Disusun Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................2
A. Angka Signifikan/Bena...................................................................................2
B. Deret Taylor.....................................................................................................5
C. Deret Mc. Laurin.............................................................................................7
D. Error/Galat.......................................................................................................7
E. Metode Biseksi...............................................................................................10
F. Metode Regula Falsi......................................................................................12
G. Metode Newton Rapshon..............................................................................14
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode numerik adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
memformulasikan masalah matematis agar dapat dipecahkan dengan operasi
perhitungan. Salah satu materi yang dibahas dalam metode numerik adalah
pencarian akar persamaan mnggunakan beberapa metode. Pencarian akar
persamaan dalam metode numerik memerlukan iterasi untuk mencari estimasi
akar yang mendekati akar sesungguhnya.
Metode Secant merupakan salah satu metode numerik untuk mencari suatu
akar persamaan. Penyelesaian numerik suatu akar persamaan dilakukan dengan
perkiraan berurutan (iterasi) sehingga setiap keluarannya diperoleh hasil yang
lebih teliti dan didapat hasil yang mendekati eksak (hasil yang benar) dengan
toleransi kesalahan yang diinginkan. Sebelum mempelari Metode Secant, kita
sudah terlebih dahulu mempelajari Metode Newton Raphson. Pada Metode
Newton Rapshon, kekurangannya adalah terletak pada perhitungan fungsi
turunan. karena tidak semua f(x) mudah dicari turunannya. Untuk mengatasi
hal tersebut maka diperkenalkan Metode Secant. Maka dari itu, makalah ini
akan membahas tentang penggunaan Metode Secant untuk memperoleh akar
dari persamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Metode Secant ?
2. Bagaimana penurunan rumus dan algoritma metode secant ?
3. Bagaimanakah contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode
secant?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan metode secant.
2. Memahami algoritma dari metode secant
3. Memahami bagaimana cara menyelesaikan persoalan non linier
menggunakan metode secant
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Angka Signifikan/Bena
1) Pengertian Angka Bena
Angka bena (significant figure) atau angka berararti telah dikembangkan
secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai numerik. Angka bena
merupakan jumlah angka yang digunakan sebagai batas minimal tingkat
keyakinan. Angka bena terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Letak angka
taksiran berada di akhir angka bena.
Contoh:
Bilangan 45.389; angka 9 adalah angka taksiran
Bilangan 4, 785; angka 5 adalah angka taksiran
2) Aturan-aturan tentang Angka Bena
a. Angka bena adalah setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan
Contoh:
Bilangan 4678; terdiri dari 4 angka bena
Bilangan 987, 654; terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 4550679; terdiri dari 7 angka bena
b. Angka bena adalah setiap angka nol yang terletak di antara angka-
angka bukan nol.
Contoh:
Bilangan 2001; terdiri dari 4 angka bena
Bilangan 201003 terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 2001, 400009 terdiri dari 10 angka bena
c. Angka bena adalah angka nol yang terletak di belakang angka bukan
nol yang terakhir dan dibelakang tanda desimal.
Contoh:
Bilangan 23, 3000; terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 3, 10000000 terdiri dari 9 angka bena
Bilangan 345, 60000000 terdiri dari 11 angka bena
d. Dari aturan b dan c dapat diberikan contoh angka bena adalah sebagai
berikut:
2
Bilangan 34, 060000; terdiri dari 8 angka bena
Bilangan 0, 00000000000000566; terdiri dari 3 angka bena
Bilangan 0, 600; terdiri dari 3 angka bena
Bilangan 0, 060000; terdiri dari 5 angka bena
Bilangan 0, 000000000000005660; terdiri dari 4 angka bena
e. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol terakhir dan
tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 34000; terdiri dari 2 angka bena
Bilangan 1230000; terdiri dari 3 angka bena
f. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama
bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 0, 0000023; terdiri dari 2 angka bena
Bilangan 0, 000000000002424; terdiri dari 4 angka bena
Bilangan 0, 12456; terdiri dari 5 angka bena
g. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir, dan terletak di depan tanda deimal merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 340, 67; terdiri dari 5 angka bena
Bilangan 123000, 6; terdiri dari 7 angka bena
3
Penulisan angka bena dalam notasi ilmiah mengikuti aturan bentuk
n
umum notasi ilmiah yaitu a×10 dengan a adalah bilangan riil
b. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka
buang bukan angka bena
Contoh:
Jika bilangan 123,74 akan dibulatkan menjadi 4 angka bena, maka
ditulis menjadi 123,7
4
Jika bilangan 13416 akan dibulatkan menjadi 3 angka bena, maka
ditulis menjadi 134
c. Jika digit pertama dari bilangan bukan angka bena sama dengan 5,
maka:
1) Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit terakhir
angka signifikan ditambah 1. Selanjutnya buang angka tidak
signifikan
Contoh:
Jika bilangan 13,356 akan dibulatkan menjadi 3 angka bena, maka
ditulis menjadi 13,4
2) Jika digit terakhir dari angka signifikan genap, maka buang angka
tidak signifikan
Contoh:
Jika bilangan 13,456 akan dibulatkan menjadi 3 angka bena, maka
ditulis menjadi 13,4
4) Aturan-aturan pada Operasi Aritmetika Angka Bena
a. Hasil penjumlahan atau pengurangan hanya boleh mempunyai
angka dibelakang koma sebanyak angka di belakang koma yang
paling sedikit pada bilanganbilangan yang dilakukan operasi
penjumlahan atau pengurangan.
Contoh
0,4567 + 4,677 = 5,1337 (dibulatkan menjadi 5, 134)
345,31 + 3,5= 348,81 (dibulatkan menjadi 348, 8)
b. Hasil perkalian atau pembagian hanya boleh mempunyai angka
bena sebanyak bilangan dengan angka bena paling sedikit.
Contoh:
6, 78 x 8, 9123 = 60, 425394 ditulis menjadi 60, 4
420 : 2, 1 = 200 ditulis menjadi 2, 0 x 102
46, 5 x 1,4 = 65, 1 ditulis menjadi 6, 5 x 101
B. Deret Taylor
1) Pengertian Deret Taylor
5
Deret Taylor merupakan dasar untuk menyelesaikan masalah dalam
metode numerik, terutama penyelesaian persamaan diferensial.
Teorema Taylor: Hanya ada satu deret pangkat dalam x-c memenuhi
untuk f(x) sehingga:
2 3 n
f (x )=a 0 +a1 ( x−c )+a 2 ( x−c ) +a3 ( x−c ) +.. . .. +an ( x−c ) +. . .
∞
∑ an ( x−c )n
= n=0
Jika harga-harga
a0 ,a1 ,a2 ,a3 ,...a n ,... dimasukkan ke (1) maka
diperoleh:
n
f '(c ) f ''( c) f '''(c) f (c)
f (x )=f (c)+ ( x−c )+ ( x−c)2 + ( x−c)3 +.... . + ( x−c)n +...
1! 2! 3! n!
6
C. Deret Mc. Laurin
1) Pengertian Deret Mc. Laurin
Bila deret taylor diterapkan c = 0, maka terjadi deret Mac. Laurin yaitu:
7
Contoh:
Misalkan nilai sejati = 20/ 6 dan nilai hampiran = 3, 3333. Hitunglah galat,
galat mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran
Penyelesaian
20 20 3333 20 . 000−19.998 2
−3 ,333= − = = =0 , 000333. ..
Galat = 6 6 1000 6000 6000
Galat mutlak = |0, 000333 …| = 0, 000333…
2
6000 1
= =0 , 0001
20 10000
Galat relatif = 6
2
6000 1
=
Galat relatif hampiran = 3 ,333 9999
2) Nilai Galat
Besarnya kesalahan atas suatu nilai taksiran dapat dinyatakan
secara kuantitatif dan kualitatif. Besarnya kesalahan yang dinyatakan
secara kuantitatif disebut kesalahan absolut. Besarnya kesalahan yang
dinyatakan secara kualitatif disebut dengan kesalahan relatif.
Nilai eksak dapat diformulasikan sebagai hubungan antara nilai
perkiraan dan nilai kesalahan sebagai berikut:
'
v =v +ε
Dimana:
v = nilai eksak
v’ = nilai perkiraan
ε = nilai kesalahan/galat
8
b. Kesalahan Relatif
Kesalahan relatif menunjukkan besarnya tingkat
kesalahan antara nilai perkiraan dengan nilai eksaknya yang
dihitung dengan membandingkan kesalahan absolut
terhadap nilai eksaknya (biasanya dinyatakan dalam %)
ε
ε r =| a |×100 %
v
dengan:
v = nilai eksak
ε r = kesalahan relatif
ε a = kesalahan absolut
Semakin kecil kesalahan relatifnya, maka nilai perkiraan yang
diperoleh akan semakin baik.
3) Macam-macam Error/Galat
Penyelesaian secara numerik dari suatu persamaan matematis
hanya memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai sebenarnya.
Berikut adalah tiga macam kesalahan dasar:
a. Galat Bawaan (Inhern)
Galat bawaan biasanya merujuk pada galat dalam nilai data yang
terjadi akibat kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca skala
atau kesalahan karena kurangnya pengertian mengenai hokum-hukum
fisik dari data yang diukur.
Contoh: Pengukuran selang waktu 3, 1 detik: terdapat beberapa galat
karena hanya dengan suatu kebetulan selang waktu akan diukur tepat
3, 1 detik.
Beberapa batas yang mungkin pada galat inheren diketahui: 2,3± 0,1
detik. Berhubungan dengan galat pada data yg dioperasikan oleh suatu
komputer dengan beberapa prosedur numerik.
b. Galat Pemotongan
Pengertian galat pemotongan biasanya merujuk pada galat yang
disebabkan oleh penggantian ekspresi matematika yang rumit dengan
9
rumus yang lebih sederhana. Istilah ini berawal dari kebiasaan
mengganti suatu fungsi rumit dengan deret Taylor terpotong (hanya
diambil berhingga suku).
c. Galat Pembulatan
Akibat pembulatan angka Terjadi pada komputer yg disediakan
beberapa angka tertentu misal; 5 angka:
Penjumlahan 9,26536 + 7,1625 = 16,42786
Ini terdiri 7 angka sehingga tidak dapat disimpan dalam komputer kita
dan akan dibulatkan menjadi 16,428
E. Metode Biseksi
1) Pengertian Metode Biseksi
Ide awal metode ini adalah metode tabel, di mana area dibagi
menjadi N bagian. Hanya saja metode biseksi ini membagi range menjadi
2 bagian, dari dua bagian ini dipilih bagian mana yang mengandung akar
dan bagian yang tidak mengandung akar dibuang. Hal ini dilakukan
berulang-ulang hingga diperoleh akar persamaan.
Dinamakan metode biseksi (Bi Section) didasarkan atas teknis
metode ini adalah “belah dua”. Metode Biseksi diformulasikan
berdasarkan Teorema 1.1 yang menyatakan bahwa bila fungsi 𝑓(x) kontinu
dalam selang/interval (a,b), dan 𝑓(𝑎) dan 𝑓(b) berlawanan tanda, maka
𝑓(𝑎) = 0 untuk suatu bilangan α sedemikian hingga 𝑎 < α < b .
Dengan metode Biseksi, nilai α pertama kali diaproksimasi dengan
a+b
memilih x0 yang didefinisikan dengan x0 = . Bila 𝑓(x0) = 0 atau 𝑓(x0)
2
“dekat” kepada nilai 0 untuk suatu nilai toleransi yang diberikan maka x0
adalah nilai akar dari 𝑓(x0) = 0. Sebaliknya bila 𝑓(x0) ≠ 0 atau 𝑓(x0)
“dekat” kepada nilai 0 tetapi tidak memenuhi suatu nilai toleransi yang
diberikan, maka berdasarkan Teorema 1.1 ada dua kemungkinan yakni
nilai akar berada di antara 𝑎 dan xo atau nilai akar berada di antara xo dan b.
Dari salah satu kemungkinan ini, metode Biseksi kembali akan digunakan.
Secara geometris, metode Biseksi yang dikemukan di atas diilustrasikan
melalui gambar grafik berikut ini.
10
Gambar 2. Grafik Metode Biseksi
a+b
x=
2
b. Dari nilai x ini perlu dilakukan pengecekan keberadaan akar. Secara
matematik, suatu range terdapat akar persamaan bila f(a) dan f(b)
berlawanan tanda atau dituliskan : f(a) . f(b) < 0
c. Setelah diketahui dibagian mana terdapat akar, maka batas bawah
dan batas atas di perbaharui sesuai dengan range dari bagian yang
mempunyai akar.
3) Algoritma Metode Biseksi
11
a. Definisikan fungsi f(x) yang akan dicari akarnya
b. Tentukan nilai a dan b
c. Tentukan torelansi e dan iterasi maksimum N
d. Hitung f(a) dan. f(b)
e. Jika f(a) . f(b) > 0 maka proses dihentikan karena tidak ada akar, bila
tidak dilanjutkan
a+b
f. Hitung x =
2
g. Hitung f(x)
h. Bila f(x) . f(a) < 0 maka b = x dan f(b) = f(x), bila tidak a = x dan f(a)
= f(x)
i. Jika |b-a| < e atau iterasi > iterasi maksimum maka proses dihentikan
dan didapatkan akar = x, dan bila tidak, ulangi langkah 6.
F. Metode Regula Falsi
1) Pengertian Metode Regula Falsi
Metode regula falsi disebut juga metode Interpolasi Linear atau
metode Posisi Salah adalah metode yang digunakan untuk mecari akar-
akar persamaan nonlinear melalui proses iterasi. Metode regula falsi
merupakan metode pencarian akar persamaan dengan memanfaatkan
kemiringan dan selilih tinggi dari dua titik batas range. Solusi akar (atau
akar-akar) dengan menggunakan metode Regula Falsi merupakan
modifikasi dari Metode Bisection dengan cara memperhitungkan
‘kesebangunan’ yang dilihat pada kurva berikut:
12
Jika titik potong tersebut adalah tersebut adalah c, maka akar terletak
antara (a,c) atau (c, b).
Pb PR
=
bc RQ
Diketahui :
Tabel 1. Koordinat titik-titik pada Gambar 1
Koordina Titik koordinat
t
A (a, 0)
B (b, 0)
C (c, 0)
P (b, f(b))
Q (a, f(a))
R (c, f(c))
Sehingga
f ( b ) ( b−a )
c=b−
( f (b)−f ( a))
Persamaan di atas disebut sebagai persamaan rekursif dari metode
Regula Falsi. Nilai c merupakan nilai akar x yang dicari. Sehingga jika
dituliskan dalam bentuk yang lain, nilai akar x adalah sebagai berikut:
f ( b ) ( b−a )
x=b−
( f ( b )−f ( a ) )
Dengan kata lain titik pendekatan x adalah nilai rata- rata range
berdasarkan F(x).
13
Pada kondisi yang paling ekstrim |b – ar | tidak pernah lebih kecil dari
ε , sebab salah satu titik ujung selang, dalam hal ini b, selalu tetap untuk
iterasi r = 1,2,3,..... Titik ujung selang yang tidak berubah itu dinamakan
titik mandek (stagnan point). Pada titik mandek,
|br – ar | = |b – ar | , dimana r = 1,2,3,...
Yang dapat mengakibatkan program mengalami looping. Untyk
mengatasi hal ini, kondisi berhenti pada algoritma Regula-Falsi harus
ditambah dengan memeriksa apakah nilai f(x) sudah sangat kecil hingga
mendekati nol.
2) Algoritma Metode Regula Falsi
Algoritma Metode Regula Falsi secara singkat dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Definisikan fungsi f(x)
b. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b)
c. Tentukan toleransi error ( ε ) dan iterasi maksimum (n)
d. Tentukan nilai fungsi f(a) dan f(b)
e. Untuk iterasi I = 1 s/d n
f ( b ) ( b−a )
x=b−
( f ( b )−f ( a ) )
Hitung nilai f(x)
Hitung error = | f(x)|
14
a. Tentukan harga fungsi f (x i )
belum ditentukan)
BAB III
PEMBAHASAN
15
f(xi-1)
f(xi-1)
f(xi)
Xi+1 xi xi-1
Perhatikan segitiga BAE dan segitiga CDE pada gambar 1. Kedua segitiga
tersebut adalah sebangun, sehingga dapat kita tuliskan perbandingannya yaitu:
BA CD
=
AE DE
Diketahui bahwa koordinat dari masing-masing titik tersebut yaitu:
Tabel 1. Koordinat dari titik pada gambar 1
Titik Koordinat
A ( xi-1 ,0 )
B ( xi-1 , f(xi-1) )
C ( xi , f(xi) )
D ( xi , 0 )
E ( xi+1, 0 )
Kemudian dari persamaan diatas diperoleh:
f ( x i−1 )−0 f (x i )−0
=
x i−1 −x i+1 x i−x i+1
16
( xi+1 ).( f ( xi )−f ( x i−1 ))=f ( x i ).( xi−1 )−f ( x i−1 ).( x i )
f ( x i ).( x i−1 )−f (x i−1 ).(x i )
( xi+1 )=
f ( x i )−f ( x i−1 )
f ( x i ).( x i−1 )−f (x i−1 ).(x i )+( x i ). f ( x i )−( x i ). f ( x i )
( xi+1 )=
f ( x i )−f ( x i−1 )
( x i ). f ( x i )−f ( x i−1 ).( x i )−( x i ). f ( x i )+ f ( x i ).( x i−1 )
( xi+1 )=
f ( x i )−f ( x i−1 )
( x i ){f ( x i )−f ( x i−1 )}−f ( x i ){( x i )−( x i−1 )}
( xi+1 )=
f ( x i )−f (x i−1 )
( x i ).{f (x i )−f ( x i−1 )} f ( x i ). {( x i )−( x i−1 )}
( xi +1 )= −
f ( xi )−f ( x i−1 ) f ( x i )−f ( x i−1 )
Sehingga diperoleh rumus umum metode secant yaitu:
f ( x i )( x i −x i−1 )
x i+1 =xi −
f ( x i )−f ( x i−1 )
x i+1−x i
ε rh =| |
xi+1
17