D. Emosi Pekerja
Emosi pekerja adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan
secara organisasional selama transaksi interpersonal di tempat kerja. Konsep emosi pekerja
muncul dari studi atas pekerjaan jasa. Tetapi memang benar, kerja emosional adalah relevan
untuk hampir semua perkerjaan. Sebagai contoh, manajer Anda mengharapkan Anda untuk
bersikap sopan, tidak bersikap bermusuhan, dalam berinteraksi dengan rekan-rekan kerja.
Tantangan sebenarnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi
sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Disparasi atau perbedaan
ini disebut disonansi emosional (emotional dissinance), dan hal ini dapat barakibat sangat
buruk pada karyawan. Menumpuknya perasaan frustasi, amarah, dan perasaan tidak suka
pada akhirnya akan berujung pada keletihan emosional serta keletihan yang luar biasa.
Kerja emosional menimbulkan dilema bagi karyawan. Ada orang-orang yang benar-
benar tidak Anda suka, tetapi Anda bekerja dengannya dan pekerjaan anda mengharuskan
anda untuk berinteraksi dengan orang-orang ini secara rutin, dan andapun terpaksa berpura-
pura ramah. Dalam hal pekerjaan akan sangat membantu apabila Anda dapat memisahkan
antara emosi yang dirasakan dengan emosi yang ditampilkan. Emosi yang dirasakan adalah
emosi sebenarnya dari seorang individu, sebaliknya emosi yang ditampilkan adalah emosi
yang diharuskan organisasi untuk ditampilkan oleh pekerja dan dipandang sesuai dalam
pekerjaan tertentu. Emosi ini bukan pembawaan namun sesuatu yang dipelajari.
Menampilkan emosi-emosi palsu dibutuhkan untuk meredam emosi yang sebenarnya.
Akting permukaan (surface acting) adalah menyembunyikan perasaan di dalam dan
menyembunyikan ekspresi emosional sebagai respons atas peraturan. Sedangkan akting
mendalam (deep acting) adalah mencoba untuk memodifikasi perasaan didalam diri yang
sebenarnya berdasarkan aturan. Akting permukaan berhadapan dengan akting yang
ditampilkan, dan emosi yang mendalam berhadapan dengan emosi yang dirasakan.
Jadi kesimpulannya AET memberikan dua pesan penting. Pertama, emosi memberikan
pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang menjengkelkan dan
menyenangkan di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja serta kepuasannya. Kedua,
pekerja dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi atau peristiwa yang
menyebabkannya, walaupun mereka tampaknya sepele, tetapi mereka akan terakumulasi.
F. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk
menilai emosi dalam diri dan orang lain, memahami makna emosi-emosi tersebut, dan
mengatur emosi seseorang secara teratur dalam sebuah model alur, seperti yang ditunjukkan
dalam tampilan berikut:
Memahami Makna
Kognitif
Emosi
Stabilitas
Mengatur Emosi
Emosional
Kecerdasan emosional telah menjadi sebuah konsep yang kontroversial dalam perilaku
organisasi, dengan argumen-argumen yang mendukung dan menentang viabilitasnya.
Argumen yang mendukung kecerdasan emosional, antara lain:
Kasus untuk Kecerdasan Emosional
1. Daya Tarik Intuitif
Intuisi menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengendalikan
emosinya sendiri, dan mengendalikan interaksi sosial dengan baik, memiliki posisi
yang kuat dalam dunia bisnis.
2. Kecerdasan Emosional Memprediksi Kriteria yang Berarti
Semakin tinggi level kecerdasan emosional berarti seseorang akan berkinerja baik
dalam pekerjaan. Sebuah tinjauan atas studi mengindikasikan bahwa, secara
keseluruhan, kecerdasan emosional secara lemah tetapi secara konsisten positif
berkorelasi dengan kinerja, bahkan setelah para peneliti memperhitungkan kemampuan
kognitif, kehati-hatian, dan rasionalitas.
3. ...