Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENERAPAN TEORI EKONOMI TERHADAP BUDIDAYA IKAN


NILA DI INDONESIA

Pengantar Ilmu Ekonomi

DISUSUN OLEH :

Safira Evani Zandra 26020117130083

Yuliana Istiqomah 26020119120004

Alya Ratna Hayuningtyas 26020119130031

Ana Nurul Fadlilatirrohmah 26020119130034

Zahra Wuri Handarbeni 26020119130109

Cantika Nur’aini Al Hakim 2602011814008

DEPARTEMEN AKUAKULTUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2020
PENERAPAN TEORI EKONOMI TERHADAP BUDIDAYA IKAN
NILA DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar yang mempunyai kemampuan toleransi cukup tinggi terhadap
lingkungan, sehingga menyebabkan ikan nila dapat dipelihara di dataran
rendah yang berair payau maupun dataran tinggi dengan suhu yang rendah.
Nila dapat dikatakan berprospek cerah dan lebih mudah diterima masyarakat
luas, karena pertumbuhannya begitu cepat, dapat dipelihara pada kepadatan
tinggi serta dapat menerima pakan alami dan pakan buatan. Ikan nila
memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 55,58 % protein basah
dan 15,41 % protein kering atau lebih tinggi dari kandungan ikan lele
dumbo yaitu 51, 17 % protein basah dan 13,81 % protein kering. Hal ini
yang menyebabkan ikan nila cukup diminati oleh masyarakat.

Tingginya permintaan dari ikan nila menyebabkan perlunya


peningkatan produksi perikanan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar
lokal ikan nila. Upaya pemenuhan kebutuhan permintaan ikan nila untuk
memenuhi kebutuhan pasar lokal dapat dicapai dengan pelaksanaan usaha
peningkatan teknik budidaya ikan nila terutama saat pembenihan. Pada saat
proses pembenihan harus diperhatikan faktor-faktor yang akan memberikan
pengaruh pada ikan. Faktor lingkungan dan pakan akan memberikan
pengaruh pada pertumbuhan benih ikan nila. Pakan yang diberikan harus
mampu memenuhi kebutuhan gizi ikan sehingga ikan mampu tumbuh dan
berkembang.

Meningkatnya produksi ikan nila mendorong peningkatan jumlah


pemeliharaan benih ikan nila dengan cara meningkatkan padat penebaran
dan pemberian pakan dalam jumlah yang banyak (sistem intensif) sehingga
dapat mengakibatkan penimbunan limbah kotoran di dasar perairan yang
sangat cepat yang berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan sisa
metabolisme ikan (feses). Kondisi ini menyebabkan akumulasi bahan
organik yang menyebabkan penurunan kualitas air sehingga memicu
timbulnya berbagai jenis penyakit. Timbulnya penyakit pada ikan nila dapat
menjadi penyebab kerugian karena menurunkan mutu dan juga dapat
menimbulkan kematian.

1.2. Tujuan

Paparan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai:

 Menjelaskan bagaimana permintaan perekonomian ikan Nila


di Indonesia.
 Menjelaskan bagaimana penawaran perekonomian ikan Nila
di Indonesia.
 Menjelaskan bagaimana pendapatan perekonomian dari hasil
sumberdaya ikan Nila di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Permintaan Perekonomian Ikan Nila di Indonesia

Ikan nila merupakan komoditi ikan air tawar nomor dua terbesar
setelah lele, diikuti oleh ikan mas, patin, gurame, bawal dan lain-lain. Ikan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai
ekonomis dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air
tawar (Nugroho et.al. 2013). Dagingnya yang lembut dan tebal, bisa di fillet,
tidak banyak duri, bisa dijual dalam keadaan hidup atau mati, mudah diolah,
menjadikan ikan nila banyak disukai masyarakat. Permintaan akan nila tidak
hanya dari pasar domestik, tetapi juga pasar ekspor. Beberapa perusahaan
sudah secara berkala melakukan ekspor ikan nila ke Amerika dan Eropa.
Tahun 2017 juga kami yakin budidaya ikan tawar akan meningkat,
khususnya ikan nila dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia
diatas 5%.

Pembangunan infrastruktur yang terus digarap akan menggairahkan


perekonomian. Menggeliatnya harga produk tambang (batubara), produk
perkebunan (sawit dan karet), akan meningkatkan daya beli masyarakat
sehingga berefek positif terhadap konsumsi ikan, apalagi potensi budidaya
ikan nila masih terbuka luas. Beragam teknik dan area budidaya nila bisa
dilakukan, mulai dari KJA, tambak, kolam deras, kolam air tenang dan lain-
lain. Tidak seperti jenis ikan lain, keunggulan lainnya yang dimiliki ikan
nila yang menjadikannya mudah untuk dibudidayakan yakni ikan nila bisa
hidup di segala macam perairan dan berbagai kondisi. Hal inilah yang
membuat nila hampir bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat dan
semua etnis, sehingga tidak sulit menemukan ikan nila disemua pasar-pasar
di Indonesia. Kisaran harga untuk ikan nila tentu berbeda-beda disetiap
sentra budidaya, tergantung pada jumlah permintaan dan penyediaan
layaknya produk pertanian.
Upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
mengembangkan teknologi bioflok untuk budidaya ikan nila semakin
dirasakan manfaatnya oleh pembudidaya ikan. Kini keberhasilan budidaya
yang mereka lakukan meningkat signifikan. Hal tersebut tampak dari
kelangsungan hidup atau survival rate (SR) ikan mampu mencapai hingga
90%. Selain itu, tingkat penggunaan pakan semakin efisien, dimana nilai
feed conversion ratio (FCR) mampu mencapai 1,05 artinya untuk
menghasilkan 1 kg ikan nila hanya dibutuhkan 1,05 kg pakan. Angka ini
menurun drastis jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa
dimana FCR-nya mencapai 1,5. Kepadatan juga meningkat tajam, yakni
sebanyak 100 ekor/m3 atau 10 kali lipat dibandingkan dengan sistem
konvensional hanya 10 ekor/m3.

Budidaya nila sistem bioflok merupakan salah satu terobosan untuk


meningkatan produksi nila secara nasional maupun guna meningkatkan
pendapatan pembudidaya secara signifikan, namun tetap mengedepankan
prinsip-prinsip keberlanjutan. Penerapan teknologi ini terbukti efektif dan
efisien dalam penggunaan sumberdaya air dan lahan serta adaptif terhadap
perubahan iklim. Sedangkan ikan nila sendiri merupakan salah satu
komoditas air tawar yang potensial untuk dikembangkan karena tahan
terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat serta lebih resisten
terhadap penyakit. Ikan nila semakin diminati masyarakat sehingga
permintaan pasar meningkat tinggi, selain untuk konsumsi lokal juga
merupakan komoditas ekspor terutama ke Amerika Serikat dalam bentuk
fillet, oleh karena itu produktivitasnya harus dipacu terus-menerus.

Perlu diketahui, produksi ikan nila secara nasional cukup


menggembirakan karena terus mengalami peningkatan, produksi tahun 2016
sebesar 1.114.156 ton, sedangkan tahun 2017 meningkat menjadi 1.265.201
ton. Produksi hingga triwulan III tahun 2018 tercatat 579.688 ton. Sentra
budidaya ikan nila di Indonesia diantranya Jawa Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Sumatera Utara, dimana secara
berurutan pada tahun 2017 produksinya yakni 344.583,06 ton; 160.594,19
ton; 114.391,16 ton; 91.571,39 ton; dan 51.228,37 ton.

2.2. Penawaran Perekonomian Ikan Nila di Indonesia

Ikan nila yang tinggi akan nilai ekonomis tentunya memiliki nilai
jual yang sangat tinggi, dengan begitu akan adanya peningkatan penawaran
setiap tahunnya. Hal yang perlu dilakukan dengan tingginya permintaan
pada pasa ikan nila yaitu dengan menyeimbangkan penawaran agar
kebutuhan tetap terpenuhi. Proses penyeimbangan permintaan serta
penawaran pada pasar ikan nila salah satunya dipengaruhi oleh komunikasi
antara penjual (penawar) dan pembeli (peminta). Dengan adanya
komunikasi antar penjual dan pembeli akan meningkatkan produksi ikan
nila, dengan begitu akan mempengaruhi dinamika pasar, khususnya
penawaran (Hakim et al., 2014). Penawaran yang akan menghasilkan nilai
elastisitas tentunya dapat didasari oleh beberapa faktor, dengan begitu dapat
dianalisis pula nilai penawaran pada pasar tersebut. Jumlah penawaran ikan
yang terbatas dibandingkan dengan permintaannya ataupun sebaliknya
menyebabkan banyaknya pemasalahan ekonomi salah satunya dalam
kondisi keseimbangan pasar seperti excess demand atau kelebihan jumlah
permintaan akibat penurunan harga ataupun excess supply atau kelebihan
jumlah penawaran akibat kenaikan harga
Salah satu contoh penawaran yang terjadi pada sektor pasar benih
ikan nila yaitu elastisitas penawaran benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap
harga adalah sebesar 0,001385 (inelastis). Elastisitas silang permintaan
benih ikan nila ukuran 3-5 cm terhadap harga benih ikan nila sebesar 0,074
(inelastis, sifat join product), elastisitas silang terhadap harga benih ikan
nila ukuran 5-8 cm sebesar – 0,019 (inelastis, sifat competitive product),
terhadap harga benih ikan nila ukuran 3-5 cm sebesar – 0,009 (inelastis),
terhadap harga ikan nila konsumsi sebesar - 0,132 (inelastis), terhadap harga
benih ikan lele ukuran 3-5 cm sebesar 0,188 (inelastis, sifat join product).
Berdasarkan hal tersebut dapat diimplikasikan bahwa peningkatkan
produksi ikan nila diharapkan akan meningkatkan penawaran ikan nila.
Berdasarkan penelitian Idaman (2008), benih ikan nila Belo memiliki nilai
penawaran yang paling tinggi sedangkan benih ikan nila Burayak memiliki
nilai penawaran yang terendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ikan nila yaitu nilai
ikan nila itu sendiri serta harga penawaran sebelumnya (Munandar, 1998).
Faktor lain yang mempengaruhi penawaran ikan nila yaitu harga komoditi
lain, harga-harga masukannya, tujuan perusahaan, serta perkembangan
teknologi (lipsey, 1995). Harga ikan nila dengan ukuran yang bebeda juga
mempengaruhi nilai penawaran ikan nila yang akan dijual. Salah satu
contoh dari teori tersebut yaitu harga komoditi lain tersebut menyangkut
harga benih ikan nila ukuran < 3 cm, harga benih ikan nila ukuran 5-8 cm,
benih ikan mas ukuran 3-5 cm, dan benih ikan lele ukuran 3-5 cm yang
berpengaruh terhadap penawaran.
Harga penawaran ikan nila yang dipengaruhi oleh harga dari produk
yang bersifat subtitusi akan mempengaruhi kurva penawaran ikan nila yang
akan dijual, sedangkan produk yang bersifat komplementer atau pelengkap
akan berjalan seiring dengan nilai penawaran ikan nila. Menurut Hasanah
(2010), jumlah serta kualitas pada komoditi ikan nila juga mempengaruhi
nilai penawaran ikan nila. Dimana perubahan produksi ikan nila yang
berubah setiap tahunnya akan mempengaruhi jumlah serta kualitas ikan nila.
Setiap tahunnya, perubahan produksi ikan nila pada jumlah dan kualitasnya
sangat bergantung pada cuaca dan tahun sebelumnya sehingga perubahan
dalam jumlah serta kualitas menimbulkan fluktuasi harga yang dipengaruhi
oleh penawaran.

