Abstract
___________________________________________________________________
To find out if Pekalongan have been effective or efficient in the management of a local levy, the authors conducted
a study of the effectiveness and efficiency as well as how the image of the constraints in the collection and the
potential that is able to be developed. The analytical method used in this research is using quantitative descriptive
analysis and the type of data used in the form of time series data (2010-2014) and the interview data (in the form
of questionnaires and in-depth interviews). Results from the study showed a good level of effectiveness and a lack
of efficient management levies. Implementation of fee collection are still many obstacles in its implementation
and the lack of potential retribution that can be explored properly. Pekalongan regency government is expected
to increase the budget targets, also tighten / selective in expenses levy and collection management is done explicitly
and transparently. District government should also evaluate and encourage the sector that is developing and
underdeveloped retribution
123
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
124
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Sedangkan menurut pendapat para ahli atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau
(Mardiasmo,2003:101) Retribusi adalah karena jasa yang diberikan oleh daerah baik
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa langsung maupun tidak langsung. Jadi dapat
atau pemberian izin tertentu yang khusus disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau daerah karena telah memakai jasa yang telah
badan. Panitia Nasrun merumuskan retribusi disediakan pemerintah daerah. Sehingga
daerah (dalam Josef Kaho Riwu, 2005:171) yaitu masyarakat yang telah membayar retribusi
pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian menginginkan adanya jasa timbal balik langsung
atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha dari pemerintah.
125
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
pendapatan, semntara nilai DBH mengalami dibeli dan digunakan oleh organisasi perangkat
penrurunan dalam lima tahun terakhir. pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi
Efektivitas retribusi daerah merupakan perangkat pemerintahan dapat mencapai
perbandingan antara realisasi dan target manfaat tertentu.
penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat Definísi potensi adalah kemampuan yang
digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan
melakukan pungutan. bahwa efektivitas yaitu kekuatannya. Dengan demikian, jika pengertian
seberapa jauh tercapainya suatu target yang telah potensi tersebut dikaitkan dengan potensi
ditentukan sebelumnya, sehingga mampu untuk retribusi, maka potensi retribusi dapat diartikan
meganalisis serta mengambil langkah untuk sebagai suatu jumlah retribusi yang dapat
kedepannya. diterima atau dipungut dan kemungkinan dapat
Pengertian efisiensi menurut Mulyamah dikembangkan. Kemampuan yang dapat
(1987:3) yaitu efisiensi merupakan suatu ukuran dikembangkan ini sesuai dengan keadaan
dalam membandingkan rencana penggunaan obyeknya dan diharapkan dapat dipungut dari
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan wajib retribusi pada waktu tertentu atau sebagai
atau perkataan lain penggunaan yang suatu kemampuan maksimal dari dasar (basis)
sebenarnya. Eefisiensi adalah hubungan antara retribusi itu sendiri untuk dieksploitasi dan
masukan dan keluaran, efisiensi merupakan kemampuan optimal untuk mengeksploitasinya
ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang (Ekalaya dalam Ratwono, 2008:23).
Kendala/Hambatan
126
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
127
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Efisiensi retribusi daerah adalah nilai yang Kriteria yang digunakan dalam menilai
dihitung berdasarkan presentase perdagangan efisiensi retribusi daerah yang menggunakan
biaya pemungutan retribusi dengan realisasi bidang kesehatan adalah pengelolaan retribusi
penerimaan retribusi. daerah dikatakan efisien apabila rasio efisiensi
Data yang telah dikumpulkan dalam atau rasio biaya pemungutan tidak melebihi 10%.
penelitian ini akan di analiasis dengan rasio
efisiensi retribusi daerah dengan rumus sebagai Tabel 4.Klasifikasi Kriteria nilai Efisiensi
berikut(Puspitasari, 2014:46):
Retribusi Kesehatan Daerah
128
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Kontribusi
Pertumbuhan
Tidak
Potensial Potensial
129
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Jumlah 513,17
102,63
Rata-rata Sangan Efektif
Sumber :DPPKD Kabupaten Pekalongan di Olah dalam angka 2014
Secara umum nilai efektifitasnya sehingga meskipun terlihat efektif namun pada
mengalami kenaikan bahkan nilainya rata-rata tahun-tahun tertentu tingkat kontribusi yang
100%. Meskipun tingkat efektivitas Retribusi diberikan justru rendah. Kondisi tersebut
Daerah tergolong sangat efektif, namun kondisi mencerminkan pada penerimaan retribusi
tersebut belum dapat mengambarkan kondisi riil perjenis yang kurang sesuai dengan kondisi riil di
tingkat kontribusi Retribusi Daerah Kabupaten lapangan. Perbedaan inilah yang mampu
Pekalongan. Hal tersebut terjadi karena tingkat menyebabkan fluktuatif dalam pemungutan
efektivitas dihitung berdasarkan perbandingan retribusi daerah, sehingga mampu menghambat
antara target dengan realisasinya, namun pada laju pertumbuhan sector-sektor retribusi daerah.
kenyataannya target yang ditetapkan Pemerintah
Kabupaten Pekalongan masih sangat fluktuatif,
Terlihat pada tabel 9 bahwa tingkat kriteria efisiensi yang digunakan, menunjukkan
efisiensi mengalami fluktuasi yang kurang stabil, bahwa pemerintah Kabupaten Pekalongan telah
hal tersebut terlihat pada tahun 2010 yang melaksanakan kegiatan pengelolaan dengan
mempunyai nilai 1,36 menurun pada tahun 2011, sangat tidak efisien, hal tersebut terlihat dalam
yang kemudian meningkat tajam pada tahun lima tahun hanya 2 tahun saja yang mempunyai
2012, namun pada tahun 2013 menurun dan persentase yang efisien sedangkan lainnya tidak,
pada tahun 2014 malah mengalami peningkatan berarti banyak terjadi ketidaksesuaian antara
yang cukup tinggi sampai 1 persen. Berdasarkan biaya dengan penerimaan yang diperoleh.
130
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
131
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
132
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Se (sangat
efektif)
E (efektif)
C (cukup)
K (kurang)
T (tidak
efektif)
Melihat hasil per sektor retribusi daerah Terlihat bahwa pemerintah Kabupaten
Kabupaten Pekalongan selalu meningkat tiap Pekalongan dalam menentukan target sudah
tahunnya, sehingga keseluruhan sektor retribusi cukup efektif, walaupun ada beberapa jenis
mengalami peningkatan yang positif, retribusi yang tidak sesuai dengan target.
peningkatan tersebut membuat pencapaan target
sesuai dengan realisasi, yang di buktikan dengan Efisiensi Retribusi
rata-rata nilai sangat efektif. Pada beberapa jenis Secara umum efisiensi retribusi daerah
retribusi yang mengalami penurunan bahkan non kesehatan Kabupaten Pekalongan
mempunyai nilai yang kurang baik atau hampir menunjukkan tingkat rata-rata efiensi sebesar
sebagian jenis retribusi mempunyai nilai yang 3,99%. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
kurang baik atau bahkan tidak efektif. yang diteteapkan diatas maka retribusi berada
pada posisi efisien.
Retribusi (5%)
Retribusi
Kesehatan (10%)
133
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Berdasarkan grafik 2 terlihat tingkat sebesar 6,17 persen, hal ini terlihat bahwa
efisiensi retribusi non kesehatan dan kesehatan, ketidakefisienan terus berlanjut hingga tahun
pada tahun 2010 retribusi non kesehatan 2014. Pengeluaran biaya pemungutan dalam
mempunyai nilai persentasi sebesar 1,36 persen pelaksanaan retribusi daerah di Kabupaten
yang berarti efisien, namun pada tahun 2012 Pekalongan cukup tinggi, karena setiap tahun
terlihat mengalami peningkatan dengan nilai 5,93 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
persen. Peningkatan tersebut menggambarkan 2010.
ketidakefisienan yang dilakukan pemerintah
daerah. Pada tahun 2014 mempunyai nilai
NO Kendala/Hambatan
NO Kendala/Hambatan
134
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
135
Fajar Nur Hidaya dan Titik Haryat/ Economics Development Analysis Journal 5 (2) (2016)
Kabupaten Pekalongan harus menigkatkan target Nurjannaladjin. 2008. “Analisis Kemandirian Fiskal
lagi agar mendorong peningkatan pendapatan, diera ototnomi daerah (studi kasus Propinsi
mengurangi biaya pemungutan retribusi agar Sulawesi Tengah)”.Thesis. UNDIP.
P Ratwono, Andika Budi. 2008. “Anlisis Faktor-faktor
lebih selektif dalam pengeluaran biaya,
yang mempengaruhi penerimaan Retribusi
memperbaiki sistem dalam pemungutan baik
daerah di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi.IPB.
dalam segi intern dan ekstern, serta lebih melihat Puspitasari, Elfayang. R.A. 2014. “Analisis
pada potensi yang mampu dikembangkan. Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak dan
Retribusi.
DAFTAR PUSTAKA Rosalina, E. (2015). Analisis Pertumbuhan Dan
Kontribusi Faktor Yang Mempengaruhi
Adi, A. & Sulistyawati, , 2013. Analisis Potensi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten
PajakDan Retribusi Daerah Kabupaten Sleman Kudus Tahun 2001-2013. Economics
Tahun 2006 - 2010. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Development Analysis Journal, 4(1).
Bisnis, 8. Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung
BPS. 2009-2013. Tinjauan PDRB Kabupaten/Kota se- : PT Refika Adimata.
Jawa Tengah. BPS Jawa Tengah Semarang. Septian, Bagus. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat
BPS. 2009-2013. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun. Kemandirian Fiskal Terhadap Indeks
BPS Provinsi Jawa TengahSemarang. Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di
DPPKD. 2010-2014. Realisasi Penerimaan Propinsi Jawa Barat. Bogor : IPB Bogor.
Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan. Siagian, Altito R. 2010. “Dampak Desentralisasi
DPPKD Kabupaten Pekalongan. Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah
Frediyanto, Yanuar. 2010. “Analisis Kemampuan dan ketimpangan wilayah (studi kasus Propinsi
Keuangan Kab/Kota di Propinsi Jawa Tengah Jawa Barat)”.Skripsi. UNDIP.
sebelum dan sesudah Kebijakan Otonomi Suharsimi, A. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT
daerah”. Skripsi. UNDIP. Rineka Cipta.
Grisorio, M.J. & Prota, F., 2015. The Short And The Sutrisno, D. (2013). Pengaruh Jumlah Obyek Wisata,
Long Run Relationship Between Fiscal Jumlah Hotel, Dan Pdrb Terhadap Retribusi
Decentralizationand Public Expenditure Pariwisata Kabupaten / Kota Di Jawa Tengah.
Composition In Italy. Economics Letters, 130, Economics Development Analysis Journal, 2(4).
pp.113-16. Taufiqurrohman, M. (2014). Strategi Pengembangan
Gondor, M. & Ozpence, O., 2014. An Empirical Study Pariwisata Serta Kontribusinya Pada
On Fiscal Policy In Crises Time: Evidence Penerimaan Retribusi Kota Pekalongan.
From Romania And Turkey. Procedia Economics Economics Development Analysis Journal, 3(1).
and Finance , 15, pp.975 - 984. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Jakarta: Salemba Empat Jakarta. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Negara Republik Indonesia. Jakarta : PT Raja Pusat dengan Pemerintah Daerah.
Grafindo Persada. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Keputusan Menteri Dalam negeri No. 35 Tahun 2002 Pajak daerah dan Retribusi daerah.
tentang Pedoman Alokasi Biaya pemungutan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah. Kesehatan.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Vorontsov, D., Shikhalev, A. & Ksenia Semushina,
Pembangunan Daerah: Reformasi, 2015. Using Of Cultural Heritage In The Socio-
Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Economic Development Strategy Of The Eu
Yogyakarta: Erlangga. Regions. Procedia-Social and Behavioral Sciences,
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Edisi Revisi. 188, pp.163-69.
Yogyakarta : Andi.
Mulyamah. 1987. Manajemen Perubahan. Jakarta:
Yudhistira.
136