Disusun Oleh:
Floppysta ( 12030117120017)
Mita Budi Herdiyana (12030117120055)
Nindi Rustyaningrum (12030117120065)
Galuh Sekar Megananda (12030117140195)
DEPARTEMEN AKUNTANSI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Performing Effective Internal Audits &
Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (Studi Kasus pada
PT Krakatau Steel)” ini dapat diselesaikan oleh penyusun dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Performing Effective Internal Audits &
Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (Studi Kasus pada
PT Krakatau Steel)” ini diajukan dalam rangka syarat untuk memenuhi tugas
kelompok dalam Mata Kuliah Audit Internal Kelas A Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Sudarno, M.Si., Ph.D selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Audit Internal,
2. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam
pembuatan makalah ini karena kurang dan terbatasnya pengetahuan dan wawasan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
penyusunan makalah yang lebih baik lagi untuk ke depannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, khususnya bagi
mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Semarang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul.....................................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan.............................................................................................3
BAB II: LANDASAN TEORI............................................................................................4
BAB III: PEMBAHASAN..................................................................................................36
3.1 Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal................................................................36
3.2 Ketidaksesuaian dengan Pedoman IPPF..............................................................36
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Melihat rekam jejak karir Wisnu Kuncoro, ia mulai menjabat sebagai
Direktur Produksi dan Riset Teknologi PT Krakatau Steel sejak 29 Maret 2017
menggantikan Hilman Hasyim. Sebelum menduduki posisi tersebut, ia juga
sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT Krakatau Engineering tahun 2015-
2017 dan Direktur Utama PT Krakatau Industrial Estate Cilegon tahun 2014-
2015.
Sebelum maraknya kasus korupsi, PT Krakatau Steel juga telah banyak
disorot akibat penurunan kinerja perusahaan selama tujuh tahun terakhir yang
selalu mengalami kerugian. Kerugian ini disebabkan banyak faktor: penjualan
menurun, biaya produksi baja masih tinggi dan utang. Menurut BPS, nilai impor
besi dan baja pada Juli 2018 sudah tumbuh 56,55 persen menjadi US$996,2 juta
dari periode yang sama tahun sebelumnya. Impor ini yang menyebabkan produk
Krakatau Steel tidak cukup bersaing. Dari segi kekuatan pasar, Direktur Utama
Krakatau Steel Silmy Karim, mengatakan bahwa kondisi pasar saat ini sangat
kompetitif. Menurutnya, turunnya pendapatan merupakan efek dari volume
penjualan yang turun secara tahunan secara rata-rata. Selain volume penjualan,
harga jual produk pun juga ikut turun. Dalam Laporan Tahunan 2019, beban
kerugian pada periode berjalan mencapai US$36 juta atau setara dengan Rp504
miliar (kurs Rp14.038 per dolar AS). Beban tersebut membengkak dari bulan
Maret 2018 sebesar US$5,30 juta.
Dari segi utang, berdasarkan laporan keuangan tahun 2019, tercatat utang
sebesar US$2,01 miliar, turun sedikit dari tahun 2018 lalu yaitu sebesar US$2,49
miliar. Komposisi utang tersebut sebagian besar berasal dari utang jangka pendek.
Utang jangka pendek pada tahun ini mencapai US$1,4 miliar, sementara utang
jangka panjangnya hanya sebesar US$968 juta. Akibatnya masih harus menelan
kerugian sepanjang tahun 2019, sebab dilihat dari segi net revenue pun telah
menurun dari US$486 juta pada tahun 2018 menjadi US$418 juta pada tahun
2019.
Setelah peristiwa OTT dan kondisi perusahaan yang terus menurun, Silmy
menegaskan untuk melakukan restrukturisasi dalam upaya menyelamatkan
perusahaan. Restrukturisasi tidak hanya dari segi karyawan atau Sumber Daya
Manusia (SDM) tetapi juga bisnis dan utang. Pada SDM, Silmy mengatakan akan
2
memangkas 30 persen dari total unit kerja secara bertahap hingga 2020.
Pengurangan unit kerja di Krakatau Steel tentunya dibarengi dengan pemangkasan
jumlah tenaga kerjanya. Namun, bentuk pemangkasannya bukan melalui metode
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melainkan karyawan akan dialihkan ke anak
perusahaan lainnya. Harapannya, anak perusahaan yang mendapatkan tambahan
karyawan dari perusahaan induk, kinerja operasionalnya akan semakin meningkat
dan pada akhirnya membantu pengembangan bisnis dari perusahaan induk.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Tim audit internal, yang bekerja di berbagai lokasi, sering menerima
permintaan untuk audit tambahan atau lebih rinci di beberapa area. CAE harus
memeriksa permintaan-permintaan ini dan merencanakan audit yang sesuai
dengan jadwal audit internal saat ini atau menjadi kandidat untuk rencana audit
internal tahun berikutnya.
5. Area-area lain yang dapat diaudit harus diidentifikasi pada proses audit
Jadwal audit universe menggambarkan semua entitas potensial yang dapat
diaudit dalam suatu perusahaan. Jika fungsi audit internal memiliki waktu luang
dan yang seharusnya tidak pernah terjadi, audit internal dengan prioritas rendah
dapat dijadwalkan.
Setelah audit internal mengidentifikasi dan memilih area untuk tinjauan
audit internal, langkah selanjutnya adalah mengalokasikan sumber daya audit
internal, mengumpulkan informasi pendukung tambahan sesuai kebutuhan, dan
memulai proses mengumumkan dan meluncurkan audit internal. Titik penekanan
kami dengan enam kriteria pemilihan audit di atas adalah bahwa perusahaan akan
menghadapi banyak kebutuhan yang berbeda untuk meluncurkan tinjauan audit
internal, dan CAE harus bekerja sama dengan komite audit untuk memastikan
bahwa semua pihak memahami misi dan peran audit internal dalam meluncurkan
dan melakukan audit internal.
5
2. Rencana audit tahunan jangka panjang. Audit internal individu harus
didasarkan pada rencana kegiatan keseluruhan untuk kelompok audit
internal.
3. Pendekatan standar dan efektif untuk melakukan semua audit internal.
6
dihadapi oleh organisasi. Tujuan audit tidak harus berupa rencana yang
mendetail, tetapi harus memiliki informasi yang memadai untuk
menggambarkan apa yang akan dicapai dalam pelaksanaan audit internal
nantinya.
2. Penyusunan jadwal dan estimasi waktu audit
Jadwal dan estimasi waktu audit akan sangat bergantung pada nature dari
aktivitas audit yang akan dilaksanakan, serta ketersediaan dan kapabilitas
sumber daya dari auditor internal itu sendiri.
3. Survey Pendahuluan
Setelah disusun rencana, dan jadwal audit internal yang akan dilaksanakan,
maka auditor perlu melaksanakan survey pendahuluan untuk melihat
apakah rencana dan jadwal yang telah disusun dapat dilaksanakan atau
perlu dilakukan penyesuaian lebih lanjut. Survey pendahuluan ini
dilaksanakan dengan cara:
a. Mereview kertas kerja audit sebelumnya
Review ini dilaksanakan untuk mendapatkan pemahaman akan pendekatan
yang digunakan dan hasil yang dicapai dengan menggunakan pendekatan
tersebut. Selain itu, pemahaman akan pendekatan yang digunakan akan
membantu proses perencanaan yang lebih efektif dan efisien.
b. Mereview laporan audit sebelumnya
Temuan dalam audit sebelumnya perlu mendapatkan perhatian lebih dari
internal auditor, terutama terhadap komitmen manajemen untuk
melakukan tindakan perbaikan atau melaksanakan rekomendasi dari
auditor sebelumnya. Laporan audit sebelumnya juga memberikan
gambaran akan area-area audit yang perlu diperhatikan oleh auditor saat
ini, terutama area dimana terdapat permasalahan yang tidak tercapai
kesepakatan antara manajemen dan auditor.
c. Survey/observasi terhadap struktur organisasi
Auditor harus mendapatkan struktur organisasi dan orang-orang yang
bertanggung jawab di dalamnya, juga informasi akan key person dalam
setiap area aktivitas manajemen. Hal ini akan membantu auditor dalam
memahami proses bisnis dan alur tanggung jawab dalam proses tersebut,
7
yang mana akan mempermudah proses identifikasi kelemahan proses
bisnis dimaksud.
d. Mereview data-data lain yang sifatnya material dan merupakan data
pendukung bagi penyusunan rencana dan jadwal audit.
Data pendukung disini meliputi juga data temuan dari eksternal auditor,
serta reviu terhadap regulasi atau publikasi lainnya yang mempengaruhi
organisasi
8
melakukan survey ini, auditor dapat lebih mengenali dan memahami proses
bisnis yang dilaksanakan oleh auditee serta mengevaluasi struktur
pengendalian dan level dari risiko pengendalian dalam beragam proses dan
sistem yang termasuk dalam lingkup audit. Beberapa informasi yang
diperoleh dan digunakan dalam tahapan ini adalah informasi tentang
struktur organisasi, manual/prosedur operasi, laporan-laporan terkait operasi
auditee, hasil observasi secara personal, dan hasil diskusi dengan key
personel.
2) Documenting the Internal Audit Survey
Informasi yang diperoleh dalam tahapan ini harus didokumentasikan dalam
kertas kerja audit, yang nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki atau
mengubah teknik audit yang akan digunakan agar lebih sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
3) Field Survey Auditor Conclusions
Seringkali perencaaan audit yang disusun sebelum melaksanakan audit tidak
sesuai dengan kondisi auditee yang sebenarnya karena masih menggunakan
asumsi-asumsi auditor. Oleh karena itu, setelah memperoleh informasi dari
tahapan ini, perencanaan audit tersebut harus segera dievaluasi dan
diperbaiki. Kerja lapangan audit terdiri dari beberapa kegiatan :
a. Survei Lapangan Audit Internal
Survei pendahuluan seringkali sangat penting dalam menentukan
arah, ruang lingkup terperinci, dan tingkat upaya audit; itu adalah langkah
pertama yang diambil di situs audit. Auditor tidak bisa begitu saja masuk
tanpa maksud atau tujuan yang jelas dan mulai memeriksa dokumen dan
mengamati operasi. Survei lapangan memungkinkan auditor untuk (1)
membiasakan diri dengan proses lokal utama yang ada, dan (2)
mengevaluasi struktur kontrol dan tingkat risiko kontrol dalam berbagai
proses dan sistem yang termasuk dalam audit. Elemen informasi berikut
ini harus dikumpulkan oleh auditor yang bertanggung jawab dan anggota
tim lainnya selama survei lapangan yang khas:
- Organisasi.
9
Selama survei lapangan, auditor harus mengkonfirmasi bahwa bagan
organisasi, apakah online atau di atas kertas, sudah benar dan menyertakan
nama-nama personil kunci.
- Manual dan arahan.
Salinan manual kebijakan dan prosedur yang berlaku, penggalian data
yang menarik untuk kertas kerja audit, mungkin tersedia melalui sistem
online, dan akses yang sesuai harus diperoleh. Hukum dan peraturan
federal dan negara bagian yang berlaku harus dipelajari, serta arahan
manajemen untuk mematuhinya. Bergantung pada tujuan keseluruhan
audit, file korespondensi juga harus disaring untuk bahan yang berlaku.
- Laporan-laporan manajemen yang relevan dan risalah rapat yang
mencakup bidang-bidang yang sesuai dengan audit - penganggaran,
operasi, studi biaya, dan masalah personil, dan hasil dari setiap inspeksi
eksternal atau tinjauan manajemen juga sebagai tindakan yang diambil
harus dianalisis.
- Pengamatan pribadi
- Diskusi dengan personil kunci. Diskusi dengan personel kunci di area
yang diaudit membantu untuk menentukan masalah yang diketahui, hasil
operasi unit saat ini, dan setiap perubahan atau reorganisasi yang
direncanakan.
b. Mendokumentasikan Survei Lapangan Audit Internal
Biasanya, survei lapangan akan menempati satu atau dua hari
pertama di lokasi audit. Untuk ulasan besar, survei dapat dilakukan selama
kunjungan terpisah sebelum pekerjaan pengujian dan analisis terperinci
auditor. Dalam kedua kasus tersebut, pekerjaan yang dilakukan dan
ringkasan data yang dikumpulkan melalui survei lapangan harus
didokumentasikan dalam kertas kerja audit. Survei lapangan auditor
internal juga dapat mengidentifikasi teknik audit baru atau yang direvisi
mengingat perubahan prosedur audit atau kondisi operasi.
c. Kesimpulan Auditor Survei Lapangan
Tujuan dari survei lapangan audit internal adalah untuk
mengkonfirmasi asumsi yang diperoleh dari perencanaan audit awal dan
10
untuk mengembangkan pemahaman tentang sistem dan proses utama.
Karena informasi yang mendukung perencanaan audit pendahuluan
seringkali tidak sempurna, ini adalah poin penting di mana tim audit yang
ditugaskan dapat melakukan penyesuaian dengan ruang lingkup dan tujuan
audit yang direncanakan. Untuk audit yang lebih besar, sering kali
merupakan ide yang baik bagi manajemen audit internal untuk
mengunjungi tim yang melakukan survei lapangan dan meninjau hasilnya.
Dengan cara ini, perubahan ruang lingkup yang disetujui oleh manajemen
yang diperlukan dapat dilakukan. Kehadiran di tempat ini dapat
menjernihkan setiap pertanyaan potensial yang dapat diajukan kemudian.
Auditor internal dapat menemukan contoh di mana informasi yang
dikumpulkan dari survei lapangan dapat menyebabkan tim audit untuk
menyesuaikan ruang lingkup audit yang direncanakan secara substansial
atau bahkan untuk membatalkan pekerjaan audit rinci. Bahan-bahan yang
dikumpulkan dalam survei lapangan audit internal harus digunakan untuk
mendokumentasikan atau memperbarui file permanen kertas kerja. Jika
seorang anggota manajemen audit tidak berada di lokasi, hasil survei harus
dirangkum dalam bentuk tertulis, dikomunikasikan.
11
2. Sebagai prosedur audit dengan instruksi yang mendetail
12
Sebagaimana diatur dalam standar IIA bahwa auditor internal sebaknya
menguji dan mengevaluasi setiap informasi yang berkaitan dengan tujuan audit
yang telah direncanakan. Setiap informasi dimaksud adalah bukti audit, yang
melingkupi seluruh kegiatan reviu dan observasi yang dilakukan oleh auditor.
Dasar evaluasi terhadap informasi yang kemudian dapat dijadikan sebagai bukti
audit adalah harus memenuhi kriteria sufficient, competent, relevant, and useful.
Program audit sebaiknya dapat menuntun auditor dalam memperoleh informasi
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bukti audit. Penggunaan beberapa
macam/tipe bukti audit sekaligus tentu akan sangat berguna dalam menyusun
simpulan hasil audit. Berikut ini adalah beberapa macam tipe audit berdasarkan
tingkat objektivitasnya yang dapat digunakan dalam menyusun simpulan audit
oleh auditor:
13
Tahapan audit yang disusun dalam program audit juga akan bergantung
pada karakteristik dari organisasi yang diaudit. Walaupun demikian, secara
umum, audit internal harus dilaksanakan dan disupervisi berdasarkan standar yang
ada. Hal dimaksud akan menjamin bahwa audit telah dilakukan secara memadai
dan terkendali.
14
4. Potential audit findings
Kapanpun auditor menemukan hal yang berpotensi sebagai temuan/
kelemahan dari sistem pengendalian, maka uraian kondisi dimaksud dan
rekomendasi perbaikan harus segera dipersiapkan. Uraian dimaksud sering
dimuat dalam audit preliminary finding sheet yang berisikan antara lain:
a. Identifikasi temuan
b. Kondisi yang terjadi
c. Referensi kondisi/temuan pada dokumentasi kerja
d. Usulan/rekomendasi perbaikan dari auditor
e. Hasil diskusi tentang temuan dengan pihak manajemen
f. Rekomendasi yang telah disepakati untuk dilaksanakan oleh
manajemen
5. Audit program and schedule modifications
6. Reporting preliminary audit findings to management
15
Sekali lagi ini adalah konsep yang dipahami oleh banyak orang auditor
internal, yang IPPF telah upayakan untuk mendefinisikan secara lebih formal.
IPPF prinsip-prinsip inti audit internal diperkenalkan dalam bab ini.
3. Definisi Audit Internal
Pernyataan penting ini ditemukan di Bab 1
4. Standar Internasional untuk Praktik Profesional Audit Internal
Pertama kali diterbitkan oleh IIA tahun lalu sebagai Buku Merahnya,
standar-standar ini dirangkum nanti dalam bab ini.
5. Panduan Implementasi dan Tambahan
Ini adalah konsep yang telah dijelaskan tetapi tidak dirilis sebagai bagian
dari IPPF 2015.
6. Panduan Masalah yang Muncul
Sementara auditor internal selalu dikonfrontasi dengan masalah teknis,
bisnis, dan hukum yang baru dan terus berkembang, mereka harus beradaptasi
kepada mereka sebaik mungkin. Meskipun pedoman belum dirilis, namun IIA
mengusulkannya di sini sebagai bagian dari IPPF.
16
memenuhi harapan manajemen tersebut. Sebagai audit internal utama dan
terkemuka di seluruh dunia organisasi profesional, IIA, melalui IPPF-nya, telah
mengembangkan dan mengeluarkan standar yang mendefinisikan praktik dasar
audit internal. Standar Internasional untuk Praktik Audit Internal Profesional
dirancang untuk:
1. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar untuk praktik audit internal.
2. Menyediakan kerangka kerja untuk melakukan dan mempromosikan
berbagai kegiatan audit internal bernilai tambah.
3. Menetapkan dasar untuk pengukuran kinerja audit internal.
4. Mendorong peningkatan proses dan operasi organisasi.
Standar membantu dalam proses ini, mereka memberikan pedoman bagi komite
audit dan manajemen untuk mengukur auditor internal mereka serta satu untuk
auditor internal untuk mengukur diri mereka sendiri. Standar ini juga menetapkan
beberapa kendala pada aktivitas audit internal.
17
anggota IIA dan pihak lain yang berkepentingan. Karena kelompok peserta yang
beragam yang mengembangkan standar sebelumnya, bahasa akhir sering kali
memiliki beberapa tumpang tindih, kompromi, dan ketidaklengkapan. Akibatnya,
beberapa standar dan pedoman individu masih dapat dikenakan interpretasi yang
beragam.
Semua auditor internal hari ini diharapkan untuk mengikuti standar ini. Ini
akan menjadi fungsi audit internal yang jarang yang tiadk memiliki piagam audit
internal, seperti yang dibahas bab 8, dan charter tersebut harus sangat menegaskan
kepatuhan terhadap standar IIA. Sementara beberapa auditor internal mungkin
juga berasal dari beberapa bidang profesional lainnya. Seperti perbankan atau dari
perusahaan audit eksternal, dengan disiplin dan standar profesi mereka sendiri,
kegiatan audit tersebut umumnya tidak akan bertentangan dengan standar-standar
IIA. Mereka kemungkinan menggunakan terminologi yang sedikit berbeda,
seperti yang akan dibahas dengan kode etik ISACA, yang diperkenalkan
kemudian dalam bab ini, tetapi harus mengikuti praktik audit yang pada umumnya
sesuai dengan standar IIA. Akan tetapi, sebagi praktiknya, standar IIA mengatur
pekerjaan audit internal dan pengetahuan mereka merupakan persyaratan CBOK
yang penting.
Dengan kondisi dunia yang berubah dan kesan peran auditor internal,
standar telah berubah selama bertahun-tahun. Terdapat pembaruan besar untuk
mereka pada tahun 2001, satu set revisi dikeluarkan pada tahun 2004, dan mereka
diperbaharui lebih lanjut pada 2012 dan telah dimasukkan dalam IPPF sekarang
ini.
18
pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar kinerja menggambarkan
sifat kegiatan audit internal dan memberikan kriteria kualitas yang dapat
dievaluasi kinerja layanan ini. Sementara atribut dan standar kinerja berlaku untuk
semua layanan audit internal, standar implementasi juga berlaku untuk jenis
keterlibatan tertentu dan selanjutnya dibagi antara standar untuk jaminan dan
standar untuk menghitung kegiatan. Perpecahan ini mencerminkan bahwa auditor
internal terkadang melakukan audit ketat terhadap proyek-proyek jenis jaminan,
seperti meninjau efektivitas pengendalian internal di beberapa bidang, dan
kadang-kadang melakukan pekerjaan terkait konsultasi audit internal.
Standar atribut diberi nomor dalam bagian-bagian sebagai bagian dari seri
1000 standar, sedangkan standar kinerja diklasifikasikan dalam seri 2000. Standar
implementasi, lebih lanjut ditetapkan sebagai (A) untuk jaminan atau (C) untuk
konsultasi, diatur di bawah masing-masing atribut dan standar kinerja ini. Bagian
berikut ini menjelaskan atribut dan standar kinerja dalam beberapa detail serta
beberapa standar implementasi deskriptif. Menyadari bahwa auditor internal
mungkin diminta hanya untuk meninjau kontrol internal atau untuk bertindak
lebih sebagai konsultan internal, mungkin ada beberapa set standar implementasi:
satu set untuk masing-masing jenis utama kegiatan audit internal. Standar
implementasi yang ditetapkan untuk kegiatan audit internal dijamin diberi kode
dengan "A" mengikuti nomor standar (mis. 1130.A1). dan yang mencakup
kegiatan konsultasi audit internal dicatat oleh "C" mengikuti nomor standar (mis.
nnnn.Cl).
19
Definisi Internal Audit, Kode Etik, dan Standar. Kepala Eksekutif Audit harus
secara berkala meninjau Piagam Audit Internal dan menyampaikannya kepada
manajemen senior dan Dewan untuk persetujuan.
1010–Pengakuan Definisi Audit Internal, Kode Etik, dan Standar dalam
Piagam Audit Internal
Pengakuan terhadap wajibnya Definisi Audit Internal, Kode Etik, dan Standar
harus dinyatakan dalam Piagam Audit Internal. Kepala Eksekutif Audit harus
membahas Definisi Audit Internal, Kode Etik, dan Standar dengan manajemen
senior dan Dewan.
1100–Independensi dan Objektivitas
Aktivitas Audit Internal harus independen, dan auditor internal harus bersikap
objektif dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
1110–Independensi Organisasi
Kepala Eksekutif Audit harus melapor ke suatu tingkat di dalam organisasi yang
memungkinkan Aktivitas Audit Internal untuk memenuhi tanggung jawabnya.
Kepala Eksekutif Audit harus mengonfirmasi kepada Dewan akan independensi
organisasi dari Aktivitas Audit Internal sekurang-kurangnya setiap tahun sekali
1120–Objektivitas Individual
Auditor internal harus memiliki sikap yang tidak memihak, tidak bias, dan
menghindari konflik kepentingan.
1130–Gangguan terhadap Independensi atau Objektivitas
Jika independensi atau objektivitas terganggu baik secara kenyataan ataupun
secara penampilan, rincian gangguan harus diungkapkan kepada pihak-pihak yang
tepat. Sifat dari pengungkapan akan tergantung pada gangguan tersebut.
Ada beberapa jaminan dan standar atribut konsultasi di sini, tetapi satu
meringkas standar ini:
1130.A1–Internal auditor harus menahan diri dari menilai kegiatan tertentu yang
sebelumnya mereka menjadi penanggung jawab. Objektivitas dianggap terganggu
jika auditor internal menyediakan layanan pemastian untuk kegiatan di mana
auditor internal memiliki tanggung jawab, dalam tahun sebelumnya.
20
Ini adalah standar penting. Karena pengetahuan khusus mereka, auditor
internal kadang-kadang diminta untuk kembali mengaudit grup tempat mereka
dulu bekerja. Dalam kasus seperti itu, tidak peduli seberapa keras mereka
berusaha untuk bertindak sebaliknya, mereka tidak akan dipandang sebagai
obyektif.
1200–Keahlian dan Kecermatan Profesional
Penugasan harus dilakukan dengan keahlian dan kecermatan profesional.
1210.A1–Kepala Eksekutif Audit harus memperoleh saran dan bantuan yang
kompeten jika auditor internal tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau sebagian dari
penugasan.
1210.A2–Internal auditor harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk
mengevaluasi risiko kecurangan dan bagaimana cara organisasi mengelolanya,
tetapi tidak diharapkan memiliki keahlian sebagaimana seseorang yang tanggung
jawab utamanya adalah mendeteksi dan menyelidiki kecurangan.
Seperti dibahas dalam Bab 27, pedoman audit kecurangan auditor internal
ini agak lemah. AICPA berdasarkan SAS No. 99 mensyaratkan auditor eksternal
untuk secara agresif memikirkan red flags, indikator yang mungkin mencakup
kemungkinan penipuan, serta untuk mencari potensi penipuan dalam proses audit
mereka. Meskipun persyaratan ini tentu saja merupakan keputusan standar
profesional IIA, kami merasa bahwa auditor internal harus mempertahankan
kesadaran yang lebih besar tentang kemungkinan kecurangan dalam proses audit
internal mereka. Auditor internal seringkali merupakan penyelidik terbaik untuk
menemukan keadaan ini. Misalnya, auditor eksternal mungkin memiliki sedikit
kontak dengan kantor penjualan jarak jauh, tetapi audit internal dapat
mengunjungi kantor yang sama sebagai bagian dari audit internal yang
dijadwalkan secara rutin.
1210.A3–Internal auditor harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang risiko
dan pengendalian kunci teknologi informasi serta teknik audit berbasis teknologi
yang tersedia untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Namun, tidak semua
21
auditor internal diharapkan memiliki keahlian sebagaimana auditor internal yang
memiliki tanggung jawab utamanya adalah audit teknologi informasi.
Menyadari bahwa ada kebutuhan untuk spesialis audit TI, standar ini
menyatakan bahwa semua auditor internal harus memiliki pemahaman umum
yang baik tentang risiko dan kontrol TI. Selain itu, 1210.A2 di bawah standar
karena perawatan profesional menetapkan bahwa auditor internal harus
mempertimbangkan penggunaan alat dan teknik "audit berbasis teknologi".
Teknik audit berbantuan komputer telah menjadi bagian dari perangkat banyak
auditor internal. Meskipun ide yang bagus untuk semua tahun ini, mereka
sekarang telah naik ke tingkat standar audit internal.
1220–Kecermatan Profesional
Auditor Internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang diharapkan
dari seorang auditor yang cukup berhati-hati dan kompeten. Kecermatan
profesional tidak berarti kesempurnaan.
22
Standar berlanjut di bagian ini dengan Pengembangan Profesi 1230-
Berkelanjutan, standar pada persyaratan untuk melanjutkan pendidikan dan
pengembangan profesional.
1300–Program Pemastian Kualitas dan Peningkatan
Kepala Eksekutif Audit harus mengembangkan dan memelihara program
pemastian kualitas dan peningkatan yang mencakup semua aspek dari Aktivitas
Audit Internal.
23
2000-Mengelola Kegiatan Audit Internal.
CAE harus secara efektif mengatur aktivitas audit internal untuk memastikan nilai
tambah bagi perusahaan.
24
d. Informasi yang relevan mengenai risiko telah diperoleh dan
dikomunikasikan dalam waktu yang tepat ke seluruh unit organisasi,
yang membuat staf, Manajemen, dan Dewan dapat melaksanakan
tanggung jawabnya.
25
tanggung jawab manajemen yang sebenarnya melakukan pengelolaan
risiko.
2130 – Pengendalian
Aktivitas audit internal harus membantu organisasi memelihara pengendalian
yang efektif dengan cara mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya serta
mendorong pengembangan berkelanjutan.
2130.A1 – Aktivitas audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan
efektivitas pengendalian dalam merespon risiko dalam proses governance,
operasi, dan sistem informasi organisasi, yang mencakup:
a. Pencapaian tujuan strategis organisasi;
b. Reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi;
c. Efektivitas dan efisiensi operasi dan program;
d. Pengamanan aset; dan
e. Ketaatan terhadap hukum, peraturan, kebijakan, prosedur dan
perjanjian kontrak.
2130.C1 – Auditor Internal harus menerapkan pengetahuannya mengenai
pengendalian yang diperolehnya melalui penugasan konsultansi dalam
penugasan evaluasi proses pengendalian organisasi.
26
• Kecukupan dan efektivitas tata kelola, manajemen risiko dan proses
pengendalian dibandingkan dengan kerangka kerja atau model yang
relevan,
• Peluang untuk meningkatkan secara signifikan tata kelola, manajemen
risiko, dan proses pengendalian.
2201.A1 – Sewaktu menyusun rencana penugasan yang akan diberikan
kepada pihak di luar organisasi, auditor internal harus membuat
kesepahaman dengan mereka tentang tujuan, ruang lingkup, tanggung
jawab masing-masing pihak, dan harapan lainnya, termasuk pembatasan
distribusi hasil penugasan dan akses terhadap catatan penugasan.
2201.C1 – Auditor Internal harus membuat nota kesepahaman dengan klien
penugasan konsultansi yang memuat tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab
masing-masing pihak, dan harapan lain klien. Untuk penugasan yang
signifikan, nota kesepahaman ini harus didokumentasikan.
27
Jenis-jenis kriteria dapat meliputi:
• Internal (misalnya, kebijakan dan prosedur organisasi)
• Eksternal (misalnya, hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh
lembaga-lembaga yang berwenang)
• Praktik yang dianjurkan (misalnya, panduan industri dan profesional)
2210.C1 – Tujuan penugasan konsultansi harus diarahkan pada proses tata
kelola, risiko, dan pengendalian, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat
dengan klien.
2210.C2 – Tujuan penugasan konsultansi harus konsisten dengan nilai,
strategi, dan tujuan organisasi.
2220 - Ruang Lingkup Penugasan
Ruang lingkup penugasan yang ditetapkan harus memadai untuk dapat mencapai
tujuan penugasan.
2220.A1 – Ruang lingkup penugasan harus mempertimbangkan sistem,
catatan, personel dan properti fisik yang relevan, termasuk yang berada
dibawah pengelolaan pihak ketiga.
2220.A2 – Jika timbul peluang dilakukannya jasa konsultansi yang signifikan
pada saat penugasan asurans, nota kesepahaman tertulis khusus yang
mencakup tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab masing-masing pihak, dan
harapan lain harus dibuat dan hasil penugasan konsultansi dikomunikasikan
berdasarkan standar penugasan konsultansi.
2220.C1 – Dalam penugasan konsultansi, auditor internal harus memastikan
bahwa ruang lingkup penugasan telah memadai untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati. Jika Auditor Internal merasa berkeberatan tentang ruang
lingkup selama penugasan, keberatan tersebut harus didiskusikan dengan
klien untuk menentukan kelanjutan penugasan.
2220.C2 – Selama penugasan konsultansi, auditor internal harus
memperhatikan pengendalian yang terkait dengan tujuan penugasan serta
waspada terhadap berbagai permasalahan pengendalian yang signifikan.
2230 - Alokasi Sumber Daya Penugasan
Auditor Internal harus menentukan sumber daya yang sesuai dan memadai untuk
mencapai tujuan penugasan, berdasarkan evaluasi atas sifat dan tingkat
28
kompleksitas setiap penugasan, keterbatasan waktu, dan sumber daya yang dapat
digunakan.
Interpretasi:
Sesuai dalam hal ini mengacu kepada campuran pengetahuan, keterampilan dan
kompetensikompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan.
Cukup dalam hal ini mengacu kepada jumlah sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai penugasan dengan kecermatan profesional.
2240 - Program Kerja Penugasan
Auditor Internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja untuk
mencapai tujuan penugasan.
2240.A1 – Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama
penugasan. Program kerja ini harus memperoleh persetujuan sebelum
dilaksanakan dan apabila terjadi perubahan harus segera dimintakan
persetujuan.
2240.C1 – Program kerja penugasan konsultansi berbeda dalam bentuk dan
isinya, tergantung pada sifat setiap penugasan.
2300 - Pelaksanaan Penugasan
Auditor Internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.
2310 - Pengidentifikasian Informasi
Auditor Internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan,
dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan.
Interpretasi:
Informasi yang memadai adalah informasi yang faktual, cukup, dan meyakinkan
sehingga seseorang yang memiliki sifat kehati-hatian (prudent) akan mencapai
kesimpulan yang sama dengan auditor. Informasi yang handal adalah informasi
terbaik yang dapat diperoleh melalui penggunaan teknik-teknik penugasan yang
tepat. Informasi yang relevan adalah informasi yang mendukung observasi dan
rekomendasi penugasan dan konsisten dengan tujuan penugasan. Informasi yang
berguna membantu organisasi mencapai tujuannya
2320 - Analisis dan Evaluasi
29
Auditor Internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasannya pada
analisis dan evaluasi yang sesuai.
2330 - Pendokumentasian Informasi
Auditor Internal harus mendokumentasikan informasi yang memadai, handal,
relevan dan berguna untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.
2330.A1 – Kepala Audit Internal harus mengontrol akses atas dokumentasi
penugasan. Kepala Audit Internal harus memperoleh persetujuan dari
manajemen senior dan/atau, apabila diperlukan, pendapat ahli hukum
sebelum menyampaikan catatan/dokumentasi ke pihak eksternal.
2330.A2 – Kepala Audit Internal harus menetapkan kebutuhan retensi
penyimpanan catatan penugasan, tanpa tergantung pada media
penyimpanannya.. Ketentuan tersebut harus konsisten dengan ketentuan
organisasi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2330.C1 – Kepala Audit Internal harus menetapkan kebijakan kustodian dan
retensi penyimpanan dokumentasi penugasan konsultansi, termasuk
penyampaiannya kepada pihak internal maupun eksternal organisasi.
Kebijakan tersebut harus konsisten dengan ketentuan organisasi dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta ketentuan lainnya.
2340 - Supervisi Penugasan
Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan bahwa
sasaran tercapai, kualitas terjamin, dan staf dapat berkembang.
Interpretasi:
Tingkat supervisi yang diperlukan tergantung kepada kemampuan dan
pengalaman Auditor Internal dan kompleksitas penugasan. Kepala Audit Internal
bertanggungjawab secara menyeluruh untuk melakukan supervisi penugasan, baik
dilaksanakan oleh atau untuk aktivitas audit internal, namun dapat juga menunjuk
anggota aktivitas audit internal yang berpengalaman untuk melaksanakan
pemeriksaan tersebut. Bukti yang sesuai harus didokumentasikan dan disimpan.
2400 - Komunikasi Hasil Penugasan
Auditor Internal harus mengomunikasikan hasil penugasannya.
2410 - Kriteria Komunikasi
Komunikasi harus mencakup tujuan, ruang lingkup dan hasil penugasan.
30
2410 - Kriteria Komunikasi
Komunikasi harus mencakup tujuan, ruang lingkup dan hasil penugasan.
2410.A1 – Komunikasi akhir hasil penugasan harus memuat kesimpulan yang
dapat diterapkan, sebagaimana rekomendasi dan/atau tindak perbaikan yang
dapat diterapkan. Apabila memungkinkan, opini auditor internal semestinya
diberikan. Suatu opini harus mempertimbangkan ekspektasi Manajemen
Senior dan Dewan, serta pemangku kepentingan lain, dan harus didukung
dengan informasi yang cukup, handal, relevan dan bermanfaat.
Interpretasi:
Opini dapat berupa tingkat rating, kesimpulan, atau uraian hasil audit dalam
bentuk lain. Penugasan tersebut dapat mencakup pengendalian terhadap
proses tertentu, risiko atau unit bisnis. Formulasi pendapat tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan hasil penugasan dan tingkat signifikansinya.
2410.A2 – Auditor Internal didorong untuk dapat mengakui kinerja yang
memuaskan dalam laporan hasil penugasannya.
2410.A3 – Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar
organisasi, maka harus disebutkan pembatasan distribusi dan penggunaan
hasil penugasan.
2410.C1 – Bentuk dan isi komunikasi progres dan hasil akhir penugasan
konsultansi bervariasi dalam bentuk dan isinya, tergantung pada sifat
penugasan dan kebutuhan klien.
2420 - Kualitas Komunikasi
Komunikasi yang disampaikan harus akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif,
lengkap, dan tepat waktu.
Interpretasi:
Komunikasi yang akurat berarti bebas dari kesalahan dan distorsi, dan didasarkan
atas fakta. Komunikasi yang objektif berarti adil, tidak memihak, tidak berat
sebelah, dan merupakan hasil dari pemikiran adil dan seimbang atas seluruh fakta
dan keadaan yang relevan. Komunikasi yang jelas berarti mudah dipahami dan
logis, terhindar dari pemakaian istilah teknis yang tidak penting dan menyajikan
seluruh informasi yang signifikan dan relevan. Komunikasi yang ringkas berarti
langsung pada masalahnya, dan menghindari uraian yang tidak perlu, detail yang
31
berlebihan, pengulangan, dan terlalu panjang. Komunikasi yang konstruktif
berarti memiliki sifat membantu klien penugasan dan organisasi, dan tertuju pada
upaya perbaikan yang diperlukan. Komunikasi yang lengkap berarti tidak
meninggalkan hal-hal penting bagi pengguna hasil penugasan dan telah mencakup
seluruh informasi dan observasi signifikan dan relevan untuk mendukung
kesimpulan dan rekomendasi. Komunikasi yang tepat waktu berarti pada
waktunya dan bermanfaat dengan mempertimbangkan tingkat signifikansi isu,
sehingga memungkinkan manajemen dapat melakukan tindakan koreksi yang
tepat.
2421 - Kesalahan dan Kealpaan
Jika komunikasi akhir mengandung kesalahan atau kealpaan, Kepala Audit
Internal harus mengkomunikasikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua
pihak yang sebelumnya telah menerima komunikasi asli.
2430 - Penggunaan frasa “Dilaksanakan sesuai dengan Standar
Internasional Praktik Profesional Audit Internal”
Menunjukkan bahwa hasil penugasan “Dilaksanakan sesuai dengan Standar
Internasional Praktik Profesional Audit Internal”, dapat dilakukan hanya jika
didukung dengan hasil program asurans dan peningkatan kualitas.
2431 - Pengungkapan atas Penugasan yang Tidak Patuh terhadap Standar
Apabila ketidakpatuhan terhadap Kode Etik, atau Standar mempengaruhi suatu
penugasan, komunikasi hasil penugasan harus mengungkapkan:
• Prinsip(-prinsip) atau aturan(-aturan) perilaku pada Kode Etik, atau
Standar yang tidak sepenuhnya dipatuhi;
• Alasan ketidakpatuhan,
• Dampak ketidakpatuhan tersebut terhadap penugasan dan hasil penugasan
yang dikomunikasikan.
2440 - Penyampaian Hasil Penugasan
Kepala Audit Internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak
yang berkepentingan.
Interpretasi:
Kepala Audit Internal bertanggungjawab memeriksa dan menyetujui komunikasi
final penugasan sebelum diterbitkan, serta menentukan bagaimana dan kepada
32
siapa komunikasi tersebut akan disampaikan. Apabila Kepala Audit Internal
mendelegasikan tugas tersebut, dia tetap bertanggungjawab sepenuhnya atas hal
tersebut.
2440.A1 – Kepala Audit Internal bertanggungjawab mengkomunikasikan
hasil akhir penugasan kepada pihak-pihak yang yang dapat memastikan
bahwa hasil penugasan akan dipertimbangkan.
2440.A2 – Apabila tidak ditentukan lain oleh hukum, ketentuan, atau
peraturan perundangundangan yang berlaku, sebelum menyampaikan hasil
penugasan kepada pihak di luar organisasi, Kepala Audit Internal harus:
• Menilai potensi risiko yang dihadapi organisasi;
• Berkonsultansi dengan manajemen senior dan/atau ahli hukum
apabila diperlukan; dan
• Membatasi penyampaian hasil penugasan dengan melakukan
pembatasan penggunaan hasil penugasan.
2440.C1 – Kepala Audit Internal bertanggungjawab mengkomunikasikan
hasil akhir penugasan konsultansi kepada klien.
2440.C2 – Dalam penugasan konsultansi, permasalahan tata kelola,
manajemen risko, dan pengendalian, dapat sekaligus diidentifikasi.
Apabila isu tersebut berpengaruh signifikan terhadap organisasi, maka hal
tersebut harus dikomunikasikan kepada Manajemen Senior dan Dewan.
2450 - Opini Umum
Apabila terdapat opini umum, maka opini tersebut harus memperhatikan strategi,
sasaran, dan risiko-risiko organisasi dan ekspektasi Manajemen Senior dan
Dewan, serta pemangku kepentingan lainnya. Opini umum harus didukung oleh
informasi yang cukup, reliabel, relevan dan bermanfaat.
Interpretasi:
Komunikasi penugasan meliputi:
• Ruang lingkup, termasuk periode waktu yang terkait dengan pendapat
33
• Kerangka kerja risiko atau pengendalian, atau kriteria lain yang
dipergunakan sebagai dasar pengungkapan opini umum;
• Opini, pertimbangan, atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat
ditarik.
Alasan atas opini umum yang tidak memuaskan harus dijelaskan.
2600 - Komunikasi Penerimaan Risiko
Dalam hal Kepala Audit Internal menyimpulkan bahwa manajemen telah
menanggung tingkat risiko yang mungkin tidak dapat diterima oleh organisasi,
Kepala Audit Internal harus membahas masalah ini dengan manajemen senior.
Jika Kepala Audit Internal meyakini bahwa permasalahan tersebut belum
terselesaikan, maka Kepala Audit Internal harus mengkomunikasikan hal
tersebut kepada Dewan Pengawas.
Interpretasi:
Identifikasi atas risiko yang diterima oleh manajemen dapat dilakukan melalui
penugasan asurans maupun konsultansi, monitoring perkembangan atas tindakan
yang dilakukan manajemen atas hasil penugasan sebelumnya, atau melalui media
lainnya. Mengatasi risiko bukan merupakan tanggung jawab dari Kepala Audit
Internal.
2500 - Pemantauan Perkembangan
Kepala Audit Internal harus menetapkan dan memelihara sistem untuk memantau
disposisi atas hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.
2500.A1 – Kepala Audit Internal harus menetapkan proses tindak lanjut untuk
memantau dan memastikan bahwa manajemen senior telah melaksanakan
tindakan perbaikan secara efektif, atau menerima risiko untuk tidak
melaksanakan tindakan perbaikan.
2500.C1 – Aktifitas audit internal harus memantau disposisi hasil penugasan
konsultansi untuk memantau tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh
klien sesuai dengan hasil kesepakatan penugasan konsultansi.
34
anggota IIA atau bukan, harus melaksanakan kode etik tersebut. ISACA, termasuk
yang berafiliasi dengan lembaga penelitian, yaitu IT Governance Institute, adalah
lembaga audit yang ptofesional yang memrepresentasikan atau berbicara terutama
tentang Auditor IT. ISACA tidak memiliki standar profesionalnya sendiri,
namun memiliki kode etik.
35
BAB III
PEMBAHASAN
36
prosedur audit. Seharusnya menurut kelompok kami struktur organisasi dalam
suatu perusahaan audit internal nya harus berada dibawa dewan komisaris.
Sehingga menghindarkan dari masalah conflict of interest. Jika diubah menjadi
dibawah dewan komisaris, kemungkinan bisa meningkatkan kinerja auditor
internal.
2130 – Pengendalian Internal
Aktivitas audit internal harus membantu organisasi memelihara pengendalian
yang efektif dengan cara mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya serta
mendorong pengembangan berkelanjutan.
2130.A1 – Aktivitas audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas
dalam merespon risiko proses governance, operasi dan sistem informasi organisasi
yang mencakup :
a. Pencapaian tujuan strategis organisasi
b. Reliabilitas dan integritas informasi
c. Keuangan dan operasi
d. Efektivitas dan efisiensi operasi dan program
e. Pengamanan aset
f. Ketaatan terhadap hukum, peraturan, kebijakan, prosedur dan perjanjian
kontrak
37
2130.C1 – Auditor internal harus menerapkan pengetahuannya mengenai
pengendalian yang diperolehnya melalui penugasan konsultasi dalam penugasan
evaluasi proses pengendalian organisasi.
38
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses audit internal yang
dilaksanakan oleh PT Krakatau Steel belum dapat dikatakan efektif. Dikarenakan,
evaluasi terhadap pengendalian internal tidak dilakukan secara maksimal sehingga
keadaan perusahaan menurun selama 7 tahun terakhir dan terjadi kasus suap dan
korupsi. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak adanya evaluasi terhadap kinerja
perusahaan dan internal control perusahaan tiap tahunnya. Terdapat pula
penyimpangan terhadap tujuan audit. Selain itu, ada ketidaksesuaian antara
pelaksanaan audit internal dengan pedoman IPPF yang dibuat oleh IIA.
4.2 Saran
Menurut kelompok kami saran mengenai kasus PT Krakatau Steel tersebut
seharusnya sebagai suatu perusahaan yang utama adalah pengawasan internal
perusahaan harus diperbaiki dan perketat pengawasannya agar segala
penyimpangan dapat dideteksi sehingga pengendaliann internalnya tepat dan
maksimal serta perusahaan harus melakukan evaluasi setiap tahunnya agar jika
terdapat masalah dapat dideteksi sedini mungkin. Selain itu perusahaan juga harus
memahami lagi pedoman IPPF dalam pelaksanaan audit internal perusahaan.
Dalam pelaksanaan audit internal perusahaan ini harus ditingkatkan lagi mengenai
independensi auditor internal PT Krakatau Steel, karena berdasarkan analisis
kasus tersebut mengindikasikan adanya conflict of interest pada auditor internal
perusahaan, sehingga adanya korupsi tidak dapat dideteksi oleh auditor internal
perusahaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Robert Mueller, “Brink’s Modern Internal Auditing”. 8th ed. Sawyer. 2016
40