2.3 Pendapatan Perekonomian dari Hasil Sumberdaya Ikan Nila di


Indonesia
Meningkatnya permintaan ikan nila, maka petani ikan dituntut untuk
memaksimalkan produksi dan kualitas, sehingga harga ikan yang diterima
petani akan lebih baik dan pendapatan petani ikan nila meningkat.
Pendapatan merupakan hasil bersih yang diterima pembudidaya, terdapat
dua jenis pendaatan yaitu dari aspek fisik dan aspek moneter. Aspek fisik
yaitu pendapatan dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam
proses menghasilkan laba sedangkan aspek moneter pendapatan
dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi
perusahaan dalam arti luas. Perhitungan pada masalah ini menggunakan
perhitungan pendapatan yang merupakan selisih antara penerimaan dan total
biaya produksi baik itu biaya variabel maupun biaya tetap. Dalam budidaya
ikan nila, pendapatan dihitung dengan cara banyaknya ikan nila yang terjual
atau yang disebut penerimaan dikurangi dengan biaya total yang terdiri dari
biaya variabel dan penyusutan peralatan tiap satu kali produksi. Ditinjau
dari segi Ilmu Ekonomi pendapatan merupakan nilai maksimum yang
didapat pada periode akhir .

Budidaya ikan nila menggunakan teknik Bioflok memungkinkan


para pembudidaya untuk mendapatkan pendapatan yang relatif besar karena
prinsip keberlanjutan teknologi Bioflok yang menggenjot pendapatan
produksi budidaya ikan nila secara signifikan. Pendapatan yang signifikan
tersebut dikarenakan penggunaan teknologi Bioflok menjadikan tingkat
penggunaan pakan menjadi sangat efisien ditunjukkan dengan turunnya
jumlah penggunaan pakan pada ikan nila. Sebagai contoh kasus budididaya
ikan nila yang menggunakan biaya operasional hariannya sebesar 3,9 juta
menghasilkan keuntungan mencapai 24,8 juta per siklus budidaya nya.

Biaya untuk investasi budidaya sistem bioflok relatif sangat


terjangkau. Untuk pembuatan kolam beton ukuran 15 m3 sebesar Rp 2 juta
dan pompa air hanya butuh biaya Rp 500 ribu. Biaya operasional untuk
benih sebanyak 1.500 ekor, pakan 283,5 kg dan probiotik dan molase
sebanyak 3 liter, serta kebutuhan listrik sebesar Rp 3,9 juta. Selain hasil
pendapatan yang melimpah teknologi Bioflok juga baik untuk lingkungan
sekitar termasuk meningkatankan kelangsungan hidup pada ikan mencapai
angka 90 persen tanpa pergantian air serta limbah yang dibuang tidak
memghasilkan bau yang menyengat. Serta limbah buangan Bioflok dapat
digunakan sebagai pupuk alami bagi tanaman karena menggandung
mikroorganisme yang mampu menjadi pupuk.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ikan Nila yang merupakan komoditi penting di perikanan budidaya


air tawar yang menyumbangkan banyak manfaat bagi perekonomian di
Indonesia. Tingkat permintaan hasil budidaya ikan nila di Indonesia sangat
tinggi karena manfaatnya yang berlimpah serta pembudidayaannya yang
mudah dengan modal yang rendah. Budidaya nila sistem bioflok merupakan
salah satu terobosan untuk meningkatan produksi nila secara nasional
maupun guna meningkatkan pendapatan pembudidaya secara signifikan,
namun tetap mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan, demi memenuhi
jumlah permintaan ikan nila di Indonesia.

Pendapatan budidaya ikan nila secara signifikan didapatkan dari


teknologi Bioflok dengan penggunaan teknologi baru pembudidaya dapat
menangkat budget yang digunakan dalam biaya operasional sehari-hari.
Serta penjualan produksi ini menggunakan sistem ekonomi.

Biaya untuk investasi budidaya sistem bioflok relatif sangat


terjangkau. Untuk pembuatan kolam beton ukuran 15 m3 sebesar Rp 2 juta
dan pompa air hanya butuh biaya Rp 500 ribu. Biaya operasional untuk
benih sebanyak 1.500 ekor, pakan 283,5 kg dan probiotik dan molase
sebanyak 3 liter, serta kebutuhan listrik sebesar Rp 3,9 juta. Selain hasil
pendapatan yang melimpah teknologi Bioflok juga baik untuk lingkungan
sekitar termasuk meningkatankan kelangsungan hidup pada ikan mencapai
angka 90 persen tanpa pergantian air serta limbah yang dibuang tidak
memghasilkan bau yang menyengat. Serta limbah buangan Bioflok dapat
digunakan sebagai pupuk alami bagi tanaman karena menggandung
mikroorganisme yang mampu menjadi pupuk.

DAFTAR PUSTAKA

Ambari, M. 2019. Ini Keuntungan Budidaya Ikan Nila dengan


Teknologi Bioflok.
https://www.mongabay.co.id/2019/05/17/ini-keuntungan-
budidaya-nila-dengan-teknologi-bioflok/ (5 Maret 2020).

Hakim, Z., M. Y. Jarmie dan D. Anhar. 2014. Hubungan Komunikasi


antar Penjual dengan Pembeli di Pasar Sentra Antasari Banjarsari.
J. Mitra Bestari. 1(2):1-14.
Hasanah, R. N. 2010. Analisis Pemasaran Ikan Nila Merah
(Orechromis sp.) di Kabupaten Sukoharjo. SKRIPSI. Universitas
Sebelas Maret. 96 hlm.
Idaman, N. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penawaran dan Permintaan Benih Ikan Nila di Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. SKRIPSI. Institut Pertanian Bogor
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2019. Pembudidaya Rasakan
Manfaat yang Berlipat dari Budidaya Nila Sistem Bioflok.
https://kkp.go.id/djpb/artikel/10905-pembudidaya-rasakan-
manfaat-yang-berlipat-dari-budidaya-nila-sistem-bioflok (5
Maret 2020).

Kurniawan, A. 2020. Pengertian Pendapatan – Konsep, Jenis, Sumber,


Karakteristik, Pengukuran, Kriteria, Para Ahli.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pendapatan/ (5 Maret
2020).
Lipsey, Richard G, Paul N. Courant, Douglas D. Purvis, Peter O.
Steiner. 1995. Economic 10th ed. (Alih bahasa oleh: A. Jaka
Wasana dan Kirbrandoko), Pengantar Mikro Ekonomi Jilid Satu.
Jakarta: Binarupa Aksara.

Masarrang, E. 2009. Analisis ikan nila di kolam melalui pola agribisnis


di distrik muara Tami kota Jayapura. Skripsi, Program pasca
sarjana, Universitas Hasanudin, makassar, 27 hlm.
Munandar. 1998. Analisis Penawaran Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) di Pasar Ikan Cibaraja, Kabupaten Sukabumi.
[skripsi]. Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan dan Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan
dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Neno, O., Y.M. Fallo dan M. Fallo. 2016. Analisis Pendapatan Budidaya Ikan
Nila di Kelompok Tani Mandiri Desa Popnam Kecamatan Noemuti.
Jurnal Agribisnis Lahan Kering., 1(3):70-71.
Nugroho, A., E. Arini dan T. Elfitasari. 2013. Pengaruh Kepadatan yang
Berbeda terhadap Kelulusan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada Sistem Resirkulasi dengan Filter Arang.
Journal of Aquaculture Management and Technology, 2(3):94-100.
Rahma, K. 2020. Permintaan Ikan Nila Merah Sangat Tinggi.
https://berempat.com/bisnis/umkm/12270/permintaan-ikan-nila-
merah-sangat-tinggi/ (5 Maret 2020).
Sriwoyo, Reswita, dan Hardianto. 2015. Analisis Distribusi pendapatan Pada
Usaha Ikan Nila di Kecamatan Segimen, Kabupaten Bengkulu
Selatan. Jurnal Agrisep., 15(2) : 159-166.

Anda mungkin juga menyukai