Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Panca Indera


2.1.1 Definisi Katarak
Penyakit katarak disebabkan oleh proses degenerasi yang berkaitan dengan
usia. Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Lensa terletak dibelakang manik mata bersifat membiaskan
dan memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik kuning. Bila lensa
menjadi keruh atau cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning dengan baik,
penglihatan akan menjadi kabur. Kekeruhan pada lensa yang relatif kecil tidak
banyak mengganggu penglihatan, akan tetapi bila tingkat kekeruhannya tinggi maka
akan mengganggu penglihatan. Salah satu gangguan terhadap penglihatan banyak
terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat
mengakibatkan kebutan.
2.1.2 Etiologi
Faktor penyebab katarak termasuk katarak senilis dapat berasal dari beberapa
faktor yaitu
a. faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti jenis kelamin perempuan dan
riwayat keluarga katarak,
b. kondisi medis seperti diabetes, dehidrasi akut, gangguan atopik, hipertensi, asam
urat (lebih dari 10 tahun),
c. trauma mata,
d. penyakit mata lainnya,
e. konsumsi obat seperti kortikosteroid, statin, agen topikal yang digunakan dalam
pengobatan glukoma, dll serta
f. gaya hidup seperti kebiasaan merokok, paparan sinar matahari, konsumsi
alkohol, status gizi (Nash, 2013).
g. umumnya penyebab terbesar adalah proses ketuaan/ faktor usia.
2.1.3 Tanda Gejala
a. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan tidak nyeri
b. Penglihatan baca yang buruk
c. Pandangan silau yang mengganggu dan penglihatan buruk pada sinar matahari
yang terang
d. Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada saat
mengemudi pada malam hari
e. Kemungkinan memiliki penglihatan yang baik pada cahaya yang redup
dibandingkan cahaya terang
f. Pupil berwarna putih susu
g. Area putih keabu-abuan di belakang pupil (dengan katarak lanjut)
2.1.4 Patofisiologi
Terjadiya katarak senilis berlangsung dalam 4 stadium yaitu:
1. Stadium insipien
Stadium ini adalah awal proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa terbentuk
bercak bercak. Kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses
degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat
bilik mata depan dengan kedalaman yang normal. Iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan belum terganggu.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini, lensa yang degenerative mulai menyerap cairan ke dalam lensa
sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi pembengkakan yang
disebut katarak imatur. Pada stadium ini dapat dapat terjadi miopisasi akibat lensa
mata menjadi cembung, sehingga pasien tidak menyatakan tidak perlu kacamata
sewaktu membaca dekat. Akibat lensa mata yang bengkak, iris terdorong kedepan
bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium
ini dapat terjadi glaucoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau
shadow test akan terliha bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi kekeruhan
seluruh lensa. Tekanan cairan didalam lensa sudah dalam keadaan seimbang.
Dengan cairan dalam mata sehingga ukuran ukuran lensa akan menjadi normal
kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan
normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, dan uji bayangan iris negative.
Tajam penglihatan menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
Stadium ini tepat untuk melakukan operasi Karena kekaburan lensa sudah lebih
padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya.
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut dari korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam didalam korteks lensa (katarak morgagni). Pada
stadium ini juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun
korteks lensa yang cair keluar adan masuk kedalam bilik mata depan. Lensa
terlihat lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan
bilik mata terbuka. Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa
telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat
bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi pada jaringan uvea
berupa uveitis. Bahan lensa juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata
sehingga timbul glaucoma fakolitik.
Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya pengkabutan pandangan
/kekeruhan lensa sehingga dapat menghambat jalannya cahaya ke retina. Hal ini
diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water insoluble dan membentuk
partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam struktur lensa terdapat dua jenis
protein yaitu protein yang larut dalam lemak (soluble) dan tidak larut dalam lemak
(insolube) dan pada keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi
kadarnya dari pada yang larut dalam lemak.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi karena
disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Komponen terbanyak dalam lensa adalah air
dan protein. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air
dan menjadi lebih padat. Adapun lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya,
sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang.
Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa
yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak danmengeras (sklerosis nuklear). Pada
saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat
molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga
memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini
juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa. Pada keadaan normal
lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa mata dapat
mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini
dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.
2.1.5 Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Tujuan
tindakan bedah katarak adalah untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan. Keputusan
melakukan tindakan bedah tidak spesifik tergantung dari derajat tajam penglihatan,
namun lebih pada berapa besar penurunan tersebut mengganggu aktivitas pasien.
Indikasi lainnya adalah bila terjadi gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan
perifer, rasa silau yang sangat mengganggu, dan simtomatik anisometrop.
Beberapa jenis tindakan bedah katarak :
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)
EKIK adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul secara
keseluruhan. EKIK menggunakan peralatan sederhana dan hampir dapat
dikerjakan pada berbagai kondisi. Terdapat beberapa kekurangan EKIK, seperti
besarnya ukuran irisan yang mengakibatkan penyembuhan luka yang lama,
menginduksi astigmatisma pasca operasi, cystoid macular edema (CME), dan
ablasio retina. Meskipun sudah banyak ditinggalkan, EKIK masih dipilih untuk
kasuskasus subluksasi lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi lensa.
2. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)
a. EKEK konvensional
EKEK adalah jenis operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks
lensa melalui lubang di kapsul anterior. EKEK meninggalkan kantong
kapsul (capsular bag) sebagai tempat untuk menanamkan lensa intraokuler
(LIO). Teknik ini mempunyai banyak kelebihan seperti trauma irisan yang
lebih kecil sehingga luka lebih stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma
lebih kecil, dan penyembuhan luka lebih cepat.2 Pada EKEK, kapsul
posterior yang intak mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema kornea,
serta mencegah penempelan vitreus ke iris, LIO, atau kornea.
b. Small Incision Cataract Surgery(SICS)
Teknik EKEK telah dikembangkan menjadi suatu teknik operasi dengan
irisan sangat kecil (7-8 mm) dan hampir tidak memerlukan jahitan, teknik
ini dinamai SICS. Oleh karena irisan yang sangat kecil, penyembuhan relatif
lebih cepat dan risiko astigmatisma lebih kecil dibandingkan EKEK
konvensional. SICS dapat mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau
dihancurkan. Teknik ini populer di negara berkembang karena tidak
membutuhkan peralatan fakoemulsifikasi yang mahal, dilakukan dengan
anestesi topikal, dan bisa dipakai pada kasus nukleus yang padat. Beberapa
indikasi SICS adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.
3. Fakoemulsifikasi
Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik untuk
memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks lensa
diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil. Dengan demikian, fakoemulsifikasi
mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang cepat, perbaikan
penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan astigmatisma pasca bedah.
Teknik fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol kedalaman kamera okuli anterior
serta mempunyai efek pelindung terhadap tekanan positif vitreus dan perdarahan
koroid. Teknik operasi katarak jenis ini menjadi pilihan utama di negara-negara
maju.
2.1.6 Pemeriksaan Fisik
a. Ketajaman Penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihataan jarak dekat adalah dengan meminta klien
membaca materi yang dicetak dibawah pencahayaan yang adekuat. Jika klien
memakai kacamata, kacamata dipakai saat pemeriksaan.
b. Gerakan Ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap kekiri dan kekanan,atau minta klien duduk dan
perawat mengangkat jari pada jarak (15-30 cm)lalu pasien mengikuti gerakan jari
hanya dengan mata.
c. Lapang Pandang
Pada saat seseorang memandang lurus kedepan,semua benda dibagian tepi
normalnya dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda (pandangan lurus).
d. Stuktur Mata Eksterna
1) Posisi dan kesejajaran mata: adakah tonjolan (eksoftalamus), tumor atau
inflamasi
2) Alis: Simetris, distribusi rambut
3) Kelopak mata: posisi,warna, kondisi permukaan, kondisi dan arah bulu mata,
kemampuan klien untuk meembuka,menutup dan berkedip.
4) Aparatus Laktrimal
 Inspeksi : adanya edema atau kemerahan
 Palpasi : normalnya tidak teraba
5) Konjungtiva dan sclera
 konjungtiva : kemerahan
 sclera : putih
6) Kornea : bagian mata yang transparan, tidak berwarna, menutupi  pupil dan
iris.
7) Pupil dan iris
 Pupil normal: hitam, bulat, regular, sama ukurannya
 Iris: jernih
 PERRLA (pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Oftalmoskopi tidak langsung menunjukkan area gelap di reflex merah yang
normalnya homogeny
b. Pemeriksaan sit-lamp memastikan diagnosis kekeruhan mata
c. Pemeriksaan ketajaman penglihatan memastikan derajat kehilangan penglihatan

Anda mungkin juga menyukai