Anda di halaman 1dari 27

METODE NUMERIK

INTERPOLASI POLINOM NEWTON-GREGORY MUNDUR

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metode Numerik

Dosen Pengampu: Nendra Mursetya Somasih Dwipa, M.Sc

Disusun oleh:
Kelompok 6
Oktavia Rosmawati NPM.14144100013
Ana Martina NPM.14144100062
Korinta Ayuningtyas NPM.14144100070
7A2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................. 5
A. Metode Numerik ..................................................................................................... 5
B. Angka Bena ............................................................................................................. 6
C. Galat ...................................................................................................................... 10
D. Deret Tylor dan Mc Laurin ................................................................................... 13
E. Interpolasi Polinom ............................................................................................... 15
F. Interpolasi Polinom Newton-Gregory Maju ......................................................... 15
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 18
A. Polinom Newton-Gregory ..................................................................................... 18
B. Polinom Interpolasi Newton-Gregory Mundur ..................................................... 18
C. Penurunan Rumus Polinom Newton Gregory Mundur ......................................... 19
D. Algoritma .............................................................................................................. 20
E. Contoh Soal dan Penyelesaian .............................................................................. 21
BAB IV STUDI KASUS .................................................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia,
ekonomi, atau pada persoalan rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil,
Teknik Mesin, Elektro, dan sebagainya. Seringkali model matematika
tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal alias rumit. Model matematika
yang rumit ini adakalanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik
yang sudah umum untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution) atau
solusi yang memiliki galat (error) sama dengan nol. Yang dimaksud dengan
metode analitik adalah metode penyelesaian model matematika dengan
rumus-rumus aljabar yang sudah baku (lazim).
Aplikasi matematika pada bidang bidang-bidang fisika, biologi, kimia
ataupun sosial seringkali memerlukan perhitungan diferensial atau atau
derivative dari suatu fungsi. Kita dapat menentukan derivative atau turunan
dari suatu fungsi dengan rumus-rumus derivative yang telah baku atau
diketahui.
Dua situasi mendasar apabila suatu proses memerlukan turunan numerik:
1. Apabila fungsi 𝑓 dinyatakan hanya dengan sekumpulan titik-titik data
(𝑥0 , 𝑓0 ), (𝑥1 , 𝑓1 ), … , (𝑥𝑛 , 𝑓𝑛 ) dan nilai-nilai fungsi tersebut tidak
diketahui.
2. Apabila fungsi 𝑓 terlalu rumit dan diferensiasi secara analitik sulit
dilakukan meskipun nilai fungsi 𝑓 mudah ditentukan.
Oleh karena itu, kita dapat menggunakan metode numerik untuk
memperoleh penyelesaiannya. Metode yang akan dibahas yaitu metode
Interpolasi Polinom Newton-Gregory.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan
sebagai berikut:

3
1. Apa pengertian metode numerik?
2. Apa pengertian metode Interpolasi Polinom Newton-Gregory Mundur?
3. Bagaimana algoritma dan penyelesaian metode Interpolasi Polinom
Newton-Gregory Mundur?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami pengertian metode numerik.
2. Memahami pengertian Interpolasi Polinom Newton-Gregory Mundur.
3. Mengetahui dan memahami algoritma dan penyelesaian Interpolasi
Polinom Newton-Gregory Mundur.

4
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Numerik
Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika, kimia,
ekonomi, atau pada persoalan rekayasa (engineering), seperti Teknik Sipil,
Teknik Mesin, Elektro, dan sebagainya.Seringkali model matematika tersebut
muncul dalam bentuk yang tidak ideal alias rumit. Model matematika yang
rumit ini adakalanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang
sudah umum untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution) atau solusi
yang memiliki galat (error)sama dengan nol. Yang dimaksud dengan metode
analitik adalah metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus
aljabar yang sudah baku (lazim).
Padahal persoalan yang muncul dalam dunia nyata seringkali melibatkan
bentuk dan proses yang rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode
analitik menjadi terbatas.Bila metode analitik tidak dapat lagi diterapkan,
maka solusi persoalan sebenarnya masih dapat dicari dengan menggunakan
metode numerik.Metode numerik adalah teknik yang digunakan untuk
memformulasikan persoalan matematik sehingga dapat dipecahkan dengan
operasi perhitungan/aritmetika biasa (tambah, kurang, kali, dan bagi). Metode
artinya cara, sedangkan numerik artinya angka. Jadi, metode numerik secara
harafiah berarti cara berhitung dengan menggunakan angka-angka.
Perbedaan utama antara metode numerik dengan metode analitik terletak
pada dua hal.Pertama, solusi dengan menggunakan metode numerik selalu
berbentuk angka.Bandingkan dengan metode analitik yang biasanya
menghasilkan solusi dalam bentuk fungsi matematik yang selanjutnya fungsi
mateamtik tersebut dapat dievaluasi untuk menghasilkan nilai dalam bentuk
angka.Kedua, dengan metode numerik, kita hanya memperoleh solusi yang
menghampiri atau mendekati solusi sejati sehingga solusi numerik dinamakan
juga solusi hampiran (approxomation) atau solusi pendekatan, namun solusi
hampiran dapat dibuat seteliti yang kita inginkan. Solusi hampiran jelas tidak

5
tepat sama dengan solusi sejati, sehingga ada selisih antara keduanya. Selisih
inilah yang disebut dengan galat (error).

B. Angka Bena
1. Pengertian Angka Signifikan/Bena
Angka bena (significant figure) suatu bilangan c adalah sebarang
angka yang diberikan oleh c, kecuali untuk nol-nol di kiri angka tak nol
pertama yang hanya bertindak untuk mencocokkan posisi titik (koma)
decimal.Jadi, angka tak nol dari c adalah angka bena dari c.
Konsep angka bena atau digit telah dikembangkan secara formal
untuk menandakan keandalan suatu nilai numerik.Angka bena adalah
angka berarti, angka penting, atau angka yang dapat digunakan dengan
pasti.
2. Contoh Angka Signifikan/Bena
Berikut merupakan contoh angka signifikan/bena:
a. π = 3,14154265. . .
22
= 3,1428571 . . .
7

Dikatakan bahwa 22/7 sebagai hampiran terhadap π mempunyai 3


angka bena.
b. 43.123 memiliki 5 angka bena (yaitu 4, 3, 1, 2, 3)
c. 0.1764 memiliki 4 angka bena (yaitu 1, 7, 6, 4)
d. 0.0000012 memiliki 2 angka bena (yaitu 1, 2)
e. 278.300 memiliki 6 angka bena (yaitu 2, 7, 8, 3, 0, 0)
f. 270.0090 memiliki 7 angka bena (yaitu 2, 7, 0, 0, 0, 9, 0)
g. 0.0090 memiliki 2 angka bena (yaitu 9, 0)
3. Aturan-aturan tentang angka bena
a. Setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan adalah angka bena
Contoh:
Bilangan 14,256 adalah bilangan yang terdiri dari 5 angka bena.
b. Setiap angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol
adalah angka bena.

6
Contoh:
Bilangan 7000,2003 adalah bilangan yang terdiri dari 9 angka.
c. Setiap angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol
adalah angka bena.
Contoh:
Bilangan 7000,2003 adalah bilangan yang terdiri dari 9 angka bena.
d. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir
dan di belakang tanda desimal adalah angka bena.
Contoh:
Bilangan 23,50000 adalah bilangan yang terdiri dari 7 angka bena.
e. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol terakhir dan
tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 3500000 merupakan bilangan dengan 2 angka bena.
f. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama
bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 0,0000352 merupakan bilangan dengan 3 angka bena.
g. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir, dan terletak di depan tanda desimal merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 7000, merupakan bilangan dengan 5 angka bena.
h. Untuk menunjukkan jumlah angka bena, kita dapat memberi tanda
pada angka yang merupakan batas angka bena dengan garis bawah,
garis atas, atau cetak tebal.
Contoh:
1256 adalah bilangan yang mempunyai 4 angka signifikan.

4. Penulisan angka bena dalam notasi ilmiah


Jika beberapa angka 0 dipakai di bagian ekor suatu bilangan, tidak
jelas berapa banyaknya 0 itu yang signifikan. Misal: 45,300 dapat

7
memiliki 3, 4, atau 5 buah digit signifikan tergantung apakah harga 0 itu
telah diketahui dengan pasti. Ketidakpastian itu dapat diselesaikan
dengan memakai notasi ilmiah.Misalnya tetapan dalam kimia dan fisika
atau ukuran jarak dalam astronomi.
Contoh:
a. 4,3123 × 10 memiliki 5 angka signifikan
b. 1,2 × 10-6 memiliki 2 angka signifikan
5. Aturan pembulatan
Pembulatan suatu bilangan berarti menyimpan angka bena dan
membuang yang bukan merupakan angka bena dengan mengikuti aturan-
aturan berikut:
a. Tandai bilangan yang termasuk angka signifikan dan angka tidak
signifikan.
Contoh:
Empat angka bena dari bilangan 16,7321 adalah 16,73 (angka bena)
dan 21 (bukan angka bena).
b. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih besar dari 5, maka
digit terakhir dari angka bena ditambah 1. Selanjutnya buang bukan
angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 23,472 dibulatkan menjadi tiga angka signifikan, maka
ditulis menjadi 23,5.
c. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka
buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 23,674 dibulatkan menjadi empat angka signifikan,
maka ditulis menjadi 23,67.
d. Jika digit pertama dari bilangan bukan angka bena sama dengan 5,
maka:

8
1.) Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit
terakhir angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka
tidak signifikan.
Contoh:
Jika bilangan 37,759 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka
ditulis menjadi 37,8
2.) Jika digit terakhir dari angka bena merupakan bilangan genap
genap, maka buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 79,859 dibulatkan menjadi tiga angka bena, maka
ditulis menjadi 79,8.
6. Aturan-aturan pada operasi aritmatika angka bena
Dalam operasi perhitungan dengan menggunakan angka penting ada
suatu aturan umum yang harus diikuti.
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Hasil dari penjumlahan atau pengurangan bilangan hanya boleh
mempunyai angka dibelakangkoma sebanyak angka di belakang
koma yang paling sedikit pada bilangan-bilangan yang dilakukan
operasi penjumlahan atau penguranga.
Contoh:
34,31 + 2,165 = 36,475 (dibulatkan menjadi 36,48)
b. Perkalian dan Pembagian
Hasil perkalian atau pembagian hanya boleh mempunyai angka
bena sebanyakbilangan dengan angka bena paling sedikit.
Contoh:
(32,1 × 1,234) ÷ 1,2 = 33,0095
Bilangan yang mempunyai angka signifikan paling sedikit adalah 1,2
(2 angka signifikan). Jadi hasil perkalian dan pembagian di atas
dibulatkan menjadi 33 (2 angka signifikan).
c. Kombinasi perkalian dan atau pembagian dengan penjumlahan dan
atau pengurangan

9
Jika terdapat kombinasi operasi angka penting, maka hasil
operasi di dalam kurung harus dibulatkan terlebih dahulu sebelum
melakukan operasi selanjutnya.
Penerapan angka penting dalam kehidupan sehari-hari salah satunya
ketika seseorang melakukan pengukuran seperti mengukur tinggi badan,
mengukur celana, spedometer, dan lain-lain.Dalam pengukuran tersebut
tidak pasti tepat sehingga angka penting berperan dalam pengukuran agar
ketepatan pengukuran menjadi lebih besar.

C. Galat
1. Analisis Galat
Menganalisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang
menggunakan metode numerik.Galat berasosiasi dengan seberapa dekat
solusi hampiran terhadap solusi sejatinya.Semakin kecil galatnya,
semakin teliti solusi numerik yang didapatkan. Kita harus memahami dua
hal:
a. bagaimana menghitung galat
b. bagaimana galat timbul.
Misalkan â adalah nilai hampiran terhadap nilai sejati a, maka selisih

 aa

disebut galat. Sebagai contoh, jika â = 10,5 adalah nilai hampiran dari a =
10,45 , maka galatnya adalah ɛ = -0,01. Jika tanda galat (positif atau
negatif) tidak dipertimbangkan, maka galat mutlak dapat didefinisikan

sebagai:
  aa

Ukuran galat ɛ kurang bermakna sebab tidak menceritakan seberapa


besar galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya.
Contoh:
Seorang anak melaporkan panjang sebatang kawat 99 cm, padahal
panjang sebenarnya 100 cm. Galatnya adalah 100 – 99 = 1 cm. Anak

10
yang lain melaporkan panjang sebatang pensil 9 cm, padahal panjang
sebenarnya 10 cm, sehingga galatnya juga 1 cm. Kedua galat sama-sama
bernilai 1cm, namun galat 1 cm pada pengukuran panjang pensil lebih
berarti daripada galat 1 cm pada pengukuran panjang kawat. Jika tidak
ada informasi mengenai panjang sesungguhnya, kita mungkin
menganggap kedua galat tersebut sama saja. Untuk mengatasi interpretasi
nilai galat ini, maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya.
Gagasan ini melahirkan apa yang dinamakan galat relatif.
Galat relatif didefinisikan sebagai:


R 
a
atau dalam persentase:


 R   100 %
a
Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif
tersebut dinamakan juga galat relatif sejati. Dengan demikian,
pengukuran panjang kawat mempunyai galat relatif sejati = 1/100 = 0.01,
sedangkan pengukuran panjang pensil mempunyai galat relatif sejati =
1/10 = 0.1.1
2. Jenis-jenis galat
Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode numerik
antara lain:
a. Kesalahan karena bawaan data (Inherent error)
Kesalahan bawaan data merupakan kesalahan dari nilai
data.Misal kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca skala
atau kesalahan karena kurangnya pengertian mengenai hukum-
hukum fisik dari data yang diukur.

11
b. Kesalahan karena pembulatan (round-off error)
Kesalahan karena pembulatan round-off error terjadi karena
tidak kita memperhitungkan beberapa angka terakhir dari suatu
bilangan; artinya solusi hampiran digunakan untuk menggantikan
solusi sejati eksak.
Contoh:
Tulis bilangan berikut menjadi tiga angka bena.
8632574 dapat dibulatkan menjadi 8630000
3,1415926 dapat dibulatkan menjadi 3,14
c. Kesalahan karena pemotongan (truncation error)
Kesalahan pemotongan terjadi karena adanya proses komputasi
tak-berhingga diganti dengan proses berhingga. Misal pada deret
Taylor atau McClaurin.
Contoh:
Terdapat tugas untuk mengukur panjang sebuah jembatan dan
sbeuah aku keliling. Didapat hatga 9.999 dan 9 cm. Jika harga
sebenarnya adalah 10.000 dan 10 cm, maka hitunglah:
1) error,
2) error relatif persen untuk setiap kasus!
Jawab:
1) Untuk jembatan ɛ = 10.000 – 9.999 = 1 cm
Untuk paku keliling ɛ = 10 – 9 = 1 cm
1
2) Untuk jembatan R   100 %  0,01%
10000
1
Untuk paku keliling R   100 % 10%
10
Jadi, walaupun sama-sama error 1 cm, tapi pengukuran dikatakan
lebih baik untuk jembatan

12
D. Deret Tylor dan Mc Laurin
1. Deret Taylor
Deret Taylor merupakan bentuk presentatif dari fungsi. Dalam hal
ini deret tersebut merupakan jumlah tak hingga dari suku pada deret.
Untuk menghitungnya digunakan dengan prinsip turunan pada sebuah
titik.
Kegunaan deret Taylor dan deret Maclaurin ini salah satunya dalam
metode numerik, digunakan dalam perhitungan atau pendekatan nilai
fungsi yang tidak bisa dihitung dengan manual. Berikut adalah formula
yang dikenal dengan Deret Taylor:
Untuk setiap fungsi 𝑓(𝑥) yang diferensiabel di titik c, maka 𝑓(𝑥) dapat
diekspansi sebagai berikut:
f ' (c ) f " (c ) f ' " (c)
f ( x )  f (c )  ( x  c)  ( x  c) 2  ( x  c) 3  
1! 2! 3!
Kita gunakan elipsis ( ... ) karena deret Taylor merupakan deret
dengan jumlah suku tak hingga. Dapat ditulis juga dengan formula
sebagai berikut
 (n)
f (c )
n 0 n!
( x  c) n

Salah satu kegunaan deret Taylor adalah menentukan pendekatan


(hampiran) suatu fungsi secara polimonial.

2. Deret Mc Laurin
Deret MacLaurin masih berhubungan erat dengan Deret Taylor.
Deret MacLaurin merupakan kasus dari deret Taylor, yaitu deret Taylor
dengan fungsi yang ekspansi di sekitar 𝑐 = 0. Jadi bisa disimpulkan
bahwasanya deret MacLaurin adalah bagian deret Taylor, dengan kata
lain, deret Taylor yang berpusat di nol disebut dengan deret MacLaurin.
Deret MacLaurin disebut juga sebagai Deret Taylor Baku.
Berikut ini formula deret MacLaurin:

13
f ' (0) f " (0) 2 f ' " (0) 3
f ( x)  f (0)  x x  x 
1! 2! 3!
Kegunaan deret Taylor dan deret MacLaurin ini salah satunya dalam
metode numerik, digunakan dalam perhitungan atau pendekatan nilai
fungsi yang tidak bisa dihitung dengan manual.
Contoh:
Uraikan sin 𝑥 dan cos 𝑥 dalam deret MacLaurin!
Jawab:
Deret MacLaurin sin x
Kita tentukan dulu turunan dari sin x sebagai berikut.
f(x) = sin x
f (1) (x) = cos x
f (2) (x) = −sin x
f (3) (x) = −cos x
f (4) (x) = sin xdan seterusnya
Deret MacLauin sin x adalah:
cos 0 (− sin 0) 2 (− cos 0) 3 sin 0 4
sin x = sin 0 + x+ x + x + x +⋯
1! 2! 3! 4!
x3
= 0+x−0− +0+⋯
3!
x3 x5
=x− + −⋯
3! 5!
Deret MacLaurin cos x
Dengan cara yang sama kita peroleh deret MacLaurin dari cos x sebagai
berikut
(− sin 0) (− cos 0) 2 sin 0 3 cos 0 4
cos x = cos 0 + x+ x + x + x +⋯
1! 2! 3! 4!
x2 x4
=1+0− +0+ +⋯
2! 4!
x2 x4
= 1− + −⋯
2! 4!

14
E. Interpolasi Polinom
Misalkan diberikan titik-titik data berjarak sama, 𝑥𝑖 = 𝑥0 + 𝑖ℎ dengan
𝑖 = 0, 1, 2, … , 𝑛 dan 𝑥 = 𝑥0 − 𝑠ℎ dengan 𝑠 ∈ ℝ adalah titik yang akan dicari
nilai interpolasinya. Polinom Newton-Gregory yang menginterpolasi seluruh
titik data tersebut adalah:
𝑓(𝑥) ≈ 𝑃𝑛 (𝑥)

F. Interpolasi Polinom Newton-Gregory Maju


Polinom Newton-Gregory maju diturunkan dari tabel selisih maju.
Penurunan rumus polinom Newton-Gregory Maju dikembangkan berdasarkan
pada tabel selisih maju.

Misal diberikan lima buah titik dengan absis x yang berjarak sama. Tabel
selisih maju yang dibentuk dari ketiga titik itu adalah:

𝑖 𝑥𝑖 𝑓(𝑥) ∆𝑓 ∆2 𝑓 ∆3 𝑓
0 𝑥0 𝑓0 ∆𝑓0 ∆2 𝑓0 ∆3 𝑓0
1 𝑥1 𝑓1 ∆𝑓1 ∆2 𝑓1
2 𝑥2 𝑓2 ∆𝑓2
3 𝑥3 𝑓3
4 𝑥4 𝑓4
Lambang ∆ menyatakan selisih maju. Arti setiap symbol di dalam tabel
adalah:
f0 = f(x0) = y0
f1 = f(x1) = y1

f4 = f(x4)
Notasi: fp = f(xp)
∆f0 = f1 – f0
∆f1 = f2 – f1

15
∆f3 = f4 – f3
Notasi: ∆fp = fp+1 – fp
∆2f0 = ∆f1 – ∆f0
∆2f1 = ∆f2 – ∆f
∆2f2 = ∆f3 – ∆f2
Notasi: ∆2fp = ∆fp+1 – ∆fp
∆3f2 = ∆2f1 – ∆2f0
∆3f2 = ∆2f2 – ∆2f1
Notasi: ∆3fp = ∆2fp+1 – ∆2fp
Bentuk umum:

∆n+1fp = ∆nfp+1 – ∆nfp n = 0, 1, 2, …

Penurunan Rumus Polinom Newton-Gregory Maju

Penurunan rumus polinom Newton-Gregory Maju didasarkan pada


tabel selisih maju.
f  x1   f  x0 
f x1 , x 2  
x1  x0
f  x0 

h
f 0

1!h
f x 2 , x1   f x1 , x0 
f x1 , x 2 , x0  
x 2  x0
f  x 2   f  x1  f  x1   f  x0 

x 2  x1 x1

x 2  x0
f1  f 0
 h
2h
2 f 0
 2
 f0
2 f 0

2!h 2

16
Bentuk Umum:
n f x0  n f 0
f xn ,..., x1 , x0   
n!h n n!h n
dengan demikian polinom Newton untuk data berjarak sama dapat
ditulis sebagai:
p n  x   f  x0   x  x0  f x1 , x 2   x  x0 x  x1  f x 2 , x1 , x0   ... 
x  x0 x  x1 ...x  xn1  f xn , xn1 ,..., x1 , x0 
f 0 2 f 0
 f 0  x  x0   x  x0 x  x1   ...  x  x0 x  x1 
1!h 2!h 2
n f 0
...x  x n 1 
n!h n
Persamaan ini dinamakan polinom Newton-Gregory maju. Persamaan
di atas dapat juga ditulis sebagai relasi rekursif:
n f 0
p n ( x)  p n1 ( x)  x  x0 x  x1 ...x  xn1 
n!h n
Jika titik-titik berjarak sama dinyatakan sebagai:
xi  x0  ih , i  0,1, 2, ...., n
dan nilai x yang diinterpolasikan adalah
x  x0  sh ,sR
maka persamaan polinom Newton-Gregory maju dapat juga ditulis
dalam parameter s sebagai
sh ss  1h 2 2 ss  1s  2...s  n  1h n n
p n ( x)  f 0  f 0   f 0  ...   f0
1!h 2!h 2 n!h n
yang menghasilkan
s ss  1 2 ss  1s  2...s  n  1 n
p n ( x)  f 0  f 0   f 0  ...   f0
1! 2! n!

17
BAB III PEMBAHASAN

A. Polinom Newton-Gregory
Polinom Newton-Gregory menurut Kreyszic (1988) merupakan kasus
khusus dari polinom Newton untuk titik-titik berjarak sama. Pada kebanyakan
aplikasi nilai-nilai 𝑥 berjarak sama, misalnya pada tabel nilai fungsi, atau
pada pengukuran yang dilakukan pada selang waktu yang teratur.
Untuk titik-titik berjarak sama, rumus polinom Newton menjadi lebih
sederhana. Selain itu, tabel selisih-terbaginya lebih mudah dibentuk dan tidak
ada proses pembagian dalam pembentukan elemen tabel.
Ada dua macam tabel selisih, yaitu tabel selisih maju (forward
difference) dan tabel selisih mundur (backward difference).Karena itu, ada
dua macam polinom Newton Gregory, yaitu polinom Newton-Gregory maju
dan polinom Newton-Gregory mundur.Dalam makalah ini hanya membahas
tentang polinom Newton-Gregory mundur.

B. Polinom Interpolasi Newton-Gregory Mundur


Polinom Newton-Gregory mundur (Newton-Gregory backward) dibentuk
dari tabel selisih mundur.Polinom ini sering digunakan pada perhitungan nilai
turunan (derivatif) secara numerik. Titik-titik yang digunakan berjarak sama,
yaitu
𝑥0 , 𝑥−1 , 𝑥−2 , … , 𝑥−𝑛
yang dalam hal ini,
𝑥𝑖 = 𝑥0 + 𝑖ℎ dengan 𝑖 = 0, −1, −2, … , −𝑛
dan nilai 𝑥 yang diinterpolasikan adalah
𝑥 = 𝑥0 − 𝑠ℎ dengan 𝑠 ∈ ℝ
Sebagai contoh, tabel selisih mundur untuk 4 titik diperlihatkan oleh
tabel berikut:

18
𝑖 𝑥𝑖 𝑓(𝑥) ∇𝑓 ∇2 𝑓 ∇3 𝑓
−3 𝑥−3 𝑓−3
−2 𝑥−2 𝑓−2 ∇𝑓−2
−1 𝑥−1 𝑓−1 ∇𝑓−1 ∇2 𝑓−1
0 𝑥0 𝑓0 ∇𝑓0 ∇2 𝑓0 ∇3 𝑓0

Keterangan:
𝑓0 = 𝑓(𝑥0 )
𝑓−1 = 𝑓(𝑥−1 )
∇𝑓0 = 𝑓0 − 𝑓−1
∇2 𝑓0 = ∇𝑓0 − ∇𝑓−1
∇𝑘+𝑖 𝑓𝑖 = ∇𝑘 𝑓𝑖 − ∇𝑘 𝑓𝑖−1

C. Penurunan Rumus Polinom Newton Gregory Mundur


Sekarang kita akan mengembangkan polinom Newton-Gregory Mundur
yang didasarkan pada tabel selisih mundur.
𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥−1 ) ∇𝑓0 ∇𝑓0
𝑓(𝑥0 , 𝑥−1 ) = = =
𝑥0 − 𝑥−1 ℎ 1! ℎ
𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥−1 ) 𝑓(𝑥−1 ) − 𝑓(𝑥−2 ) ∇𝑓0 ∇𝑓−1
− − ∇2 𝑓0
𝑥0 − 𝑥−1 𝑥−1 − 𝑥−2 ℎ ℎ
𝑓(𝑥0 , 𝑥−1 , 𝑥−2 ) = = =
𝑥0 − 𝑥−2 2ℎ 2! ℎ2
Bentuk umum:
∇n 𝑓(𝑥0) ∇n 𝑓0
𝑓[𝑥0 , 𝑥−1 , 𝑥−2 , ⋯ , 𝑥−𝑛 ] = =
𝑛! ℎ𝑛 𝑛! ℎ𝑛
𝑛 = 0,1,2, …
Selanjutnya,
𝑓(𝑥) ≈ 𝑃𝑛 (𝑥)
𝑃𝑛 (𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + (𝑥 − 𝑥0 )𝑓[𝑥0 , 𝑥−1 ] + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥0 −
𝑥−1 )𝑓[𝑥0 , 𝑥−1 , 𝑥−2 ] + … + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥0 − 𝑥−1 ) … (𝑥 −
𝑥−𝑛+1 )𝑓[𝑥−𝑛 , 𝑥−𝑛+1 , … , 𝑥−1 , 𝑥0 ]

19
∇𝑓 ∇2 𝑓
= 𝑓(𝑥0 ) + (𝑥 − 𝑥0 ) 1!ℎ0 + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥0 − 𝑥−1 ) 2!ℎ20 + … + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥0 −
∇n 𝑓
𝑥−1 ) … (𝑥 − 𝑥−𝑛+1 ) 𝑛!ℎ𝑛0
∇𝑓0 ∇2 𝑓0 ∇n 𝑓0
= 𝑓(𝑥0 ) + 𝑠 + 𝑠(𝑠 + 1) + … + 𝑠(𝑠 + 1) … (𝑠 + 𝑛 − 1)
1! 2! 𝑛!

Polinom Newton-Gregory mundur yang menginterpolasi (𝑛 + 1) titik


data adalah sebagai berikut:
𝑛
𝑠+𝑘−1 𝑘
𝑓(𝑥) ≈ 𝑃𝑛 (𝑥) = ∑ ( ) ∇ 𝑓0
𝑠
𝑘=0

𝑠∇𝑓0 𝑠(𝑠 + 2 − 1)∇ 𝑓0 𝑠(𝑠 + 2 − 1)(𝑠 + 3 − 1)∇3 𝑓0


2
𝑃𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + + + +⋯
1! 2! 3!
𝑠(𝑠 + 2 − 1)(𝑠 + 3 − 1) … (𝑠 + 𝑛 − 1)∇𝑛 𝑓0
+
𝑛!
𝑠(𝑠 + 1)∇2 𝑓0 𝑠(𝑠 + 1)(𝑠 + 2)∇3 𝑓0
= 𝑓0 + 𝑠∇𝑓0 + + +⋯
2! 3!
𝑠(𝑠 + 1)(𝑠 + 2) … (𝑠 + 𝑛 − 1)∇𝑛 𝑓0
+
𝑛!

D. Algoritma
Algoritma Interpolasi Polinom Newton-Gregory Mundur sebagai berikut:
1. Tentukan fungsi f(x)
2. Tentukan selang (𝑥𝑖 ),
3. Tentukan jarak antar selang atau h
4. Tentukan derajat n
5. Buatlah tabel selisih mundur
6. Tentukan s
x  x0
s
h
7. Cari 𝑝𝑛 (𝑥)
𝑠∇𝑓0 𝑠(𝑠 + 2 − 1)∇2 𝑓0 𝑠(𝑠 + 2 − 1)(𝑠 + 3 − 1)∇3 𝑓0
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + + +
1! 2! 3!
𝑠(𝑠 + 2 − 1)(𝑠 + 3 − 1) … (𝑠 + 𝑛 − 1)∇𝑛 𝑓0
+ ⋯+
𝑛!

20
8. Cari nilai sejati dari f(x)

E. Contoh Soal dan Penyelesaian


1
Bentuklah tabel selisih untuk fungsi f ( x)  di dalam selang
( x  1)
[0.000, 0.625] dan h = 0.125. Hitung f(0.300) dengan polinom Newton-
Gregory mundur derajat 3.
Penyelesaian:
Tabel selisih mundur:
I 𝑥 f(x) ∇𝑓 ∇2 𝑓 ∇3 𝑓
-5 0.000 1.000
-4 0.125 0.889 -0.111
-3 0.250 0.800 -0.089 0.022
-2 0.375 0.727 -0.073 0.016 -0.006
-1 0.500 0.667 -0.060 0.013 -0.003
0 0.625 0.615 -0.052 0.008 -0.005

Untuk memperkirakan f(0.300) dengan polinom Newton-Gregory maju


derajat tiga,dibutuhkan 4 buah titik. Ingatlah kembali bahwa galat interpolasi
akan minimum jika x terletakdi sekitar pertengahan selang. Karena itu, titik-
titik yang diambil adalah
x0 = 0.625, x-1 = 0.500, x-2 = 0.375, x-3 = 0.250
karena x = 0.300 terletak di sekitar pertengahan selang [0.250, 0.625].
Diketahui: h = 0.125, dan
𝑥 − 𝑥0 0,300 − 0,625
𝑥 = 𝑥0 + 𝑠ℎ → 𝑠 = = = −2,6
ℎ 0,125
Nilai 𝑓(0,300) dihitung dengan polinom Newton-Gregory mundur derajat
tiga:
𝑠(𝑠 + 1)∇2 𝑓0 𝑠(𝑠 + 1)(𝑠 + 2)∇3 𝑓0
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + 𝑠∇𝑓0 + + +⋯
2! 3!
𝑠(𝑠 + 1)(𝑠 + 2) … (𝑠 + 𝑛 − 1)∇𝑛 𝑓0
+
𝑛!

21
𝑠(𝑠 + 1)∇2 𝑓0 𝑠(𝑠 + 1)(𝑠 + 2)∇3 𝑓0
𝑝3 (𝑥) = 𝑓0 + 𝑠∇𝑓0 + +
2! 3!
(−2,6)(−1,6)(0,008)
𝑝3 (𝑥) = 0,615 + (−2,6)(−0,052) +
2!
(−2,6)(−1,6)(−0,6)(−0,005)
+
3!
𝑝3 (𝑥) = 0,615 + 0,1352 + 0,01667 + 0,00208
𝑝3 (𝑥) = 0,76892
𝑝3 (𝑥) = 0,769
Sebagai perbandingan, nilai sejati f(0.300) adalah
1
f (0.300)   0.769
(0.300  1)

22
BAB IV STUDI KASUS

Dapat dilihat data presentasi karyawan yang tidak hadir dari karyawan yang hadir
pada sebuah perusahaan kecil-kecilan di kawsan kota Bandung. Misalkan 𝑥
didefinisikan sebagai karyawan yang hadir dan 𝑓(𝑥) didefinisikan sebagai
persentasi karyawan yang tidak hadir.
𝑥 4 8 12 16 20 24
𝐹(𝑥) 0,11111 0,05882 0,04 0,03030 0,02439 0,02041
Menurut data di atas, berapa persenkah karyawan yang tidak hadir apabila
karyawan yang hadir ada 14 orang?
Penyelesaian:
𝑥 f(x) ∇𝑓 ∇2 𝑓 ∇3 𝑓 ∇4 𝑓 ∇5 𝑓
4 0,11111
8 0,05882 -0,05229
12 0,04 -0,01882 0,03347
16 0,03030 -0,0097 0,00912 -0,02435
20 0,02439 -0,00591 0,00379 -0,00533 0,01902
24 0,02041 -0,00398 0,00193 -0,00186 0,00347 -0,01555

𝑥−𝑥0 14−24
𝑠= = = −2,5
ℎ 4
𝑠(𝑠+1)∇2 𝑓0 𝑠(𝑠+1)(𝑠+2)∇3 𝑓0 𝑠(𝑠+1)(𝑠+2)…(𝑠+𝑛−1)∇𝑛 𝑓0
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + 𝑠∇𝑓0 + + +⋯+
2! 3! 𝑛!
(−2,5)(−1,5)(0,00193)
𝑝5 (14) = 0,02041 + (−2,5)(−0,00398) + +
2!
(−2,5)(−1,5)(−0,5)(−0,00186) (−2,5)(−1,5)(−0,5)(0,5)(0,00347)
+ +
3! 4!
(−2,5)(−1,5)(−0,5)(0,5)(1,5)(−0,01555)
5!

𝑝5 (14) = 0,034606679
Jadi, dari 14 orang karyawan yang hadir ada 0,034606679 persen karyawan yang
tidak hadir.

23
BAB V KESIMPULAN

Metode numerik adalah teknik-teknik yang digunakan untuk


memformulasikan masalah matematis agar dapat dipecahkan dengan operasi
perhitungan. Secara harafiah metode numerik berarti cara berhitung dengan
menggunakan angka-angka. Perhitungan ini melibatkan sejumlah besar operasi-
operasi hitungan yang berulang-ulang.
Untuk mencari nilai diantara beberapa titik data yang telah diketahui gunakan
interpolasi. Interpolasi adalah metode untuk mencari nilai diantara data-data yang
telah diketahui. Dalam kehidupan sehari-hari, interpolasi dapat digunakan untuk
memperkirakan suatu fungsi di mana fungsi tersebut tidak terdaftar dengan suatu
formula, tetapi didefinisikan hanya dengan data-data atau tabel yang tersedia.
Salah satunya menggunakan Interpolasi Polinom Newton-Gregory Mundur.
Berikut merupakan rumus Interpolasi Polinom Newton-Gregory Mundur:
𝑓(𝑥) ≈ 𝑃𝑛 (𝑥)
𝑠(𝑠+1)∇2 𝑓0 𝑠(𝑠+1)(𝑠+2)∇3 𝑓0 𝑠(𝑠+1)(𝑠+2)…(𝑠+𝑛−1)∇𝑛 𝑓0
𝑃𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + 𝑠∇𝑓0 + + + ⋯+
2! 3! 𝑛!

24
DAFTAR PUSTAKA

http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb-
%2001%20Metode%20Numerik%20Secara%20Umum.pdf Access: Sunday,
November 5, 2017, 3:41:26 PM
Munir, Rinaldi. 2008. Metode Numerik. Bandung: Informatika.
Sudiardi, dan Rizani Teguh. 2015. Metode Numerik. [Online]
(http://eprints.mdp.ac.id/1630/1/DIKTAT-Metode%20Numerik.pdf Access:
Sunday, November 5, 2017, 3:10:44 PM)
https://erwin2h.wordpress.com/2011/05/03/tugas-metode-newton-gregory-maju-
10060209008/amp/ Access: Monday, Desember 11, 2017, 5:05:49 PM

25
Soal Kuis
1
1. Bentuklah tabel selisih untuk fungsi f ( x)  di dalam selang [0.500,
2x
1.750] dan h = 0.250. Hitung f(1.200) dengan polinom Newton-Gregory
mundur derajat 3.
(jumlah angka bena yang digunakan 6 digit)
Penyelesaian:
1
f ( x) 
2x
Selang [0.500, 1.750], derajat 3
h = 0.250
Tabel selisih mundur:
i 𝑥𝑖 f(x) ∇𝑓 ∇2 𝑓 ∇3 𝑓
-5 0.500 1.000000
-4 0.750 0.666667 -0.333333
-3 1.000 0.500000 -0.166667 0.166667
-2 1.250 0.400000 -0.100000 0.066667 -0.100000
-1 1.500 0.333333 -0.066667 0.033333 -0.033334
0 1.750 0.285714 -0.047619 0.019048 -0.014285
x  x0 1,200  1,750
s   2,2
h 0,250

(2,2)(-0.047619) (2,2)(1,2)(0.019048) (2,2)(1,2)(0,2)(-0.014285


p3 (1.200)  0.285714   
1! 2! 3!
0.104762 0.050287 0.007542
p3 (1.200)  0.285714   
1 2 6
p3 (1.200)  0.285714  0.104762  0.025144  0.001257
p3 (1.200)  0.416877
p3 (1.200)  0.41688
p3 (1.200)  0.4169
p3 (1.200)  0.417

Sebagai perbandingan, nilai sejati 𝑓(1.200) adalah

26
1 1 1
f (1.200)     0.416667  0.417
2 x 2(1.200) 2.400

27

Anda mungkin juga menyukai