Anda di halaman 1dari 5

 

Nama : Fika Desiana Van Solang

Kelas : 3C

Prodi : DIV keperawatan

Obat-obatan antibiotic yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TB paru aktif
antara lain:

Tabel 1.1 Jenis Obat Anti Tuberkulosis

Dokter biasanya mengobati penyakit TB paru dengan menggunakan kombinasi empat obat,


seperti isoniazid (INH / H), rifampisin (R), pirazinamid (Z) dan ethambutol (E). Kombinasi
obat-obat TB paru ini dianggap sebagai pengobatan lini pertama. Terapi biasanya
berlangsung 6 bulan atau lebih.

Strain TB paru yang resisten terhadap isoniazid dan rifampisin (dua antibiotik TB paru
paling efektif) disebut multidrug resistant (MDR-TB). Untuk mengobati TB-
MDR, pasien harus mengambil kombinasi obat "lini kedua" TB paru dan lain-lain.

Ada lagi, Extensively drug-resistant(XDR-TB) strain yang telah diidentifikasi di


banyak negara di seluruh dunia. Strain yang resisten terhadap obat isoniazid, rifampisin, dan
keluarga aminoglikosida (seperti kanamisin), dan keluarga obat kuinolon
(seperti levofloxacin dan moksifloksasin). TB-XDR sangat sulit diobati, dan kadang-kadang,
memerlukan operasi untuk menghilangkan bagian paru-paru yang sakit.
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan
dan sangat dianjurkan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
a. Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
b. Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.(Depkes RI, 2007).

Paduan OAT dan Peruntukannya

1. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 Pasien baru TB paru BTA positif.
 Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif.
 Pasien TB ekstra paru.
Tabel 2.2 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1 (Depkes, 2008)

2. Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
 Pasien kambuh.
 Pasien gagal.
 Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus).
Tabel 2.3 Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 2 (Depkes, 2008; WHO, 2002)

Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram
yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250
mg).

3. OAT Sisipan (HRZE)


Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 2.4 Paket Sisipan KDT (Depkes, 2008)
Obat-obat ini lebih cenderung menyebabkan efek samping dibandingkan obat TB paru lini
pertama dan pemakaian lebih lama hingga selama dua tahun, seperti

Dapat menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping yang
demikian terutama terjadi untuk pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.Sementara itu,
untuk ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan. Begitu juga dengan isoniazid yang
berpotensi merusak saraf.

Selain itu, juga terdapat efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan,
sakit kuning, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada
kulit.

Meski demikian, pengidap diharuskan mengonsumsi antibiotik selama lebih kurang lebih 2
minggu, dan untuk memastikan kesembuhan, dokter biasanya mengharuskan konsumsi
antibiotik selama 6 bulan.

Obat resep yang diberikan untuk pengidap TB paru harus diminum hingga waktu yang
dianjurkan. Ini dikarenakan meski kondisinya membaik, pengidap TB paru masih mungkin
untuk menurun kembali kondisinya.
Daftar pustaka

Soeroso, L., 2007. Mutiara Paru Buku Atlas Radiologi dan Ilustrasi Kasus. Jakarta: EGC.
World Health Organization, 2002. Operational Guide for National Tuberculosis Control
Programmes on The Introduction and Use of Fixed Dose Combination Drugs. Geneva :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai