Kelas : 3C
Obat-obatan antibiotic yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TB paru aktif
antara lain:
Strain TB paru yang resisten terhadap isoniazid dan rifampisin (dua antibiotik TB paru
paling efektif) disebut multidrug resistant (MDR-TB). Untuk mengobati TB-
MDR, pasien harus mengambil kombinasi obat "lini kedua" TB paru dan lain-lain.
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram
yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250
mg).
Dapat menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping yang
demikian terutama terjadi untuk pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.Sementara itu,
untuk ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan. Begitu juga dengan isoniazid yang
berpotensi merusak saraf.
Selain itu, juga terdapat efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan,
sakit kuning, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada
kulit.
Meski demikian, pengidap diharuskan mengonsumsi antibiotik selama lebih kurang lebih 2
minggu, dan untuk memastikan kesembuhan, dokter biasanya mengharuskan konsumsi
antibiotik selama 6 bulan.
Obat resep yang diberikan untuk pengidap TB paru harus diminum hingga waktu yang
dianjurkan. Ini dikarenakan meski kondisinya membaik, pengidap TB paru masih mungkin
untuk menurun kembali kondisinya.
Daftar pustaka
Soeroso, L., 2007. Mutiara Paru Buku Atlas Radiologi dan Ilustrasi Kasus. Jakarta: EGC.
World Health Organization, 2002. Operational Guide for National Tuberculosis Control
Programmes on The Introduction and Use of Fixed Dose Combination Drugs. Geneva :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.