Dasar diagnosis
> Anamnesis
♀ 17 tahun → insidensi tinggi pada usia remaja
KU : penglihatan kabur saat melihat jauh → GK
Akhir-akhir ini mata terasa lelah dan berair disertai
rasa pusing → GK
Mata harus dipicingkan supaya dapat melihat dengan
baik → GK
(x) riwayat penglihatan kabur mendadak, trauma
pada mata, dan mata merah → menyingkirkan
diagnosis banding akibat tumor, trauma, dan
konjungtivitis
(x) riwayat hipertensi dan DM → menyingkirkan
etiologi-etiologi sekunder
RPK : (+)→ FR
>Pemeriksaan Oftalmologis
Penglihatan jauh
Visus dasar : OD : 6/15 (penderita hanya dapat melihat
pada jarak 6 m, sedangkan orang normal 15 m)
OS : 6/12 (penderita hanya dapat melihat pada
penderita
jarak 6 m, sedangkan orang mengalami
normal 12kelainan
m)
Pinhole : OD : 6/6refraksi, tetapi tidak terdapat
OS : 6/6
Koreksi : OD : S-1.25
OS : S-1.00
Jarak pupil : 60/58 mm
Lain-lain dalam batas normal
Fisiologi Penglihatan
Proses penglihatan : sinar yang berasal dari obyek
penglihatan → melewati beberapa lapisan media refraksi
(yaitu kornea, humor aqueus, lensa dan humor vitreus) →
mengalami pembiasan → ditangkap oleh reseptor
penglihatan pada retina → difokuskan pada fovea
centralis.
Jaras Penglihatan :
Klasifikasi miopia :
Berdasarkan kelainan yang mendasarinya :
1. Miopia refraktif, yaitu bertambahnya kemampuan
refraktif media penglihatan
a. Miopia kurvatur, terjadi peningkatan kurvatura
pada kornea dan lensa misal pada katarak
intumesen
b. Miopia indeks bias, terjadi peningkatan indeks
bias dari salah satu atau lebih media refraksi
2. Miopia aksial
Miopia akibat sumbu bola mata antero-posterior lebih
panjang dari normal, dengan kelengkungan kornea
dan lensa normal.
Berdasarkan derajat beratnya:
1. Miopia ringan, di mana miopia sampai 3 dioptri
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih dari 3 dioptri,
sampai 6 dioptri
3. Miopia berat/tinggi/myopia gravior di mana miopia
lebih dari 6 dioptri.
Berdasarkan perjalanan klinisnya :
1. Miopia Progresif, miopia yang bertambah terus pada
usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola
mata
2. Miopia Maligna/miopia pernisiosa/miopia Degeneratif,
miopia yang berjalan lebih progresif dan dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan. Ditandai
dengan adanya kelainan degeneratif pada fundus.
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila
dekat, sedangkan melihat jauh kabur, sehingga disebut
rabun jauh. Pasien dengan miopia akan memberikan
keluhan sakit kepala, mempunyai kebiasaan
memicingkan matanya untuk mencegah aberasi sferis
atau untuk mendapatkan efek pinhole. Pasien miopia
mempunyai punctum remotum yang dekat sehingga
mata selalu dalam posisi konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Sedangkan
gejala objektif yang terjadi pada pasien miopia yaitu pada
pemeriksaan funduskopi terdapat myopic crescent yaitu
gambaran bulan sabit pada polus posterior mata, pada
daerah papil saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera
oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi akan
terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti fundus
tigroid, degenerasi makula dan degenerasi retina perifer.
Penatalaksanaan pasien dengan miopia adalah dengan
memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai
contoh bila pasien dikoreksi dengan S-3.00 dan S-3.25
memberikan visus 6/6, maka lensa koreksi yang dipakai
adalah S-3.00. Tujuannya adalah untuk memberikan
istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi, atau
dengan kata lain, agar mata penderita tidak mudah lelah
karena “hipermetrop” setelah dikoreksi. Koreksi dapat
dilakukan dengan kacamata, lensa kontak dan bedah
refraktif.
Klasifikasi hipermetropia :
Berdasarkan kelainan yang mendasarinya :
1. Hipermetropia Kurvatur, keadaan dimana
kelengkungan lensa atau kornea lebih datar dari
normal sehingga kekuatan refraksinya turun
2. Hipermetropia Aksial, akibat sumbu bola mata
antero-posterior lebih pendek dari normal, dengan
kelengkungan kornea dan lensa normal.
Hipermetropia dibagi menjadi :
1. Hipermetropia Total
Mata dilumpuhkan dengan sikloplegik tetes
akomodasi lumpuh cek dengan pemeriksaan
objektif dapat hasilnya koreksi dengan lensa
positif yang sesuai
2. Hipermetropia Manifes
Kalau sudah diperiksa dengan Snellen’s chart visus
sudah 6/6 ambil lensa positif tertinggi
a. Hipermetropia Manifes Absolut
hasil pemeriksaan lensa positif terendah saat visus
sudah 6/6 ketika diperiksa dengan Snellen’s chart
b. Hipermetropia Manifes Fakultatif
(Hipermetropia manifes) – (Hipermetropia absolut)
3. Hipermetropia Laten
(Hipermetropia total) – (Hipermetropia manifes)
c. Astigmatisme
Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang
berhubungan dengan usia dimana terjadi gangguan
melihat dekat. Penyebab terjadinya presbiopia adalah
berkurangnya kemampuan akomodasi lensa mata
sehingga tidak dapat memfokuskan bayangan dari objek
yang letaknya dekat jatuh tepat di retina. Presbiopia juga
disebabkan karena perubahan kurvatura lensa akibat usia
yang sudah lanjut dan kelemahan M. Cilliaris.
Klasifikasi presbiopia :
1. Presbiopia Insipien
Merupakan presbiopia tahap awal di mana penderita
hanya mengeluh perlu usaha lebih dari mata untuk
melihat tulisan yang lebih kecil dari jarak dekat. Pada
pemeriksaan visus didapatkan hasil yang normal.
2. Presbiopia Fungsional
Penderita mulai menunjukkan keluhan dalam melihat
dekat yang seiring dengan penurunan kemampuan
akomodasi.
3. Presbiopia Absolut
Kondisi dimana kemampuan akomodasi penglihatan
sudah tidak ada lagi
4. Presbiopia Prematur
Presbiopia muncul pada usia lebih muda dari
diperkirakan. Hal ini terjadi karena pengaruh
lingkungan, nutrisi, penyakit atau obat-obatan
tertentu.
5. Presbiopia Nocturnal
Presbiopia yang muncul pada saat melihat dalam
cahaya yang kurang atau gelap. Hal ini disebabkan
karena midriasis pupil dan penyempitan lapang
pandang.
Gejala klinis :
Gejala yang pertama kali dirasakan penderita presbiopia
adalah kesulitan untuk membaca dalam jarak normal
atau dekat terutama pada keadaan dimana cahaya
kurang penderita biasanya memegang buku atau benda
yang dilihatnya dengan jarak yang jauh agar dapat
dilihat.
c. Pemeriksaan presbiopia
Bertujuan untuk mengukur derajat berkurangnya
kemampuan seseorang berakomodasi akibat
bertambahnya usia
Dasar : gangguan akomodasi pada usia lanjut terjadi
akibat kurang lenturnya lensa. Pada presbiopia
punctum proksimum (titik terdekat yang masih dapat
dilihat) terletak makin jauh di depan mata disbanding
dengan keadaan sebelumnya.
Cara : setelah dilakukan koreksi untuk penglihatan
jauh, pasien diminta untuk membaca kartu baca
dekat pada jarak 30-40 cm (jarak baca), pasien
diminta untuk membaca huruf terkecil, diberi lensa
positif terkecil mulai S+1.00 yang dinaikkan
perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil pada
kartu baca dekat pemeriksaan ini biasanya dilakukan
sekaligus pada kedua mata. Ukuran lensa yang
memberikan ketajaman penglihatan dekat sempurna
merupakan ukuran lensa yang diperlukan untuk adisi
kacamata baca, biasanya :
- Usia 40-45 tahun : S+1.00 Dioptri
- Usia 45-50 tahun : S+1.50 Dioptri
- Usia 50-55 tahun : S+2.00 Dioptri
- Usia 55-60 tahun : S+2.50 Dioptri
- ≥ 60 tahun : S+3.00 Dioptri
Karena jarak baca biasanya 30 cm, maka adisi
S+3.00 Dioptri adalah lensa positif terkuat yang
dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini
mata tidak melakukan akomodasi bila membaca
pada jarak 33 cm, karena benda yangdibaca terletak
pada titik api lensa S+3.00 Dioptri, sehingga sinar
yang keluar akan sejajar.
Adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan jarak
kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan
sangat subjektif sehingga angka-angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap.
Refraktometer
Dalam melakukan pemeriksaan objektif dengan
menggunakan alat refraktometer, maka penentuan
keadaan status refraksi pasien akan dengan sangat
mudah dilakukan. Tetapi memerlukan biaya yang sangat
besar untuk alat refraktometer automatik. Dengan
menggunakan alat tersebut, dapat secara lengkap kita
dapatkan kekuatan sferis, silindris dan aksis kelainan
refraksi pasien. Pengoperasian dengan alat ini sangat
mudah karena sudah memakai sistem komputerisasi.
Komponen yang harus diperhatikan pada resep kacamata
adalah mata yang diperiksa od/os/ods, kekuatan lensa+/-
aksis, adde, jarak pupil (jauh dan dekat), nama penderita.
Terdapat berbagai macam jenis kacamata yaitu
monofokal, bifokal dan progresif.
Yang harus diperhatikan pula adalah adanya
kemungkinan anisometrop. Anisometrop merupakan
keadaan dimana kekuatan refraksi kedua mata tidak
sama, bila perbedaan antara 2 mata kurang dari 2,5
Dioptri penglihatan binokular masih dapat tercapai
karena masih dapat melakukan fusi, tetapi bila
perbedaan lebih atau sama dengan 2,5 Dioptri akan
terjadi kesulitan fusi sehingga tidak akan terjadi
penglihatan binokular, mata yang lemah akan disupresi
dan terjadi ambliopia. Selain anisometropia juga harus
diperhatikan keadaan aniseikonia yaitu adanya
perbedaan ukuran bayangan antara mata kanan dan kiri.
ETIOLOGI
Axis bola mata lebih pendek dari normal
Kelainan media refraksi
Kelainan Indeks Refraksi
FAKTOR RISIKO
herediter, suka melihat dekat, glaukoma, DM, hipertensi,
hipertiroid.
Terapi :
1. Kacamata
OD : S-1.25 OS : S-1.00
2. Lensa kontak
OD : S-1.25 OS : S-1.00
3. Bedah refraksi
a. Tujuan: menghilangkan/ mengurangi kelainan
refraksi
b. Meliputi bedah katarak dgn lensa intraocular,
bedah lensa intraocular saja, bedah refraktif
kornea
c. Photorefractive Keratectomy dengan Excimer
Laser
d. LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
PENCEGAHAN
▫ Jarak baca 30cm, penerangan cukup
▫ Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh
bergantian. Misalnya setelah membaca atau melihat
gambar atau menggunakan komputer 45 menit,
berhenti dahulu 15-20 menit
▫ Gizi gyang seimbang
▫ Koreksi kelainan mata sedini mungkin
▫ Skrining pada anak-anak
KOMPLIKASI
1. Ablatio retina
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment
• Berhubungan dengan hilangnya struktur normal
kolagen.
• Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko
untuk terlepasnya retina dan menyebabkan
kerusakan retina.
• Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi
karena luasnya volume yang harus diisi akibat
memanjangnya bola mata
3. Miopik makulopati
• Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta
hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata yang
berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan
pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan
retina dan koroid yang bisa menyebabkan
berkurangnya lapangan pandang.
4. Glaukoma
Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres
akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur
jaringan ikat penyambung pada trabekula
5. Katarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi.
Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia, onset
katarak muncul lebih cepat
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam (mata miopi
tidak dapat sembuh kecuali dilakukan terapi lasik)