Anda di halaman 1dari 85

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343547085

BUKU METNUM

Book · August 2020

CITATIONS READS

0 304

1 author:

Tanti Jumaisyaroh Siregar


State Islamic University of Sumatera Utara, Medan Indonesia
4 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

metode numerik View project

All content following this page was uploaded by Tanti Jumaisyaroh Siregar on 10 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENYUSUN :

TANTI JUMAISYAROH SIREGAR, S.Pd, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUMATERA UTARA MEDAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

penulisan buku ”METODE NUMERIK” ini. Shalawat dan salam penulis sanjungkan

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.

Buku ini ditulis dimaksudkan sebagai bahan bacaan dan buku penuntun bagi

mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidkan

(FITK) dalam mempelajari mata kuliah meode numerik. Isi buku ini terdiri dari Bab 1

mengenai pengantar metode numerik, Bab 2 teori galat, Bab 3 mengenaiakar suatu

persamaan, Bab 4 berisi mengenai interpolasi, Bab 5 mengenai diferensiasi numerik

serta Bab 6 mengenai integrasi numerik. Materi dalam buku ini disampaikan dengan

cara yang sederhana sehingga isinya mudah dipahami. Buku ini juga dilengkapi dengan

contoh soal dan soal-soal latihan yang berkaitan dengan materi setiap bab. Hal ini

dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari

secara optimal.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis menerima segala bentuk kritikan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan

buku ini selanjutnya. Akhir kata, semoga buku ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan manfaat bagi para pembacanya.

Medan, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………................................... ii

Daftar Isi…………………………………………................................... iii

BAB I Pengantar Metode Numerik ……………................................... 1

BAB II Teori Galat…….………………………...................................... 6

BAB III Akar Suatu Persamaan ………………................................... 17

BAB IV Interpolasi……………………………..................................... 46

BAB V Diferensiasi Numerik ……………...…..................................... 58

BAB VI Integrasi Numerik ……….................................…………….. 67

Daftar Pustaka…………………………………................................... 81

iii
BAB I
PENGANTAR METODE NUMERIK

1. Pengertian Metode Numerik


Seringkali kita menjumpai suatu model matematis yang berbentuk persamaan,
baik itu linier ataupun non-linier, sistem persamaan linier ataupun sistem persamaan
non-linier, differensial, integral maupun persamaan differensial biasa. Selanjutnya,
ditunjukkan atau bagaimana mencari penyelesaian dari model matematis tersebut.
Penyelesaian tersebut dapat berupa penyelesaian secara analitis atau bukan analitis.
Khusus penyelesaian secara analitis ini, model matematis tersebut diselesaikan
menggunakan teori atau metode dan analisa matematika yang telah ada sedemikian
hingga hasil yang diperoleh adalah penyelesaian eksak. Sedangkan untuk penyelesaian
bukan secara analitis, penyelesaian dari model matematis tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode pendekatan yang dikembangkan untuk menangani model
matematis tersebut sedemikian hingga penyelesaian yang diperoleh adalah penyelesaian
pendekatan. Sehingga, penyelesaian tersebut bukan penyelesaian eksak. Metode
pendekatan tersebut selanjutnya disebut Metode Numerik.
Metode Numerik merupakan metode untuk menyelesaikan problema matematika
secara numerik dengan menggunakan operasi-operasi aritmetika yang efisien yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan bantuan komputer atau secara manual. Metode
numerik tidak mengutamakan diperolehnya jawaban yang eksak (tepat), tetapi
mengusahakan metode pendekatan.

2. Metode Analitik vs Metode Numerik


Perbedaan utama antara metode numerik dengan metode analitik terletak pada
dua hal. Pertama, solusi dengan menggunakan metode numerik selalu berbentuk angka.
Sedangkan, dengan metode analitik yang biasanya menghasilkan dalam bentuk fungsi
matematik yang selanjutnya fungsi matematik tersebut dapat dievaluasi untuk
menghasilkan nilai bentuk angka.
Kedua, dengan metode numerik kita hanya memperoleh solusi yang
menghampiri atau mendekati solusi sejati sehingga solusi numeric dinamakan juga
solusi hampiran atau solusi pendekatan, namun solusi hampiran dapat dibuat seteliti

1
yang kita inginkan. Solusi hampiran jelas tidak tepat sama dengan solusi sejati,
sehingga ada selisih antara keduanya. Selisih inilah yang dinamakan dengan galat
(eror).

3. Tujuan Menggunakan Metode Numerik


Adapun tujuan menggunakan metode numerik adalah memperoleh metode
terbaik untuk memberikan jawaban yang berguna dari problema matematika dan
untuk menarik informasi yang berguna dari berbagai jawaban yang diperoleh.

4. Mengapa Menggunakan Metode Numerik ?


Metode numeric dapat memberikan cara penyelesaian persoalan matematika
dengan cepat dan akurat. Selain itu, terdapat alasan tambahan mengapa kita harus
mempelajari metode numerik yaitu :
1. Metode numerik merupakan alat bantu pemecahan masalah matematika yang sangat
baik. Metode numeric mampu menangani sistem persamaan besar dan geometri yang
rumit yang dalam praktek rekayasa seringkali tidak mungkin diselesaikan dengan
cara analitik.
2. Metode numerik menyediakan sarana untuk memperkuat kembali pemahaman
matematika. Karena, metode numeric ditemukan dengan menyedrhanakan
matematika yang lebih tinggi menjadi operasi matematika mendasar.

5. Bagaimana Tahapan Memecahkan Persoalan dengan Menggunakan Metode


Numerik ?
Adapun tahapan memecahkan persoalan dengan menggunakan metode numerik
adalah sebagai berikut :
1. Pemodelan
Ini adalah tahap pertama. Persoalan dunia nyata dimodelkan ke dalam persamaan
matematika.
2. Penyederhanaan Model
Model matematika yang dihasilkan dari tahap 1 mungkin saja terlalu kompleks
yaitu memasukkan banyak peubah (variable) atau parameter. Semakin kompleks
model matematikanya, semakin rumit penyelesaiannya. Mungkin beberapa andaian
dibuat sehingga beberapa parameter dapat diabaikan. Model matematika diperoleh

2
dari penyederhanaan menjadi lebih sederhana sehingga solusinya akan lebih mudah
dipeoleh.
3. Formulasi Numerik
Setelah model matematika yang sederhana diperoleh, tahap selanjutnya adalah
memformulasikan secara numerik, antara lain :
a. Menentukan metode numerik yang akan dipakai bersama-sama dengan analisis
galat awal yaitu taksiran galat, penentuan ukuran langkah dan sebagainya.
b. Menyusun algoritma dari metode numerik yang dipilih.
4. Pemrograman
Tahap selanjutnya adalah menerjemahkan algoritma ke dalam program komputer
dengan menggunakan salah satu bahasa pemrograman yang dikuasai.
5. Operasional
Pada tahap ini, program komputer dijalankan dengan data diuji coba dengan data
yang sesungguhnya.
6. Evaluasi
Bila program sudah selesai dijalankan dengan data sesungguhnya, maka hasil yang
diperoleh diinterpretasi. Interpretasi meliputi analisis hasil run dan
membandingkannya dengan prinsip dasar dan haisl-hasil empiric yang menaksir
kualitas solusi numeric, dan keputusanuntuk menjalankan kembali program untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.

6. Perbedaan Metode Numerik dan Analisis Numerik


Metode numerik dan analisi numerik adalah dua hal yang berbeda. Metode
adalah algoritma, menyangkut langkah-langkah penyelesaian persoalan secara numerik,
sedangkan analisi numeric adalah terapan matematika untuk menganalisis analisis galat
dan kecepaan konvergensi sebuah metode.
Tugas para analisis numeric ialah mengembangkan dan menganalisis metode
numerik termasuk didalamnya pembuktian apakah suatu metode konvergen dan
menganalisis batas-batas galat solusi numerik. Terdapat banyak sumber galat,
diantaranya tingkat ketelitian model matematika, system aritmetik computer dan kondisi
yang digunakan untuk menghentikan proses pencarian solusi. Semua ini harus
dipertimbangkan untuk menjamin ketelitian solusi akhir yang dihitung.

3
7. Analisis Galat
Analisis galat dalam suatu hasil numerik merupakan dasar semua perhitungan
yang baik. Data input jarang tepat, karena kebanyakan berdasarkan percobaan atau
taksiran.
Proses numerik membawakan beberapa macam galat, misalnya galat pembulatan atau
galat pemotongan suku-suku deret tak berhingga.

Contoh :

Diberikan persamaan kuadrat: x 2  0,4002x  0,00008  0


Akan dicari akar-akar persamaan tersebut. Dengan memakai aritmetik 4 angka
(dibelakang koma). Diperoleh:
 (0,4002) 2  4(0,00008) 
x1, 2    0,4002 
 2 
 
 0,1602  0,0003 
   0,4002  

 2 
 0,1599 
   0,4002  

 2 
 0,3999 
   0,4002  
 2 

Sehingga : x1  0,00015 x2  0,4

Tetapi,

x 2  0,4002  0,00008  ( x 2  0,4 x)  (0,0002x  0,00008)


 x( x  0,4)  0,0002( x  0,4)  ( x  0,0002)  ( x  0,4)

Sehingga: x1  0,0002 x2  0,4

Terlihat bahwa meskipun beda -0,00015 dan -0,0002 kecil tetapi kesalahan relatif dari -
1
0,0002 cukup besar, yaitu .
3

4
8. Keuntungan Menggunakan Metode Numerik

Adapun keuntungan menggunakan metode numerik yaitu:

1. Dalam hal jawaban masalah : diperoleh metode terbaik untuk memberikan jawaban
masalah yang berguna dari problem matematika.
2. Dalam hal penghayatan masalah : diperoleh informasi yang berguna dari berbagai
jawaban anda.

9. Kerugian Menggunakan Metode Numerik


Adapun kerugian menggunakan metode numerik yaitu :
1. Secara matematika : bersifat pendekatan atau penyederhanaan dari problema
matematika.
2. Secara perhitungan : proses komputasi adalah terbatas sehingga terjadi
pemotongan. Sering terjadi dalam algoritma yang dipakai telah terjadi pemotongan.

5
BAB II
TEORI GALAT

1. Pendahuluan
Di dalam pemakaian praktis, penyelesaian akhir yang diperlukan berbentuk
numerik. Misalnya set dari tabulasi data yang diberikan dan kesimpulan-kesimpulan
yang dimiliki gambar dari data tersebut, atau suatu sistem persamaan linear yang
diberikan dan suatu penyelesiaan dari sistem tersebut. Untuk menyelesaikan masalah
biasanya dimulai dengan sebarang data awal kemudian dihitung, kemudian dengan
langkah-langkah pengolahan tertentu dan akhirnya diperoleh suatu penyelesaian. Data
numerik adalah suatu aproksimasi (pendekatan) yang benar sampai dua, tiga, atau lebih
bilangan. Kadang metode yang digunakan merupakan suatu aproksimasi.
Oleh karena itu, pada metode numerik, selalu dihadapkan pada kekeliruan (eror)
dalam hasil perhitungan yang mungkin disebabkan oleh kekeliruan data, kekeliruan
metode atau kedua-duanya. Kekeliruan/galat/eror yaitu seberapa besar kesalahan yang
terjadi dan bagaimana terjadinya proses kesalahan tersebut. Kekeliruan/galat/eror terjadi
terutama pada penyelesaian numerik untuk soal matematika seperti : penyederhanaan
hasil numerik, data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran yang kurang akurat atau
karena pembulatan, nilai pendekatan pada metode numerik dan sebagainya. Sebagai
contoh penerbangan dari kota A ke kota B dikatakan jaraknya 100 km yang akan
ditempuh dalam 1 jam, tetapi dalam kenyataannya jarak tempunya adalah 1 + e jam
dimana e adalah kekeliruan/galat/eror karena jarak 1 km dan 1 jam adalah nilai
pendekatan.
MenganalisiS galat sangat penting di dalam perhitungan yang menggunakan
metode numerik. Galat berasosiasi dengan seberapa dekat solusi hampiran terhadap
solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya maka semakin teliti solusi numeric yang
didapatkan.

Ilustrasi
Sebelum memulai dengan topik tentang eror kekeliruan/galat, lihat contoh berikut ini :
(a) Untuk mencari salah satu akar dari persamaan
x 2  0,4002x  0,00008  0

6
Dengan menggunakan four-digits floating point arithmetic.
Dari rumus abc :

 b  b 2  4ac
x
2a
didapatkan jawaban -0,00015. Dengan floating point diperoleh akar -0,0002.
(b) Lihat sistem persamaan :
5x – 331 y = 3.5
6x – 397 y = 5.2
Persamaan akan memberikan nilai eksak masing-masing sebesar x = 331, 7 dan y =
5.000, tetapi bila ruas kanan untuk persamaan kedua diubah menjadi 5.1, maka x akan
menjadi 298.6 dan y = 4.5. Kedua garis tersebut hampir sejajar.

2. Teori Galat
Definisi 2.1

Misalkan p adalah pendekatan untuk nilai p,

 Galat absolut dari p : e abs (p) = p - p

p p 
 Galat relatif dari p : e rel (p) = 
,p0
p
Selanjutnya, jika tanda galat tidak dipertimbangkan maka galat mutlak

didefenisikan sebagai : e  p  p

Contoh :

1) x = 3,141592, x = 3,14
e abs (x) = 3,141592 -3,14 = 0,001592
0,001592
e rel (x) = ≈ 0,000507
3,14

2) y = 1000000, y =999996
4
e rel (y) = ≈ 0,000004
999996

3) z = 0,000012, z = 0,000009

7
e abs (x) = 0,000012 -0,000009 = 0,000003
0,000003
e rel (x) = ≈ 0,333333
0,000009
Pada contoh 1, e abs (x) dan e rel (x) sangat kecil dan tidak terlalu banyak berbeda

dan dapat dipakai untuk menentukan ketepatan dari x . Pada contoh 2, e abs (y) relative

besar jika dibandingkan dengan e rel (y) yang sangat kecil dan y masih dapat dikatakan
sebagai pendekatan yang baik untuk y. Selanjutnya pada contoh 3, e abs (z) adalah yang
terkecil dibanding e abs (x) dan e abs (y). Tetapi e rel (z) adalah yang terbesar jika

dibandingkan e rel (x) dan e rel (y) dan z adalah pendekatan yang jelek untuk z.
Definisi 2.2.

Bilangan p disebut mendekati p pada d digit yang signifikan bila d adalah bilangan
bulat positif yang terbesar atau nol yang memenuhi :

p p
10 d 
e rel ( p)  
 ,p0
2
p

Contoh :
Pada contoh sebelumnya :
10 2 
1. erel ( x)  0,000507  0,005000  dengan adalah yang terbesar. Jadi, x
2
mendekati x pada 2 digit yang signifikan.
10 5 
2. erel ( y )  0,000004  0,000005  dengan 5 adalah yang terbesar. Jadi, y
2
mendekati y pada 5 digit yang signifikan.
10 ( 0) 
3) erel ( z )  0,5.10 2  0,005000  . Jadi, z mendekati z pada 0 digit yang
2
signifikan.
Perambatan Galat
1. Operasi Penjumlahan
 
Misalkan p  p  eabs ( p) dan q  q  eabs (q)

8
 
maka p  q  ( p  q)  ( eabs ( p)  eabs (q)).

Jadi: eabs ( p  q)  eabs ( p)  eabs (q)

eabs ( p  q) eabs ( p) eabs (q)


 
  
  
p q p q p q
 
p eabs ( p) q eabs (q)
   
   
p q p p q q
Sehingga diperoleh :
 
p q
erel ( p  q)   
erel ( p)   
erel (q)
p q p q
2. Operasi Pengurangan
 
p  q  ( p  q)  ( eabs ( p)  eabs (q)).

Jadi: eabs ( p  q)  eabs ( p)  eabs (q)

eabs ( p  q) eabs ( p) eabs (q)


 
  
  
p q p q p q
 
p eabs ( p) q eabs (q)
   
   
p q p p q q
Sehingga diperoleh :
 
p q
erel ( p  q)   
erel ( p)   
erel (q)
p q p q
3. Operasi Perkalian
 
p.q  ( p  eabs ( p))( q  eabs (q))
   
= p q  p eabs (q)  q eabs ( p)  eabs ( p)eabs (q)

Jadi dengan asumsi: eabs ( p) eabs (q)  0 maka


 
eabs ( pq)  p abs (q)  q abs ( p)

eabs ( pq) p eabs (q) qeabs ( p) eabs (q) eabs ( p)
 
  
  
 
 
pq pq pq q p

9
Sehingga diperoleh :
erel ( pq)  erel ( p)  erel (q)
4. Operasi Pembagian

eabs ( p) p eabs (q)
eabs ( p / q)  
 
q q2
dan didapat :
eabs ( p / q) eabs (q) peabs (q) eabs ( p) eabs (q)
 
   
   
 
 
2
p/ q q ( p / q) q ( p/ q) p q
Jadi:
erel ( p / q)  erel ( p)  erel (q)

Contoh :
 
Diberikan data x = 2,718282, x  2,7182 , y = 3,141593 dan y  3,1416 . Carilah :

eabs ( x  y) dan : erel ( x  y) .


Solusi

 xx
eabs ( x)  x  x  0,000082, erel ( x)  
 0,000030
x

 y y
eabs ( y)  y  y  0,000082, erel ( y)  
 0,0000022
y
eabs ( x  y)  eabs ( x)  erel ( y)  0,000075
 
x y
erel ( x  y)   
erel ( x)   
erel ( y)
x y x y
2,7182 3,1416
 .0,000030  .(0,0000022)
5,8598 5,8598
 0,0000131916  0,000001179
 0,000012737

10
3. Nilai Pendekatan
3.1. Bilangan
Ada dua macam bilangan yaitu bilangan eksak dan bilangan aproksimasi
(pendekatan). Contoh-contoh bilangan eksak adalah 1,2,3,…1/2, 3/2, e,…dan
seterusnya. Bilangan-bilangan aproksimasi dinyatakan dengan bilangan yang
mempunyai derajat ketelitian. Jadi, nilai aproksimasi dari adalah 3,1416 atau
pendekatan yang lebih baik dari adalah 3,14159265. Tetapi kita tidak dapat menulis
secara eksak nilai dari π.
Selain itu, suatu bilangan dapat dinyatakan dalam bentuk decimal (bilangan dasar
10), binary (bilangan dasar 2) atau bentuk hexadecimal (bilangan dasar 16). Pada
perhitungan numerik biasanya suatu bilangan tidak dapat dinyatakan dengan angka yang
berhingga misalnya untuk pembagian 2/3 bila dinyatakan dalam bentuk desimal atau
bilangan 0.1 dalam bentuk hexadecimal tak berhingga. Bilangan irasional tidak dapat
dinyatakan dengan bilangan berhingga dalam bentuk desimal. Bilangan seperti ini dapat
dinyatakan dalam bentuk nilai pendekatan yaitu dengan menggunakan presisi tunggal
atau ganda.
3.2. Floating Point
1. Bilangan Fixed- Point dinyatakan sebagai bilangan tertentu (fixed number) dalam
bentuk desimal misalnya : 65.356, 0.023, 2.000 yang dinyatakan benar untuk 3
desimal.
2. Bilangan Floating-Point mempunyai bentuk seperti : 6,235 x 103, 1.302 x 10-2, 1.000
x 100 yang semuanya terdiri dari 4 angka. Bilangan yang sangat besar floating point
(misalnya kecepatan cahaya 2.99792 x 108 m/s, atau muatan 1,6022 x 10-19 Coloumb.
3. Angka Signifikan
Angka-angka yang menyatakan suatu bilangan disebut angka-angka signifikan.
Angka signifikan adalah angka bermakna, angka penting atau angka yang digunakan
dengan pasti.
Contoh :
1. Bilangan 3,1416; 0,66667 dan 4,0857 masing-masing memuat lima angka
signifikan.
2. Bilangan 0,0023 hanya mempunyai dua angka signifikan yaitu 2 dan 3,
karena nol hanya menentukan tempat dari titik desimal.

11
3. Selanjutnya, pada contoh berikut adalah bilangan yang semuanya terdiri dari 4
angka signifikan.
1360, 1.360, 0.001360
4. Pembulatan (Rounding)
Seringkali kita menginginkan menyingkat penulisan bilangan-bilangan yang besar
dan hal tersebut dapat dilakukan dengan memotong sampai seberapa angka bilangan
itu yang kita inginkan. Proses pemotongan bilangan itu disebut pembulatan. Untuk
membulatkan bilangan sampai ke n angka signifikan hilangkan setiap bilangan yang
ada disebelah kanan angka ke n dan bilangan yang dihilangkan tersebut:
a) Kurang dari 5 (setengah satuan) maka angka ke-n tidak berubah atau tetap.
b) Lebih besar dari 5 (setengah satuan) amak angka ke-n bertambah satu (satu satuan).
c) Tepat 5 (setengah bagian) maka angka ke-n bertambah satu (satu satuan) bila angka
ke n ganjil yang lainnya tetap.
Bilangan yang dibulatkan tersebut disebut teliti sampai n angka signifikan.
Contoh :
1) Pembulatan 1.25432 sampai 3,2 dan 1 desimal.
1.254 (3 desimal)
1.25 (2 desimal)
1.2 (1 desimal)
2) Bilangan-bilangan berikut dibulatkan sampai empat angka signifikan:
1,6583 ke 1, 658
30,0567 ke 30,06
0,859378 ke 0,8594
3,14159 ke 3,142
Contoh :
Jumlah dan Pengurangan
1.12 x 101 + 4,26 x 101 = 7.38 x 101
2.77 x 102 + 7.55 x 102 = 10.32 x 102→ 1.03 x 103
3.65 x 10-1 – 2,78 x 10-1 = 0.87 x 10-1→8.70 x 10-2
Pembagian
(5.43 x 101) / (4.55 x 102) = 1.19340... x 10-1→1.19 x 10-1
(-2.75 x 102) / (9.87 x 10-2) = -0.278622…x 104 → -2.79 x 103.

12
Perkalian
Diberikan a = 6.842 x 10-1, b = 5.685 x 101, c = 5.641 x 101.
Hitung a (b-c) !
a (b-c) = 6.842 x 10-1 (5.685 x 101- .641 x 101)
= 6.842 x 10-1 x 4.400 x 10-1 = 30.1048 x 10-2
= 3.01048 x 10-1.

3.3. Jenis-jenis Galat


Beberapa jenis kesalahan yaitu :
1. Galat relative (relative error) yaitu kesalahan absolute dibagi dengan nilai
sebenarnya. Karena nilai sebenarny tidak diketahui maka digunakan nilai
pendekatan :
ex
ix 
x
i x  galat relatif
ex  galat absolut
x  nilai pendekatan
2. Galat bawaan (inheren) yaitu kesalahan dari data sendiri. Kesalahan yang mungkin
terjadi karena pengamatan yang kurang tepat ataukah karena adanya kekeliruan.
Misalnya dalam pengukuran yaitu seharusnya panjang sama dengan 6,05 meter
ditulis 6 meter saja dan sebagainya.
3. Galat pemotongan yaitu galat yang ditimbulkan akibat penggunaan nilai pendekatan
sebagai pengganti formula eksask. Hal ini berarti pernyataan matematik yang lebih
kompleks diganti dengan formula yang lebih sederhana. Galat pemotongan ini
misalnya pada deret yang suku-sukunya tak berhingga sehingga hanya beberapa suku
pertama saja yang diambil.
x3 x5
sin x  x    ......x  dalam radian .
3! 5!
Bila akan dicari sin x untuk suatu harga x maka tidak mungkin mengambil semua
suku-suku dari deret tersebut, tetapi hanya beberapa suku pertama yang diambil.
Sehingga suku-suku lainnya yang masih tak berhingga diabaikan.

13
4. Galat Pembulatan
Perhitungan dengan menggunakan metode numerik selalu menggunakan bilangan riil.
Masalah yang timbul bila komputasi numerik dikerjakan oleh mesin karena semua
bilangan riil tidak dapat disajikan secara tepat di dalam komputer. Keterbatasan
computer dalam menyajikan bilangan riil menghasilkan galat yang disebut dengan
galat pembulatan. Sebagai contoh 1/6 = 0.166666666… tidak dapat dinyatakan
secara tepat oleh computer karena digit 6 panjangnya tidak terbatas. Komputer hanya
mampu mempersentasekan sejumlah digit saja. Bilangan riil yang panjangnya
melebihi jumlah digit yang dapat dipersentasekan oleh computer dibulatkan ke
bilangan terdekat. Misalnya bilangan 2/3 dinyatakan 0.66667 (5 desimal) dan
  3,1416 ( 5 desimal).
5. Blunder (mistakes) Blunder bukanlah suatu error. Misalnya bilangan 6238 dibaca
6328); bilangan 62238 dibaca 62338);

14
SOAL LATIHAN

1. Carilah galat absolute dan relative dari data dibawah ini. Tentukan juga banyaknya
digit yang signifikan dalam pendekatan masing-masing.

a) x = 3,56745676, x =3,5674

b) y = 87524, y = 87500

c) z = 0,0000075, y = 0,000007
2. Bulatkan bilangan-bilangan berikut kedua tempat desimal :
a. 48,21416 b. 2,3742 c.52,275
d. 2,375 e. 2,385 f. 81,225
3. Bulatkan bilangan berikut ke- 4 angka signifikan :
a. 38, 46235 b. 0,70029 c.0,0022218
d. 19,255101 e. 2,36425 f. 0,0314052
4. Diberikan a = 9.812 x 101, b = 4.631 x 10-1, c = 8.340 x 10-1. Hitung (a + b) + c dan
(a - b) + c.
5. Hitung f (x) = tan x – sin x untuk x = 0,1 (untuk 4 desimal). Bila f (x) dinyatakan
dalam bentuk 2 tan x sin2 (x/2). Hitung nilai f(x) !Mana yang lebih akurat dari
kedua ekspresi tersebut !
6. Untuk soal berikut, ambil tiga desimal dan gunakan pembulatan :
a) (-7.50 x 10-1) x (-4.44 x 101).
b) (-2.86 x 10-2) / (3.29 x 103).
7. Untuk soal berikut dengan 4 desimal dan hitung kesalahannya :
Diberikan a = 6.842 x 10-1 , b = 5.685 x 101, hitung a(b-c) dan ab-ac !
8. Diberikan beberapa bilangan floating point sebagai berikut :
a = 4.523123 x 10-4, b = 2.365401 x 10-1 , c = 5.520156x 10-5 d = 1,2,34567 x 10-3.
Hitunglah nilai :
a. a + b + c + d
b. a-c
c. ab-c
9. Hitunglah dengan lima angka signifikan nilai f (13.400) bila:
f ( x)  x  1000 x  0.1  x

15
10. Diketahui:

x  5,146872, x  5,1469

y  1,414123, y  1,4141
Berdasarkan data di atas, hitunglah :
a. eabs (x-y) dan erel (x-y) c. eabs(x/y) dan erel (x/y)
b. eabs (x+y) dan erel (xy)

16
BAB III
AKAR PERSAMAAN

1. Pendahuluan

Persoalan yang sering muncul dalam bidang matematika adalah mencari akar dari
suatu fungsi yang berbentuk f(x) = 0. Akar dari suatu fungsi yang berbentuk f(x) = 0
adalah titik potong dengan sumbu X, sehingga secara kasar dapat diperkirakan melalui
gambar (grafik fungsi).

2. Definisi
Diberikan suatu fungsi f dari R ke R yang kontiniu. Suatu bilangan x 0 R yang
memenuhi f (x0) = 0 disebut akar persamaan f (x) = 0 atau nilai nol dari fungsi f.
Contoh:
1. F (X) = 2x2 + 5x -3 dari R ke R adalah fungsi kontiniu. Karena 2x2 + 5x -3 = (2x-
1
1) (x+3) maka jelas bahwa x1  dan x2 = -3 adalah akar-akar dari persamaan F
2
(x) = 0 atau nilai-nilai nol dari fungsi F.
2. G (x) = x4- 9x3 - 2x2 + 120 x-130 dari R ke R adalah juga fungsi yang kontiniu.
Untuk mencari akar-akar persamaan G (x) = 0 adalah sulit sekali bila dilakukan
dengan cara analitik. Pada praktiknya kita cukup mencari pendekatan dari akar-akar
yang eksak.

3. Persamaan Tak Linear


Fungsi yang tidak linear mempunyai akar yang merupakan titik potong dengan
sumbu X.
Contoh :
Akar dari persamaan sin (x) – x + 1 = 0
Merupakan titik potong dari dua fungsi f (x) = sin x dan f(x) = x-1

17
4. Persamaan Aljabar
Bentuk umum persamaan kuadrat dinyatakan dengan :
ax2 + bx + c = 0
dimana akar-akarnya dapat dicari dengan rumus abc tetapi untuk polynomial
dengan derajat yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memfaktorkan. Fungsi
derajat tinggi biasanya belum tentu dapat difaktorkan, sebab itu secara praktis untuk
mencari akar-akarnya dapat dilakukan dengan metode numerik.
2. Akar Suatu Fungsi
Untuk mencari akar suatu fungsi dapat dilakukan dengan bebrapa metode antara lain:
1. Metode Iterasi
2. Metode Iterasi Fixed Point
3. Metode Bisection
4. Metode Regula Falsi
5. Metode Newton
6. Metode Secant
7. Metode Muller

4.1. Metode Iterasi

Metode ini sederhana dan mudah dimengerti namun memerlukan waktu yang
panjang misalnya mencari akar persamaan x3 + 2x – 2= 0

18
Iterasi X f(x) Iterasi X f(x)
1 0 -2 1 0.7 -0.257
2 0.1 -1.799 2 0.71 -0.22209
3 0.2 -1.592 3 0.72 -1.18675
4 0.3 -1.373 4 0.73 -0.15098
5 0.4 -1.136 5 0.74 -0.11478
6 0.5 -0.875 6 0.75 -0.07813
7 0.6 -0.584 7 0.76 -0.04102
8 0.7 -0.257 8 0.77 -0.00347
9 0.8 0.112 9 0.78 0.00345
10 0.9 0.529 10 0.79 0.073039

Akar diantara 0.7 dan Akar diantara 0.77 dan


0.8 0.78

19
Iterasi X f(x) Iterasi x f(x)
1 0.77 -0.00347 1 0.77 -0.00347
2 0.771 0.000314 2 0.7701 -0.00309
3 0.772 0.0041 3 0.7702 -0.00271
4 0.773 0.00789 4 0.7703 -0.00233
5 0.774 0.011685 5 0.7704 -0.00196
6 0.775 0.015484 6 0.7705 -0.00158
7 0.776 0.019289 7 0.7706 -0.0012
8 0.777 0.023097 8 0.7707 -0.00082
9 0.778 0.026911 9 0.7708 -0.00044
10 0.779 0.030729 10 0.7709 -6.4E-0.5
11 0.771 0.000314
Akar diantara 0,77 dan 0,771
Akar diantara 0,77 dan 0,771
Jadi, akarnya adalah 0.7709

4.2. Metode Fixed Point


Definisi :
Metode Fixed Point adalah suatu bilangan P sedemikian sehingga P =
g (P).
Fixed Point bukanlah akar dari persamaan g (x) = 0 tetapi suatu penyelesaian dari
persamaan x = g(x).
Secara geometris Fixed Point adalah titik potong dari dua fungsi linear y = x dan fungsi
non linear y = g (x). Metodenya sebagai berikut :
Po nilai awal
P1 = G (Po)
P2 = G (P1)
Pn+1 = g (Pn) . Iterasi ini dinamakan Iterasi Fixed Point.
Teorema bila :
a. P adalah Fixed Point dari g.
b. g dan g’ berada dalam interval (a,b) atau g.g’∊ (a,b).
c. g(x) ∊ (a,b) untuk semua ∊ (a,b).

20
maka :
Pn konvergen pada suatu titik bila g’ (x) < 1 untuk semua x ∊ (a,b).
Pn tidak konvergen pada suatu titik bila g’ (x) > 1 untuk semua x ∊ (a,b).

Contoh 1:
Cari akar positif dari persamaan x2+ 2x -1 = 0
Jawab :
1  2x 2
Persamaan diubah dulu menjadi : x 
2
Ambil perkiraan akar 0.2
n Pn n Pn
0 P0 = 0.2 1  2(0.348) 2
3 P3 =  0.42596
1  2(0.2) 2 2
1 P1 =  0.48 2
2 1  2( 0.4142128)
15 P15=  0.414213
1  2(0.48) 2 2
2 P2 =  0.348
2

1  2x 2
f ( x)  p0 = 0.2
2

21
P1 = 0.48
P2 = 0.3848
P2 = 0.3848
P3 = 0.42596
Fixed point : 0.414213
Contoh 2 :
Selesaikan persamaan x - e-x = 0 dengan menggunakan Fixed Point dengan 10 iterasi
atau sampai tiga angka dibelakang koma tidak berubah.
Jawab :

f(x) = x - e-x
Ubah terlebih dahulu ke dalam bentuk x = g(x), sehingga diperoleh x = -e-x.
misal kita ambil titik awalnya x1 = 0.5, maka iterasinya adalah xn+1 = - e-xn akan
diperoleh
 x1 = 0.5 (penentuan titik awal)
f(x1) = 0.5 – e-0.5 = -0.1065
 x2 = g(x1) = e-0.5 = 0.6065 (iterasi pertama)
f(x2) = 0.6065 – e-0.6065 = 0.0612
 x3 = g(x2) = e-0.6065 = 0.5452 (iterasi ke-2)
f(x3) = 0.5452 – e-0.5452 = -0.0345
 x4 = g(x3) = e-0.5452 = 0.5797 (iterasi ke-3)
f(x4) = 0.5797 – e-0.5797 = 0.0196
dan seterusnya hingga,
 x9 = g(x8) = e-0.5664 = 0.5675 (iterasi ke-9)
f(x9) = 0.5 – e-0.5 = -0.1065
 x10 = g(x9) e-0.5675 = 0.5669 (iterasi ke-10)
f(x10) = 0.5 – e-0.5 = -0.1065
sehingga apabila ditulis dalam bentuk tabel akan diperoleh:
N xn g(xn-1) f(xn)
1 0.5 0.6065 -0.1065
2 0.6065 0.5452 -0.0612
3 0.5452 0.5797 -0.0345

22
4 0.5797 0.5600 0.0196
5 0.5600 0.5712 -0.0112
6 0.5712 0.5648 0.0006
7 0.5648 0.5684 -0.0003
8 0.5684 0.5664 0.00019
9 0.5664 0.5675 -0.00011
10 0.5675 0.566 0.00005

Jadi, hampiran akar yang diperoleh menggunakan metode iterasi fixed point adalah
0.5675.
Contoh 3 :
Carilah akar persamaan berikut dengan menggunakan metode iterasi.
f ( x)  x 3  x 2  1
Jawab:
f ( x)  x 3  x 2  1

x3  x 2 1  0
x 2 ( x  1)  1
1
x2 
( x  1)
1
x
x 1

1
g(x)=
xn  1
Ambil sembarang x0 = 0.5

1
x1   0.81649
0.5  1

1
x2   0.74196
0.81649  1

1
x3   0.75767
0.74196  1

1
x4   0.75427
0.75767  1

23
1
x5   0.75500
0.75427  1

1
x6   0.75485
0.75500  1

1
x7   0.75488
0.75485  1

Jadi, hampiran akar yang diperoleh menggunakan metode iterasi fixed point adalah
0.7488.

4.3. Metode Bisection


Teorema :
Bila f kontinu untuk x diantara a dan b dan jika f (a) dan f(b) berlainan tanda yaitu satu
positif dan satu negatif maka terdapat paling sedikit satu akar real dari : f(x) = 0 diantara
a dan b.
Andaikan f kontiniu dimana f negatif di x = a dan f positif di x = b jadi terdapat paling
 a  b 
sedikit satu akar diantara a dan b. Selanjutnya dihitung f   yaitu harga fungsi
 2 
pada pertengahan a dan b. Ada 3 kemungkinan yang terjadi yaitu :
 a  b  a  b 
1. f   = 0 berarti merupakan akar.
 2  2

 a  b  a  b 
2. f   < 0 berarti akar terletak diantara dan b.
 2  2

 a  b  a  b 
3. f   > 0 berarti berarti akar terletak diantara a dan .
 2  2
Algoritma untuk metode bisection : Misalkan f(x) kontinu diantara a dan b dimana a < b
dan f(a) * f(b) < 0.
Pada interval [a,b] cari titik tengah yaitu x1.
Bila f (x1) = 0 maka x1 merupakan akar dan sebaliknya bila f(x1) * f(b) < 0 maka a = x1
atau bila f(a) * f(x1) > 0 maka b = x1.
Ulangi langkah 2 dan 3 hingga didapat f(x i) = 0 atau f ( xi )   (suatu bilangan positif
yang cukup kecil sebagai toleransi).

24
Untuk iterasi ke i dimana I = 1,2,3,….n lebar interval
xi  0.5 xi 1  (0.5) i (b  a ) dan titik tengah yang baru adalah : xi  ai 1  xi .

Contoh 1:
F (x) = x2-5

a = 2, b = 3
ab
x  2.5
2
f (x) = 2.52-5 = 1.25

25
a = 2, b = 2.5
ab
x  2.25
2
f (x) = 2.252-5 = 0.0625
a = 2, b = 2.25
ab
x  2.125
2
f (x) = 2.1252-5 = -0.484375
a = 2.125, b = 2.25
ab
x  2.1875
2
f (x) = 2.18752-5 = -0.2148437
a = 2.1875, b = 2.25
ab
x  2.1875
2
f (x) = 2.218752-5 = -0.07714838
a = 2.21875, b = 2.25
ab
x  2.23473
2
f (x) = 2.234732-5 = -0.007568359
Contoh 2:
Hitung = 2 – x2.
Misalkan f (x) = 2 – x2.
Maka : f(1) = 1 dan f(2) = -2
Jadi akar terletak antara x1 dan x2= 2
Titik tengah xn = 1.5 dan f (xn) = -0.25
f(a) = 1 dan f(2) = -2
N an bn xn= (an +bn)/2 f (xn)
1 1 2 1.5 0.25
2 1 1.5 1.25 0.4375
3 1.25 1.5 1.375 0.109375
4 1.375 1.4375 1.4375 -0.06641

26
5 1.375 1.4375 1.40625 0.0224661
6 1.40625 1.421875 1.42875 -0.02173
7 1.40625 1.421875 1.4140625 0.000427
8 1.414063 1.421875 1.41796875 -0.01064
9 1.414063 1.417969 1.416015875 -0.0051
10 1.414063 1.416016 1.415039438 -0.00234

Akar dari 2 adalah 1.4150

Contoh 3 :
Cari akar dari f (x) = x3+ 3x -5 yang ada dalam interval {a=1, b = 2] dengan   0,001.
I A X B f(a) f(x) f(c)
1 1 1.5 2 -1 2.875 9
2 1 1.25 1.5 -1 0.703125 2.875
3 1 1.125 1.25 -1 -0.201170 0.703125
4 1.125 1.1875 1.25 -0,201171875 0.237060 0.703125

5 1.125 1.15625 1.1875 -0,201171875 0.014556 0.237060

6 1.125 1.140625 1.15625 -0,201171875 -0.09414 0.014556

7 1.40625 1.1484375 1.15625 -0.094142913 -0.040003 0.014556

8 1.484375 1.15234375 1.15625 -0.040003299 -0.0127759 0.014556

9 1.1523437 1.154296875 1.15625 -0.012775957 0.00087725 0.014556


5

Jadi akarnya adalah 1.154297.

4.4. Metode Regula Falsi


Pada metode ini andaikan f(x) kontinu kemudian pilihan a dna b sedemikian
hingga a < b dan f (a) * f(b) < 0. Prosedure Regula Falsi adalah sebagai berikut :
1. Ambil interval [a,b] dan tentukan x1

27
2. Bila f(x1) = 0 maka x1 merupakan akar sebaliknya bila f(x1) * f(b) < 0 maka ambil a
= x1 dan bila f(a) * f(x1) < 0 maka ambil b = x1.
3. Ulangi langkah 2 di atas sampai didapat f(x 1) = 0 atau f ( xi )   (suatu bilangan

positif yang cukup kecil sebagai toleransi).

Secara grafis bila akar dalam interval [a, xi] maka garis interpolasi berikutnya adalah
yang menghubungkan (a, f(a)) dan (xi, f(xi)) atau bila akar dalam interval [xi,b] maka
garis interpolasi berikutnya adalah yang menghubungkan (x i, f(xi)) dan (b, f(b)).
Pada kurva y = f (x) (bukan garis lurus) dibuat garis lurus yang menghubungkan (a,
f(a)) dan (b, f(b)) yaitu :
y  f (a ) xa

f (b)  f (a ) b  a
Garis ini memotong sumbu X di (x,0) didapat :
 f (a ) xa

f (b)  f (a ) b  a
atau
af (b)  bf (a )
x
f (b)  f (a )
Andaikan f(a) bertanda negatif dan f (b) bertanda positif maka ada tiga kemungkinan
yaitu :
1. f (x) = 0 maka x merupaka akar,

28
2. f(x) < 0 akar diantara x dan b,
3. f(x) > 0 akar diantara x dan a.
Pada kasus 1, proses berakhir yaitu akar sudah diperoleh sedang pada kasus 2 atau
3 proses diulangi sampai didapat akar yang diinginkan.

Contoh 1:
Carilah akar persamaan f(x) = x 3  2 x  5 dengan menggunakan Regula Falsi dimana
akar diantara x0 = 2 dan x1 = 3.
Jawab:
a = 2 dan b = 3
f(x) = x 3  2 x  5
f(2) = 23  2(2)  5  1

f(3)= 33  2(3)  5  16
af (b)  bf (a )
x
f (b)  f (a )
2 f (3)  3 f (2)
x1 
f (3)  f (2)
2(16)  3(1)
x1 
16  (1)
35
x1 
17
x1  2,058
f (2,058) = (2,058)3 – 2(2,0583) -5 = -0,4 < 0
a = 2,058 dan b = 3
2,058 f (3)  3 f (2,058)
x2 
f (3)  f (2,058)
2,058(16)  3(0,4)
x2 
16  (0,4)
32,928  1,2
x2 
16,04
x2  2,081
f (2,081) = (2,081)3 – 2(2,081) -5 = -0,15< 0

29
a = 2,081 dan b = 3
2,081 f (3)  3 f (2,081)
x3 
f (3)  f (2,081)
2,081(16)  3(0,15)
x3 
16  (0,15)
323,96  0,45
x3 
16,15
x3  2,093
f (2,093) = (2,093)3 – 2(2,093) -5 = -0,017 < 0
Akar persamaan tersebut adalah 2,093.

Contoh 2:
Cari akar dari persamaan x3 + x2 – 1= 0 yang ada di dalam interval [f(0.7)-f(0.8)] ambil
a = 0.7 dan b = 0.8

af (b)  bf (a )
x
f (b)  f (a )

30
A b f(a) f(b) x

0.7 0.8 -0.167 0.152 0.7523511

0.7523511 0.8 -0.0081129 0.152 0.75476546

0.75476546 0.8 -0.000361179 0.152 0.7548726

0.75487269 0.8 -1.60154E-05 0.152 5

0.75487745 0.8 -7.1031E-07 0.152 0.75487766

0.75487766 0.8 -3.14784E-08 0.152 0.75487767

Akarnya adalah 0,75487767

Contoh 3 :
Cari akar dari 2x – log x – 7 = 0 yang ada diantara 3.5 dan 4 dengan menggunakan
metode Regula Falsi .
2x – log x – 7 = 0 (catatan log x = 0.43429 ln x)

af (b)  bf (a )
x
f (b)  f (a )
a = 3.5 , b = 4

31
f(4) = 0.39794
f(3.5) = -0.54407
3.5(0.39794)  4( 0.54407)
x1   3.78878
0.39794  ( 0.54407)
a = 3.78878, b = 4
f (3.78878) = 7.57756-0.57850 -7 = -0.00104
3.78878 f (4)  4 f (3.78878)
x2 
f (4)  f (3.78878)
3.78878x0.39794  4( 0.00104)
  3.78934
0.39794  ( 0.00104)
Jadi, akarnya adalah 3.78934 . (f(x2)) = 0.000116 cukup kecil.

4.5. Metode Newton Raphson


Sekitar tahun 1669, Isaac Newton (1643-1727) memberikan sebuah algoritma untuk
menyelesaikan persamaan f(x) = 0. Sebagai ilustrasi diberikan persamaan y3- 2y – 5 = 0.
Untuk mencari akar yang tepat maka pertamakali diambil harga awal yaitu y  2
sehingga akarnya menjadi y = 2 + p kemudian disubsitusi ke persamaan dan didapat :
p3 + 6p2 +10p -1 = 0
Karena p kecil maka suku p3 + 6p2diabaikan sehingga 10 p-1 = 0 yang akan
memberikan harga p  0,1 sehingga akar akan menjadi y  2,1 Langkah ini diulangi dan
akan memberikan p  0,1  q kemudian subsitusi lagi kepersamaan dan didapat :
q3 + 6.3q2 + 11.23 q + 0.061 = 0. Dari persamaan di atas akan menghasilkan
0,061
q  0.0054 sehingga harga y yang baru adalah Selanjutnya proses
11,23
dilanjutkan lagi sampai diperoleh harga y  2,0946 yang diinginkan.
Dengan pengembangan dari proses ini akhirnya didapat seperti berikut :
Andaikan x0 merupakan nilai pendekatan dari akar f (x) = 0 dan selisih dari nilai
sebenarnya dengan nilai pendekatan yaitu : x = x0 + h.
Dengan menggunakan deret Taylor disekitar x0 diperoleh :
h2
f (a )  f ( x0  h)  f ( x0 )  hf ' ( x0 ) 
2!
Dimana x  x0   h, 0    1 yang terletak diantara α dan x0 .

32
Dengan mengabaikan sisa dan f (α) – 0
f ( x0 )  hf ' ( x0 )  0
Atau
f ( x0 )
h
f ' ( x0 )
Sehingga diperoleh :
f ( x0 )
x1  x0 
f ' ( x0 )
Yaitu suatu nilai yang lebih baik dari akar perkiraan semula. Proses diulangi sehingga
didapat bentuk umum:
f ( xn )
xn 1  xn 
f ' ( xn )

Secara geometris diperlihatkan bahwa garis singgung dari titik awal (x 0, f(x0))
memotong sumbu X di titik (x1, 0) kemudian dari titik (x0, f(x0)) dibuat garis singgung
lagi. Proses ini diulangi sampai diperoleh nilai xn yang diinginkan. Dalam bentuk
persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
y - f(xn) = f’(xn) (x-xn)
karena memotong sumbu X di (xn+1, 0) maka :
f(xn) = f’ (xn) (xn+1-xn)
sehingga

33
f ( xn )
xn 1  xn 
f ' ( xn )
Konvergensi
Bentuk umum di atas dapat ditulis dalam bentuk :
xn1   xn 

Pada metode iterasi, ini akan konvergen bila  ' xn   1 karena itu untuk metode

Newton Raphson

 xn   1 
 f ' ( x)2  f ( x) f ' ' ( x)  f ( x) f ' ' ( x)
 f ' ( x)2  f ' ( x)2
Sehingga untuk konvergensi untuk Newton Raphson adalah : f ( x ) f ' ' ( x )   f ' ( x )
2

Sebagai ilustrasi yaitu mencari dengan menggunakan metode Newton.


Misalkan f(x) = x2-2
Garis singgung pada titik (xn, f(xn)) memotong sumbu X dititik (xn+1, 0) sehingga
koefisien arah dari f(x) yaitu f’(x):

xn  2
2
 f ' ( xn )  2 xn
xn  xn 1

x 2 x 2
2 2
xn  xn 1  n  xn 1  xn  n
2x 2 xn
1 2
xn   xn  
2 xn 

34
Akar dari 2 ada diantara 1 dan 2, untuk itu dimisalkan (x n = 2)
x1  2
1 2 3
x2  (2  )   1.5
2 2 1
1 3 4 17
x3  (  )   1.416666667
2 2 3 12
1 17 24 577
x4  (  )   1.41421568
2 12 17 408
Sehingga akar persamaan tersebut 1.41421568

Contoh 1:
Untuk soal berikut cari akar dengan menggunakan Metode Newton’ Rapshon.
1. Cari akar f (x) = x3-19
Jawab :
f ( x )  x 3  19, fi( x )  3x 2
f ( xn )
xn 1  xn 
f ' ( xn )
x1  3
33  19
x2  3   2.7037
3(3) 2
2703.7 3  19
x3  2.7037   2.66886
3(2.7037) 2

2.668863  19
x4  2.66886   2.6684
3(2.66886) 2
2.66843  19
x5  2.6684   2.6684
3(2.6684) 2
Jadi akarnya adalah 2.6684
Contoh 2:
 
Cari akar dari : f (x) = tg x – (3x + 1),  x
2 2
Jawab :
f ( x )  tgx  (3x  1), fi( x )  sec 2 x  3
f ( xn )
xn 1  xn 
f ' ( xn )

35
x1  0.5
tg( 0.5)  (3( 0.5)  1)33
x2  0.5   0.52665
sec 2 ( 0.5)  3
tg( 0.52665)  (3( 0.52665)  1)33
x3  0.52665   0.5275
sec 2 ( 0.52665)  3
tg( 0.5275)  (3( 0.5275)  1)33
x4  0.5275   0.5275
sec 2 ( 0.5275)  3
Jadi akarnya adalah -0.5275
Contoh 3:
Cari akar dari f(x) = e2x + 5x
Jawab :

36
f(x) = e2x + 5x
f’(x) = 2e2x + 5
x0 = -0.5
f ( xn )
xn 1  xn 
f ' ( xn )

x1  0.5
e 2( 0.5)  5( 0.5)
x2  0.5   0.12828
2(e 0.5 )  5
e 2( 0.12828)  5( 0.12828)
x3  0.12828   0.14849
2(e 0.12828)  5
e 2( 0.14849)  5( 0.14849)
x4  0.14849   0.14858
2(e 0.14849)  5
e 2( 0.14858)  5( 0.14858)
x5  0.14858   0.14858
2(e 0.14858)  5
Jadi akarnya adalah -0.14858

4.6 Metode Secant


Seperti pada metode sebelumnya dimana dipilih x 1 dan x2 kemudian dari kedua
titik tersebut dibuat garis yang memotong sumbu X. Selanjutnya dicari akar
pendekaatan x23,… yaitu :
xn  xn 1
xn 1  xn  f ( xn )
f ( xn )  f ( xn 1 )

37
Contoh 1:
Cari akar yang ada diantara 2.8 dan 3 dari persamaan :
f(x) = 4x3-16x2+17x-4
xn  xn 1
xn 1  xn  f ( xn )
f ( xn )  f ( xn 1 )

x2  3  4(3)3  16(3) 2  17(3)  4)


 (3  2.8) 
  Dalam bentuk tabel
 (4(3)3  16(3)  17(3)  4)  (4(2.8)3  16(2.8) 2  17(2.8)  4 
 2.562798
diberikan sebagai berikut :

xn-1 xn xn+1 xn- xn-1 f(xn) f(xn-1)


2,8 3 2,5628 0,2 11 5,9680
2,56280 2,8 2,45956 0,23720 5,96800 1,80980
2,45960 2,56280 2,41597 0,10320 1,809804453 0,53779
2,41600 2,45960 2,40742 0,04360 0,5377864829 0,08841
2,40740 2,41600 2,40681 0,00860 0,0884131840 0,00567
2,406800 2,40740 2,40680 0,00060 0,0056705489 (0,000031)

38
Jadi akarnya adalah 2.40680 (benar sampai 5 desimal)

Contoh 2:
Carilah akar yang ada diantara 1 dan 2 dari persamaan :
f(x) = cos (2x-1)
Jawab:
xn  xn 1
xn 1  xn  f ( xn )
f ( xn )  f ( xn 1 )
x0 = 1,1 dan x1=1
 (1,1  1) 
x2  1.1  (cos(2(1,1)  1)  
 (cos(2(1,1)  (cos(2(1)  1) 
 1.3036352
Dalam bentuk tabel disajikan sebagai berikut :
xn-1 xn xn+1 xn- xn-1 f(xn) f(xn-1)
1.3036352 1 1.1 0.1 0.3623577 0.5403023

1.2600263 2.3036352 1 -0.303635 1 -0.1677091

1.2646294 1.2600263 1.3036352 0.0436088 -0.1677091 0.0197913

1.2646583 1.2646294 1.2600263 -0.004603 0.0197913 0.0001233

1.2646582 1.2646583 1.2646294 -2.886E-05 0.0001233 -1.126E-07

1.2646582 1.2646582 1.2646583 2.634E-08 1.126E-07 6.288E-13

Jadi akarnya adalah 1,264658.


Contoh 3 :
Gunakan metode Newton Raphson untuk menghitung akar dari persamaan :
y  x 3  x 2  3x  3
Hasil hitungan ditabelkan sebagai berikut :

39
Iterasi xi f(xi) f’(xi)
1 2 3 13
2 1,769231 0,360492 9,928994
3 1,732924 0,008267 9,474922
4 1,732051 4,72 E-06 9,464108
5 1,732051 1,54E-12 9,464102

Diperoleh akar persamaan x = 1,732051.

4.7. Metode Muller


Metode ini pertama kali dipresentasikan oleh D.E. Muller pada tahun 1956.
Teknik ini dapat digunakan untuk program pencarian akar apa pun tetapi sangat berguna
untuk mendekati akar polinomial. Metode Muller adalah perpanjangan dari Metode
Secant.
Semua metode yang telah kita pelajari sebelumnya sejauh ini adalah dengan
mendekati suatu nilai akar dengan menggunakan sebuah garis lurus. Metode muller
menggunakan suatu polinomial untuk dapat menghampiri nilai akar yang hendak dicari.
Metode Muller menggunakan tiga perkiraan awal x 0, x1, x2 dan menentukan perkiraan
x3 berikutnya dengan mempertimbangkan perpotongan sumbu-x dengan parabola
melalui (x0, f (x0)), (x1, f (x1)) dan (x2, f (x2)). Seperti dapat dilihat pada gambar berikut.

f 2 ( x)  a( x  x2 ) 2  b( x  x2 )  c (1)

40
Prosedur Muller dimulai dengan menuliskan sebuah persamaan kuadrat yang
melewati 3 buah titik tersebut, dalam bentuk berikut:
a ( x 0  x 2 ) 2  b( x 0  x 2 )  c  f 2 ( x 0 )  f ( x 0 ) (2)

a( x1  x2 ) 2  b( x1  x2 )  c  f 2 ( x1 )  f ( x1 ) (3)

a( x2  x2 ) 2  b( x2  x2 )  c  f 2 ( x2 )  f ( x2 ) atau
(4)
c  f ( x2 )
Dari persamaan (4) diperoleh c  f ( x2 ) lalu kita subsitusikan ke persamaan (2) dan
(3) sehingga diperoleh :
a( x0  x2 ) 2  b( x0  x2 )  f ( x0 )  f ( x2 )  f 0  f 2 (5)

a( x1  x2 ) 2  b( x1  x2 )  f ( x1 )  f ( x2 )  f1  f 2 (6)

Selanjutnya, kita peroleh h0  x0  x2 dan h1  x1  x2 dan . Subsitusi ke persamaan (5)

dan (6) sehingga diperoleh :


ah0  bh0  d 0
2

ah1  bh1  d1
2

Selesaikan persamaan di atas sehingga diperoleh :


d 0 h1  d1h0
a
h0 h1 (h0  h1 )
d1h0  d 0 h1
b
h0 h1 (h0  h1 )
c  f ( x2 )
Setelah menghitung a, b dan c maka dapat diperoleh suatu akar yang terletak didekat
titik tengah x0. Nilai ini adalah :
2c
xr  x0 
b  b 2  4ac
Dengan tanda ± pada bagian penyebut diambil sehingga memberikan nilai terbesar bagi
penyebut (atau jika b>0 maka pilih +, dan jika b < 0 pilih -). Setelah diperoleh xr
terletak di sebelah kanan x0, ambil x0, x1 dan xr. Jika xr terletak di sebelah kanan x0,
ambil x0, x1 dan xr. Jika xr terletak sebelah kiri x0 ambil x0, x2 dan xr.
Contoh 1:

41
Temukan sebuah akar antara 0 dan 1 dari fungsi transeden berikut :
f (x) = 3x + sinx - ex
Jawab :
Ambil :
x0 = 0, f0 = -1 h1 = -1 d0 = -2.12319
x1 = 0.5, f1= 0.330704 h2 = -0.5 d1 = -0.78615
x2 = 1.0, f2 = 1.12319
Sehingga :
d 0 h1  d1h0 0.275445
a   1.1078
h0 h1 (h0  h1 )  0.25
d1h0  d 0 h1  0.25535
b   1.02141
h0 h1 (h0  h1 )  0.25
c = 1.12319
sehingga :
 2 x 1.1239
x3  1.0 
1.02141 5.99311
 0.35254
Untuk iterasi selanjutnya :
x0 = 0.5 f0 = 0.330704 h1 = 0.14746 d0 = 0.35048
x1 = 1.0 f1= 1.12319 h2 = 0.64746 d1 = 1.14296
x2 = 0.35254 , f2 = -0.019774
d 0 h1  d1h0 0.0584
a   1.22336
h0 h1 (h0  h1 )  0.04774

d1h0  d 0 h1 0.12207
b   2.55697
h0 h1 (h0  h1 )  0.04774
c = -0.019774
sehingga :
 2 x  0.019774
x3  0.35254 
2.55697  6.44133
 0.36030
Untuk iterasi selanjutnya:
x0 = 1.0 f0 = 1.12319 h1 = 0.6397 d0 = 1.12349
x1 = 0.35254 f1= -0.019774 h2 = -0.0078 d1 = -0.01947

42
x2 =0.36030 f2 = -0.00030
d 0 h1  d1h0 0.0037
a   1.14295
h0 h1 (h0  h1 )  0.00323
d1h0  d 0 h1  0.008036
b   2.48786
h0 h1 (h0  h1 )  0.00323
c = -0.0003
sehingga :
 2 x  0.0003
x3  0.3603 
2.48786  6.18808
 0.3604
Jadi, akar persamaan tersebut adalah 0.3604.

43
SOAL LATIHAN

1. Dengan menggunakan metode iterasi carilah akar dari persamaan


x 5  3x 4  10x 3  10 x 2  44 x  48.

2. Cari akar persamaan sin x  1  x 3 diantara (-2,-1) dengan menggunakan fixed point
3. Gunakan iterasi fixed point untuk mencari akar f ( x)  x 4  x  0.12  0 dengan
mengambil x0 = 1.
4. Bila f(x) = f ( x)  x 3  2 x 2  3x  4  0
Nyatakan x = g (x) untuk (x3-f)3.
5. Carilah akar persamaan dari f(x) = x4-9x4-2x2 + 120x -130 dengan menggunakan
metode bisection yang terletak pada interval [1,2].
6. Diberikan G (X) = x sin x -1. Bilangan x0 adalah akar dari G yang terletak dalam

interval [0,2]. Carilah akar pendekatan x0 dengan metode belah dua, sedemikian

 

sehingga  x0  x0   0,02 . Gunakan perhitungan 4 angka desimal di belakang koma.
 
7. Carilah akar persamaan berikut ini :
a. sin x = 0 (petunjuk sin (1) > 0 dan sin (4) < 0)
b. f (x) = (x-3) (x+4) = 0, (f(1) < 0 dan f (4) > 0)
c. f (x) = x5+5x+1 =0, (f (-1) < 0 dan f(1) > 0)
8. Hitung akar dari persamaan berikut dengan menggunakan metode regula falsi :
a. f(x) = 2 sin x + x-2 iterasi berhenti setelah
[f(x)] < 5 *10-5.
b. 3 sin x = x + 1
c. f (x) = cos x + x = 0 iterasi berhenti setelah
[f(x)] < 4 *10-6.
d. x. ex = 3
9. Carilah akar pendekatan dari persamaan f (x) = x3-93 = 0 dengan nilai awal x0 = 3
sedemikian sehingga f ( xk )  0,00001 dengan menggunakan metode Regula Falsi.

44
10. Carilah akar persamaan f (x) = x3+ 2x2 + 10x -20 dimana a = 1 dan b = 2 dengan
menggunakan metode regula falsi.
11. Cari akar dari persamaan berikut dengan menggunakan metode Raphson
Newton.
a. f(x) = x3+ x-1
b. 100(1-e-0.2x)
12. Gunakan metode secant untuk mencari akar terkecil dari:
a. f(x) = 2 sin x + x - 2= 0 iterasi berhenti setelah [f(x)] < 05 *10-5
b. 3 sin x = x + 1/x
13. Gunakan metode muller untuk mencari akar dari persamaan:
a. f(x) = x3 + 2x2 + 10x -20.
b. f(x) = x5 – 5x + 2.

45
BAB IV
INTERPOLASI

1. Pendahuluan
Kalimat y = f(x), x0 ≤ x ≤ xn adalah kalimat yang mengkorespodensikan setiap
nilai x di dalam x0 ≤ x ≤ xn dengan satu atau lebih nilai-nilai dari y. Anggaplah bahwa
f(x) bernilai tunggal, kontinu dan diketahui dalam bentuk eksplisit maka nilai-nilai f(x)
berkorespodensi dengantepat dari nilai-nilai x yang diberikan sebutlah x0, x1, x2, …xn
yang didapat dihitung dan ditabulasi dengan mudah.
Pusat permasalahan dari analisis numerik adalah pernyataan konversi berikut :
diketahui set dari daftar nilai-nilai (x0, y0), (x1, y1), (x2, y2), …(xn, yn) yang memenuhi
relasi y = f(x) dengan bentuk eksplisit f(x) tak diketahui dari kondisi seperti itu akan
dicari fungsi yang sederhana, sebutlah  (x) , sedemikian hingga f(x) dan  (x)
bersesuaian pada set dari daftar titik-titik tersebut. Proses seperti ini disebut interpolasi.
Bila  (x) suatu polinom maka proses demikian disebut interpolasi polinom. Interpolasi
berarti mengestimasi nilai fungsi yang tidak diketahui dengan menggunakan nilai-nilai
fungsi dititik-titik sekitarnya. Akan dibicarakan bermacam-macam interpolasi yaitu
interpolasi linear, interpolasi kuadrat dan interpolasi Newton Lagrange.
2. Interpolasi Linear
Interpolasi linear menggunakan suatu penggal garis lurus yang melalui 2 titik.
Gradien/ kemiringan garis lurus yang melalui titik (x0, y0), (x1, y1) adalah :
y1  y0
m
x1  x0
Bila dua titik (x0, y0), (x1, y1) dihubungkan dengan sebuah garis lurus maka untuk setiap
x yang ada diantara x0 dan x1 dapat dinyatakan dengan :
x  xi   ( xi 1  xi )   h , 0    1

46
Dari persamaan di atas dapat diubah menjadi :
x  x0 y  y0

x1  x0 y1  y0
( y  y0 )( x1  x0 )  ( x  x0 )( y1  y0 )
( x  x0 )( y1  y0 )
( y  y0 ) 
( x1  x0 )
( x  x0 )( y1  y0 )
y  y0 
( x1  x0 )
Secara analitis f(x) dapat didekati dengan :
x  x0
P( x )  y 0  ( y1  y0 )
x1  x0
Suatu fungsi linear dalam x memenuhi :
P( x)  y0  f ( x0 ), P( x1 )  y1  f ( x1 )
Contoh 1 :
Bila diketahui bahwa nilai fungsi di x 0 = 2 adalah y0 = 7 di x1 = 10 adalah y1 = 15,
Carilah nilai fungsi di x2 = 6 dan di x3 = 8. Gunakan interpolasi linear.
Jawab :
y1  y0 15  7 8
m   1
x1  x0 10  2 8
Persamaan garis lurusnya : y = P (x) = y0 + (x-x0) =
7 + (x-2).

47
Jadi : y2 = 7 + (x2-2) = 7 + (6-2) = 7 + 4 = 11
y3 = 7 + (x3 – 2) = 7 + (8-2) = 7 + 6 =13
Contoh 2 :
Perkiraan jumlah penduduk Amerika Serikat pada tahun 1968 berdasarkan tabulasi
berikut.
Tahun 1960 1970

Jumlah penduduk (juta) 179,3 203,2

Jawab :
x  x0
P( x)  y0  ( y1  y0 )
x1  x0
203,2  179,3
P(1968)  179,3  (1968  1960)
1970  1960
P(1968)  198,4 juta
Contoh 3:
Berdasarkan data diperoleh ln (9.0) = 2,1972, ln (9.5) = 2,2513. Tentukan ln (9,2)
dengan interpolasi linear. Bandingkan dengan nilai eksak ln (9,2) = 2,2192.
Jawab:
x  x0
P( x )  y 0  ( y1  y0 )
x1  x0
2,1513  2,1972
P(9,2)  2,1972  (9,2  9,0)
9,5  9,0
P(9,2)  2,2192
Galat = 2,2192-2,2188 = 0,0004.

3. Interpolasi Kuadrat
Banyak kasus dimana penggunaan interpolasi linear kurang memuaskan, karena
fungsi yang diinterpolasi nilai-nilainya terlalu besar dengan nilai-nilai fungsi linear.
Untuk itu digunakan polinom derajat dua atau lebih. Disini dibahas interpolasi kuadrat
yang menggunakan polinom derajat dua. Jika pada interpolasi linear menunjukkan
bahwa data-data-datanya mengarah pada garis lurus yaitu tidak terlalu banyak variasi
(adanya data ekstrem). Interpolasi kuadrat akan lebih akurat untuk fungsi dengan variasi
yang lebih besar.

48
Cara I (Sistem Persamaan Linear)
Misalkan diberikan data yang dinyatakan dengan titik-titik (xk-1, yk-1), (xk, yk) dan (xk+1,
yk+1). Akan dicari polinom derajat dua (fungsi kuadrat) P (x) = A2x2 + A1X + A0 yang
kurvanya (parabola) melalui 3 titik tersebut. Jadi akan dicari A2, A1,& A0, A2 ≠ 0 dari
sistem persamaan linear.
 yk 1  A2 x 2 k 1  A1 xk 1  A0

 yk  A2 x k  A1 xk  A0
2

 y  A x2  A x  A
 k 1 2 k 1 1 k 1 0

Setelah A2, A1,dan A0 diperoleh dari sistem persamaan linear tersebut, nilai-nilai ini
disubsitusikan ke P (x) = A2 x 2  A1 x  A0 .

Contoh :
Carilah interpolasi kuadrat menggunakan titik=titik (0,1), (2,5) dan (4,17).
Jawab:
Dalam hal ini akan dicari persamaan parabola y = P (x) = A2 x 2  A1 x  A0 yang melalui

3 titik. Diperoleh sistem persamaan linear :


1  A0

5  4 A2  2 A1  A0
17  16 A  4 A  A
 2 1 0

49
Jadi 4 A2  2 A1  4 dan 16A2  4 A1  16 atau 2 A2  A1  2 dan 4 A2  A1  4 . Dengan
mengurangkan dua persamaan terakhir didapat 2A2 = 2 sehingga A2 = 1, A1 = 0.
Jadi persamaan parabolanya y = P (x) = x2 + 1.

Cara II:

Untuk mencari polinom derajat dua (fungsi kuadrat) P (x) yang kurvanya parabola
melalui titik-titik xk-1, yk-1), (xk, yk) dan (xk+1, yk+1) dilakukan langkah-langkah berikut :

1. Bentuk fungsi-fungsi kuadrat :


 k 1  ( x  xk )( x  xk 1 )
 k  ( x  xk 1 )( x  xk 1 )
 k 1  ( x  xk 1 )( x  xk )
2. Bentuk koefisien –koefisien :
yk 1
Bk 1 
 k 1 ( xk 1 )
yk
Bk 
 k ( xk )
yk 1
Bk 1 
 k 1 ( xk 1 )
P( x)  Bk 1 k 1  Bk  k  Bk 1 k 1

Contoh :
Carilah interpolasi kuadrat menggunakan titik-titik (0,1), (2,5) dan (4,17)
Jawab :
1. Bentuk fungsi-fungsi kuadrat :
 k 1  ( x  2)( x  4)
 k  x( x  4)
 k 1  x( x  2)
2. Bentuk koefisien –koefisien :

50
1 1
Bk 1  
(0  2)( 0  4) 8
5 5
Bk  
2(2  4) 4
17 17
Bk 1  
4(4  2) 8

1 5 17
3. P( x )  ( x  2)( x  4)  x( x  4)  x( x  2)
8 4 8
1 5 17
 ( x 2  6 x  8)  ( x 2  4 x )  ( x 2  2 x )
8 4 8
 x 1
2

4. Interpolasi Lagrange

Disini akan dibahas interpolasi polinom berderajat N-1 yang menggunakan n titik-
titik (x1, y1), (x2, y2) …(xn, yn). Jadi bila N = 2 terjadi interpolasi linear dan bila N = 3
terjadi interpolasi kuadrat. Akan dicari polynomial berderajat N-1.

 y1  P( x)  AN 1 x1 N 1  AN 2 x1 N 2  ....  A1 x1  A0
 N 1 N 2
 y2  P( x )  AN 1 x2  AN 2 x2  ....  A1 x2  A0

..........
 y  P( x)  A x N 1  A x N 2  ....  A x  A
 N N 1 N N 2 N 1 N 0

Setelah AN-1, AN-2, …A1, A0 diperoleh dari sistem persamaan linear tersebut, nilai-nilai
N 1 N 2
ini disubsitusikan ke persamaan: y N  P( x)  AN 1 xN  AN 2 xN  ....  A1 xN  A0

51
Contoh :

Carilah interpolasi polinom berderajat tiga menggunakan titik-titik (1,1), (2,2) dan (4,5).

Jawab:

Dicari nilai-nilai A3, A2, A1, A0 dari sistem persamaan:

1  A0
1  A  A  A  A
 3 2 1 0

2  8 A3  4 A2  2 A1  A0

5  64 A3  16 A2  4 A1  A0

Karena A0 = 1, diperoleh persamaan :

 A3  A2  A1 0 (1)

8 A3  4 A2  2 A1 1 (2)
64 A  16 A  4 A  4
 3 2 1 (3)

(2)- 2(1) = 6A3 + 2A2 = 1 ………. I

(3)-4(1) = 60 A3 + 12 A2 = 4 (:4)

52
= 15 A3 + 3 A2 = 1………. II

Dari persamaan I dan II diperoleh :

1 3 2
A3   , A2  . Dari (1) diperoleh A1  
12 4 3

1 3 3 2 2
Jadi y = P (x) =  x  x  x 1
12 4 3

Cara II (Formula Lagrange)

Untuk mencari polinom P(x) berderajat N-1 yang kurvanya melalui N titik (x1, y1),
(x2,y2),… (xn, yn) dilakukan langkah –langkah berikut :

1. Bentuk N polinom derajat N-1 :

N
 I ( x )   ( x  x J ), i  1,2,3,... N
j 1
j 1

2. Bentuk N koefisien

yi
Bi  , i  1,2....N
 i ( xi )

3. Diambil

N
P( x )   Bi i ( x )
i 1

Dari definisi di atas, terlihat bahwa

 i ( xk )  0 bila i = k. Jadi untuk setiap k, k = 1,2,…N diperoleh :

N
P( xk )   Bi i ( xk )  y k
i 1

Jadi yk = P (xk), k = 1,2,3,… N, sehingga kurva y = P (x) melalui N titik-titik (x1, y1),
(x2,y2),… (xn, yn).

53
Contoh:

Carilah interpolasi polinom berderajat tiga menggunakan titik-titik (1,1), (2,2) dan (4,5).

Jawab :

Bentuk 4 polinom derajat 3 :

 1 ( x )  ( x  1)( x  2)( x  4)
 2 ( x )  x( x  2)( x  4)
 3 ( x )  x( x  1)( x  4)
 4 ( x )  x( x  1)( x  2)

Bentuk 4 koefisien :

1 1 1
B1   
 1 (0) (0  1)(0  2)(0  4) 8
1 1 1
B2   
 2 (1) (1)(1  2)(1  4) 3
1 1 1
B3   
 3 (2) 2(2  1)( 2  4) 2
1 1 5
B4   
 4 (4) 4(4  1)( 4  2) 24

Ambil

4
1 1
P( x )   Bi i ( x )   ( x  1)( x  2)( x  4)  x( x  2)( x  4) 
i 1 8 3
1 5
x( x  1)( x  4)  x( x  1)( x  2)
2 24

5. Interpolasi Newton
Disini akan dicari interpolais polinom berderajat n yang menggunakan titik-titik
(x0, y0), (x1,y1),… (xn, yn) yang banyaknya n+1. Bentuk polinom interpolasi newton : y =
y (x) = P(x).

54
P( x )  P( x0 )  ( x  x0 ) Px1 , x0   ( x  x0 )( x  x1 ) Px2 , x1 , x0  
( x  x0 )( x  x1 )( x  x2 ) Px3 , x2 , x1 , x0   ...  ( x  x0 ) dimana
( x  x1 )...( x  xn1 ) Pxn , xn1 ,..., x1 , x0 

P( x1 )  P( x2 )
Px1 , x0   disebut beda terbagi hingga pertama,
x1  x0

P( x2 , x1 )  P( x1 , x0 )
Px2 , x1 , x0   disebut beda terbagi hingga kedua,
x 2  x0

P( x3 , x2 , x1 )  P( x2 , x1 , x0 )
Px3 , x2 , x1 , x0  
x3  x0

Seterusnya…

P( xn , xn 1 ,..., x1 )  P( xn 1 , xn 2 ,...x0 )
Pxn , xn 1 ..., x0  
xn  x0

disebut beda terbagi hingga ke n dan

P( x0 )  y0 , P( x1 )  y1 ,..., P( xn )  yn

55
Contoh :

Carilah interpolasi polinom derajat tiga menggunakan titik-titik: (0,1), (1,1), (2,2), dan
(4,5), berturut-turut sebagai (x0, y0), (x1,y1), (x2, y2), (x3,y3).

Jawab :

P( x1 )  P( x2 ) 1  1
Px1 , x0    0
x1  x0 1 0

P( x2 )  P( x1 ) 2  1
Px2 , x1    1
x2  x1 2 1

P( x 3 )  P( x 3 ) 5  1 3
Px3 , x2    
x3  x 2 4 1 2

3
1
P( x3 , x2 )  P( x2 , x1 ) 2
Px3 , x2 , x1  
1
 
x3  x1 4 1 6

1 1

P( x3 , x2 , x1 )  P( x2 , x1 , x0 ) 6 2
Px3 , x2 , x1 , x0  
1
 
x3  x0 40 12

P( x )  P( x0 )  ( x  x0 ) Px1 , x0   ( x  x0 )( x  x1 ) Px2 , x1 , x0  
( x  x0 )( x  x1 )( x  x2 ) Px3 , x2 , x1 , x0 
1  1
 1  ( x  0)0  ( x  0)( x  1)  ( x  0)( x  1)( x  2)  
2  2
1 1
 1  x( x  1)  x( x  1)( x  2)
2 2

56
SOAL LATIHAN

1. Diketahui nilai fungsi di xa = -5 adalah ya = 12 dan nilai fungsi di xb = 3 adalah yb


= -20, carilah nilai fungsi di xc = -1 dan di xd = 2 dengan interpolasi linear.
2. Tinggi badan seseorang waktu berumur 10 tahun adalah 140 cm dan waktu berumur
20 tahun adalah 165 cm. Menggunakan interpolasi linear, carilah tinggi badan orang
tersebut, waktu umurnya 17 tahun. Bila kenyataannya menunjukkan bahwa tinggi
badan orang tersebut waktu berumur 17 tahun adalah 162 cm, hitung galat absolute
dan galat relative tinggi badan sebenarnya.
3. Tentukan sin (0.55) dengan menggunakan interpolasi linear f (x) = sin x pada interval
[0.5 , 0.6] dengan menggunakan data :
x 0.5 0.6

f(x) 0.4793 0.56464

Bandingkan dengan sin (0.55) dengan menggunakan kalkulator anda.

4. Carilah interpolasi kuadrat menggunakan titik-titik (0,3), (1,2) dan (-2,11).

5. Carilah interpolasi kuadrat menggunakan titik-titik (0,1), (-1,7) dan (2,19).

6. Carilah interpolasi Langrange polinom derajat tiga menggunakan titik-itik :

a. (-1,2)(0,3), (2,5), (3,-4)


b. (-2,3), (-1,4), (0,5), (3,6)
7. Nilai-nilai eksak ln 1, ln 4 dan ln 6 adalah 0, 1,3862944 dan 1,7917595. Gunakan
polinom interpolasi Lagrange derajat dua untuk menghitung ln 5. Nilai eksak dari
cos 0,4 adalah 0,921061. Carilah eabs (0,921061) dan erel (0,921061) dari
hasil pendekatan anda tersebut.
8. Carilah interpolasi Newton polinom berderajat tiga menggunakan titik-titik :
a. (-1,2), (0,3), (2,5), (3,-4)
b. (-2,3), (-1,4), (0,5), (3,6)

57
BAB V
DIFERENSIASI NUMERIK

1. Nilai Pendekatan dari Derivatif

Diberikan suatu fungsi y = f(x) yang kontiniu. Nilai derrivatif (turunan) dari
fungsi y = f(x) di x = x0 didefinisikan sebagai.

f ( x0  x)  f ( x0 )
f ' ( x0 )  lim
0 x

atau

f ( x 0  h)  f ( x 0 )
f ' ( x0 )  lim
h0 h

Secara geometri, f’(x0) adalah nilai gradient atau koefisien arah dari garis singgung
dititik (x0, f(x0)) terhadap kurva y = f(x)

y y = f (x)

(x0,f(x0))

y
f ' ( x0 )  lim  tg
x 0 x

y  f ( x0  x)  f ( x0 )

Contoh :

Diberikan fungsi y = f(x) = x2 + 1 yang kontinu. Ambil x0 sembarang .

58
Maka :

f ( x 0  x )  f ( x 0 ) f ( x 0  x ) 2  f ( x 0 ) 2
f ' ( x 0 )  lim  lim
 0 x  0 x
2x. x 0  x 2
 lim  lim (2 x 0  x )
 0 x  0

 2 x0

Bila x0 = 3 maka gradient atau koefisien arah garis singgung di titik (3, f(3)) atau titik
(3,10) adalah fi(3) = 2(3) = 6. Persamaan garis singgung tersebut Y-10 = f’(3) (x-3) = 6
(x-3) atau y = 6x -8.

Secara numerik, untuk menghitung f’(x0), ambil barisan {hk} dengan hk → 0 dan dicari
limit dari barisan hasil bagi beda Dk.

f ( x0  hk )  f ( x0 )
Dk  untuk k = 1,2,3, ….n,…
hk

Kita hanya menghitung D1, D2, ….DN yang banyaknya terhingga.

Pertanyaan : Berapakah nilai hN yang dipilih supaya DN merupakan nilai pendekatan


yang baik untuk f’ (x) ?

Contoh :

Diberikan y = f(x) = ex dan x = 1. Hitung hasil-hasil bagi beda Dk dengan hk = 10-k


untuk k = 1,2,3 ,…10.

Solusi :

y = f(x) = ex, x = 1

f ( x 0  hk )  f ( x 0 ) f (1  hk )  f (1) f (1  10  k )  f (1)
Dk   
hk 10 k 10 k
k
e110  e
 , k  1,2,3...10, e  2,718281828
10 k

nilai-nilai e110k , e110k -e, dan Dk untuk k = 1,2,3, …10 diberikan dalam tabel berikut.

59
hk = 10-k f(1+hk)= f(1 + hk) –e f (1  hk )  e
Dk=
k hk
e110
h1=10-1 3,004166024 0,285884196 2,858841960
h1=10-2 2,745601015 0,027319187 2,731918700
h1=10-3 2,721001470 0,002719642 2,719642000
h1=10-4 2,718553670 0,000271842 2,718420000
h1=10-5 2,718309011 0,000027183 2,718300000
h1=10-6 2,718284547 0,000002719 2,719000000
h1=10-7 2,718282100 0,000000271 2,710000000
h1=10-8 2,718281856 0,000000028 2,800000000
h1=10-9 2,718281831 0,000000003 3,000000000
-10
h1=10 2,718281828 0,00000000 0,000000000

Mengingat f’(1) = e1 = e = 2,718281828 maka dari 10 nilai-nilai pendekatan Dk di atas,


yang paling baik adalah D5 = 2,7183. Tidakkah berarti bahwa makin besar k,
pendekatan makin baik. 2,718281828 sampai D5, tapi kemudian D6, D7, ... nilai-nilainya
menjahui dari e.

Teorema (Formula Beda –Tengah )

Diberikan fungsi y = f(x) dimana f, f’ , f’’, f’’’, f’’’’ kontiniu pada interval [a,b] dan x 0-
h, x0, x0 + h ∊ [a,b].

f ( x0  h)  f ( x0  h)
f ' ( x0 )  lim
h0 2h

dan

f ( x 0  h)  2 f ( x 0 )  f ( x 0  h)
f ' ' ( x0 )  lim
h 0 h2

60
Contoh :

Diberikan fungsi y = cos x. Gunakan formula diatas dengan h = 0,01 untuk menghitung
nilai pendekatan f’(0,8). Bandingkan hasilnya dengan nilai eksak f’ (0,8) = - sin (0,8).

Jawab:

f (0,81)  f (0,79) 0,689498433  0,703845316


f ' (0,8)  
0,02 0,02
 0,7177344150
 sin( 0,8)   0,717356090 (nilai eksak)

eabs (0,7173556090)  0,717356090  0,717344150


 0,000011940.
erel (0,717356090)  0,000011940/  0,717344150
 0,000016645

Contoh :

Diberikan fungsi y = cos x. Gunakan formula di muka dengan h = 0,01 untuk


menghitung nilai pendekatan f’’(0,8) = - cos (0,8).

Jawab:

61
f (0,81)  2 f (0,8)  f (0,79)
f ' (0,8) 
0,0001
0,689498433  2(0,696706709)  0,703845316

0,0001
 0,69669
 cos(0,8)   0,696706709 (nilai eksak)
eabs (  0,696706709)  0,69670670  0,69669
 0,000016709.
e rel (  0,696706709)  0,000016709 /  0,89669
 0,000023983

2. Forward/ Backward Difference Formulas

Bila titik x0 terletak pada ujung suatu interval maka Formula Beda Tengah pada
teorema di muka tidak dapat digunakan. Sebagai gantinya, digunakan Formula-Formula
Beda Maju/ Mundur.

Forward Difference Formula

 3 f ( x 0 )  4 f ( x 0  h )  f ( x 0  2h )
f ' ( x 0 )  lim
h 0 2h
dan
2 f ( x 0 )  5 f ( x 0  h)  4 f ( x 0  2h)  f ( x 0  3h)
f ' ' ( x 0 )  lim
h 0 h2

Contoh :

1. Diberikan data :

62
X 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,25 1,30
f ( x)  x 1,00 1,02 1,04 1,07 1,09 1,11 1,14
00 470 881 238 544 803 017

Hitunglah nilai-nilai pendekatan :

f '(1), f ‘(1,30), f’’(1), f’’(1,30).

Jawab :

a) x0 = 1, h = 0,05 memberikan

 3 f ( x 0 )  4 f ( x 0  h)  f ( x 0  2h)
f ' ( x 0 )  lim
h 0 2h

 3  4(1,02470)  1,04881
f ' ( x0 ) 
2(0,05)
 ( 3  4,0988  1,04881) / 10
 0,4999

1
Nilai eksaknya adalah f ’(1) = x 1  0,5000
2 x

b) x0 = 1,30, h = 0,05 memberikan

 3 f ( x 0 )  4 f ( x 0  h)  f ( x 0  2h)
f ' ( x 0 )  lim
h 0 2h
3(1,14017)  4(1,11803)  1,09544
f ' ( x0 ) 
2(0,05)
3,42051 4,47271 1,09544

0,10
 0,4383

1
Nilai eksaknya adalah f ’(1) = x  1,70  0,4385
2 x

63
2 f ( x 0 )  5 f ( x 0  h)  4 f ( x 0  2h)  f ( x 0  3h)
c) f ' ' ( x 0 )  lim
h 0 h2
2 f (1)  5 f (1,05)  4 f (1,10)  f (1,15)
f ' ' (1) 
0,0025
2(1)  5(1,02470)  4(1,04881)  1,07238

0,0025
 (2  5,1235  4,19524  1,07238)( 400)  0,256.

1 1
Nilai eksaknya adalah f ' ' (1)   x 1  0,250
4 23
x

2 f ( x 0 )  5 f ( x 0  h)  4 f ( x 0  2h)  f ( x 0  3h)
d ) f ' ' ( x 0 )  lim
h 0 h2
2 f (1,30)  5 f (1,25)  4 f (1,200)  f (1,15)
f ' ' (1,30) 
(0,5) 2
2(1,14017)  5(1,11803)  4 f (1,09544)  1,07238

0,0025
 (2,28034  5,959015  4,38176  1,07238)( 400)
 0,172

1 1
Nilai eksaknya adalah f ' ' (1)   x 1, 30  0,169
4 23
x

64
SOAL LATIHAN

1. Hitung : f’(0.1) dan f’’(0.1) untuk f (x) = ex.


2. Diberikan fungsi y = f (x) = sin x. Gunakan formula dimuka dengan h = 0,01 untuk
menghitung nilai pendekatan f’ (0,8). Bandingkan hasilnya dengan nilai eksak
f’(0,8) = cos (0,8).
3. Seperti soal no1, hitung nilai pendekatan fc’’(0,8) dan bandingkan hasilnya dengan
nilai eksak f’’(0,8) = - sin (0,8).
4. Diberikan fungsi y = f(x) = x3. Gunakan formula di muka dengan h = 0,05 untuk
menghitung nilai pendekatan f’(2). Bandingkan hasilnya dengan nilai eksaknya.
5. Seperti soal no.3, hitung nilai pendekatan f’’(2) dan bandingkan hasilnya dengan
nilai eksak f’’(2).
6. Menggunakan tabel untuk nilai-nilai x dan f(x) dimuka, hitunglah nilai-nilai
pendekatan.
f’(1,05), f’(1,10), f’(1,15), f’(1,20), f’(1,25)
dan
f’’(1,05), f’’(1,10), f’’(1,15), f’’(1,20), f’’(1,25)
7. Diberikan data tentang roket yang meluncur vertical ke atas sebagai berikut :

T 0 0,10 0,20 0,30 0,40 10,50 0,60

y(t) 0 5,60 12,40 26,20 47,10 96,70 175,50

dimana t dalam detik dan y(t) dalam meter. Hitunglah nilai-nilai pendekatan dari y’(0),
y’(0,10), y’(0,30), y’(0,40), y’(0,50) dan y’ (0,60) yaitu nilai-nilai pendekatan dari
kecepatan roket pada waktu-waktu tersebut.

8. Menggunakan tabel untuk nilai-nilai t dan y(t) pada soal no.2 di atas, hitunglah nilai-
nilai pendekatan dari percepatan roket pada waktu-waktu tersebut.
9. Diberikan tabel yang berisi titik-titik di bawah ini :

65
x f(x)

1.000 0.54030
1.100 0.45360
1.198 0.36422
1.199 0.36329
1.200 0.36236
1.201 0.31643
1.202 0.36049
1.300 0.26750
1.400 0.16977

Tentukan nilai f’(1,2) dan f’’(1,2) untuk h =0,1 dan h = 0.01 dengan rumus formula
beda tengah.
10. Hitung f’(1,15) dan f’’(1.15) dengan menggunakan forward diference dan
backward diference untuk tabel di bawah ini.
x 1 1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3
f(x) 1 1.0247 1.04881 1.07238 1.09545 1.11803 1.14018

66
BAB VI
INTEGRASI NUMERIK

1. Integral Tertentu

Perhitungan integral adalah perhitungan dasar yang digunakan dalam kalkulus, dalam
banyak keperluan.
dF ( x )
Bila  f ( x ) maka
dx

b a

 f ( x)dx  F ( x)
a
 F (b)  F (a ) disebut integral tertentu dari fungsi f(x) dengan batas
b

atas b dan batas bawah a, a dan b adalah konstanta.

Contoh :

3
1. Carilah nilai (eksak) dari  (2 x  5) dx
1

Jawab :

d ( x 2  5x )
Karena  2 x  5 maka
dx

3 3

 (2 x  5) dx  ( x  5x )
2

1 1

 (9  15)  (1  5)  24  6


2
2. Carilah nilai (eksak) dari  sin x dx
01

Jawab :

d (  cos x )
Karena  sin x maka
dx

67

2 

 (sin x) dx  ( cos x) 02   cos
0
2
 (  cos 0)


  cos  cos 0
2
 0 1  1

2. Luas Daerah

Integral secara definitif digunakan untuk menghitung luas daerah yang dibatasi
oleh fungsi y = f(x) dan sumbu x. Diberikan fungsi y = f(x) ≥ 0 dan kontiniu pada
interval [a,b].
Perhatikan gambar berikut :

Luas daerah pada bidang xOy yang dibatasi oleh kurva-kurva :


Y = f(x), sumbu X , garis x = a dan x = b adalah :

b
L   f ( x )d ( x )
a

Contoh :

1. Hitunglah luas daerah pada bidang xOy (nilai eksak) yang dibatasi oleh parabola y =
x2, sumbu x, garis x = -1 dan garis x = 2.
Jawab :

68
b 2 2
1 3
L   f ( x )d ( x )   x 2 dx  x
a 1
3 1

1
 (8  ( 1))  3
3
2. Hitunglah luas daerah pada bidang xOy yang dibatasi oleh kurva y = e x, sumbu X,
garis x = 0 dan garis x =1.
Jawab :
b 1
L   f ( x)d ( x)   e x dx  e x
1

0
a 0

 e1  e 0  e  1

3. Persoalan Integrasi Numerik


Persoalan integrasi numerik ialah menghitung secara numerik integral tentu :
b
I   f ( x)dx
a

Yang dalam hal ini a dan b bats-batas integrasi, f adalah fungsi yang dapat diberikan
secara eksplisit dalam bentuk persamaan ataupun secara empiric dalam bentuk table
nilai.
Terdapat tiga pendekatan dalam menurunkan rumus integrasi numerik.
Pendekatan pertama adalah berdasarkan tafsiran geometri integral tentu. Daerah
integrasi dibagi atas sejumlah pias (strip) yang berbentuk segiempat. Integrasi yang
diturunkan dengan pendekatan ini digolongkan ke dalam metode Rieman/metode Pias.
Pendekatan kedua adalah berdasarkan polinom interpolasi. Dalam hal ini fungsi
integran f(x) dihampiri dengan polinom interpolasi pn(x). Selanjutnya, integrasi
dilakukan terhadap pn(x) karena polinom lebih mudah diintegralkan ketimbang
mengintegralkan f(x). Rumus integrasi numerik yang diturunkan dengan pendekatan ini
digolongkan ke dalam metode Newton Cotes yaitu metode yang umum untuk
menurunkan rumus integrasi numerik.

Metode Integral Rieman

Metode integral Reimann ini merupakan metode integral yang digunakan dalam
kalkulus, dan didefinisikan dengan :

69
b n

 f ( x)dx  lim
x 0
 f ( x )x
i 0
i
a

Pada metode ini, luasan yang dibatasi oleh y = f(x) dan sumbu x dibagi menjadi
N bagian pada range x = [a,b] yang akan dihitung. Kemudian dihitung tinggi dari setiap
bagian yaitu f(xi).Li adalah luas setiap persegi panjang dimana Li=f(xi).Δxi. Luas
keseluruhan adalah jumlah Li dan dituliskan :

L  L0  L1  L2  ...  Ln
 f ( x0 )x0  f ( x1 )x1  f ( x 2 )x 2  ...  f ( x n )x n
n
  f ( xi )xi
i 0

Bila diambil Δx0 = Δx1 = Δx2 = ... = Δxn = L maka didapat metode integral reiman
sebagai berikut :
b n

 f ( x)dx  h f ( xi )
a i 0

Untuk mengurangi kesalahan dapat dilakukan dengan memperkecil nilai h atau


memperbesar jumlah pembagi N.
Algoritma Metode Integral Reimann:
(1) Definisikan fungsi f(x)
(2) Tentukan batas bawah dan batas ata integrasi
(3) Tentukan jumlah pembagi area N

70
(4) Hitung h=(b-a)/N
b n
(5) Hitung L   f ( x)dx  h f ( xi )
a i 0

Contoh:
Hitung luas yang dibatasi y = x2 dan sumbu x untuk range x = [0,1].

Jawab :
1
L   x 2 dx
0

Dengan mengambil h = 0,1 maka diperoleh tabel :


X 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
f(x) 0 0.01 0.04 0.09 0.16 0.25 0.36 0.49 0.64 0.81 1

10
L  h f ( xi )
i 0

 0,1 (10  0,01  0,04  0,09  0,16  0,25  0,36  0,49  0,64
 0,81  1,00)
 (0,1)(3,85)  0,385

Secara kalkulus :
10 1
1
L   x dx  x 3  0,3333...
2

i 0
3 0

Terdapat kesalahan e = 0,385 – 0,3333..

71
= 0,052
4. Aturan Trapesium dan Trapesium Multiple
Diberikan fungsi y = f(x) dan misalkan x j  x 0  h j dan f j  f ( x j ) , j = 0,1,2,…n.

Perhatikan gambar berikut ini :

Luas trapesium ke-I (Li) adalah :


1
Li  ( f ( x i )  f ( xi 1 )) xi
2
atau
1
Li  ( f i  f i 1 )xi
2
Dan luas keseluruhan dihitung dengan menjumlahkan luas semua bagian trapesium :
n 1
L   Li
i 0

atau
1
Li  ( f i  f i 1 )x i
2
Maka,
xn
h
L
x0
 f ( x )d ( x )  2 ( f 0  2 f 1  ...  2 f n 1  f n )

Bila n = 1 maka aturannya disebut aturan trapesium dan bila n > 1 disebut aturan
trapesium multiple.
Algoritma metode integrasi trapesium adalah :
1. Definisikan y = f(x)

72
2. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas integrasi (b).
3. Tentukan jumlah pembagi n
ba
4. Hitung h 
n
xn
h
5. Hitung L   f ( x )d ( x )  2 ( f
x0
0  2 f 1  ...  2 f n 1  f n )

Contoh :
1. Diberikan fungsi f(x) = 1+ e-x sin (4x) dan x0 = 0, x1 = 0,5, x2 = 1, x3 = 1,5, x4 = 2,
x5 = 2,5. Carilah nilai- nilai pendekatan dari
5 2
a. 
0
f ( x )d ( x ) d.  f ( x )d ( x )
0

1 2,5
b.  f ( x )d ( x )
0
e.  f ( x )d ( x )
0

1,5
c.  f ( x )d ( x )
0

Jawab:
Disini h = 0,5 dan f0 = 1, f1 = 1,55152, f2 = 0,72159, f3 = 0,93765, f4 = 1,13390, f5 =
0,95535, mengingat fj = f (x0 + hj) = f (0,5, j), j = 1,2,3,4,5.
5
h 0,5
a. f ( x)d ( x)  ( f 0  f1 )  (1  1,55152)
0
2 2
 0,63788
1
h 0,5
b.  f ( x )d ( x )  ( f 0  2 f1  f 2 )  (1  2(2,55252)  0,72159
0
2 2
0,5
 (1  3,10304  0,72159)  1,20616
2
1.5
h
c.  f ( x )d ( x )  2 ( f
0
0  2 f1  2 f 2  f 3 )

0,5
 (1  2(2,55252)  2(0,72159)  0,93765)
2
0,5
 (1  3,10304  1,44318  0,93765)  1,62097
2

73
2
h
d .  f ( x )d ( x )  ( f 0  2 f1  2 f 2  2 f 3  f 4 )
0
2
0,5
 (1  2(2,55252)  2(0,72159)  2(0,93765)  1,13390)
2
0,5
 (1  3,10304  1,44318  1,8753  1,13390)  12,13886
2
2
h
e.  f ( x )d ( x )  ( f 0  2 f1  2 f 2  2 f 3  2 f 4  f5 )
0
2
0,5
 (1  2(2,55252)  2(0,72159)  2(0,93765)  2(1,13390)  0,95535)
2
0,5
 (1  3,10304  1,44318  1,8753  2,2678  0,95535)  2,66117
2

5. Aturan Simpson dan Simpson Multiple

Metode integrasi Simpson merupakan pengembangan metode integrasi


trapesium, hanya saja daerah pembaginya bukan berupa trapesium tetapi berupa dua
buah trapesium dengan menggunakan pembobot berat di titik tengahnya seperti telihat
pada gambar berikut ini. Atau dengan kata lain metode ini adalah metode rata-rata
dengan pembobot kuadrat.

Bila menggunakan trapesium luas bangun di atas adalah :


xn
h h h
L  f ( x )d ( x )  2 ( f
x0
i 1  f i )  ( f i  f i 1 )  ( f i  1  2 f i  f i 1 ) Pemakaian aturan
2 2

simpson dimana bobot fi sebagai titik tengah dikalikan dua untuk menghitung luas
bangun di atas dapat dituliskan dengan:
xn
h h h
L  f ( x )d ( x )  3 ( f
x0
i 1  fi ) 
3
( fi  fi 1 )  ( fi 1  4 fi  fi 1 )
3

Perhatikan gambar berikut :

74
Dengan menggunakan aturan Simpson, luas daerah yang dibatasi fungsi y = f(x) dan
sumbu X dapat dihitung sebagai berikut :
xn
h h h
L  f ( x )d ( x )  3 ( f
x0
0  2 f 1 )  ( f 2  2 f 3 )  ( f 3  f 4 )  ...
3 3


h
2 f n 1  f n 
3
Atau dapat dituliskan :
xn
h
L  f ( x )d ( x )  3 ( f
x0
0  4 f 1  2 f 2  4 f 3  ..  4 f n 3  2 f n 2  f n )
Dimana n = 2,4, 6,..

Bila n = 2 maka aturannya disebut aturan Simpson dan bila n= 4,6,8,… disebut aturan
simpson multiple.

Algoritma metode integrasi trapesium adalah :


1. Definisikan y = f(x)
2. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas integrasi (b).
3. Tentukan jumlah pembagi n
ba
4. Hitung h 
n
5. Hitung
xn
h
L  f ( x )d ( x )  3 ( f
x0
0  4 f 1  2 f 2  4 f 3  ..  4 f n 3  2 f n 2  f n )

Contoh :
1. Diberikan fungsi f(x) = 1+ e-x sin (4x) dan x0 = 0, x1 = 0,5, x2 = 1, x3 = 1,5, x4 = 2,
x5 = 2,5. Carilah nilai-nilai pendekatan dari :

75
1
a.  f ( x )d ( x )
0

2
b.  f ( x )d ( x )
0

Jawab:
Disini h = 0,5 dan f0 = f(0) = 1, f1 = f(0,5) = 1,55152, f2 = f(1) =
0,72159, f3 = f(1,5) = 0,93765, f4 = f(2) =1,13390.
1
h 0,5
a. f ( x )d ( x )  ( f 0  f1 )  (1  (1,55152)  0,72159)
0
3 3
0,5
 (1  6,20608  0,72169)  1,3212
3
2
h
b. f ( x)d ( x)  ( f 0  4 f1  2 f 2  4 f 3  f 4 )
0
3
0,5
 (1  4(1,55152)  2(0,72159)  4(0,93765)  1,13390)
3
0,5
 (1  6,20608  1,44318  3,7506  1,13390)  2,2556
3

2. Hitung integral dengan menggunakan tabel dibawah!

 2 x dx dengan step h  0,1


3

Jawab :
X 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.9 1
Dengan
f(x) 0 0.02 0.016 0.054 0.128 0.25 0.432 0.686 1,458 2
menggunakan
tabel di atas diperoleh :

76
xn
h
L  f ( x )d ( x )  2 ( f
x0
0  2 f 1  ...  2 f n 1  f n )

0,1 0  4(0,002)  2(0,016)  4(0,054)  2(0,128)  ...  2(1,024)  


  
3 4(1,458)  2 
0,1
 (015)
3
 0,5

Dengan menggunakan perhitungan kalkulus :


1
1 
1
L   2 x dx   x 4   0,5
3

0  2 0

Dengan h = 0,1 terjadi kesalahan yang sangat kecil.

3.4

 e dx dengan kaidah trapezium. Ambil h =


x
3. Hitung integral 0,2.
1.8

Jawab :

Fungsi integralnya adalah : f ( x)  e x

b  a 3,4  1,8
Jumlah pias adalah n   8
h 0,2

Tabel data diskritnya adalah sebagai berikut :

R xr f(xr) r xr f(xr)
0 1,8 6,050 5 2,8 16,445
1 2,0 7,389 6 3,0 20,086
2 2,2 9,025 7 3,2 24,533
3 2,4 11,023 8 3,4 29,964
4 2,6 13,464

77
3, 4
h
 e dx  2 ( f  2 f1  2 f 2  ....  2 f 6  2 f 7  f 8 )
x
0
1,8

0,2
 (6,050  2(7,389)  2(9,025)  ...  2(20,086)  2(24,533) 
2
29,964)
 23,994

78
SOAL LATIHAN

5
1
1. Hitung integral  x dx
1

Dengan menggunakan integral rieman. Bandingkan hasilnya dengan pembaginya


N= 4

sin x
2. Hitung integral 
0
x
dx

Dengan menggunakan integral rieman. Bandingkan hasilnya dengan pembaginya N=


10 dan N= 20.
3. Hitunglah nilai pendekatan
5

 (x  2 x 3  5x 2  x  6)dx
4

Dengan aturan trapesium multiple dan 5 subinterval.


4. Hitunglah nilai pendekatan
4

 (x  2 x 3  5x 2  x  6)dx
4

Dengan aturan trapesium multiple dan 4 subinterval.


5. Diberikan data sebagai berikut.

X 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0


F(x) 1,0000 0,8333 0,7143 0,6250 0,5566 0,5000

2
Hitunglah nilai pendekatan  f ( x)dx dengan aturan trapesium Multiple.
1

1,8
6. Dengan data dari soal no.3, hitunglah nilai pendekatan  f ( x)dx dengan
1
aturan

Simpson Multipel.
7. Gunakan metode simpson dan trapesium untuk :
2
a.  ln x dx
1
0.1 1
b.  x dx 3

79
2.5
8. Diketahui f(x) = x2 cos (x2), 1,5  x  2,5 dan h = 0.1. Hitunglah  f ( x)dx
1.5

Dengan : a. Metode Trapesium b. Metode Simpson

9. Tentukan n (jumlah upaselang atau pias) sehingga metode trapesium

memberikan nilai integrasi :


1

 cos 2 x dx
1

Kurang dari 0.000001.

10. Hitunglah:
1.30

x
1
x dx

dengan h =0.05 dengan menggunakan Metode Simpson dan bandingkan dengan nilai

eksaknya.

11. Hitunglah dengan metode trapesium integral berikut ini.


1
a. e x dx
2

1
b. 1  x 2 dx
0

12. Hitunglah integral di bawah ini dengan metode Simpson.



2
a. x sin x dx
0
1
b.  x ln xdx
0

80
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, J. 2010. Diktat Metode Numerik. Medan : FMIPA UNIMED.

Munir, R. 2015. Metode Numerik. Bandung: Informatika.

Sangadji. 2008. Metode Numerik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Salusu, A. 2008. Metode Numerik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiawan, A. 2006. Pengantar Metode Numerik. Yogyakarta : Andi.

Srivastava, A.C. dan Srivastava, P.K. 2011. Engineering Mathematics. New Delhi: PHI
Learning Privaet Limited M-97.

Wahyudin. 1987. Metode Analisis Numerik. Bandung :Tarsito.

81

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai