dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia
diatas 5%.
Ikan nila yang tinggi akan nilai ekonomis tentunya memiliki nilai
jual yang sangat tinggi, dengan begitu akan adanya peningkatan penawaran
setiap tahunnya. Hal yang perlu dilakukan dengan tingginya permintaan
pada pasa ikan nila yaitu dengan menyeimbangkan penawaran agar
kebutuhan tetap terpenuhi. Proses penyeimbangan permintaan serta
penawaran pada pasar ikan nila salah satunya dipengaruhi oleh komunikasi
antara penjual (penawar) dan pembeli (peminta). Dengan adanya
komunikasi antar penjual dan pembeli akan meningkatkan produksi ikan
nila, dengan begitu akan mempengaruhi dinamika pasar, khususnya
penawaran (Hakim et al., 2014). Penawaran yang akan menghasilkan nilai
elastisitas tentunya dapat didasari oleh beberapa faktor, dengan begitu dapat
dianalisis pula nilai penawaran pada pasar tersebut. Jumlah penawaran ikan
yang terbatas dibandingkan dengan permintaannya ataupun sebaliknya
menyebabkan banyaknya pemasalahan ekonomi salah satunya dalam
kondisi keseimbangan pasar seperti excess demand atau kelebihan jumlah
permintaan akibat penurunan harga ataupun excess supply atau kelebihan
jumlah penawaran akibat kenaikan harga
Salah satu contoh penawaran yang terjadi pada sektor pasar benih
ikan nila yaitu elastisitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap
harga adalah sebesar 0,001385 (inelastis). Elastisitas silang permintaan
benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga benih ikan nila sebesar 0,074
(inelastis, sifat join product), elastisitas silang terhadap harga benih ikan
nila ukuran 5-8 cm sebesar – 0,019 (inelastis, sifat competitive product),
terhadap harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar – 0,009 (inelastis),
terhadap harga ikan nila konsumsi sebesar - 0,132 (inelastis), terhadap harga
benih ikan lele ukuran 3-5 cm sebesar 0,188 (inelastis, sifat join product).
Berdasarkan hal tersebut dapat diimplikasikan bahwa peningkatkan
produksi ikan nila diharapkan akan meningkatkan penawaran ikan nila.
Berdasarkan penelitian Idaman (2008), benih ikan nila Belo memiliki nilai
penawaran yang paling tinggi sedangkan benih ikan nila Burayak memiliki
nilai penawaran yang terendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan nila yaitu nilai
ikan nila itu sendiri serta harga penawaran sebelumnya (Munandar, 1998).
Faktor lain yang mempengaruhi penawaran ikan nila yaitu harga komoditi
lain, harga-harga masukannya, tujuan perusahaan, serta perkembangan
teknologi (lipsey, 1995). Harga ikan nila dengan ukuran yang bebeda juga
mempengaruhi nilai penawaran ikan nila yang akan dijual. Salah satu
contoh dari teori tersebut yaitu harga komoditi lain tersebut menyangkut
harga benih ikan nila ukuran < 3 cm, harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm,
benih ikan mas ukuran 3-5 cm, dan benih ikan lele ukuran 3-5 cm yang
berpengaruh terhadap penawaran.
Harga penawaran ikan nila yang dipengaruhi oleh harga dari produk
yang bersifat subtitusi akan mempengaruhi kurva penawaran ikan nila yang
akan dijual, sedangkan produk yang bersifat komplementer atau pelengkap
akan berjalan seiring dengan nilai penawaran ikan nila. Menurut Hasanah
(2010), jumlah serta kualitas pada komoditi ikan nila juga mempengaruhi
nilai penawaran ikan nila. Dimana perubahan produksi ikan nila yang
berubah setiap tahunnya akan mempengaruhi jumlah serta kualitas ikan nila.
Setiap tahunnya, perubahan produksi ikan nila pada jumlah dan kualitasnya
sangat bergantung pada cuaca dan tahun sebelumnya sehingga perubahan
dalam jumlah serta kualitas menimbulkan fluktuasi harga yang dipengaruhi
oleh penawaran.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA