Anda di halaman 1dari 21

A.

Pengertia Karir

karir merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak
semata-mata dikarenakan aspek materi saja melainkan aktivitas itu sudah menjadi panggilan jiwanya.
Dimana, akhirnya aktivitas itu menghasilkan rangkaian pengalaman-pegalaman karena itu dilakukan
dalam jangka waktu yang lama.

B. Pentingnya Pemahaman akan Pilihan Karir

Masih banyak diantara kita yang memilih suatu pekerjaan hanya berdasarkan pada aspek eksternal
semata, entah itu karena gengsi, materi, ikut-ikutan dengan teman, ataupun karena pilihan orang tua.
Tanpa mereka sadari bahwa apapun keputusan mereka saat ini mengenai pilihan karirnya hal ini akan
berdampak pada kehidupan mereka kelak yang tidak hanya berdampak pada karir mereka kedepan tapi
juga aspek pribadi dan sosial. Herr, Cramer & Niles dalam (Glading, 2012) juga mengemukakan bahwa
penghasilan, stres, identitas sosial, arti, pendidikan, pakaian, hobi, minat, teman, gaya hidup, tempat
tinggal, dan bahkan karakteristik kepribadian terkait dengan kehidupan kerja seseorang. Selain itu
Hurlock (1980) juga mengemukakan bahwa banyak kasus dalam memilih bidang kerja yang tidak cocok
dengan bakat dan minat (suara hati kecil) tetapi dipilih karena besarnya pengaruh sosial yang ada, justru
menimbulkan ketidakpuasan terhadap hasil karnya, tidak merasa mencintai tugasnya dan prestasi kerja
menurun. Hal ini cukup memberikan alasan betapa pentingnya kita melakukan berbagai pertimbangan
sebelum memilih karir tertentu.

Terdapat beberapa faktor yang mesti dipertimbangkan sebelum memilih karir tertentu. Jika kita
mengacu pada teori Donald Super maka kita perlu mempertimbangkan dua aspek yaitu faktor internal
dan eksternal dari diri kita. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu sendiri seperti
kebutuhan, sifat-sifat kepribadian serta kemampuan intelektual (bakat dan minat), sementara faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga,
tuntutan lingkungan kebudayaan, dan kesempatan/ kelonggaran yang muncul. Namun, menurut Donald
Super pemilihan karir tetap dititikberatkan pada faktor internal seseorang.

C. Kesesuaian antara Karakter dan Pilihan Hidup

Dalam memilih karir selain karena faktor eksternal tentunya juga sangat dipengaruhi oleh faktor
internal, contohnya adalah karakter yang dimiliki oleh masing-masing individu. Terdapat beberaa jenis
tipe kepribadian yang dimana dalam pemilihan karir hal ini dapat menjadi salah satu pertimbangan.
Berikut ini adalah tipe-tipe kepribadian menurut John Holland

1. Tipe Realistik

Orang yang realistik menguasai lingkungan sosial dan fisiknya dengan memilih tujuan-tujuan, nilai-
nilai, dan tugas-tugas yang memerlukan penilaian yang obyektif, konkret, manipulasi benda-benda, alat-
alat binatang dan mesin-mesin; dan menghindari tujuan, nilai-nilai yang memerlukan kesubyektifan,
intelektual, ekspresi artistik, dan keterampilan serta kepekaan sosial.
Berikut ini adalah karakteristik orang-orang realistik ditinjau dari beberapa aspek:

a. Tujuan dan nilai-nilai: Lebih menyukai pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian, teknik, kecakapan
berdagang, dan pekerjaan teknik mesin. Memiliki nilai-nilai konvensional, terutama nilai-nilai ekonomis.
Menganggap bahwa nilai-nilai estetis tidak begitu penting.

b. Peranan yang lebih disukai dan identifikasi: Suka atletik, bersifat kelaki-lakian, tidak sosial, berperan
sebagai anggota biasa atau peserta; menghindari peran sebagai pengawas atau pemimpin.

c. Aktivitas-aktivitas yang disukai: Suka aktivitas yang melbatkan kecakapan gerak (motorik), benda-
benda dan berstruktur. Aktivitas tersebut termasuk atletik, pramuka, keahlian, karya-karya ilmiah,
berkelompok, menggambar, mesin-mesin, bengkel mekanik, ahli menembak, balapan (racing),
berkebun.

d. Yang tidak disukai: Menghindari situasi sosial yang memerlukan ekspresi diri yang bebas (peranan
menurut selera tertentu dan artistik), dimana dia akan memusatkan perhatiannya, menghindari tugas-
tugas intelektual dan tugas-tugas verbal yang memerlukan membaca, dan berpikir abstrak; menghindari
situasi kerja yang menekankan pada pakaian yang pantas, berbicara dan tata krama yang konvensional,
dan sifat-sifat kepribadian yang diterima oleh masyarakat umum.

e. Konsep diri: Memandang dirinya sendiri seperti telah dewasa dan matang, kelaki-lakian, praktis,
konvensional, gigih, tidak sosial, rendah diri, bersikap patuh, alamiah (tidak memamerkan diri), senang
dengan perubahan, dan memiliki jangkauan minat yang terbatas, menganggap dirinya kurang memiliki
kepercayaan diri.

f. Hasil kerja (prestasi): Terutama hasil kerja yang dicapai dalam lapangan teknik dan olahraga;
cenderung kurang baik dalam bidang akademis, soaial, dan seni.

g. Persepsi dan pandangan: Memiliki pandangan yang sederhana, bergantung pada pendapat orang lain
dibandingkan dengan pendapat sendiri.

h. Bakat dan kemampuan khusus: Memiliki bakat yang lebih baik dalam matematika daripada bakat
verbal; keterampilan psikomotor dan mekanis jauh melampaui bakat numerikal (angka), verbal, dan
persepsi.

i. Kepribadian: orang-orang yang realistik menonjolkan dirinya dengan cara mengembangkan


keterampilan motorik dan keolahragaan, dengan memperkenalkan kegagahan tubuh (fisik) dan dapat
menguasai material. Menjalankan mesin-mesin, alat-alat, dan kendaraan (terutama yang besar dan
sangat kuat).
Terdapat beberapa pekerjaan yang cocok dengan tipe realistik diantaranya: insinyur tekmik, pilot,
mekanik, tenaga pengepakan, staf produksi, operator mesin/ radio, sopir truk, petani, pengawas
bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.

2. Tipe Intelektual

Orang-orang inteletual menguasai lingkungan fisik dan sosial melalui penggunaan intelegensi; ia
memecahkan masalah melalui manipulasi ide-ide, kata-kata, simbol-simbol dibandingkan dengan
melalui kecakapan fisik dan sosial.

Berikut ini adalah karakteristik orang-orang dengan tipe intelektual ditinjau dari beberapa aspek:

a. Nilai-nilai dan tujuan: Lebih menyukai lapangan kerja atau jabatan ilmiah; memiliki nilai-nilai teoritis
dan kurang suka dengan tugas-tugas dan persoalan estetis.

b. Peranan yang disukai dan identifikasi: Peranan yan disukai sebagai seorang pekerja yang berdiri
sendiri (bebas), baik memberi maupun menerima dukungan; lebih suka menjadi dirinya sendiri.

c. Aktivitas-aktivitas yang disukai: Suka aktivitas dari permukaan sampai selesai dimana ia dapat
mengekspresikan ketidaksosialannya, bergaul, dengan orang lain, analitis, orientsi yang imajinatif;
membaca karya-karya ilmiah, berkelompok, pramuka, fotografi, aljabar, bahasa asing, ilmu-ilmu fisik,
trigonometri, aktivitas-aktivitas yang kreatif seperti seni musik dan seni ukir.

d. Yang tidak disukai: Menghindari situasi yang memerlukan keterampilan sosial atau interaksi sosial
yang pelik dan agresif.

e. Konsep diri: Memandang dirinya sendiri sebagai orang yang tidak sosial, kelaki-lakian, keras hati,
mengendalikan diri, mandiri, ilmiah, inteletual, memusatkan perhatian dan pkiran kepada diri sendiri,
berikap patuh, rendah diri, tidak pamer, tidak dibantu dan tidak populer

f. Hasil kerja (prestasi): Terutama hasil kerja (prestasi)dalam bidang akademik dan ilmiah. Cenderung
kurang mampu melakukan pekerjaan sebagai seorang pemimpin. Tipe intelektual memperoleh
pengakuan untuk prestasi kerja kreatif yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan (ilmiah)

g. Persepsi dan pandangan: Memiliki pandangan yang kompleks dan mampu mengatur kembali tempat
dengan baik.

h. Bakat dan kemampuan khusus: Memiliki skor yang tinggi dalam bakat matematika dan bakat verbal
i. Kepribadian: Orang-orang inteletual menonjolkan dirinya dengan cara meningkatkan terus
kekuatannya melalui hasil kerja pengetahuan dan inteletual.

Terdapat beberapa pekerjaan yang cocok dengan tipe realistik diantaranya: ahli fisika, biologi, kimia,
antrpologi, matematika, peneliti, dokter gigi, psikiater atau psikolog dan programer.

3. Tipe Sosial

Orang-orang sosial menguasai lingkungannya dengan memilih tujuan, nilai-nilai dantugas-tugas


dimana ia dapat menggunakan kecakapannya demi kepentingan orang lainnya. Orang-orang sosial
ditandai dengan kecakapan sosialnya dan kebutuhan untuk mengadakan interaksi sosial. Sifat-sifat yang
khas pada orang-orang sosial, termasuk keramahtamahan, suka bergaul, kebutuhan menyenagkan rang
lain, kesadaran sosial. Dia lebih mementingkan kesejahteraan orang lain; orang miskin, tidak
berpendidikan, remaja, orang yang tidak stabil dan usia lanjut. Dalam memecahkan masalah, dia
menyandarkan diri pada pelampiasan emosi dan perasaan daripada sumber-sumber intelektualnya.

Berikut ini adalah karakteristik orang-orang dengan tipe intelektual ditinjau dari beberapa aspek:

a. Nilai-nilai dan tujuan: Lebih menyukai lapangan pekerjaan dalam bidang kependidikan, terapeutik dan
keagamaan.

b. Peranan yang disukai dan identifikasi: Aktivitas-aktivitas yang lebih disukai melibatkan ekspresi
estetik, sosial, dan keagamaan, termasuk seperti tempat peribadatan, pemerintahan, pelayanan
masyarakat, musik, membaca, olahraga, mengarang, drama, berpidato di depan umum, bahasa asing,
sejarah, manata pertunjukan, wartawan, hobi berkreasi dalam seni musik dan kepustakaan.

c. Yang tidak disukai: Menghindari peran kelaki-lakian yang memerlukan kecakapan motorik,
penggunaan alat-alat dan mesin.

d. Konsep diri: Memandang dirinya sendiri sebagai orang orang sosial, kebutuhan menyenangkan orang
lain, riang gembira, suka bergaul, bersedia mengambil resiko, bersifat kewanitaan, kebutuhan
menguasai orang lain, tidak ilmiah, bertanggung jawab, berpikir tepat guna, penerimaan diri sendiri,
tidak membutuhkan bantuan orang lain. Menilai tinggi diri sendiri dalam kepemimpinan, kemampuan
berbicara, popularitas, terangsan untuk berprestasi, dapat dipercaya, ilmiah, ekspresif (perasa), dapat
dipercaya dan memiliki citra diri yang positif.

e. Hasil kerja (prestasi): Cenderung memiliki bakat verbal yang tinggi tetapi bakat matematikanya
rendah.

f. Bakat dan kemampuan khusus: Cenderung memiliki bakat verbal yang tinggi tetapi bakat
matematikanya rendah.
g. Perkembangan pribadi: Tipe sosial acap berasal dari daerah pedesaan. Masa remaja dengan latar
belakang pedesaan tampak menjadi lebih bertanggung jawab, jarang bermusuhan dengan kekuasaan
orang tua dan orang lain yang berkuasa.

h. Kepribadian: Orang-orang sosial menonjolkan dan meningkatkan dirinya dengan menolong


memberikan bantuan tertentu kepada orang-orang lemah, anak muda, orang-orang sakit, dan
menyangkut kesejahteraan umat manusia. Dengan jalan ini ia memperoleh kasih sayang, penghargaan,
status sosial dan jabatan.

Terdapat beberapa pekerjaan yang cocok dengan tipe realistik diantaranya: public realtions, customer
service, guru, pekerja sosial, penari, konsultan dan perawat.

4. Tipe Enterprising

Orang-orang enterprising (usaha) memilih nilai-nilai, tujuan dan tugas-tugas melalui yang mana ia
dapat mengekspresikan keberaniannya mengambil resiko, kebutuhan untuk menguasasi orang lain,
semangatnya yang besar dan keenerjikannya. Orang-orang yang enterprising juga ditandai oleh sifat-
sifatnya yang persuasif, verbal, ekstrover, penerimaan diri, keagresifan lisan (berbicara), dan sifat-sifat
pamer atau suka memamerkan kecakapan-kecakapannya.

Berikut ini adalah karakteristik orang-orang enterprising ditinjau dari berbagai aspek:

a. Nilai-nilai dan tujuan: Lebih menyukai lapangan kerja dalam bidang penjualan, pengawas, dan
kepemimpinan; menempatkan nilai yang tinggi dalam persoalan ekonomi dan politik dan menilai rendah
dalam persoalan teoritis dan estetis.

b. Perananan yang disukai dan identifikasi: Suka dengan peran kelaki-lakian dan sangat kuat

c. Aktivitas yang disukai: Suka dengan peran dan aktivitas dimana ia dapat memenuhi kebutuhannya
untuk menguasai orang lain, ekspresi verbal dan artistik, serta pengakuan/ penghargaan.

d. Aktivitas-aktivitas yang tidak disukai: Suka dengan peran dan aktivitas manual, dan aktivitas non
sosial, misalnya tukang, montir kendaraan bermotor, atau aktivitas yang memerlukan konsentrasi yang
lama dan ketekunan.

e. Konsep diri: Memandang dirinya sendiri akan dapat menguasai orang lain, suka bergaul,
menyenangkan, bersedia mengambil resiko, tidak ilmiah, melucu, tidak intelektual, penilaian diri yang
sangat positif, menginginkan status yang tinggi. Menilai tinggi dirinya dalam keterampilan berbicara dan
kepemimpinan, kestabilan emosi, popularitas, kemampuan olahraga, berpikir praktis dan kepercayaan
diri.

f. Hasil Kerja (prestasi): Berprestasi dalam olahraga dan dalam kepemimpinan dan kurang dalam bidang
artistik.
g. Persepsi dan pandangan: Dalam melaksanakan tugas-tugas orang-orang enterprising memiliki
kemampuan yang kurang dalam mengorganisasikan kembali. Pandangannya diwarnai dengan keyakinan
yang kuat tentang politik dan nilai-nilai yang berorientasi pada status.

h. Kepribadian: Orang-orang enterprising menonjolkan dan mempertinggi dirinya dengan merebut


kekuasaan, mengembangkan kemampuan olahraganya, mendapatkan kekayaan material dan
mengeksploitasi orang lain.

Terdapat beberapa jenis pekerjaan yang cocok dengan tipe enterprising diantaranya: wirawasta, staff
marketing, sales, pengacara, hakim, politikus, manajer perusahaan dan pekerjaan lain yang sejenis.

5. Tipe Artistik

Orang-orang artistik menguasai lingkungan sosial dan fisiknya dengan menggunakan perasaannya,
emosinya, kata hatinya (intuisi) dan imajinasinya untuk menciptakan produk dan bentuk-bentuk seni.
Bagi orang-orang artistik, pemecahan masalah adalah dengan cara melibatkan ekspresi imajinasinya dan
perasaannya melalui konsepsi dan mengerjakan menurut seni yang direncanakannya.

Berikut ini adalah karakteristik orang-orang realistik ditinjau dari beberapa aspek:

a. Tujuan dan nilai-nilai: Lebih suka lapangan pekerjaan dalam bidang musik, artistik, kesusastraan dan
drama. Nilai-nilai estetis dan persoalan ekonomi serta politik kedudukannya tidak begitu penting.

b. Peranan yang lebih disukai dan identifikasi: Mengagumi seniman dan intelektual yang termahsyur.
Ingin menjadi seseorang berdiri sendiri, artis yang kreatif, khusus lagi dia menjadi seorang pengajar/
guru khususnya dalam bidang artistik.

c. Aktivitas-aktivitas yang disukai:Menyukai hobi dan aktivitas yang kira-kira bersifat kreatif, perdebatan,
musik, sekolah, kewartawanan, mahasiswa ilmu sosial dan politik, pelayanan masyarakat, berkelompok,
fotografi, bahasa inggris, sejarah, mengadakan pertunjukan, menulis puisi atau sajak, melukis,
pengarang kreatif.

d. Yang tidak disukai: Tidak suka aktivitas dan peranan kelaki-lakian, bengkel kendaraan bermotor dan
olahraga.

e. Konsep diri: Memandang dirinya sebagai orang yang tidak sosial, kewanitaan, submissif (patuh),
rendah diri, peka, berdiri sendiri, radikal, tidak stabil, naif. Tunduk pada tekanan orang tua untuk
mencapai prestasi. Menilai dirinya sendiri memiliki kecakapan yang tinggi dalam mengarang, kerapian,
berdiri sendiri, percaya diri tetapi rendah dalam popularitas.

f. Hasil kerja (prestasi): Terutama prestasi yang dicapai dalam lapangan artistik
g. Persepsi dan pandangan: Memiliki pandangan yang fleksibel, bebas (berdiri sendiri), tidak
konvensional

h. Bakat dan kemampuan khusus: Biasanya bakat verbal lebih tinggi dibandingkan dengan bakat
matematika. Dia memiliki motorik dan persepsi yang baik yang menghasilkan keunggulan dalam bidang
seni

i. Kepribadian: Dengan mengekspresikan dan mengembangkan sifat-sifat artistik, maka orang artistik
menonjolkan dirinya dengan penerimaan yang baik secara sosial dan juga memperoleh persetujuan dan
penghargaan.

Terdapat beberapa pekerjaan yang cocok dengan tipe artistik diantaranya: desainer pakaian, penari,
komposer, editor buku dan desain grafis bisa menjadi pilihan

6. Tipe Konvensional

Orang-orang konvensional menguasai lingkungan fisik dan sosial dengan memilih tujuan, nilai-nilai dan
tugas-tugas yang didukung oleh adat kebiasaan masyarakat. Dengan demikian, dia mengadakan
pendekatan terhadap masalah adalah bersifat stereotip, praktis, tepat;dia kurang spontanitas. Sifat-sifat
pribadinya sesuai dengan orientasinya. Ia mengadakan kontrol yang baik, rapi, suka bergaul dan
menciptakan suatu kesan yang baik. Ia sedikit kurang fleksibel dan keras hati

Berikut ini adalah karakteristik orang-orang realistik ditinjau dari beberapa aspek:

a. Tujuan dan nilai-nilai: Lebih suka tugas-tugas klerikal; menempatkan nilai yang tertinggi pada
persoalan ekonomi dan menilai rendah dalam persoalan agama dan estetis.

b. Peranan yang lebih disukai dan identifikasi: Peranan yang disukainya ialah pengawas bawahan dan
ingin bertindak sebagai seorang ahli atau konsultan.

c. Aktivitas-aktivitas yang disukai: Ia menyujai suatu aktivitas-aktivitas yang memberikan kesan yang
bersifat pasif dan aktivitas yang berstruktur; drama, musik, sekolah jurnalistik, berkelompok, ekonomi,
aritmatik, ejaan da mengetik.

d. Yang tidak disukai: Umumnya menghindari jalan keluar secara agresif, kelaki-lakian, atau tidak
menyukai tugas-tugas yang memerlukan spontanitas. Aktivitas-aktivitas tersebut termasuk pramuniaga,
menggambar, mekanikal, bengkel,kendaraan bermotor, penyelamatan, menembak, berlayar, balapan,
tinju, sepak bola, menulis laporan teknik, puisi atau sajak.

e. Konsep diri: Memandang dirinya kelaki-lakian, licik, berpengaruh, suka melucu, kebutuhan untuk
menguasai orang lain, teliti, suka bergaul, kurang berprestasi, kaku, kurang efisien secara intelektual,
membuat kesan yang baik, stabil, penerimaan diri sendiri, menilai diri sendiri rendah sebagai pemimpin
tetapi tinggi dalam tanggung jawab, ilmiah, berpikir praktis, menyenangkan dan tekun. Dinilai rendah
oleh lain dalam kecakapan berbicara dan kepemimpinan.

f. Hasil kerja (prestasi): Orang-orang konvensional adalah salah satu dari dua tipe yang kemungkinan
besar mampu mencapai prestasi.

g. Persepsi dan pandangan: Memiliki pandangan yang sederhana dan bergantung pada orang lain dalam
mengambil keputusan.

h. Bakat dan kemampuan: Memiliki bakat yang baik dalam matematika daripada verbal

i.. Kepribadian: Orang-orang konvensional menonjolkan dan mempertinggi dirinya dengan


mengidentifikasikan dengan besarnya kekayaan dalam bidang keuangan dan kepemimpinan bisnisnya,
dengan memperoleh kekayaan dengan memainkan peran yang baik dengan bawahannya. Dia
menghindari ketergantungan dan menekankan pentingnya kesempurnaan, prestise dan ambisi. Karena
menguasai perilaku ini ia memperoleh status sosial dan jabatan.

Terdapat beberapa pekerjaan yang cocok dengan tipe artistik diantaranya: akuntan, administrasi,
staff, sekretaris, manager real estate, agen asuransi, administrasi penjualan, staf keuangan, kasir,
statistika, pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis.
A. Pengertian Perencanaan Karir

Ada orang yang sukses dalam karirnya dan ada juga yang gagal. Banyak hal yang menjadi penyebab
sukses ataupun gagalnya seseorang dalam karirnya. Salah satunya adalah terkait dengan perencanaan
karir. Perencanaan itu mesti ada sebelum kita melakukan kegiatan apapun, tentu saja agar kegiatan
tersebut berjalan dengan lancar. Sama halnya juga dengan karir, seseorang mestilah harus
merencanakan karirnya sedini mungkin demi kesuksesan karirnya ke depan. Menurut Sukardi dalam
Falentini (2013) perencanaan karir merupakan proses seseorang individu untuk memilih dan
memutuskan karir yang hendak dijalaninya yang berlangsung seumur hidup. Untuk membantu siswa
dalam mempersiapkan dirinya dalam pemilihan karir, maka siswa terlebih dahulu dapat memahami
keterampilan yang dimiliki, bakat, minat, cita-cita serta aspek lain.

Contoh nyata yang sering kita jumpai di lingkungan sekolah adalah pemilihan jurusan. Banyak
kemudian siswa yang lebih memilih jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS ataupun Bahasa. Alasan
merekapun beragam ada yang memang karena menyukai pelajarannya, ada juga yang merasa bahwa ia
hanya mampu pada pelajaran di jurusan IPA, ada juga karena menurut keinginan orang tua, atau karena
teman dekatnya berada di jurusan tersebut bahkan ada juga yang memilihnya karena faktor gengsi
belaka, ini dilatarbelakangi oleh adanya pendapat di kalangan masyarakat bahwa siswa yang berada di
jurusan IPA adalah siswa yang pintar. Jika ini yang terjadi maka kemungkinan untuk mengalami kendala
pada saat pembelajaran cukup besar. Ini disebabkan karena ia tidak cukup memiliki bekal dalam
menghadapi berbagai hal yang akan terjadi dalam pembelajaran, diantaranya adalah kemampuan yang
dimilikinyabisa saja tidaklah cocok berada di jurusan IPA namun di jurusan lain. Hal inilah yang turut
mengakibatkan adanya siswa yang akhirnya pindah jurusan karena merasa kewalahan dengan
pelajarannya atau bahkan tidak naik kelas dengan alasan nilai yang tidak memenuhi standar. Karenanya
perencanaan karir menjadi perlu untuk dilakukan oleh para siswa.

Adapun argumen di kalangan masyarakat yang mengatakan bahwa siswa yang berada di jurusan IPA
adalah siswa yang pintar, ini juga perlu ditelaah kembali. Sebaiknya para siswa mempertimbangkan
fenomena yang sebenarnya, bahwa setiap orang dilahirkan di dunia tidaklah sia-sia. Setiap anak
dilahirkan di dunia dengan membawa potensinya masing-masing, ada yang memiliki potensi di bidang
saintis, sosial, bisis, artistik dan lain-lain. Pintar ataupun tidak pintarnya seseorang itu dikembalikan lagi
ke individu masing-masing, sudah sejauhmana ia berusaha (belajar dan berdoa). Kesimpulannya adalah
jurusan apapun pada dasarnya adalah baik entah itu IPA, IPS maupun Bahasa, karena kesemuanya saling
mendukung guna tercapainyakehidupan yang lebih baik dan setiap orang memiliki kesempatan untuk
menjadi yang terbaik sesuai dengan keahliannya masing-masing.

B. Langkah-Langkah dalam Perencanaan Karir

Seseorang yang telah memiliki perencanaan karir tentunya memiliki perbedaan dengan yang belum
memiliki perencanaan karir, seseorang yang telah memiliki perencanaan karir tentunya lebih terarah
dalam pengambilan keputusan hidupnya baik itu pendidikan maupun gaya hidupnya, sesuai dengan
pendapat Winkel dalam Nurjannah (2013) mengenai tujuan dari perencanaan karir yaitu terdiri dari
tujuan jangka panjang yang mencakup gaya hidup yang ingin dicapai dan nilai kehidupan yang ingin
direalisasikan dalam hidup dan tujuan jangka pendek, yaitu mencakup tujuan-tujuan yang mungkin
diraih dalam jangka waktu yang tidak begitu lama dimana hal itu dapat dipergunakan dalam persiapan
untuk memegang jabatan kelak di kemudian hari, misalnya gelar (S1, Diploma, dll) ataupun sertifikat.

Terlepas dari kedua tujuan tersebut hal yang penting disadari berkaitan dengan perencanaan karir
adalah perencanaan yang baik tentunya memberikan kemungkinan yang cukup besar akan hasil yang
baik pula. Berikut ini merupakan ciri-ciri seseorang yang telah memiliki perencanaan karir menurut Yusuf
dalam Nurjannah (2013) yaitu:

1. mengetahui cara memilih program studi

2. mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang karir

3. dapat memilih pekerjaan yang baik sesuai dengan bakat, minat dan kepemimpinan

4. mampu memilih perguruan tinggi setelah lulus sekolah.

Selain itu terdapat juga pendapat lain mengenai ciri-ciri seseorang yang telah memiliki perencanaan
karir yang dikemukakan oleh Tohirin dalam Nurjannah (2013) yaitu:

1. memiliki pemahaman terhadap dunia kerja


2. memiliki minat dan bakat khusus terhadap dunia karir tertentu

3. mempunyai kepribadian yang berkenaan dengan karir

4. memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan karir

Pemaparan di atas tentu saja dapat menjadi bahan evluasi buat diri sendiri apakah sudah termasuk
dalam kategori orang-orang yang telah memiliki perencanaan karir atau belum. Jika sudah termasuk
dalam kategori orang yang telah memiliki perencanaan karir maka selanjutnya yang dilakukan tentu saja
terus mengembangkan diri agar apa yang direncanakan dapat terwujud. Namun, jika belum maka hal-
hal berikut ini dapat menjadi masukan positif sebelum memutuskan untuk berkarir pada bidang
tertentu. Yang pertama adalah pendapat dari Manrihu dalam Falentini (2013) yaitu:

1. pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai

2. pengetahuan dan pengguna informasi yang relevan (sebelum memutuskan)

3. pengenalan dan penggunaan strategi untuk mengkonversikan informasi ini ke dalam tindakan

Pendapat lain mengenai perencanaan karir dikemukakan oleh Splete & Pietrofesa dalam Purnamasari
(2006), teori ini mengemukakan beberapa hal yang mesti diperhatikan oeh seseorang ketika hendak
berkarir pada bidang tertentu, yaitu:

1.Memahami proses pengambilan keputusan karir, dengan mempertimbangkan:

a. faktor-faktor psikologis dan sosiologis

b. kesiapan dalam membuat keputusan karir

c. aspirasi

d. persepsi

2. Pemahaman diri

3. Pengetahuan tentang karir, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. tugas-tugas yang harus dilakukan dalam suatu jenis pekerjaan

b. persyaratan kerja

c. pendidikan
d. training atau pelatihan khusus

4.Mempertimbangkan alternatif pilihan karir dan dampaknya baik secara fisik, intelektual,dan emsional

5. Memilih, merencanakan dan bertindak untuk mencapai pilihan karir yang diinginkan.

Identifikasi Karakteristik Pemilihan Karir

A. Pengertian Pemilihan karir

Karier atau career dalam bahasa inggris pada dasarnya merupakan istilah teknis dalam administrasi
personalia atau “Personel Administration”. Karier atau career menurut Handoko adalah semua
pekerjaan (jabatan) yang dipunyai (dipegang) selama kehidupan seseorang (Martoyo,2007:73).

Harianja M,T,Efendi (2009:216) mengemukakan bahwa karir adalah keseluruhan


jabatan/pekerjaan/posisi yang dapat diduduki seseorang selama kehidupan kerjanya dalam organisasi
atau dalam beberapa organisasi.

Kemudian menurut Gibson, RL & Marianne H, Mitchell (2011:445) karir (career) merupakan jumlah total
pengalaman kerja seseorang di dalam kategori pekerjaan umum seperti mengajar, akuntansi,
pengobatan atau penjualan.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karir atau karier atau carrer ialah serangkaian
pekerjaan atau jabatan yang dilakoni seseorang selama kehidupan kerjanya. Dengan demikian dapat
pula diartikan bahwa pemilihan karir merupakan suatu usaha seseorang untuk memilih pekerjaan atau
jabatan yang akan dijalani selama kehidupan kerjanya nanti.

B. Karakteristik Pemilihan Karier

Memilih karir perlu untuk dipertimbangkan secara matang, karena akan berpengaruh kepada kehidupan
di masa yang akan datang. Pilihan karir yang tepat juga akan membantu dalam mencapai sukses karirnya
nanti.

Pilihan Karir Menurut Mathis & Jackson dalam Subekhi (2012:166) bahwa terdapat empat dasar
karakteristik seseorang dalam membuat pilihan karir, yaitu :
1. Faktor Minat

Orang cenderung mengejar karir yang mereka percaya sesuai dengan minatnya. Tetapi sering kali, minat
orang berubah, keputusan karir pada akhirnya dibuat berdasarkan keterampilan dan kemampuan
khusus, serta jalan karir yang mana yang realistis bagi mereka.

2. Faktor Citra Diri

Perluasan dari citra diri seseorang, begitu pula dengan pembentukan karakternya. Orang-orang
mengikuti karir dimana mereka dapat melihat dirinya melakukan dan menghindari karir yang tidak
sesuai dengan persepsi bakat, motivasi, dan nilai.

Amri Yusuf (2005:75) yang menyarankan beberapa citra diri positif yang perlu dibangun untuk
menyongsong karir yang lebih baik di masa depan. Hal-hal tersebut diataranya tidak boleh lengah dalam
meniti karir, bangun citra diri yang meyakinkan. Kembangkan citra diri yang jujur, sopan, baik hati,
percaya diri, hormat pada orang lain, mau menjadi pekerja keras, berani mempertahankan yang benar,
mengasihi dan mau melayani orang lain, optimistik, kreatif, ceria, empati, serta bersahabat.

3. Faktor Kepribadian

Orientasi pribadi dan kebutuhan pribadi seseorang karyawan individu yang memiliki jenis kepribadian
tertentu condong ke kelompok pekerjaan berbeda. Kepribadian adalah jumlah total cara-cara yang
ditempuh individu unatuk bereaksi terhadap dan berinteraksi dengan yang lain. Kepribadian paling
sering digambarkan berdasar ciri-ciri yang dapat diukur yang diperlihatkan seseorang.

d. Faktor Latar Belakang Sosial

Status sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan orang tua merupakan faktor dalam kategori
ini. Lebih jauh Mathis dan Jackson mencontohkan bahwa anak seorang dokter atau seorang tukang las
tahu dari orang tuanya tentang seperti apa pekerjaan tersebut dan mungkin mencari atau menolak
pekerjaan tersebut berdasarkan cara pandang terhadap pekerjaan orang tuanya.

Footnote :

http://www.e-campus.fkip.unja.ac.id/eskripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/EA1D209035.pdf
Pendekatan-pendekatan Konseling Karir

A. Pendekatan konseling karir Trait and Factor

Pendekatan ini memiliki latar belakang sejarah pada bidang psikologi yang difokuskan pada identifikasi
dan pengukuran perbedaan individu dalam tingkah laku manusia. Teori ini merupakan satu dari
keseluruhan orientasi dalam proses psikologi vokasional untuk menggambarkan dan menjelaskan
pembuatan keputusan karir berdasarkan kesesuaian individu dengan pekerjaan. Terbentuk dari tiga
asumsi atau prinsip :

Berdasarkan karakteristik khusus psikologisnya setiap pekerja disesuaikan setepat mungkin pada suatu
jenis pekerjaan yang khusus.

Kelompok pekerja yang berbeda pekerjaan mempunyai karakteristik psikologi yang berbeda.

Berbagai penyesuaian kerja langsung dengan perjanjiannya antara karakteristik pekerja dengan tuntutan
kerja.

a. Model

Model pendekatan konseling karir ini lebih menekankan pada tiga hal : a) individu, b) pekerjaan, c)
hubungan antar keduanya, sehingga Parson dianggap sebagai pelopor yang menggabungkan
pengalaman-pengalaman pada perkembangan psikometrik dan okupasionologi yang terbaru. Yang
dibuat dalam tes Minnesota yaitu minat, keterampilan manual, persepsi ruang dan lainnya. Secara
filosofis, teori konseling karir trait and factor telah mempunyai komitmen kuat terhadap keunikan
individu. Secara psikologis nilai ini bermanfaat dalam waktu yang lama untuk prinsip psikologi
differensial. Sebagai konsekuensi, terdapat dua implikasi signifikan untuk model ini. Pertama hal ini
sangat bersifat teoritis daripada pemasukan proporsi perbedaan individu. Kedua, analisa dan atomistic
yang berorientasi ini memberikan contoh yang disebut psikograf dimana profil konseling lebih skematis.

b. Metode

Metode yang digunakan dalam pendekatan ini sebagai refleksi dari pendekatan rasionalistik dan
kognitif. Teknik-teknik yang digunakan adalah wawancara, prosedur interpretasi tes dan menggunakan
informasi pekerjaan yang selanjutnya akan disusun untuk membantu menyelesaikan masalah konseli
dan membantu membuat keputusan karir. Konselor tidak hanya melakukan pengumpulan data dengan
sembarangan saja tetapi juga harus melakukan teknik-teknik tertentu seperti wawancara yang harus
sesuai dengan petunjuk yang ada. Dalam hal ini konselor bias memahami perasaan, emosi dan sikap
klien.

c. Materi

Untuk menggambarkan model dan metode konseling karir trait dan factor dengan materi kasus actual.
Seorang perwakilan konseli dari Universitas konseling telah dipilih. Seorang pria berusia 18 tahun, Mark
S. melakukan tiga wawancara setiap minggunya. Seperti dalam kaitan dengan konseling jabatan, Mc.
Daniel (dalam Munandir, 1996) langkah-langkah yang dilewati dalam proses konseling pilihan pekerjaan
yakni : (a)langkah awal, (b) testing dan penafsiran, (c) mempelajari infomasi pekerjaan, (d)
menyempitkan bidang pekerjaan yang dikaji, (e) meninjau kemajuan, dan (f) penempatan dan tindak
lanjut. Dari enam langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dalam langkah awal, konselor membina hubungan baik dengan klien dengan tujuan agar klien merasa
enak dan bebas. Konselor menstruktur situasi konseling dengan tujuan agar jelas bagi klien apa yang
memegang peranan besar dalam penyelesaian masalah.

Langkah testing dan penafsiran bias berlangsung dalam beberapa kali pertemuan wawancara. Tes yang
umum diberikan adalah untuk mengukur minat, kemampuan akademik umum, dan bakat.

Dalam langkah mempelajari informasi kerja, klien dibantu memperoleh pemahaman tentang sejumlah
pekerjaan yang mengandung kemungkinan dengan mempertimbangkan kemampuan bakat dan minat.

Langkah keempat membantu klien mengaitkan kualifikasi dengan pilihan pekerjaan dan bertujuan
menyempitkan bidang pekerjaan, menyusun rencana program sesuai dengan pilihan pekerjaan, bagi
siswa ini berarti pemilihan program pengajaran dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Di latar sekolah, peninjauan atas kemajuan siswa dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Setelah
peninjauan atas kemajuan yang telah dicapai kemudian dibuat rencana vokasional yang lebih pasti,
rencana yang sebelumnya masih bersifat tentatif.
Langkah-langkah dalam rangka penempatan siswa, dilakukan ketika ia duduk di kelas tertinggi SMA,
apakah penempatan di dunia kerja atau ke perguruan tinggi.

B. Pendekatan konseling karir berpusat pada klien

Pendekatan ini merupakan pertentangan terhadap pendekatan trait and factor. Teori client centered
memposisikan the self tidak hanya sebagai konsep mengorganisasi yang dibatasi oleh karakteristik-
karakteristik pribadi sebagai “aku”, tetapi juga sebagai kekuatan motivasi utama terhadap aktualisasi
potensi-potensi diri seseorang, Rogers (dalam Suherman, 2011).

Dalam pembuatan keputusan karir, konseli seringkali menghadapi permasalhan seputar ketidaksesuaian
antara diri dengan informasi atau pengalaman kerja yang dimilikinya. Konseling karir client centered
membantu konseli dalam menghadapi permasalahan tersebut. Konselor bersama-sama dengan konseli,
mencoba mencari dan mengatasi ketidaksesuaian antara diri dan pengalaman konseli dengan dunia
kerja. Konseli berusaha mengembangkan konsep diri dan pengalamannya terhadap dunia kerja sehingga
terbentuk kongruensi diantara keduanya.

