Anda di halaman 1dari 11

ANALISA KASUS STROKE

Disusun Oleh Kelompok 7 :

1. Agil Triastuty
2. Chisy Andhita Ade Oktavia
3. Putri Agusrina
4. Putri Indriyani

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Jl. Rawa Buntu No. 10 BSD City – Serpong 15318

2018
KASUS PENYAKIT

A. Teori Penyakit
a. Definisi Stroke
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat
modern saat ini. stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik
pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai
dengan berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus
sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah.
b. Jenis-Jenis Stroke
Stroke di bagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah jenis stroke yang terjadi ketika pembuluh
darah yang menyuplai darah ke area otak terhalang oleh bekuan darah.
Stroke iskemik bertanggung jawab atas 87% dari total kasus stroke.
Bekuan darah sering diakibatkan oleh aterosklerosis, yang merupakan
penumpukan timbunan lemak dilapisan dalam pembuluh darah.

2
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragic terjadi saat pembuluh darah di otak mengalami
kebocoran atau pecah. Stroke hemoragik menyumbat sekitar 13% dari
total kasus stroke.
Stroke jenis ini berawal dari pembuluh darah yang melemah,
kemudian pecah dan menumpahkan darah kesekitarnya. Darah yang
bocor menumpuk dan menghambat jaringan otak di sekitarnya,
kematian atau koma panjang akan terjadi jika pendarahan berlanjut.

B. Kasus Penyakit
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn.R
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kenteng 03 / 03 Bandungan Kab.Semarang
Pekerjaan : Swasta ( Buruh Tani)
Masuk RS : 20 Februari 2014 , pukul 13.15

3
a. Keluhan Utama

Penurunan kesadaran

b. Keluhan Tambahan

Lemah di anggota gerak kanan, susah berbicara, dan mulut perot.

c. Kronologis Kejadian

Kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien ditemukan


oleh istri terjatuh dalam posisi terlentang di sawah. Pasien ditemukan
dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sebelum ditemukan terjatuh disawah,
diakui oleh istri, penderita tidak mengeluh kesemutan, mual, kejang,
sesak, nyeri kepala, dan pusing.
Kemudian langsung dibawa ke RS Bina kasih dan dirujuk ke RS
Ken Saras untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan, pemeriksaan darah
dan Rontgen thoraks kemudian pasien dibawa ke RSUD Ambarawa.
Kurang lebih 1 jam SMRS dalam perjalanan ke RSUD Ambarawa,
pasien sadarkan diri dan diakui mengalami muntah secara tiba-tiba
sebanyak satu kali. Didapatkan pasien mengalami bicara pelo / berbicara
tidak jelas dan terdapat kelemahan pada anggota gerak kanan.
Setelah jatuh, pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual,
kejang dan penglihatan kabur. Anggota gerak kanan terasa berat untuk
digerakkan. Bicara pelo tidak jelas dan mulut sedikit perot. Tidak
disertai dengan keluhan kejang, pilek, batuk, demam, gangguan
pendengaran, kesemutan, pandangan ganda dan riwayat kepala terbentur
sebelum kejadian. Pada saat masuk rumah sakit penderita mengalami
kelemahan anggota gerak kanan. Bicara pelo tidak jelas. Terdapat 1x
muntah proyektil.
Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala
sebelumnya dan tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Disangkal adanya riwayat darah tinggi sebelumnya. Disangkal adanya

4
riwayat tumor. Tidak ada gangguan BAK dan BAB, Ternyata penderita
memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu hipertensi.

d. Kesimpulan
Seorang laki-laki, umur 65 tahun dengan kelemahan anggota gerak
kanan, dengan riwayat 4 jam sebelum masuk RS terjatuh di sawah dan
dalam keadaan tidak sadar. Setelah itu 3 jam kemudian sadarkan diri
mengalami muntah secara tiba-tiba dan mengalami kelemahan anggota
gerak kanan,bicara pelo dan mulut perot.
Saat masuk RS pasien mengalami kelemahan anggota gerak kanan
dan bicara pelo tidak jelas. Terdapat 1x muntah proyektil, tidak ada
sesak,tidak demam,dan tidak kejang. Riwayat kencing manis dan
riwayat hipertensi tidak diketahui karena tidak pernah melakukan
pemeriksaan. Diakui mempunyai riwayat hipertensi dikeluarga. BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Penderita sempat di rawat intensif di ICU.
Namun tidak ada perubahan .
Penderita saat ini mengalami kelemahan anggota gerak dan sulit
untuk berbicara, untuk kesembuhan penderita keluarga melakukan
Konsultasi Rehab Medik (Fisioterapi) : positioning, alih baring, terapi
gerak aktif dan pasif, bed rest.

C. Tahapan Proses Sakit


1. Tahap I ( Mengalami Gejala )
Penderita tidak merasa mengalami gejala penyakit stroke, namun
penderita ditemukan oleh istri terjatuh dalam posisi terlentang di sawah.
Penderita ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sebelum
ditemukan terjatuh disawah, diakui oleh istri, penderita tidak mengeluh
kesemutan, mual, kejang, sesak, nyeri kepala, dan pusing. Penderita tidak
menyadari bahwa penderita memiliki riwayat penyakit keluarga yaitu
hipertensi.

5
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Setelah 3 jam kemudian penderita sadarkan diri dan mengalami
muntah secara tiba-tiba dan mengalami kelemahan anggota gerak
kanan,bicara pelo dan mulut perot.

3. Tahap III ( Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)


Penderita langsung dibawa ke RS Bina kasih dan dirujuk ke RS Ken
Saras untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan, pemeriksaan darah dan
Rontgen thoraks kemudian pasien dibawa ke RSUD Ambarawa.
Didapatkan pasien mengalami bicara pelo / berbicara tidak jelas dan
terdapat kelemahan pada anggota gerak kanan atau dikenal dengan stroke.

4. Tahap IV ( Peran Klien Dependen )


Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala
sebelumnya dan tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Disangkal adanya riwayat darah tinggi sebelumnya. Disangkal adanya
riwayat tumor. Namun setelah penderita ditemukan pingsan dan penderita
mengalami bicara pelo / berbicara tidak jelas dan terdapat kelemahan pada
anggota gerak kanan atau dikenal dengan stroke. Istri dan keluarga
penderita menerima penyakit tersebut dan bergantung pada Perawatan
intensif di ICU.

5. Tahap V ( Pemulihan dan Rehabilitas )


Penderita saat ini mengalami kelemahan anggota gerak dan sulit untuk
berbicara, untuk kesembuhan penderita keluarga melakukan Konsultasi
Rehab Medik (Fisioterapi) : positioning, alih baring, terapi gerak aktif dan
pasif, bed rest.

6
D. Dampak Penyakit pada Penderita dan Keluarga
1. Dampak pada Dinamika Keluarga
Dampak emosional ini mengguncang banyak anggota keluarga.
Kebanyakaan antara penderita dengan keluarga masih belum bias menerima
keadaan yang seang dihadapi. Kedua belah pihak merasa tidak nyaman satu
sama lain atau tidak mampu mengekspresikan perasaan masing-masing
setelah serangan stroke, hal ini dapat berdampak negative antara anggota
keluarga.
Dampak yang dirasakan oleh keluarga merupakan hal yang kompleks dan
karena itu semua anggota keluarga membutuhkan dukungan untuk
memahami apa yang telah terjadi.
2. Dampak pada Konsep Diri
Setelah penderita mengalami stroke, penderita mengalami perubahaan
secara emosional dan perilaku. Hal ini karena stroke mempengaruhi otak dan
mengendalikan perilaku dan emosi penderita mengalami berbagai gejolak
perasaan dan perilaku saat mencoba menyesuaikan dan menerima keadaan
bahwa dirinya mengalami stroke.
Penderita mengalami syoke, penolakan,marah,sedih,dan rasa bersalah
serta mengalami perubahaan besar dalam hidup.

E. Rentang Sehat Sakit


1. Sehat
SEHAT MENURUT DEPKES RI Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan

7
eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.
2. Sakit
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit
menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan
kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.

Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relative, yang mempunyai
beberapa tingkat, maka akan lebih akurat bila ditentukan sesuai dengan titik
tertentu pada skala sehat-sakit.

Rentang sehat-sakit :

Pada kasus ini, kami menyimpulkan bahwa :

1. Kondisi pasien sebelum ditemukan pingsan berada pada skala kesadaran,


karena penderita tidak mengeluh gejala apapun yang menunjukan gejala
penyakit stroke.
2. Saat penderita di rumah sakit dan penderita sadarkan diri, pasien berada pada
skala Gejala, karena penderita mengalami muntah 1 kali dan penderita
kesulitan bicara, serta terjadi kelemahan pada ekstremitas kanan. Ini adalah
tanda-tanda dari gejala stroke.

8
3. Pasien melakukan Ct-Scane untuk mengetahui penyakit apa yang diderita oleh
pasien hipertensi.
4. Setelah dilakukan Ct-Scan penderita dalam keadaan tidak mampuan karena
penderita mengalami penyakit stroke dan melakukan terapi dalam jangka
waktu panjang sampai penderita sembuh.

F. Paradigma Keperawatan
Menurut kelompok kami, Paradigma keperawatan Orem ( self care ) yg cocok
untuk penyakit stroke.
Keperawatan mandiri (selfcare) menurut Orem adalah suatu pelaksanaan
kegiatan yang di prakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit.
a. Teori Self Care
Teori Self Care adalah tindakan yang matang dan mementingkan orang
lain yang mempunyai potensi untuk berkembang, serta mengembangkan
kemampuan yang dimiliki agar dapat menggunakan secara tepat, nyata dan
Valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam
perubahan lingkungan, Self Care digunakan untuk mengontrol atau faktor
external dan internal yang mempengaruhi aktifitas seseorang untuk
menjalankan fungsinya dan berperanan untuk mencapai kesejahteraannya.
Pada kasus ini, menurut kami teori self care Agency yg perlu di lakukan
oleh penderita, karena Self Care Agency merupakan suatu kemampuan
individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi
oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.

9
Menurut kami saat penderita menerapkan teori self care dengan baik dan
mengubah konsep hidupnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan penderita
yang sebelumnya sakit akan berangsur membaik bila menerapkan terapi-terapi
dengan baik sesuai dengan Tahapan dan prosedur yang diberikan oleh tenaga
medis.
Dukungan dari lingkungan terutama sahabat dan keluarga penderita dapat
membantu kondisi penderita menjadi arah yang lebih baik dan mempengaruhi
pola pikir penderita untuk terus melakukan terapi sampai sembuh total.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,A.2008. Asuhan keperawatan klien dengan Gangguan Sistem


persyarafan,Jakarta:Salemba Medika.

Price,S.A 2006. Patofisiologi klinis proses-proses penyakit.Edisi 6 volume


2.Jakarta:EGC.

Sustrani,L.,A.S Alam, dan I. Hadibroto., 2004. Stroke. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai