Anda di halaman 1dari 13

Dedi pandu winata

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

TENAGA NUKLIR

Nuklir adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan. Bahkan, polusi yang
ditimbulkan energi nuklir jauh lebih kecil dibanding polusi energi fosil. Artinya, pemanasan
global akibat polusi energi fosil yang terus meningkat sebenarnya dapat diatasi dengan tenaga
nuklir. PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika
daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya
ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga
1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005mempunyai daya 600-1200
MWe. Nuklir merupakan energy yang paling padat sejauh ini, sehingga kita dapat mengekstrak
lebih banyak panas dan listrik dibandingkan dengan sumber tenaga lain. Sebagai pembanding, 1
kg batu bara dan uranium yang sama2 berasal dari perut bumi. Jika kita mengekstrak energi
listrik dari 1 kg batubara, kita dapat menyalakan lampu bohlam 100W selama 4 hari. Dengan 1
kg uranium, kita dapat menyalakan bohlam paling sedikit selama 180 tahun.”
(whatisnuclear.com)

Dalam fisika nuklir, sebuah reaksi nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei atau
partikel nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari produk awal. Pada
prinsipnya sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua partikel yang bertubrukan, tetapi
kejadian tersebut sangat jarang. Bila partikel-partikel tersebut bertabrakan dan berpisah tanpa
berubah (kecuali mungkin dalam level energi), proses ini disebut tabrakan dan bukan sebuah
reaksi. Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu
pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Reaksi fusi
nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan menghasilkan
energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti
atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa
lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta
dan gamma yang sangat berbahaya bagi manusia. Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang
terjadi di hampir semua inti bintang di alam semesta. Senjata bom hidrogen juga memanfaatkan
prinsip reaksi fusi tak terkendali. Contoh reaksi fisi adalah ledakan senjata nuklir dan
pembangkit listrik tenaga nuklir. Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah
Plutonium dan Uranium (terutama Plutonium-239, Uranium-235), sedangkan dalam reaksi fusi
nuklir adalah Lithium dan Hidrogen (terutama Lithium-6, Deuterium, Tritium).

Hingga saat ini, terdapat 442 PLTN berlisensi di dunia dengan 441diantaranya beroperasi
di 31 negara yang berbeda. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.
Berbagai hasil studi menyebutkan nuklir menjadi salah satu jenis energi baru dan yang
layak diperkenalkan di Tanah Air. Pasalnya, selain lebih ekonomis dan efisien, energi ini ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan
global.

Sayangnya, rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir masih mendapat


resistensi dari sebagian masyarakat Indonesia. Diduga hal ini disebabkan tingkat pemahaman
masyarakat yang masih relatif rendah terhadap aspek manfaat dan risiko energi nuklir. Padahal,
reaktor yang ada saat ini selalu diawasi ketat oleh tenaga ahli teknik reaktor. Desain reaktor
terkini berpedoman pada filosofi defense in depth atau pertahanan berlapis. Sistem tersebut
didesain anti gempa, bertindak otomatis jika terjadi kondisi darurat, memiliki sistem saling
kunci, deteksi kesalahan dini dan dilengkapi sistem pendingin teras darurat serta sistem
pengungkung. Seperti halnya yang diterapkan pada Reaktor Nuklir Serpong, Tangerang Selatan,
Banten. Bahkan Mantan Presiden BJ Habibie menyatakan dukungannya agar pemerintah tak
ragu-ragu mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit
percobaan EBR-I pada 20 Desember1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27
Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik(power grid)
mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet. PLTN skala komersil pertama adalah Calder
Hall di Inggris yang dibuka pada17 Oktober 1956.

Jenis-jenis PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN
yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang
berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan
mempunyai sistem keamanan pasif.

a. Reaktor Fisi,

b. Reaktor thermal,

c. Reaktor cepat,

d. Reaktor Fusi
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:

Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) – gas rumah kaca
hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan
gas)

a. Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon


monoksida, sulfur dioksida, aerosol,mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia

b. Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)

c. Biaya bahan bakar rendah – hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan

d. Ketersedian bahan bakar yang melimpah – sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang
diperlukan

e. Tanaman Nuklir membutuhkan ruang lebih sedikit dan maka juga dapat membangun-up di
ruang terbatas, jika dibandingkan dengan orang lain.

f. Bila dibandingkan dengan batubara dan minyak, energi nuklir adalah jauh terkonsentrasi
sebagian besar bentuk energi
Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:

Risiko kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak
mempunyai containment building)

Limbah nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan
tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset. Limbah tidak harus disimpan di
negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk limbah dari industri pengguna zat radioaktif,
bisa diolah di Instalasi Pengolahan Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN
Serpong.

Perbedaan Pembangkit Listrik Konvensional (PLK) dengan PLTN

Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran
bahan fosil (minyak, batubara dan gas). Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin. Uap akan
bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya digunakan untuk menggerakkan
generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik.

Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara, minyak dan gas mempunyai potensi yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan fosil tersebut
dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan NOx (nitrogen oksida), serta
debu yang mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam pembangkit listrik dengan
bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan peningkatan pemanasan global.

PLTN beroperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang digunakan untuk
menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi
pembelahan inti bahan fisi (uranium) dalam suatu reaktor nuklir. Tenaga panas tersebut
digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit uap (Steam Generator) dan
selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk menggerakkan turbin generator sebagai
pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan
secara terus menerus selama PLTN beroperasi.

Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam
berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2,
NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas
dalam bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN
sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari
Cara Kerja PLTN

Pembangkit listrik tenaga nuklir adalah stasiun pembangkit listrik termal dimana panas yang
dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir di dalamnya. (www.wikipedia.org)

Dalam PLTN, terdapat satu atau lebih reaktor nuklir di dalamnya. Dalam reaktor nuklir tersebut,
berlangsung reaksi nuklir. Reaksi nuklir tersebut menghasilkan panas yang tinggi. Panas ini yang
kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik.

Berdasarkan reaksi nuklir yang terjadi, PLTN dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Reaktor Fisi

Dalam PLTN Reaktor fisi, terjadi reaksi fisi di dalam


reaktornya. Reaksi fisi adalah reaksi pemecahan inti atom. Dengan memecah atom, akan
diperoleh tenaga yang cukup besar. Biasanya digunakan bahan uranium dan plutonium untuk
reaksi fisi ini.

Reaktor fisi dapat dikelompokan lagi menjadi:

a. Reaktor termal

Reaktor termal ini menggunakan moderator neutron untuk melambatkan atau me-moderate
neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fissi selanjutnya. Neutron yang dihasilkan
dari reaksi fissi mempunyai energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan
energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga dapat menjamin
kelangsungan reaksi berantai.

b. Reaktor cepat

Digunakan untuk menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron.
Karena reaktor cepat menggunkan jenis bahan bakar yang berbeda dengan reaktor thermal,
neutron yang dihasilkan di reaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi fissi
tetap berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal menggunakan neutron thermal dan
reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam proses reaksi fissi masing-masing.

c. Reaktor subkritis

Menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi berantai untuk menghasilkan
reaksi fissi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa yang
diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan listrik, meskipun beberapa laboratorium
mendemonstrasikan dan beberapa uji kelayakan sudah dilaksanakan.
2. Reaktor Fusi

Dalam PLTN reaktor fusi, terjadi reaksi fusi di dalam reaktornya.


Reaksi fusi adalah reaksi penggabungan inti. Reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang lebih
besar dengan bahan bakar yang mudah di dapat dan tingkat polusi yang rendah. Bahan yang
digunakan bisa didapat dari air. Namun reaktor ini tidak dapat dibuat karena diperlukan suhu
sangat tinggi untuk keberlangsungan reaksi fusi. Kondisi suhu ini yang tidak dapat dipenuhi.
A. Manfaat Nuklir

Teknologi dan teknik penggunaan nuklir dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang
sangat besar untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Misalnya, nuklir dapat
digunakan di bidang pertanian, seperti pemuliaan tanaman Sorgum dan Gandum dengan melalui
metode induksi mutasi dengan sinar Gamma.
Di bidang kedokteran, teknik nuklir memberikan kontribusi yang tidak kalah besar, yaitu, terapi
three dimensional conformal radiotherapy (3D-CRT), yang dapat mengembangkan metode
pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya. Dengan teknik
ini, kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi
dapat diatasi, bahkan tanpa merusak jaringan lainnya.
Di bidang energi, nuklir dapat berperan sebagai penghasil energi Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN). PLTN dapat menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan pembangkit
lainnya, dengan limbah dan biaya operasi yang lebih rendah.
Menurut Deputi Kepala Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Bidang Pengembangan
Teknologi Energi, Nuklir Adiwardoyo, hingga saat ini terdapat dua hambatan serius dalam
pengembangan teknologi nuklir.
“Pertama, penerimaan masyarakat terhadap energi nuklir masih kurang. Gambaran tragedi
nuklir menjadi salah satu penyebabnya. Kedua, pendanaan Untuk menggarap proyek besar
seperti pembangunan PLTN dibutuhkan dana yang besar. Hal ini membutuhkan iklim ekonomi
yang kondusif sehingga dana investasi asing dapat masuk ke dalam negeri
“PLTN dapat menjadi pilihan pembangkit energi yang efisien, serta dapat bertahan hingga lebih
dari 50 tahun, dan telah terbukti aman. Selain itu, limbah nuklir ramah lingkungan, dan tidak
berdampak pada perubahan iklim” ujar Triyono.

Hal yang sama diungkapkan oleh Presiden WiN Indonesia Trimurni Soedyartomo Soetono. Ia
juga menambahkan agar masyarakat tidak perlu takut mengenai limbah isotop yang dihasilkan
oleh nuklir. “Limbah nuklir ini merupakan harta karun. Isotop ini nilai ekonominya sangat tinggi.
Kita hanya tinggal mencari tahu bagaimana cara memisahkan antara isotop satu dengan yang
lainnya, sehingga dapat dipergunakan,” kata Trimurni.
B. Pemanfaat Tenaga Nuklir

Tenaga nuklir diharapkan bisa menjadi sumber energi masa depan Indonesia. Karena tenaga
nuklir memiliki manfaat yang sangat banyak. Dengan adanya tenaga nuklir, diyakini bisa
menambah pasokan listrik di Indonesia, terutama di pulau padat penduduk seperti yang ada di
pulau Jawa. Selain itu diharapkan masyarakat Indonesia tidak memiliki ketergantungan yang
tinggi terhadap petroleum, dengan demikian Indonesia dapat memproduksi minyak bumi lebih
banyak. Selain itu, emisi gas dapat berkurang. Tenaga nuklir juga dimanfaatkan pada bidang-
bidang lainnya seperti bidang pertanian, peternakan, hidrologi, industri, kesehatan, penggunaan
zat radioaktif dan sinar-X untuk radiografi, logging, gauging, analisa bahan, kaos lampu, perunut
(tracer) dan lain-lain. Dalam bidang penelitian terutama banyak dilakukan oleh BATAN mulai
dari skala kecil sampai dengan skala besar. Pemanfaatan dalam bidang kesehatan dapat dilihat
seperti untuk diagnosa, kedokteran nuklir, penggunaan untuk terapi dimana radiasi digunakan
untuk membunuh sel-sel kanker.

FUNGSI NUKLIR

Nuklir merupakan istilah yang berhubungan dengan inti atom yang tersusun atas dua buah
partikel fundamental, yaitu proton dan neutron. Di dalam inti atom terdapat tiga buah interaksi
fundamental yang berperan penting, yaitu gaya nuklir kuat dan gaya elektromagnetik serta pada
jangka waktu yang panjang terdapat gaya nuklir lemah. Gaya nuklir kuat merupakan interaksi
antara partikel quark dan gluon yang dibahas dalam teori quantum chromodynamics (QCD)
sedangkan gaya nuklir lemah adalah interaksi yang terjadi dalam skala inti atom seperti
peluruhan beta yang dibahas dalam elecroweak theory.[2]
Energi nuklir dihasilkan di dalam inti atom melalui dua buah jenis reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi
dan reaksi fisi. Reaksi fusi adalah suatu reaksi yang menggabungkan beberapa partikel atomik
menjadi sebuah partikel atomik yang lebih berat. Reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang
sangat besar seperti yang terjadi pada bintang. Salah satu reaksi contoh reaksi fusi adalah
penggabungan partikel deuterium (D atau 2H) dan tritium (T atau 3H) (Gambar 1.a). Langkah
pertama, deuterium dan tritium dipercepat dengan arah yang saling mendekati pada suhu
termonuklir. Penggabungan antara dua buah partikel tersebut membentuk helium-5 (5He) yang
tidak stabil sehingga mengakibatkan peluruhan. Dalam proses peluruhan ini, sebuah neutron dan
partikel helium-4 (4He) terhambur disertai dengan energi yang sangat besar, yaitu 14,1 MeV
untuk penghamburan neutron dan 3,5 MeV untuk penghamburan helium-4. Sampai saat ini,
reaksi fusi belum dapat dirancang oleh manusia karena membutuhkan suhu yang sangat tinggi.
Hal ini menyebabkan pemanfaatan reaksi fusi sebagai sumber energi listrik belum dapat
direalisasikan.
Reaksi nuklir lain yang sudah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik adalah reaksi
fisi. Reaksi fisi merupakan kebalikan dari reaksi fusi, yaitu reaksi yang membelah suatu partikel
atomik menjadi menjadi beberapa partikel atomik lainnya dan sejumlah energi. Salah satu contoh
dari reaksi fisi adalah reaksi fisi pada partikel uranium-235 (235U) yang ditumbuk oleh sebuah
neutron yang bergerak pelan (Gambar 1.b). Proses penyerapan neutron oleh uranium-235
mengakibatkan terbentuknya partikel uranium-236 (236U) yang tidak stabil sehingga terbelah
menjadi partikel krypton-92 (92Kr), barium-141 (141Br), dan beberapa neutron bebas serta
sejumlah energi. Reaksi fisi dapat berlangsung secara terus menerus yang biasa disebut dengan
reaksi rantai. Dalam reaksi rantai, neutron yang telah terhambur dari reaksi fisi dapat
mengakibatkan terjadinya reaksi fisi lain sama baiknya dengan reaksi fisi sebelumnya. Energi
yang dihasilkan dari reaksi ini dapat dikonversi menjadi energi listrik pada sebuah pembangkit
listrik tenaga nuklir (PLTN).
Tiga hal menarik yang terjadi pada proses reaksi fisi adalah sebagai berikut:

 Peluang sebuah atom U-235 menangkap sebuah neutron bernilai sangat tinggi. Dalam
sebuah reaktor yang bekerja (dikenal dengan keadaan kritis), sebuah neutron yang
terhambur dari setiap reaksi fisi dapat menyebabkan terjadinya reaksi fisi yang lainnya.
 Proses penyerapan dan penghamburan neutron terjadi dengan sangat cepat pada orde
pikosekon (1×10-12 sekon)
 Jumlah energi yang dihasilkan berupa panas dan radiasi gamma luar biasa besar pada
sebuah reaksi fisi yang terjadi. Dalam reaksi ini terbentuk beberapa produk fisi dan
neutron dengan massa total yang lebih ringan dari partikel U-235 pada awal
reaksi. Perbedaan massa ini diubah menjadi energi dengan nilai yang dirumuskan dalam
E = mc2. Dalam satu kali peluruhan atom U-235 bisa dihasilkan energi sebesar 200 MeV
(1 eV = 1,6.10-19 joule). U-235 dapat bekerja dalam sebuah sampel uranium yang
diperkaya menjadi 2 sampai 3 persen. Pada senjata nuklir, komposisi U-235 mencapai 90
persen atau lebih dari sebuah sampel uranium.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menyediakan sekitar 17 persen dari total tenaga listrik
dunia. Beberapa negara membutuhkan tenaga nuklir yang lebih besat dari negara lain. Di
Prancis, menurut International Atomic Energy Agency (IAEA), 75 persen tenaga listriknya
dihasilkan oleh reaktor nuklir. Jumlah pembangkit tenaga listrik di dunia diperkirakan lebih dari
400 buah dengan 100 buah diantaranya berada di Amerika Serikat.
Pada PLTN, bahan bakar sebuah reaktor nuklir berupa uranium. Uranium merupakan salah satu
hasil tambang yang terdapat di bumi. Uranium-238 (U-238) mempunyai waktu paruh yang
sangat lama (4,5 milyar tahun) dengan komposisi 99 persen dari total uranium yang ada di bumi.
Komposisi lainnya, U-235 mempunyai sekitar 0,7 persen dan U-234 jauh lebih rendah yang
dibentuk melalui proses peluruhan U-238 (U-238 melalui beberapa tahap peluruhan alpha dan
beta untuk membentuk isotop yang lebih stabil dan U-234 adalah salah satu hasil dari mata rantai
dari peluruhan ini).

(2)
Dalam sebuah reaktor nuklir (Gambar 2), butiran uranium yang sudah diperkaya
disusun dalam sebuah balok dan dikumpulkan ke dalam bundelan (reactor). Bundelan
tersebut direndam dalam air pada sebuah bejana tekan. Air tersebut digunakan sebagai
sebuah pendingin. Bundelan uranium yang digunakan pada reaktor nuklir berada dalam
keadaan superkritis. Hal ini dapat menyebabkan uranium menjadi panas dan meleleh
dengan mudah. Untuk mencegahnya, sebuah balok kontrol ( control rods) dibuat dengan
bahan yang menyerap neutron. Balok kontrol dimasukkan kedalam bundelan uranium
dengan menggunakan sebuah mekaninisme yang dapat mengangkat atau menurunkan
balok kontrol tersebut. Pengangkatan dan penurunan balok kontrol menerima perintah
seorang operator untuk mengatur jumlah reaksi nuklir. Ketika seorang operator
menginginkan inti uranium untuk menghasilkan panas yang lebih, balok kontrol
dinaikkan dari bundelan uranium. Sebaliknya, jika ingin panas berkurang maka balok
kontrol harus diturunkan. Balok kontrol dapat diturunkan hingga komplit untuk
menghentikan reaktor nuklir jika terjadi kasus kecelakaan atau penggantian bahan
bakar.
Bundelan uranium digunakan sebagai sumber energi panas yang sangat tinggi. Panas
ini dapat mengubah air menjadi uap air. Uap air ini digunakan untuk menggerakkan
sebuah turbin uap yang memutar rotor pada generator. Berdasarkan hukum Faraday
putaran rotor dikonversi menjadi tenaga listrik. Dalam beberapa reaktor, uap air akan
melalui tahap kedua sebagai pengubah panas medium untuk mengubah air menjadi
uap air yang menggerakkan turbin. Keuntungan dari desain ini adalah air atau uap air
yang tercemar bahan radioaktif tidak akan mengenai turbin. Dalam reaktor nuklir yang
sama, fluida pendingin dalam kontak dengan inti reaktor dapat berupa gas (karbon
dioksida) atau logam cair (sodium, potasium). Tipe reaktor ini menerima inti uranium
untuk beroperasi pada suhu yang lebih tinggi.
Ketidakberuntungan dalam PLTN dapat membuat masalah yang besar diantaranya:

 Penambangan dan pemurnian uranium, berdasarkan sejarah, tidak mempunyai


proses yang cukup bersih.
 Penggunaan PLTN yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah yang besar.
Tragedi Chernobyl dapat digunakan sebagai contoh yang tepat. Chernoyl
didesain dengan seadanya dan dioperasikan dengan tidak tepat sehingga
mengakibtakan skenario kasus yang paling buruk. Beberapa ton debu radioaktif
terhambur ke atmosfer dalam tragedy ini.
 Limbah PLTN merupakan racun yang dapat bertahan dalam ratusan tahun dan
hal ini tidak aman jika tidak digunakan fasilitas penyimpanan yang permanent
untuk ini.
 Transportasi bahan bakar nuklir dari dan ke PLTN mempunyai beberapa resiko
tetapi selama ini track record di Amerika Serikat menunjukkan hasil yang sangat
baik.

Anda mungkin juga menyukai