1) Model

Melakukan diagnosis yang memfokuskan pada permasalahan dalam pembuatan keputusan, yakni : (a)
ketidakmatangan, yaitu kekurangan informasi atau pengalaman kerja, (b) maladjustment, yaitu
penolakan atau distorsi. Dengan memperhatikan proses dalam konseling karir client centered menurut
Patterson dan dihubungkan dengan teori Rogers (dalam Suherman, 2011) sebagai berikut :

Tahap pertama, terdapat suatu sikap dalam mengkomunikasikan diri konseli.

Tahap kedua, ekspresi berlangsung secara mengalir dalam rangkan menanggapi namun tidak
berdasarkan pada diri, melainkan masalah dating dari lingkungan luar yang datang ke dalam diri konseli.

Tahap ketiga, perasaan rileks namun hanya sedikit perhatian pada isi pembicaraan.

Tahap keempat, perasaan adalah ikatan dalam diri individu. Kesulitan masih ada dalam diri individu saat
mengekspresikannya.

Tahap kelima, perasaan dieskpresikan secara bebas dalam tahap ini.

Tahap keenam, self sebagai objek menghilang.


Tahap ketujuh, self konseli menjadi subjek yang lebih sederhana dan mencerminkan kesadaran dan
pengalamannya.

Diharapkan hasil dari konseling karir client centered dapat dibatasi dalam istilah-istilah tertentu yang
diterima selama proses interaksi konselor dengan konseli.

2) Metode

(a) Teknik wawancara, konseling karir client centered akan membuat respon-respon selama wawancara.
Tujuannya untuk memperkaya pengalaman konseli yang berhubungan dengan penafsiran konsep diri
dalam peranannya dengan pekerjaan. Snyder (dalam Suherman, 2011) mengembangkan system
klasifikasi wawancara untuk konseling karir client centered dengan mambatasi kategori dalam
merespom dan memberikan gambaran untuk konselor dalam menentukan yang lebih banyak digunakan
dan bagaimana menggunakannya.

(b) Interpretasi tes, untuk mencapai client centered ini dengan menggunakan tes, telah diajukan
beberapa prosedur inovatif, yaitu pertama tes dilakukan atas keinginan dan permintaan dari klien.
Kedua, konseli berpartisipasi dalam proses pemilihan tes. Disini konselor menggambarkan jenis-jenis
informasi yang akan diperoleh dari berbagai tes yang tersediam dan konseli menentukan kebiasaan
mana yang ingin dia nilai. Ketiga, setelah tes dilakukan dan diskor, konselor melaporkan hasil tes kepada
konseli secara objektif dan tidak dalam bentuk memvonis, serta memberikan respon terhadap reaksi
yang muncul.

(c) Informasi pekerjaan, dalam informasi pekerjaan terdapat empat prinsip, hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Patterson (dalam Suherman, 2011) yakni : pertama, informasi pekerjaan dimasukan
dalam proses konseling jika diketahui ada kebutuhan ajan hal itu dari sisi konseli. Kedua, informasi
pekerjaan tidak digunakan untuk mempengaruhi atau memanipulasi konseli. Ketiga, cara paling objektif
dalam memberkan informasi pekerjaan dan cara yang memaksimalkan inisiatif dan tanggungjawab
konseli adalah dengan mendorong konseli untuk memperoleh informasi dari sumber aslinya, misalnya
dari penerbit, pekerja. Keempat, sikap dan perasaan konseli terhadap pekerjaan boleh diungkapkan dan
ditangani secara terapeutik.

3) Materi

Ketika konselor berasumsi bahwa perilaku meraih informasi yang diperlukan untuk mengumpulkan
sejarah kasus baik konselo tidak dapat menahan perasaan bahwa tanggungjawab pemecahan
masalahnya diambil alih oleh konselor. Informasi yang mencukupi mengenal diri dan dunia kerja
mungkin secara sederhana tidak tersedia untuk konseli, tanpa pertimbangan apakah dia telah
mengasimilasikannya secara akurat. Kurangnya keseuaian sebagai implementasi self concept dalam
peran pekerjaan, mungkindalam pertama menjadi fungsi kurangnya informasi. Keputusan diagnosis
yang mendahului bahkan dalam konseling karir client centered akan tampak atau menjadi masalah
konseli merupakan penekanan dari : (1) kurangnya informasi atau (2) distorsi informasi (pengalaman).

Hasil konseling karir client centered dapat dibatasi dalam istilah-istilah tertentu yang diterima selama
proses interaksi konselor dengan konseli. Patterson dan Grummon (dalam Suherman, 2011) mentakan
bahwa tujuan awal konseling client centered adalah perkembangan konseli dalam proses dengan
menimbang tujuan akhir yaitu mewujudkan aktulisasi diri.

C. Pendekatan konseling karir psikodinamik

Merupakan suatu pendekatan yang dilakukan konselor untuk membantu konseli dalam pemilihan dan
pembuatan keputusan karir dengan menggunakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis
atau psikis daripada dengan cara-cara fisik. Konseli mengalami ketergantungan-ketergantungan
terhadap orang lain sehingga menjadikan orang lain itu sebagai perantara kebutuhan konseli. Selain itu,
hal lain yang membuat konseli mengalami kesulitan adalah konflik diri atau pertentangan dari diri
konseli antara konsep diri yang ia pegang sebagai tuntunan hidup dengan harapan untuk masa depan,
sehingga menimbulkan kecemasan pada konseli dan berimbas pada kemantapan dalam memilih dan
memutuskan karir yang akan diambil untuk masa depannya.

Konseling karir psikodinamik berguna untuk membantu menyesuaikan dan menyeimbangkan aspek-
aspek dorongan dan kebutuhan dalam diri konseli dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Maka
dari itu dalam hal ini peran konselor adalah membantu dalam pemilihan dan pembuatan keputusan karir
yang dapat dilakukan dengan pendekatan psikodinamik. Peran konselor diantaranya adalah memberikan
masukan-masukan kepada konseli dan lebih bersifat klinis.

Pandangan psikodinamik mengungkap bahwa pemilihan karir adalah salah satu dari sekian banyak
keputusan penting yang harus dibuat seseorang didalam hidupnya. Individu yang memiliki pola piker
maju, diperkirakan mampu mengidentifikasi factor-faktor pemilihan profesi yang mengarah kepada
pembuatan keputusan pemilihan profesi sehingga ia mampu mengembangkan semua sumber daya yang
dimilikinya guna mengimplementasikan keputusan tersebut, sehingga ia mampu bekerja sama secara
efektif.

Karakteristik konseli yang ditangani oleh psikodinamik menggambarkan seseorang yang mempunyai
masalah antara dinamika kepribadian dengan pembuatan keputusan karir.

D. Pendekatan konseling karir perkembangan

Konseling karir perkembangan menekankan pada hubungan kematangan karir seseorang dengan
masalah pembuatan keputusan suatu tindakan yang disampaikan konseli dalam konseling karir.
Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir perkembangan secara umum, dari
permasalahan sederhana sampai pada permasalahan yang kompleks. Komunikasi dan hubungan
merupakan dua bentuk perkembangan karir pada umumnya. Perkembangan karir terjalin dengan
berbagai segi perkembangan, seperti personal dan social, sehingga intervensi dalam perkembangan karir
konseli dapat memiliki pengaruh pada proses perkembangan keluarganya begitupun sebaliknya. Jadi,
pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada konseling karir dan kemungkinan seluruh
perubahan dalam perilaku termasuk vokasional, personal atau social yang dapat terjadi sepanjang
dimensi waktu.

E. Pendekatan konseling karir behavioral

Dalam konseling karir behavioral ini terdapat dua orientasi, yakni pertama focus tidak langsung melalui
aspek mediasi bahasa yang memberikan respon yang jelas dan terbuka, dan yang kedua adalah
konsentrasi langsung pada konsekuensi sebuah respond dari pemberian sebuah penghargaan atau
hukuman yang diberikan.

Diagnosis yang dilakukan terhadap konseli diawali dengan munculnya perasaan konseli yang cemas
terhadap karir selanjutnya. Hal tersebut sebagai dampak dari tidak biasanya konseli dalam membuat
pilihan, tidak mampu memilih salah satu pilihan secara realistis dan konsekuen. Perasaan cemas mengai
ketidakpunyaaan model pekerjaan yang sesuai dengan potensinya terhadap perkembangan karir
merupakan bagian dari keputusan yang memunculkan ketidakmauan untuk berkarir. Hal tersebu
tercermin dari sering munculnya pertanyaan dari dirinya sendiri sering muncul seperti apa yang akan
kamu lakukan setelah besar nanti atak akan menjadi apa kamu nanti.

Dalam hal proses konseling, terbagi menjadi dua tahapan, tahap pertama konselor berusaha
menghilangkan kecemasan, kebimbangan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kedua,
setelah konseli terbebas dari kecemasan, pembelajaran bias terjadi dan membantu menstimulasi konseli
untuk mempelajari pilihan-pilihan karir. Pembelajaran disini dimaksudkan pada informasi yang nyata
dan diberikan oleh konselor sebagai layanan informasi terhadap konseli.

Proses konseling karir sebagai kesimpulan utama dari teori behavioral mengemukakan dua tahapan, hal
tersebut diambil bila masalah konseli meliputi kecemasan, kebimbangan, keragu-raguan, serta
ketidakpastian dalam memilih karir. Tahap ini adalah counterconditioning dan instrument learning.

Proses counterconditioning disini terjadi dengan adanya stimulus yang tidak dipelajari yaitu konseli
mengungkapkan tentang pengambilan keputusan baik ketika dulu ataupun pada saat sekarang yang
memunculkan stimulus dan akan direspon sebagai kecemasan. Proses berikutnya adalah instrument
learning, yaitu konselor berusaha mengeksplorasi titik kecemasan tersebut. Konselor memberikan
informasi yang dapat memunculkan stimulus yang baru dan pemahaman bari dan juga diperkuat
dengan relationship therapist. Sehingga memunculkan respon sebagai harapan baru, jaminan dan
kepercayaan.

F. Pendekatan konseling karir komprehensif


Tidak ada satu model dan metode dari pendekatan-pendekatan konseling karir diatas yang dominan
dalam membentuk pendekatan konseling karir komprehensif. Masing-masing pendekatan mempunyai
kontribusi terhadap pendekatan konseling karir komprehensif. Sintesis dari pendekatan-pendekatan itu
diharapkan bukan hanya penempelan bagian-bagian dari pendekatan karir utama yang ada secara
serampangan. Tujuan dari perpaduan pendekatan ini adalah mewujudkan pendekatan konseling karir
komprehensif yang benar-benar berdasar atas hubungan-hubungan rasional antar elemmen dari
pendekatan-pendekatan utama tersebut dan sesuai dengan konteks interaksi antar konseli dan
konselor. Garis besar pendekatan konseling karir komprehensif terbagi kepada tiga bagian yaitu pertama
bagian model atau teori, kedua metode-metode atau teknik dan ketiga, penyimpulan pokok atau studi
kasus yang menggambarkan konsep-konsep dan prosedur pokok dengan perhitungan dan analisis kasus
konseling karir.

Dalam merumuskan model konseling karir komprehensif, konsep dan prinsip-prinsip pokok yang
digunakan tidak hanya bersumber dari pendekatan-pendekatan karir utama tetapi juga bersumber dari
system umum konseling dan psikoterapi. Disamping itu, model ini merupakan dari pengalaman yang
diambil dari berbagai sisi presentasi dan pengawasan konferensi kasus yang membuktikan karakteristik
bentuknya. Maka dari itu, konsep diagnosis, proses-proses dan hasil yang akan dihasilkan dibentuk dari
pengalaman dibuat selogis tujuan yang ada untuk memadukan antara aspek teoritis dan pragmatis yang
penuh makna.

Isu utama dalam mensintesiskan berbagai aspek dari model konseling karir komprehensif adalah
mengenai perlu tidaknya pemakaian diagnosis dalam proses konseling. Pada dasarnya, semua
pendekatan konseling kecuali client centered menyatakan perlunya diagnosis dalam proses konseling,
client centered pun sebenarnya tidak konsisten terhadap penggunaan diagnosis dalam proses konseling.

Ketika konseli memerlukan konseling karir komprehensif, pertanyaan yang muncul adalah : 1) apa
sebenarnya masalah konseli? Dan 2) mengapa konseli sampai mengalami masalah itu, jika disepakati
bahwa diagnosis diperlukan dalam konseling komprehensif, proses diagnosis yang dilakukan adalah 1)
diagnosis diferensial yang bersumber dari teori konseling karir trait and factor, 2) diagnosis dinamik
dilakukan untuk mengetahui asal-usul kemunculan permasalahan, dan 3) menggunakan career maturity
inventory untuk mengetahui hubungan sikap dan kompetensi karir seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta : Dikti


Suherman, U. 2011. Bimbingan dan Konseling Karir. Bandung : Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai