Anda di halaman 1dari 18

Class D Tutorial Part 2:

UcD Amplifier untuk Pro Audio


Ver. 1 by kartino@yahoo.com, September 2017

1. Sejarah awal UcD Amplifier


Amplifier Class D UcD topologi dipopulerkan oleh Bruno Putzeys pada tahun 2003 sewaktu masih bekerja
sebagai engineer di Philips berupa sebuah demonstration board all discrete UcD Amplifier 200W pada 4 ohm.
Pada saat itu Class D hanya dikenal sebagai amplifier dengan spesialisasi sebagai subwoofer saja karena
dikenal kurang bagus untuk reproduksi frekuensi full range dan hanya bagus di frekuensi rendah dan hanya
memiliki keuntungan di efisiensi yang tinggi. Prototype ini membuktikan bahwa Class D amplifier bisa
menghasilkan output dengan kejernihan tinggi.

Bersama Jan-Peter van Amerongen di Hypex, Bruno Putzeys mengembangkan UcD amplifier menjadi pelopor
dan referensi untuk UcD Class D Amplifier. Produknya masuk kalangan Hi Fi dan Audiophile dan dijual sebagai
OEM kit maupun retail dan sudah digunakan di berbagai produk produk hi end dunia. Produk paling mutakhir
adalah Hypex Ncore yang banyak mendapatkan review sebagai the most linear amplifier.

Gambar 1. Skema Philips UcD UM10155, 200W 4 ohm

Gambar 2. Evaluation Board Philips UcD UM10155, 200W 4 ohm


2. Topologi UcD versus Non UcD
Tulisan ini tidak akan membahas dasar cara kerja dari amplifier Class D karena sudah pernah dibahas di Class
D Tutorial Part 1. Pembahasan kali ini akan ditekankan khusus tentang cara kerja topologi UcD Amplifier ini
sendiri. Sebagai awal, kita bahas perbedaan antara UcD dan Non UcD atau topologi yang diaplikasikan seperti
pada D900 dan sejenisnya.

Topologi Non UcD bisa dilihat seperti Gambar 3. Feedback diambil dari sebelum inductor. Dengan demikian
Induktor dan LPF termasuk speaker secara keseluruhan berada di luar control loop feedback.

Gambar 3. Topologi Non UcD Amplifier

Kelebihan dari topologi ini adalah karena feedback loop diambil dari output switching sebelum inductor, dan
bekerja pada tegangan switching yang tinggi maka topologi ini sangat stabil dan tahan terhadap gangguan dari
luar.

Kelemahannya adalah karena induktor, kapasitor LPF dan speaker tidak berada di dalam loop feedback, maka
amplifier harus dioptimalkan pada beban yang dikehendaki. Demikian juga induktor, kapasitor LPF juga harus
disesuaikan mengikuti daya amplifier sekaligus beban agar hasilnya optimal.

Topologi UcD Class D amplifier secara sederhana adalah seperti pada Gambar 4. Bisa dilihat bahwa feedback
diambil setelah inductor. Demikian juga untuk R dan C feedback terpisah untuk sonic feedback (Rf) dan
switching (Clead dan Rlead). Dengan demikian Induktor dan LPF termasuk speaker secara keseluruhan masuk
dalam control loop feedback.

Gambar 4. Topologi UcD Amplifier

Kelebihan dari topologi ini adalah karena feedback loop diambil dari output audio setelah LPF maka sensitifitas
amplifier terhadap jenis beban sangat rendah jadi tidak tergantung jenis dan besar beban. Feedback juga lebih
akurat sehingga secara keseluruhan kinerja feedback lebih baik.

Kelemahan dari topologi ini adalah feedback loop bekerja pada tegangan ripple yang rendah untuk
membangkitkan switching pada comparator, sehingga terkadang ada interferensi antar channel. Bila ini terjadi
maka akan keluar suara seperti nyamuk. Kelemahan ini bisa diatasi dengan mensinkronkan kecepatan
switching pada kedua channel, namun cukup sulit. Alternatifnya adalah justru membuat selisih kecepatan
switching kedua channel minimal 20kHz hingga kedua frekuensi switching tidak saling meresonansi.
3. Skema Dasar UcD Amplifier untuk Pro Audio
Karena permintaan amplifier untuk Pro Audio sangat tinggi maka direalisasikanlah topologi UcD ini dalam
bentuk amplifier Pro Audio. Tantangan dari realisasi amplifier ini adalah mengembangkan design dari aslinya
yang hanya 200W 4 ohm menjadi rated power lebih kurang 1000W 8 ohm / 2000W 4-ohm half bridge.
Perkembangan selanjutnya dinaikkan lagi outputnya dengan design fullbridge, 1500W 8 ohm / 3000W 4 ohm
untuk low/sub. Dengan output sebesar itu maka UcD Amplifier sudah bisa memenuhi kebutuhan live musik,
baik fullrange, mid, high, low dan subwoofer.

Yang akan kita bahas adalah tutorial UcD Xlite v.3, versi UcD Pro Audio yang paling sederhana, yaitu tidak
dilengkapi dengan Overcurrent dan DC failure protection. Untuk memenuhi kekurangan ini maka dalam
pemasangan UcD Xlite wajib ditambah eksternal DC Failure protection dan supply harus ditambahkan fuse.

Seperti pada skema terlampir, dari skema dasar Philips UcD UM10155, disain dikembangkan agar amplifier
bisa dipergunakan untuk kalangan Pro Audio. Diantaranya adalah selain agar dapat menghasilkan output yang
cukup besar juga bagian input ditambahkan balanced input agar kompatibel dengan peralatan input output
sinyal audio aksesories. Lalu daya mosfet diperbesar dan demikian juga gate driver. Dan ditambahkan snubber
agar amplifier handal dan tahan terhadap kondisi lapangan yang penuh dinamika dan pembebanan tinggi yang
kontinyu (heavy duty).

3.1 Input Stage

Bagian awal UcD Xlite Amplifier adalah Input Stage yang berfungsi sebagai input buffer. Untuk bagian input
dipilihlah dual Op Amp differential agar bebas dari ground reference. Model ini dikenal dengan Op Amp
instrumentasi. Input dan output adalah fully differential. Karena tidak menggunakan ground sebagai signal path
maka lebih akurat dan bebas dari hum.

Gambar 5. Input Stage UcD XLite ver.3

Seperti pada Gambar 5, input stage ini menggunakan dual Op Amp U1, U2. Type yang cocok adalah semua
type dual Op Amp seperti TL072, TL082, JRC4558, LM4562 dan lain lain. Op Amp ini medapatkan supply dari
supply utama melalui shunt resistor 10K 5W, dan diregulasi dengan Zener 12 Volt 1W. Supply Op Amp harus
dijaga kesimetrisannya agar outputnya imbang antara Out+ dan Out-.

Input masuk menggunakan standard tegangan 0.77V sampai dengan 1.5 Volt. Gain dari input stage ini diatur
melalui R24, R25, R30 yang untuk mempermudahkan perhitungan dibuat sama nilainya yaitu 4K7, berbanding
R28, R29 yaitu 15K/4.7K = 3.2x. Karena Class D mempunyai gain yang rendah maka sebelum masuk ke
amplfikasi class D stage, tegangan butuh cukup tinggi sehingga mudah dilakukan pencacahan melalui
komparator.
Impedansi input adalah 4K7 x 2 = 9.4K. Volume potensio dipasang di In+ ke In- tanpa ground tersambung. Oleh
sebab itu bila ada satu input yang putus maka volume tidak berfungsi dengan baik. Nilai tahanan potensio
adalah 10-20K.

Gambar di bawah memperlihatkan input dan output dari UcD Xlite input stage. Dengan input 1Vpp output
differential maka outputnya adalah 10 Volt. Nilai ini sebenarnya dipersiapkan untuk tegangan main supply
amplifier sampai dengan 125 Vdc. Bila tegangan supply hanya 90Vdc bisa dipasang R28/R29 cukup 10K atau
15K agar dapat sensitifitas input yang dikehendaki.

Gambar 6. Tegangan input dan output dari Input Stage UcD XLite ver.3

3.2 Comparator Stage

Output dari Input stage ini lalu diumpankan ke Comparator Stage. Dari mulai komparator sampai power stage,
semua menggunakan “all discrete” alias bipolar atau FET saja, tidak ada integrated circuit. Tujuan pemilihan all
discrete ini adalah agar leluasa melakukan setting dan optimalisasi. Dikarenakan skema UcD class D ini bekerja
pada arus satuan milliampere maka perubahan nilai nilai resistor yang dikenakan pada setiap transistor dapat
sangat mempengaruhi kinerja amplifier secara keseluruhan. Oleh sebab itu baik nilai maupun jenis resistor dan
juga kapasitor kompensatornya sangat penting. Resistor yang terbaik dalam aplikasi ini adalah metal film dan
kapasitor kompensator adalah keramik single layer.

Comparator Stage pada UcD Xlite Amplifier mirip sekali dengan Long Tailed Pair (LTP) pada Class AB input
stage, tetapi output dari Comparator Stage ini bukan sinyal linear melainkan sudah sinyal switching. Desainnya
menggunakan bipolar transistor yang difungsikan sebagai Operational Transconductance Amplifier (OTA), atau
Omp Amp yang inputnya adalah tegangan namun outputnya adalah arus. Dari stage ini sampai mosget gate,
amplifier bekerja pada mode arus. Keuntungan mode ini ada nilai arus minimum yang dibutuhkan sehingga
walaupun ada interferensi dari luar selama tidak membangkitkan arus sebesar arus yang dibutuhkan untuk
bekerja maka interferensi tidak mempengaruhi kinerja bagian ini. Sehingga sangat stabil.

Seperti terlihat pada Gambar 7, Komparator menggunakan sepasang LTP transistor 2N5401 yaitu Q17 dan
Q18. LTP ini mendapat supply dari constant current source (CCS) Q19, Q20, sebesar 2.2mA. Sinyal audio dari
Input Stage masuk melalui R2 dan R6. Rangkaian feedback audio bekerja simetris masuk basis Q17 dan Q18
melalui R17 dan R32.

Lalu feedback ripple untuk menghasilkan PWM melaui self-oscillation melalui R18, dan C4, serta R33 dan C21.
Sehingga C4 dan C21 dapat digunakan untuk mengatur kecepatan switching dari amplifier. Kapasitas yang
kecil berarti kecepatan lebih tinggi dan sebaliknya, namun jika terlalu tinggi dapat menyebabkan amplifier gagal
berosilasi, jadi harus dicari nilai yang optimal.

Q9 dan Q12, NPN 2N5551 berfungsi sebagai current mirror yang menjamin bahwa antar kaki-kaki LTP arusnya
seimbang dan juga mengatur kecepatan OFF dari Q10 dan Q11. Sedangkan fungsi dari Q10 dan Q11 adalah
untuk menghidupkan dan mematikan gate Mosfet dengan jalan menarik arus dari gate driver. Ketepatan ON
dan OFF dari Q10 dan Q11 harus diatur dengan tepat agar kedua mosfet high-side dan low-side tidak ON
secara bersamaan karena akan menyebabkan mosfet cross-conduction hingga menyebabkan mosfet terbakar,
dan juga tidak terlalu lama jeda ON dan OFF antar mosfet atau istilahnya “dead time” agar tidak terjadi cacat
clarity yang terlalu tinggi. Oleh sebab itu pengaturan jumlah tahanan seri antara R1 dan POT3 harus tepat.
Gambar 7. Comparator Stage

Tahanan seri antara R1 dan POT3 juga mempengaruhi kecepatan switching dari amplifier, dimana semakin
besar semakin cepat kecepatan switching tetapi juga menyebabkan dead time yang lebih tinggi. Jadi, tahanan
seri R1 dan POT3 harus diatur agar:

1. Dead time cukup hingga tidak menyebabkan cross-conduction mosfet.


2. Clarity terjaga.
3. Kecepatan switching terpenuhi agar clarity saat reproduksi suara high terpenuhi.

Jadi disini ada trade-off antara clarity, reliability, stability dan kecepatan switching yang optimal. Kecepatan
switching yang tinggi walaupun bagus untuk suara high tetapi menyebabkan switching losses akibat
berkurangnya duty cycle mosfet karena dead time hingga menjebabkan switching losses dan power output
menjadi kehilangan tenaga yang ditandai output mudah clip sebelum waktunya. Pengaturan bagian ini bisa
dipermudah dengan pemilihan mosfet yang baik yaitu mosfet cepat dan ringan.
Gambar 8. Sinyal pada Comparator Stage

Dari Gambar 8, diperlihatkan V[in-] yaitu campuran feedback dari output amplifier berupa ripple dengan
tegangan dari IN- sehingga hasilnya berupa gelombang sinus ber-ripple. Sedang V[in+] adalah output sinus
yang lebih linear. Kedua sinyal ini lalu dikomparasi oleh LTP, Q17 dan Q18. Sehingga kaki-kaki LTP
menghasilkan arus. Arus inilah dipakai untuk mengaktifkan Q10 dan Q11 yang berfungsi mengaktifkan gate
driver mosfet, dengan menarik arus sebesar 4mA secara bergantian anta high side dan low side yang
ditunjukkan pada grafik I[R_pull_h1] dan I[R_pull_l1].

Pemilihan tipe transistor Q10 dan Q11 sangat krusial karena transistor ini pada high side mengalami stress
tegangan paling tinggi dari seluruh bagian amplifier yaitu tegangan penuh supply plus ke minus ditambah
tegangan boostrap 12 Volt dan harus bekerja sangat cepat dan presisi sangat tinggi. Jadi transistor tersebut
sangat mempengaruhi kinerja amplifier secara keseluruhan dan pilihannya sangat terbatas. Setelah melalui
serangkaian percobaan dan test lapangan, dipilihlah transistor terbaik untuk aplikasi ini adalah: 2SC3503,
2SC3790 yang bisa diaplikasikan untuk tegangan supply sampai 125Vdc. Untuk tegangan supply 90Vdc atau
lebih rendah bisa menggunakan 2SC3788 dengan harga lebih murah.

Untuk mengatur DC offset dari output amplifier maka ditambahkan fitur DC Offset control terdiri dari regulated
tegangan simetris dan trimpot untuk mengatur DC Offset agar mendekati nol. Fitur ini harus dipasang karena
bila tidak terpasang maka dapat berakibat input reference voltage floating yang bisa menyebabkan DC offset
pada amplifier output tidak terkontrol yang dapat menyebabkan pumping pada tegangan supply yang
menyebabkan tegangan supply tidak simetris hingga menyebabkan elco overvoltage bahkan elco bisa meledak.

3.3 Power Stage

Power stage terdiri dari Mosfet beserta gate driver. Gate driver diperlukan untuk menyalakan dan mematikan
mosfet secepat mungkin dengan jalan mengisi dan mengosongkan muatan gate dari mosfet. Baik mosfet high-
side dan low-side masing-masing dikontrol oleh gate driver terpisah.

Gambar 9, charging gate driver mosfet low side M3, M4, diatur dengan menyalakan Q4 dengan jalan menarik
arus dari basis Q4. Sedang untuk discharge gate dengan self-discharge dengan Q3 seketika saat Q4 arus
basisnya dihentikan dengan tenaga dari muatan gate itu sendiri. Agar mampu menyalakan dan mematikan
mosfet yang cukup besar maka ditambahkan totem-pole Q7 dan Q8.

Hal yang sama berlaku untuk high side mosfet M1, M2. D26 adalah LED indicator yang akan menyala bila
bootstrap terisi. Artinya amplifier sudah berhasil start.

Nilai tahanan R14, R12 harus diatur agar ON dan OFF dari Q2, Q4 akurat demikian juga mosfet. Nilai yang
terlalu kecil menyebabkan mosfet terlambat bahkan tidak bisa ON. Nilai terlalu besar menyebabkan mosfet
terlambat OFF.
Gambar 9. Power Stage

Supply V3 merupakan 12 Volt supply yang reference nol tegangan di -Vss merupakan supply untuk gate driver.
Untuk supply high side gate driver dibuat bootstrap melalui D12 dan R37, dimana akan mengisi C20 dari supply
V3 saat PWM sudah terbangkitkan. Untuk mengisi C20 saat sebelum PWM start maka dipasang R31, sehingga
amplifier bisa cepat start. D12 harus dipilih yang memiliki nilai transient reverse recovery (TRR) maksimal 30ns
agar tidak panas. Karena tugas diode ini sangat berat maka harus dipilih diode dengan spesifikasi tinggi.

C39, C40, wajib dipasang untuk mencegah mosfet osilasi saat switching karena arus yang besar. C10, R19
dan C28, R58 adalah switching snubber untuk mosfet agar stabil. R11 dan R46 sangat penting untuk mencegah
mosfet ON dengan sendirinya saat sebelum starting karena floating voltage dari gate mosfet yang
menyebabkan gate charging dari induksi hingga dapat menyebabkan mosfet ON kedua sisi dan akhirnya
terbakar. Jadi R11 dan R46 akan mengosongkan gate mosfet saat mosfet tidak bekerja.

Mosfet harus dipilih dari jenis yang ringan dan cepat. Ringan disini artinya kapasitif gate dipilih yang paling kecil
agar tempo pengisian dan pengosongan muatan bisa berkecepatan tinggi. Lalu cepat disini adalah cepat ON
dan OFF. Untuk memudahkan kita mabil referensi adalah mosfet IRFP250N yang merupakan pilihan paling
minimum untuk kualitas. Sehingga mosfet lainnya dapat mudah dibandingkan parameternya dengan
IRFP250N. Jika parameternya lebih bagus maka hasilnya juga tentu akan lebih bagus. Kriteria minimum yang
perlu dilihat dari data sheet adalah:

1. Rated continuous current (ID) pada 70C atau 100C


2. Breakdown Voltage (BR)DSS
3. Resistansi saat Mosfet ON penuh (RDSon)
4. Total Gate charging (Qg)
5. Delay ON (Ton + TDon)
6. Delay OFF (Toff + TDoff)

Rated Continuous Current (ID) mengikuti itungan umum watt output. Sedang breakdown voltage (BDV)
minimal adalah tegangan plus ke minus. Gambar 10, memperlihatkan parameter IRFP250N.
Gambar 10. Mosfet Selection Guide

Gambar 11. Output Power Stage

Dari Gambar 11, diperlihatkan output dari Power Stage yaitu sinyal PWM atau gelombang switching yang
termodulasi. Lebar dan sempitnya slope mengikuti penarikan arus gate Q2 dan Q4 yang diperlihatkan pada
arus I[R_pull_h1] dan I[R_pull_l1]. Gelombang switching ini lalu dimasukkan ke dalam low pass filter atau LPF.

3.4 Low Pass Filter (LPF)

Gambar 12, diperlihatkan bagian akhir dari UcD Xlite Amplifier yaitu Low Pass Filter atau LPF stage. Gelombang
Switching termodulasi dari Power Stage dirubah menjadi gelombang suara. Di dalam induktor L1 terjadi store
and release energi mengikuti besar energi yang masuk dan dikeluarkan kembali. Jadi tidak semata-mata
filterisasi melainkan ada energy converter dari gelombang PWM menjadi gelombang suara. Perbedaannya
dengan bandpass filter biasa adalah filter biasa mefilter gelombang dengan menahan atau mem-bypass
gelombang tertentu agar hanya frekuensi tertentu yang diteruskan tanpa merubah bentuk gelombang.

Karena induktor sebenarnya adalah energy converter maka harus dipilih dari jenis yang losses-nya rendah dan
sesuai untuk energy converter pada frekuensi actual amplifier bekerja. Pemilihan induktor bisa dilihat dari Part
1, Class D Tutorial sebelumnya. Besar induktansi mengikuti kecepatan switching dari PWM.

D36, C1, C22 berfungsi untuk meredam ripple output sisa dari PWM. Ripple harus didesain tidak boleh kebih
dari 3Vpp karena bila lebih dapat menyebabkan kerusakan speaker dan tweeter, terutama tweeter Piezo. Untuk
UcD amplifier, kapasitor LPF lebih besar dari Non UcD Amplifier agar didapat ripple yang dikehendaki karena
ripple ini justru dipakai untuk feedback untuk membangkitkan self-oscillation PWM.
Gambar 12. Low Pass Filter (LPF) Stage

C23 dan R35 adalah Zobel Network standar yang biasa ditemukan di ampli lain yang berfungsi untuk meredam
tegangan induktif dari speaker. D13, D14, D15, D17, berfungsi untuk anti paralel, membuang daya yang
berlawanan dengan daya supply, juga untuk membuang tegangan tegangan osilasi dari induktor dalam
keadaan speaker tidak ada beban. R36 adalah dummy load agar tegangan output tetap stabil meski tidak ada
speaker. Namun demikian R36 tidak boleh dibebani tanpa speaker terlalu lama karena akan panas dan
kemungkinan juga bisa putus. Jadi bila tidak ada speaker sebaiknya volume ditutup.

Gambar 13. Low Pass Filter (LPF) Stage gelombang

Gambar 13, memperlihatkan gelombang PWM masuk dan keluar dari LFP berupa sinyal sinus yang
mengandung ripple. Harap diingat, ripple ini tidak akan terdengar oleh telinga karena jauh diatas frekuensi
suara. Jadi sebetulnya menapis ripple ini tujuannya bukan untuk memperbaiki clarity tetapi agar tidak merusak
speaker dan mengotori jaringan dengan gelombang elektromagnetik liar (EMI).
4. Penambahan Fitur Proteksi dan Signalling
Untuk meningkatkan kehandalan dan keamanan operasi amplifier, terutama karena akan dipakai untuk Pro
Audio, maka perlu dipasang berbagai fitur keamanan antara lain overcurrent, DC failure dan Signalling. Type
ini dikenal dengan UcD XLina.

4.1 Overcurrent Protection

Fitur proteksi Overcurrent digunakan untuk menghidari kerusakan akibat hubung singkat dari kabel output
amplifier. Saat terjadi hubung singkat pada output, maka amplifier akan mati secara otomatis.

Gambar 14. Fitur Overcurrent Protection

Seperti terlihat pada Gambar 14, untuk mematikan amplifier menjadi mode stand-by ialah dengan jalan
memberi tegangan reverse bias pada Q20 dengan mengaktifkan Q34. Q34 akan aktif bila Q22 aktif dan
menarik arus dari Q34. Q22 ini diaktifkan oleh IC 555, yang menerima trigger dan mengatur lamanya
Overcurrent bekerja.

Resistor sensor arus, R59, R60, akan merasakan arus yang mengalir ke mosfet M1, M2, dan R61, R62
merasakan atus M3, M4. Saat terjadi hubung singkat output arus mosfet cukup tinggi sehingga timbul
tegangan diantara resistor dan mengaktifkan Q23 dan Q24 sehingga men-trigger IC 555 untuk aktif dan
outputnya bertegangan. Tegangan output ICC 555 lalu mengaktifkan Q22.

Anti-pop, dipasang untuk mencegah suara “dug” saat ampli dinyalakan dengan cara mengaktifkan IC 555
sesaat.
4.2 DC Failure Protection

DC Failure Protection wajib dipasang untuk melindungi speaker agar saat output amplifier keluar tegangan DC
baik saat kesalahan operasi maupun ada mosfet yang tembus, sambungan ke speaker bisa diputus secara
otomatis.

Gambar 15. DC Failure Protection

Seperti Gambar 15, Relay U4 menyambungkan speaker. Relay ini akan aktif bila C59 terisi sehingga Q31, Q32
aktif demikian juga Q30. Q33 adalah trigger untuk mengosongkan C59 dan akhirnya mematikan relay.

Tegangan DC dipantau oleh Q26 dan Q27. Saat kondisi normal tegangan AC di-by-pass oleh C55, C56. Saat
terjadi output DC maka melalui diode bridge D27, D28, D29, D30, maka Q27 dan Q27 akan aktif dan
mengalirkan tegangan untuk kemudian mengaktifkan Q33. Q33 akan mengosongkan C59 sehingga Q31 dan
Q32, juga Q30 akan non aktif sehingga relay akan OFF dan memutus sambungan amplifier ke speaker.

4.3 Front Panel Signalling

Fitur front panel signaling dipergunakan untuk mengetahui status dari amplifier. Skemanya seperti pada
Gambar 16, dimana signaling terdiri dari power ON, signal output dan Clip. Ketiga signal umumnya wajib
ditambahkan di setiap amplifier.

Bagian penting dari fitur ini adalah clip indicator. Clip indicator penting karena bila kita tidak tahu bahwa amplifier
dalam keadaan clip bila berlangsung kontinyu maka dapat menyebabkan amplifier rusak. LED D31 akan aktif
bila tegangan output adalah:

Clip ON = VVDD – V(D34+D37+D38+D38)

Atau tegangan output kurang lebih 15V dibawah tegangan supply. Indikator ini artinya LED boleh saja menyala
atau clip tetap harus sangat jarang. Bila clip terus menerus terjadi maka mosfet akan mengalami kondisi linear
yang cukup lama hingga mengakibatkan mosfet terbakar. Bila pun tidak terbakar maka akan timbul suara “brek
brekkk”.
Gambar 16. Front Panel Signalling

Indikator LED D32, adalah power ON yang menandakan +VSS bertegangan. D33 akan menyala bila output
amplifier sudah keluar tegangan output dan men-trigger Q28 dan Q29.

Daftar Sumber: 
https://www.hypex.nl/

https://assets.nexperia.com/documents/user-manual/UM10155.pdf

https://masteringelectronicsdesign.com/how-to-derive-the-instrumentation-amplifier-transfer-function/

https://www.hypex.nl/img/upload/doc/an_wp/WP_AES118BP_Simple_self-
oscillating_class%20D_amplifier.pdf

Thanks for Contributor: Dian Arif Lufianto, for PCB Layout


LAMPIRAN-1
Skema UcD XLite Amplifier v.3
UcD-XLite -- All Discrete Class D Amplifier v.3 Final
Kartino Surodipo, Dec 2016

R22 FUSE 15A


++Suply
C12 C11 D9 10K C2 C9 C30 C31
R3 5W
270
100n 100µ ZD12V R52 100n 100µ 100n 100µ
25V Q19 160V 160V 160V 160V
100K R31
2N5401C 47K
R41 2W
C37 SIM ONLY!
220 R9 Q20 V4 12
2N5401C 100n
33K C10
D19
C6 D13 D14
R12 220p 80 V1
ZD3.9V 470 R15 R16
470p Q6
R28 R33 R32 R7 R8 R17 R18 Q2 2SC2655
R27 22K MUR460 MUR460
2N5401C D3
220 47 47 22K 220 22-1/2W 22-1/2W
22K 47K 1N4148
C45 C21 C4 D12 R19
R26 M1 M2
100K U1 220p DC OFFSET D4 D7 IRFP250N D8 IRFP250N 10
220p C3 R2 220p Q17 Q18 R63 1N5819 IRFB4227 1N5819 IRFB4227
C15 R24 POT2 Q1 Q5 MICROMETAL
31GF6 2N5401C 2SA1020
2N5401C 2N5401C R=10k 4K7 2xT157 40 TURNS
C25 22µ NP 4K7 C41 T=0.5
22µ NP NE5532 C24 D26 C20 C19 D11 BAT54 R11
4K7 D2 ARNOLD
Input1 XLR-2 R10
C17 R30 220µ 18p 18p 680 4K7
2x MS157060 16 TURNS SPEAKER
VOLUME C16 50V 1N4148 R44 R37 100µ 100n L1 R34
XLR-1 POT1 R39 4.7 QTLP690C BZX84C12L
4K7 C26 D1 Pre-Filter Output
R=10k 100K 220p 1W
10K BOOTSTRAP ON
SINE(0 1 10K) XLR-3
T=1 22p U2 HIGH SIDE GATE DRIVER 22µ C36 C1 C22 C23 4
.tran 0 10s 0
J1 C18 R25
100n C27 R6 1N4148 R21 C39 C40
680 470n 470n 470n 220n
22µ NP 4K7 470n 470n 400V 400V 400V 400V
CONNECT PIN 3 TO PIN 1 (J1) NE5532 400V 400V
4K7
FOR UNBALANCED INPUT22µ NP R38 C46 R35 R36
XLR INPUT 100K R29 R43 10 1K5
220p 5W 5W
R20
22K 4K7 C7 D16 D21 C8
680
-J2 18p 1N4148 Q10 Q11 1N4148 18p D20
REMOVE J1 2SC3503C 2SC3503C
FOR UNBALANCED
R40 ZD3.9V C5
C38 R14 D15 D17
47K Q12 Q9 470 R48 R49
470p Q8 C28
2N5551C 2N5551C 100n 80 V2
Q4 2SC2655
2N5401C D5 MUR460 MUR460
22-1/2W 22-1/2W 220p
R53 1N4148
BIAS SUPPLY
R42 POT3 100K 12VDC FLOATING D6 M4
R=100 DEAD TIME V3 BAT54 D22 M3 D23 IRFP250N
220 T=1
PWM SPEED D18
Q3 Q7 1N5819 IRFP250N 1N5819 IRFB4227 R59
2N5401C IRFB4227
2SA1020
10
C14 C13 D10 C32 C33 C34 C35
R5 R1 R4 C44 C43 MUR460 R13 R46
ZD12V 12
100n 100µ 100 220 100 680 4K7 100n 100µ 100n 100µ
25V R23 100µ 100n 160V 160V 160V 160V FUSE 15A
--Supply

BALANCED INPUT 10K


5W
COMPARATOR LOW SIDE GATE DRIVER SWITCHING POWER STAGE LPF STAGE
STAGE STAGE

--- C:\Users\212520892\Documents\From D\Hypex\UcD-XLite-V.3-Final.asc ---


LAMPIRAN-2
Skema UcD XLite Amplifier v.4 full version
UcD-XLITE v.4 -- UcD Discrete Class D Amplifier
Kartino Surodipo, Sept 2017
R51 FUSE 20A
++Suply
C13 C12 D9 10K C48 C49
R19 R3 5W
R59 100n 100µ R60 R66
100n 100µ ZD12V 4K7 270
25V 0.1 160V 0.1
Q34 Q19 680
5W
2N5401C 2N5401C
R52 R65 Q24
R97 2N5401C
220 Q20
C2 C9 1K2 C56 R76
2N5401C R42
22K 33K 68K
2W 100n 100µ C1 100µ
160V 160V C55 DC FAULT DETECTION
220p
100µ R81 D27
Q26
R31 D15 D16 2N5551C
R64 15K 1N4148 R82
R28 33K R33 R32 R7 R8 R17 R18 D30
22K 68K R75 1N4148 4K7
220 R34 MUR460 MUR460 100 V1
47 47 22K 220 Rser=0.5
22K C10 D8 15K
C58 R95 C21
47K C4 10
C6
R26 100n ZD3.9V D29 R83
100K U1 220p R12
220p C3 R2 220p Q17 Q18 1N4148
C15 R24 470p 470 R15 D28
Q6 4K7 Q27
2N5401C 2N5401C Q2
C25 10µ NP 2SC2655 2N5401C
NE5532 2K2 DC OFFSET C24 C41 2N5401C D3
10µ NP 4K7 D2 15-1/2W 1N4148
Input1 XLR-2 POT2 1N4148
C17 R30 220µ R=10k 18p 18p
VOLUME C16 1N4148 D12
XLR-1 R39 T=0.5 M1
POT1 4K7 C26 R41 D1 D7
100K R63 D4 IRFP4242 R69
R=10k 220p Q1 Q5 1N5819 Q25 MICROMETAL
T=1 22p 4K7 31GF6 2N5401C R85
SINE(0 1 1K) XLR-3 U2 2N5401C 2SA1020
Rser=5K J1 C18 R25
100n C27 R6 1N4148 4K7 R11
47K
2xT157 40 TURNS
68K
.tran 0 1s 250us D26 C20 C19 D11 1N4148 ARNOLD
10µ NP 2K2 R10 4K7
CONNECT PIN 3 TO PIN 1 (J1) NE5532 C11 D10 680 2x MS157060 16 TURNS
4K7
FOR UNBALANCED INPUT10µ NP R38 C60 R37 100µ 100n ZD12V L1
4.7 QTLP690C
XLR INPUT 100K R29 R43 100n ZD3.9V
1W
Pre-Filter Output
BOOTSTRAP ON
220p HIGH SIDE GATE DRIVER 22µ C40 C39 C22 C23 D37
C47
22K 4K7 R36 R27 1N4148
470n 470n 470n 220n
R21 1µ 400V 400V 400V 400V
-J2 33K 47K
400V D34
D38
REMOVE J1 1k 1N4148
R56 R57 R22
FOR UNBALANCED 10 3K3 3K3
R96 5W 5W 5W
ZD12V
D39
1N4148
LS1 LOUD
47K
R80 4 SPEAKER
D31
15K
QTLP690C
R70 CLIP
R20
68K
1K C36
C7 D19 D20 C8 C5
220p D17 D21 R78
R14
20K
22p 22p 470p 470 R48 2W
1N4148 1N4148 Q8
Q4 100 V2
2SC2655 MUR460 MUR460 Rser=0.5
Q10 Q11 2N5401C D5
2SC3503C 2SC3503C 15 -1/2W R58
1N4148
10 R77 R87 U4
D32 R91
D6 QTLP690C
1N4148 D22 M3 POWER ON R79 330K 4K7 D40
Q12 Q9
Q3 Q7 1N5819 IRFP4242 R86
1N4148
2N5401C 4K7 D41
2N5551C 2N5551C 2SA1020 R46 Q31 PROTECT OFF
D36 C57 2N5551C
10K ACTIVE
R13 C32 C33 22 Q32
4K7 D33 R88 QTLP690C ..\sym\EXTRA\Relays\relay.lib
Q28 Q29 Q33
BIAS SUPPLY 680 100n 100µ ZD5V 47µ QTLP690C
SIGNAL 2N5551C
2N5551C
POT3 R67 D24 2N5551C
12VDC FLOATING 160V 160V Q23 16V 6K8 2N5551C Q30
R=100 D42
DEAD TIME D18 2N5551C BD139C
T=1 D35
PWM-CONTROL LOW SIDE GATE DRIVER 1K2 1N4148 1N4148 R84 R35
R54 MUR460 R61 R62 R68 QTLP690C
4K7 4K7 R92 R90 PROTECT ON
C37 C29 D13 R5 R1 R4 C44 C43 V3 C50 C51 C59
220 12 0.1 0.1 680 FRONT PANEL SIGNALLING 330K 4K7
R89
ZD12V 100 220 100 Rser=1 100n 100µ FUSE 20A 4K7
100n 100µ R53 100µ 100n 100µ
25V 160V --Supply

BALANCED INPUT 10K


5W
COMPARATOR SWITCHING POWER STAGE LPF STAGE
STAGE STAGE D43
1N4148
12V_FLOATING

R72
Vcc GND R74 R9
10K
U3 4K7 4K7
R73
D25 DIS TRIG
2K2
R93 R71 C14
Q22
MJE340C THRS OUT
4K7 QTLP690C 3K3 NE555 100µ
OCP ON C52 C28
R94 CV RST Q13
C53 2N5551C
4K7 100µ 100n
10n R16

4K7
SHUT-DOWN
ANTI-POP

--- C:\Users\212520892\Documents\From D\Hypex\UcD-XLite V.4.asc ---


LAMPIRAN-3
PCB UcD Xlite v.3
Ukuran PCB : 199mm x 69,5mm

Anda mungkin juga menyukai