Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya lah
sehingga kita masih diberikan nikmat kesehatan dan ketenangan belajar hingga saat ini.
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kesehatan dan
kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah yang berjudul “Menciptakan
Kelestarian Hutan dan Keindahan Alam Melalui Masyarakat Sekitar Hutan ’’
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi
penulis sendiri.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah
ini, penulis mohon maaf, karna penulis sendiri dalam tahap belajar.
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para pembaca. Semoga
Tuhan memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
Pontianak, 01 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Kata Pengantar…………………………………………………………………… 1
Daftar Isi…………………………………………………………………………. 2
a.       Latar Belakang………………………………………………………………. 3
b.      Rumusan Masalah…………………………………………………………… 4
c.       Tujuan………………………………………………………………………... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS……………………………………………………….. 5
BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masyarakat Sekitar Hutan………………………………………… 6
B.     Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat…………………………………….. 6
C.     Masalah Lingkungan pada Pengelolaan Hutan………………………………. 7
D.    Ancaman Kerusakan Ekosistem Hutan………………………………………. 7
E.     Dampak Pengurangan Keanekaragaman Hayati……………………………… 8
F.      Menjaga Keutuhan Hutan dengan Berbagai Sistem………………………….. 9
G.    Manfaat Sosial – Ekonomi……………………………………………………. 12
H.    Pemanfaatan Tumbuhan………………………………………………………. 12
BAB IV PENUTUP

A.    Kesimpulan…………………………………………………………………… 14
B.     Saran………………………………………………………………………….. 14

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………. 15

A.    Latar Belakang


Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan
lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan
berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator
arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling
penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan
hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun
dipegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui
budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan
dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora
dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat
penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Pengelolaan hutan Indonesia sebenarnya dulu merujuk pada sistem warisan Pemerintah
Kolonial. Sistem pengelolaan warisan itu, lebih untuk menghasilkan keuntungan bagi negara dari
penjualan hasil kayu. Hal tersebut, pada satu sisi, menjadikan pemerintah memiliki wewenag
besar dalam mengatur dan mengendalikan pemanfaatan hutan. Hanya pihak-pihak yang
diberikan izin oleh pemerintah boleh memasuki dan memanfaatkan hasil hutan. Biasanya, pihak-
pihak tersebut terbatas pada perusahaan swasta atau perusahaan negara.
Pada sisi lain, masyarakat menganggap hutan merupakan kekayaan bersama bangsa ini.
Dengan demikian, masyarakat seharusnya dapat ikut memanfaatkan hutan secara langsung.
Lebih jauh, masyarakat seharusnya mempunyai hak untuk ikut terlibat dalam pengelolaan hutan.
Apalagi, jika mereka memang tinggal di dalam atau sekitar hutan, sehingga kehidupan mereka
bersinggungan langsung dengan (bahkan tak terpisahkan dari) keberadaan hutan.
UU No. 41/1999 tentang Kehutanan adalah salah satu upaya untuk memperbaiki sistem
lama pengelolaan hutan di Indonesia. Masyarakat dinyatakan mempunyai hak, bahkan
kewajiban, yang lebih besar untuk terlibat dalam pengelolaan hutan.
Hutan merupakan komoditas yang sangat strategis, baik untuk masyarakat maupun negara.
Pola pemanfaatan hutan oleh masyarakat seringkali bertentangan dengan kebijakan pengelolaan
hutan oleh negara. Perspektif negara yang dominan sering membuat masyarakat pinggir hutan
yang marjinal semakin tertindas secara struktural.
Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan-penyuluhan bagi masyarakat agar mengerti
bagaimana pola pemanfaatan hutan yang baik dan benar serta tidak bertentangan dengan
kebijakan pengelolaan hutan oleh pemerintah. Masyarakat harus mengetahui fungsi hutan yang
sebenarnya tanpa mengenyampingkan keperluan mereka sendiri.
B.     Rumusan Masalah
Pelestarian hutan rakyat di Kalimantan Barat menjadi salah satu upaya konservasi sumber
daya alam terutama tanah, air serta vegetasi. Perlu diketahui mengapa masyarakat tetap
melestarikan hutan rakyat, faktor-faktor yang mempengaruhi mereka melakukannya serta
bagaimana mereka melakukannya.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
1.                Bagaimana persepsi masyarakat sekitar hutan dalam upaya pelestarian Hutan
2.                Bagaimana perilaku masyarakat sekitar hutan dalam upaya melestarikan hutan.
3.                Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat masyarakat sekitar hutan dalam
upaya pelestarian Hutan
C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka ditetapkanlah tujuan penulis, yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.      Mengkaji persepsi masyarakat sekitar hutan dalam upaya pelestarian hutan.
2.      Mengkaji perilaku masyarakat sekitar hutan dalam upaya pelestarian hutan.
3.      Mengkaji faktor-faktor yang mendukung dan menghambat masyarakat sekitar hutan dalam
upaya pelestarian hutan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dari rumusan masalah di atas, dapat diuraikan teori-teori yang mendukung pemecahan
masalah tersebut yaitu:
1.      Mengubah prespsi masyarakat sekitar hutan, bahwa dengan melestarikan hutan dapat
meningkatkan perekonomian dari aspek keindahan alam yang dapat dijadikan aset pariwisata.
2.      Memperbaiki prilaku masyarakat sekitar hutan agar menjadi lebih baik dan tepat sasaran dalam
mengelola hasil hutan dengan menjaga kelestariannya.
3.      Memberikan arahan kepada masyarakat sekitar hutan tentang dampak-dampak yang timbul
akibat kesalahan dalam mengelola hutan secara berlebihan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Masyarakat Sekitar Hutan
Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan baik
yang memanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung hasil hutan tersebut. Masyarakat
sekitar hutan dalam memandang hutan sebagai ruang kehidupan yang luas, tidak hanya
bermakna produksi atau ekonomi, tetapi juga sumber manfaat lainnya, baik bersifat ekologis
ataupun terkait dengan aspek kultural, sehingga makna religi yang menempati kedudukan
terhormat. Kepentingan masyarakat sekitar hutan yang menyangkut sendi kehidupannya itu
menimbulkan komitmen yang kuat guna memanfaatkan sumber daya hutan sebaik-baiknya (FWI
dan GFW, 2001).
Masyarakat sekitar hutan pada umumnya merupakan masyarakat yang tertinggal, kondisi
sosial ekonomi golongan masyarakat pada umumnya rendah. Akibatnya sering timbul
kecemburuan sosial masyarakat setempat terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengabaian kepentingan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan hutan
(Darusman dan Didik, 1998). 
  
B.     Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat
Bila keadaan sosial ekonomi masyarakat baik, maka hutan pun akan aman dan
kelestariannya pun dapat terjamin. Sebaliknya bila terdapat kemiskinan, kelaparan atau
kekurangan pangan maka hutan akan menjadi sasaran. Dengan demikian perlu adanya
pemahaman sosial ekonomi dan budaya masyarakat, karena pada dasarnya manusia adalah
pemikir, perencana dan penyelenggara pelesatarian lingkungan, sehingga pada akhirnya akan
menunjang pembangunan, khususnya di sektor pertanian maupun kehutanan (Waruwu, 1984).
Beberapa hal penting untuk menciptakan keadaan yang baik sosial ekonomi masyarakat
sekitar hutan adalah menciptakan lapangan kerja yang cukup majemuk bagi masyarakat,
peningkatan pendapatan dan taraf hidup, pengadaan sarana dan mewujudkan lingkungan hidup
yang sehat serta peningkatan upaya bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat (Kotijah,
2006).
C.     Masalah Lingkungan pada Pengelolaan Hutan
Masalah lingkungan hidup mulai dirasakan sejak revolusi industri di Inggeris, yang
kemudian menyebar ke seluruh Benua Eropa, hingga perkembangannya sampai ke Amerika, dan
belahan dunia timur. Kegiatan industri telah memacu kepada eksploitasi sumber daya alam guna
memenuhi kebutuhan industri tersebut (Tim Konsultan Focus, 1999).
Adanya aktivitas industri ini bagi masyarakat dunia merupakan bentuk peluang sekaligus
resiko bagi tatanan kehidupan umat manusia. Peluang secara ekonomi, proses industri
merupakan upaya meningkatkan nilai tambah hasil sumber daya alam. Resiko lingkungan dari
aktivitas industri meminta konsekuensi besar-besaran terhadap SDA, sekaligus munculnya
pencemaran dari buangan industri.
D.    Ancaman Kerusakan Ekosistem Hutan
Eksploitasi hutan sebagai sub sistem penyangga kehidupan di bumi ternyata, merupakan
faktor yang cukup krusial menimbulkan dampak lanjutan apabila telah mengalami gangguan
keseimbangan. Kerusakan ini dapat berupa pengurangan luas wilayah hutan, perusakan fungsi
tata guna hutan, maupun menurunnya produktivitas lahan hutan.
Kerusakan hutan yang terjadi akibat pembabatan atau eksploitasi hutan, kebakaran hutan
telah menyebabkan hilangnya kesuburan tanah. Karena dalam sistem hutan tropis seperti di
Indonesia, sebagian besar zat hara lebih banyak tersimpan dalam tegakan hutan tersebut. Dalam
laporan State of the World 1989, dampak kerusakan hutan telah menyebabkan erosi tanah yang
menghanyutkan sekitar 24 milliar ton lapisan tanah bagian atas (Tim Konsultan Focus 1999).
Kajian IIASA (International Institute For Applied System Analysis) memperkirakan akibat
perusakan hutan-hutan di Eropa berjumlah US $ 30,4 milliar/tahun atau setara dengan hasil
tahunan industri baja di Jerman. Hilangnya kayu mentah atau yang belum diproses dari reduksi
sebesar 16 % panen tahunan senilai US $ 6,3 milliar. Kemudian kayu mentah yang hilang itu
diubah menjadi gelondongan atau bubur kertas nilainya dapat mencapai US $ 7,2 milliar.
Kerugian-kerugian lain matinya hutan-hutan, mncakup biaya-biaya banjir yang bertambah,
hilangnya lapisan tanah, endapan di sungai-sungai, dinilai mencapai US $ 16,9 miliar/tahun.
E.     Dampak Pengurangan Keanekaragaman Hayati
Dampak langsung dari kerusakan hutan-hutan di dunia, yaitu banyaknya jenis-jenis
kekayaan hayati dalam ekosistem hutan tersebut yang telah berkurang, bahkan telah musnah
bersama hilangnya tegakan hutan. Disamping akibat kerusakan hutan, kelangkaan jenis hayati,
sumberdaya genetis, dan plasma nutfah juga banyak disebabkan oleh eksploitasi berlebihan
terhadap jenis-jenis hayati (tumbuhan dan hewan), fragmentasi habitat, dan akibat proses
hibridisasi jenis yang tidak melestarikan genetik asli.
Kegiatan eksploitasi, fragmentasi, dan hibridisasi ternyata telah memicu proses kelangkaan
dan musnahnya berbagai jenis hayati di bumi. Laporan dari WWF sebanyak 15 – 20 % dari
seluruh spesies makhluk hidup akan punah pada tahun 2000. Dan laporan IUCN (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources), telah diidentifikasi ada 20 spesies
tumbuhan dan 89 spesies hewan terancam punah d wilayah hutan bakau, serta tiga perempat dari
900 jenis burung di bumi telah langka dan terancam punah. Data FAO menyatakan 4 dari 17
wilayah penangkapan ikan di dunia telah dikuras populasinya, diantaranya menyebabkan ikan
tuna sirip biru di wlaiayah Atlantik telah menyusut 94 % dari jumlah sebelumnya.
Memperhatikan ancaman dari kepunahan berbagai organisma, IUCN telah menyusun daftar
spesies organisma langka dan sangat langka pada berbagai wilayah di dunia, yaitu kelompok
binatang menyusui 145 spesies, kelompok burung 437 spesies, kelompok ampibi dan reptil 69
spesies, invertebrata lebih 400 spesies, dan kelompok tumbuhan 250 spesies.
F.      Menjaga Keutuhan Hutan dengan Berbagai Sistem
Hutan merupakan sumber daya alam hayati yang peranannya sangat vital dalam sendi-sendi
kehidupan. Baik di Indonesia maupun dunia, semua mengakui jika vitalitas hutan betul-betul
signifikan. Dimulai dari yang paling vital namun sederhana, ialah peranannya dalam menyuplai
oksigen ke seluruh biosfer. banyak cara menjaga keutuhan hutan tanpa merusak apa yang ada di
dalamnya termasuk tumbuhan dan hewan. Masyarakat sekitar hutan tetap bisa memanfaatkan
keberadaan hutan untuk menambah penghasilan. masyarakat dapat melakukan dengan sistem
Agroforestry Tipe Agrosilvikultur atau merupakan kombinasi tanaman hutan dengan tanaman
pangan, buah dan tanaman perkebunan seperti karet, damar dan aren.
Agroforestry merupakan teknologi kombinasi agrikultur/pertanian dan kehutanan untuk
menciptakan lahan secara integral, produktif dan menggunakan sistem yang berbeda (Garrett at
el. 2000). Agroforestry mempunyai kemampuan untuk menyediakan manfaat ekonomi jangka
pendek; pada saat petani menunggu hasil kehutanan tradisional yang jangka waktunya relatif
panjang. Sebagai contoh dari sistem agroforestry adalah penanaman tanaman penyangga di tepi
sungai yang dapat memperkecil pengaruh banjir dan melindungi kualitas air, menyediakan
habitat satwa liar, kesempatan/peluang untuk rekreasi dan memproduksi sesuatu yang bisa
dipanen, seperti biji-bijian yang dapat dimakan dan tumbuh-tumbuhan untuk obat-obatan.
Ludgren dan Raintree, 1982 mendefinisikan Agroforestry sebagai nama kolektif untuk
sistem-sistem dan teknologi pengelolaan lahan dimana tanaman berkayu (pohon, semak belukar,
palma, bambu dst.) dan tanaman pertanian ditanam pada suatu unit manajemen lahan baik
melalui pengaturan ruang (jarak tanam) maupun pengaturan waktu (pergiliran, daur). Dalam
sistem agroforestry senantiasa ada interaksi ekologis dan ekonomi di antara komponen-
komponen yang berbeda.
Budowski (1981) dalam Lahjie, A.M (2001) menjelaskan beberapa keuntungan
Agroforestry antara lain :
         Manfaat Lingkungan/ekologi :
1.               Pengurangan tekanan terhadap hutan
2.               Daur ulang usnur hara yang cukup efisien pada lahan oleh pohon-pohon yang mempunyai
perakaran dalam
3.               Perlindungan yang lebih baik bagi sistem ekologi
4.               Pengurangan aliran permukaan, pencucian unsur hara dan erosi tanah melalui efek rintangan
yang dihasilkan oleh akar-akar dan batang pohon pada proses-proses tersebut
5.               Perbaikan iklim mikro, seperti penurunan suhu permukaan tanah dan pengurangan penguapan
kelembaban tanah melalui pemulsaan dan penaungan oleh pohon
6.               Peningkatan unsur hara tanah melalui penambahan dan dekomposisi seresah yang jatuh
7.               Perbaikan struktur tanah melalui penambahan bahan organik secara tetap dari seresah yang
terdekomposisi
         Manfaat Ekonomi
1.               Peningkatan kesinambungan hasil-hasil pangan, kayu bakar, pakan ternak, pupuk dan kayu
pertukangan serta protein dari satwa liar yang ada di dalamnya
2.               Mengurangi terjadinya kegagalan total tanaman pertanian, yang biasa terjadi pada tanaman
monokultur; dan
3.               Meningkatkan jumlah pendapatan pertanian karena peningkatan produktifitas dan
kesinambungan produksi
4.               Terdapat lebih banyak fleksibilitas untuk mendistribusikan kegiatan kerja sepanjang tahun
5.               Kehadiran pepohonan dapat mengurangi biaya penyiangan
6.               Investasi ekonomi untuk melakukan penanaman pohon dapat dikurangi karena diperoleh
keuntungan dari tanaman pangan musiman pada tahap awal pertumbuhan pohon.
7.               Para petani dapat memperoleh manfaat ekonomi langsung yang berasal dari pepohonan untuk
memenuhi kebutuhan mereka akan kayu bakar, kayu pertukangan, buah-buahan, pakan ternak,
hasil obat-obatan, dll
8.               Tanaman kayu-kayuan dapat dijadikan jaminan dan dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan
pada keadaan mendesak atau pada saat diperlukan
         Manfaat Sosial
1.                  Peningkatan standar kehidupan di pedesaan melalui penyediaan lapangan kerja yang
berkelanjutan dan pendapatan yang lebih tinggi
2.                  Peningkatan gizi dan kesehatan karena meningkatnya kualitas dan keanekaragaman hasil
pangan; dan
3.                  Stabilitas dan peningkatan pada masyarakat dataran tinggi dengan menghapuskan kebutuhan
untuk memindahkan ladang dalam kegiatan pertanian
Keberadaan hutan memang menjadi sangat penting untuk kebutuhan masyarakat. Banyak
jasa yang diberikan hutan yang dapat dimanfaatkan, seperti jasa yang diberikan oleh ekosistem
hutan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh
stakeholders. Dari wisata alam/rekreasi, perlindungan system hidrologi, kesuburan tanah,
pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, kenyamanan serta pendidikan, penelitian
dan pengembangan. Pemanfaatan jasa lingkungan ini merupakan kegiatan bisnis (usaha) yang
tidak merusak/mengurangi fungsi pokok ekosistem hutan dari usaha rekreasi hutan (wisata
alam), usaha olahraga tantangan, usaha pemanfaatan air, usaha carbon trade serta usaha
penyelamatan hutan dan lingkungan (penangkaran bibit, fauna dan flora).
Leuserwebfinish (2006), menambahkan bahwa dampak perambahan hutan tersebut
menyebabkan terganggunya suplai air untuk kebutuhan air minum atau pertanian, selain itu
ekosistem satwa akan terganggu dan akan mengakibatkan konflik antara satwa dan manusia, hal
itu pasti akan menimbulkan akibat bagi masyarakat, baik masyarakat sekitar kawasan hutan
maupun masyarakat yang bergantung pada kelestarian kawasan tersebut.
G.    Manfaat Sosial – Ekonomi: (inter alia, silvopastoral / Infrastruktur hijau):
Dalam masyarakat sebagian besar kehidupan populasinya masih bergantung pada lahan,
perhatian pertama adalah harus ada pendapatan tahunan dan di sini usaha agroforestry sangat
berbeda dengan usaha “penanaman pohon” secara konvensional (Dixon 1995, Leakey dan
Sanchez 1997). Sebagai tambahan, masyarakat terus bertambah untuk mencari solusi masalah
sosial dan lingkungan dengan solusi “hijau”. Dua contoh akan disajikan:
Silvopastoral – Riset telah mempertunjukkan bahwa banyak tumbuhan makanan hewan
akan menghasilkan kualitas biomassa pada level yang tinggi apabila tumbuh di bawah naungan
dengan keteduhan mencapai 50 persen. Pengetahuan ini digunakan untuk mendisain sistem
timber/grazing agroforestry dalam tegakan jenis conifer. Sistem Silvopastoral ini memungkinkan
pohon untuk tumbuh sebagai produk jangka panjang, sementara pada bagian lahan yang sama
dapat memperoleh pendapatan tahunan yang dihasilkan melalui penggembalaan ternak/pakan
ternak (Clason dan Sharrow 2000).
Di dalam sistem silvopasture, pohon yang tumbuh mempunyai kepadatan yang rendah
sehingga memungkinkan sebagian cahaya matahari menjangkau permukaan tanah untuk
tumbuhnya makanan hewan. Manajemen hutan dianjurkan untuk dilakukan pemangkasan dan
penjarangan secara periodik sehingga diperoleh tingkat pencahayaan yang sesuai. Sebagai
akibatnya, akan menghasilkan produk kayu berupa kayu gergajian atau vener dengan nilai dan
kualitas yang tinggi. Sedangkan petani akan selalu memperoleh diversifikasi ekonomi sebagai
motivasi utama untuk membangun silvopasture, manfaat lain meliputi pengendalian erosi,
peningkatan habitat satwa liar, dan pengikatan karbon. Sebagai tambahan, pengaturan tegakan
pohon dan tajuk yang rendah dimaksudkan untuk memperoleh resiko yang rendah terhadap
kerusakan oleh api liar.
H.    Pemanfaatan Tumbuhan
         Bahan pangan
Tercatat sebanyak 46 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan di
antaranya adalah mangga (Mangifera indica), kedondong (Spondias dulcis), durian (Durio
zibethinus), durian belanda (Annona muricata), nanas (Ananas comosus), manggis (Garcinia
mangostana), semangka (Citrulus vulgaris), labu (Cucurbitamoschata), petai (Parkia speciosa),
jengkol (Pithecelobium lobatum), kelapa (Cocos nucifera), nangka (Artocarpus heterophyllus),
tebu (Saccharum officinarum), kapuk (Ceiba petandra), rambutan (Nephelium lappaceum), jeruk
nipis (Citrus nobilis), jambu air (Syzygium aquaeum), belimbing manis (Averrhoacarambola),
jambu biji (Psidium guajava), dan kluwih (Artocarpus communis). Tanaman lain yang
merupakan penghasil karbohidrat di antaranya adalah: ubi kayu (Manihot utilissima), keladi
(Colocasia esculenta), dan ubi jalar (Ipomoea batatas).
         Bahan obat-obatan
Meskipun sudah ada Puskesmas, namun masyarakat di daerah sekitar hutan masih
menggunakan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Tercatat 69 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
tradisional.
Sebagai obat mencret mereka memanfaatkan daun muda dan buah delima beras (Psidium
guajava) dimakan segar. Sifat dan khasiat dari buah tersebut yaitu mempunai daun yang rasanya
manis, sifatnya netral, berkhasiat astringen, antidiare, antiradang, penghenti perdarahan
(hemostatis), dan peluruh haid. Buahnya berkhasiat antioksidan karena mengandung beta karoten
dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Dalimartha, 2000).
Selain delima beras, sering juga memanfaatkan biji buah pinang yang tua (Areca catechu)
dibakar dan dicampur dengan kunyit (Curcuma longa) kemudian digiling ditambah air panas, air
perasannya diminum. Bisa juga memakai daun sugourimau (Hyptis capitata) diremas ditambah
abu dapur dan garam sedikit kemudian dimakan.
Terdapat tumbuhan penghasil minyak atsiri yaitu nilam (Pogostemon cablin) yang
ditumpangsarikan dengan tanaman-tanaman lain seperti cabe, kemiri, pisang, pinang, kacang
panjang, pepaya dan lain-lain. Minyak nilam diperoleh melalui proses penyulingan dan
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
         Hutan mempunyai manfaat sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi mengatur tata air,
melindungi kesuburan tanah, mencegah erosi dan lain-lain. Air merupakan produk penting dari
hutan.
         Masyarakat sekitar hutan pada umumnya merupakan masyarakat yang tertinggal, kondisi sosial
ekonomi golongan masyarakat pada umumnya rendah
         Agroforestry merupakan teknologi kombinasi agrikultur/pertanian dan kehutanan untuk
menciptakan lahan secara integral, produktif dan menggunakan sistem yang berbeda
         Agroforestry mempunyai kemampuan untuk menyediakan manfaat ekonomi jangka pendek;
pada saat petani menunggu hasil kehutanan tradisional yang jangka waktunya relatif panjang.
         Dampak perambahan hutan menyebabkan terganggunya suplai air untuk kebutuhan air minum
atau pertanian, selain itu ekosistem satwa akan terganggu dan akan mengakibatkan konflik antara
satwa dan manusia
         Untuk meningkatakn taraf ekonomi masyarakat sekitar hutan perlu penerapan teknologi agar
hutan tidak rusak.
B.     Saran
Demi menciptakan suasana nyaman dalam lingkungan kita, marilah dari sekarang kita
menjaga kelestarian hutan kita, mulailah dari diri sendiri dan sadar betapa pentingnya alam bagi
kehidupan di bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta

Anonim. 2012.Mengelola hutan, peduli lingkungan, membangun Sarolangun.


[online].http://bankartikel.leadership-park.com/the-park/edisi-15/h-hasan-basri-agus-emas-
untuk-sarolangun.html (01 April 2014)
Fokusindo. 2010. Undang-Undang Kehutanan dan Perubahannya. Mandiri. Jakarta.

Deddy Winarwan .2012.Kebijakan Pengelolaan Hutan, Kemiskinan Struktural dan Perlawanan


Masyarakat Desa Hutan di Provinsi Lampung.
[online].http://sekolahpascasarjanauniversitasgadjahmada.blogspot.com.(01 april Sarolangun.)
Arsuri. 2009.Hutan.[online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan.html (01 april 2014)
(online)http://arsury.blogspot.com/2009/02/pemberdayaan-masyarakat-sekita-kawasan.html ( 1
april 2014)
Epri.2010. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. (online)
http://eprints.undip.ac.id/37877/2/BAB_I.pdf ( 02 april2014)

Anda mungkin juga menyukai