Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3)

OLEH
Erhasmi Rezkiawan, S.Kep
1914901110022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)

A. Definisi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi
distribusi baik barang maupun jasa.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang terjadi
pada waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem program yang dibuat
bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya
sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.
Perawat yang bekerja di perusahaan selain mempunyai pengetahuan dasar
keperawatan, ia juga mempunyai aspek-aspek khusus dalam tugas mereka. Karena itu
dikembangkan spesialisasi perawatan yang disebut dengan perawatan kesehatan kerja
(occupational health nursing).
Perawatan yang bekerja di perusahaan selain harus mahir dalam perawatan, ia juga
harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja,
mengetahui caracara pencegahan, diagnosis dini dan usaha-usaha lain dalam memberantas
penyakit akibat kerja. ia juga harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan hubungan
kerja yang kurang baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal lain.
Tugas utama atau pekerjaan utama seorang perawat di perusahaan adalah melakukan
promosi kesehatan dan keselamatan kerja. Berikut ini akan dibahas mengenai peranan
keperawatan kesehatan kerja.

B. Dasar Hukum Keselamatan & Kesehatan Kerja


1. UU no.13/2003 Pasal 86
a. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
 Keselamatan & kesehatan kerja
 Moral & kesusilaan
 Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
 Untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya K3.
b. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. UU no.14/1969 Pasal 9 dan 10
a. Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
 Keselamatan
 Kesehatan
 Kesusilaan
 Pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia &
moral agama
b. Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi:
 Norma keselamatan kerja
 Norma kesehatan kerja
 Norma kerja
 Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
3. UU no.1/1970
a. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat & selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
c. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.
4. UU no.3/1992
a. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan
kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
& pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
b. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan
kerja meliputi:
 Biaya pengangkutan.
 Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
 Biaya rehabilitasi.
 Santunan berupa uang meliputi: santunan sementara tidak mampu bekerja,
santunan cacat sebagian untuk selamanya, santunan cacat total untuk selamanya
baik fisik maupun mental, dan santunan kematian.
C. Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien.

D. Kerugian-Kerugian yang disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:
1. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin, pesawat alat
kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.
2. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan dai dalam
organisasi dalam proses produksi.
3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh & menderita,
sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.
4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan juga akan
mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.
5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang & berakibat
kematian.
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi
terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi.
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama kecelakaan, pengobatan,
perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi
cacat & biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan.
Sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau
beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi.

E. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja


Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab antara lain:
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts).
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions).

F. Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja


Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan & pemeliharaan,
pengwasan, pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha & buruh,
latihan, supervisi medis, PPPK, & pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi
mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis
peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat
perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian
tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan &
desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis & patologis
faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.

G. Pengaturan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yaitu:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut terlihat bahwa esensi dibuatnya aturan
penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja, serta pengaturan dalam
penyimpanan bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan adanya aturan tersebut, potensi bahaya
kecelakaan kerja dapat dieliminasi atau setidaknya direduksi. Terdapat tiga hal penting yang
harus diperhatikan dalam penyelenggaraan K3, yaitu:
1. Seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam perusahaan.
2. Pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja bila tidak melaksanakan
K3 serta keterlibatan berupa dukungan serikat pekerja dalam pelaksanaan program K3 di
tempat kerja.
3. Kualitas program pelatihan K3 sebagai sarana sosialisasi.
Hal lain yang juga diperlukan dalam rangka mendukung terlaksananya program K3
adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi
program serta melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja untuk dan atas nama
pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja. Apabila terjadi peristiwa demikian, maka
hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Kerja terjadinya kecelakaan.
2. Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
3. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
4. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
5. Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
6. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
7. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
8. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
9. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada pihak yang
berwenang.
10. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam penanganan
kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
Inti dari terlaksananya K3 dalam perusahaan adalah adanya kebijakan standar berupa
kombinasi aturan, sanksi, dan keuntungan dilaksanakannya K3 oleh perusahaan bagi pekerja
dan perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu K3 yang dijadikan
pedoman bagi pekerja dan pengusaha.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur tentang hak dan
kewajiban tenaga kerja terhadap keselamatan kerja untuk:
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan/atau ahli
keselamatan kerja.
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
4. Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alatalat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggungjawabkan.

H. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Jamsostek


Sebagai perwujudan program K3 yang diharapkan menjadi program perlindungan
khusus bagi tenaga kerja, maka dibuatlah Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), yaitu
suatu program perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947, yang juga merupakan salah satu dasar hukum
pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga
Kerja, menyebutkan dalam Pasal 36 bahwa perusahaan yang diwajibkan membayar
tunjangan diwajibkan pula membayar iuran guna mendirikan suatu dana. Artinya, undang-
undang tersebut menentukan bahwa kewajiban membayar ganti kerugian bagi buruh yang
tertimpa kecelakaan kerja harus dilaksanakan sendiri oleh pihak majikan yang bersangkutan.
Munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial
Tenaga Kerja mengalihkan kewajiban pembayaran ganti rugi tersebut dari pihak pengusaha
atau pemberi majikan kepada badan penyelenggara, yaitu PT Astek. Iuran untuk
pembayaran jaminan kecelakaan kerja ini seluruhnya ditanggung oleh perusahaan yang
mengikutsertakan diri dalam program tersebut.
Sementara itu, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) pertama kali diatur dalam
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan
undangundang ini, pemeliharaan kesehatan diartikan sebagai upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan
perawatan, termasuk pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.Yangberhak
memperoleh pemeliharaan jaminan kesehatan adalah tenaga kerja, suami atau istri, dan
anak.17 Ruang lingkup jaminan pemeliharaan kesehatan dalam undang-undang ini meliputi:
1. Rawat jalan tingkat pertama;
2. Rawat jalan tingkat lanjutan;
3. Rawat inap;
4. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan;
5. Penunjang diagnostik;
6. Pelayanan khusus; dan
7. Pelayanan gawat darurat.
Semua pengelolaan program tersebut di atas dilaksanakan dengan mekanisme asuransi
oleh sebuah badan penyelenggara, yaitu PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang
berdiri dengan dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995.

I. Pelaksanaan K3 dan Jamsostek di Indonesia


Dalam praktik di lapangan, pelaksanaan program Jamsostek belum berjalan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya tuntutan dan protes yang
datang dari kalangan serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat (LSM), anggota lembaga
legislatif, serta elemen masyarakat lainnya yang dialamatkan kepada pengusaha, PT
Jamsostek, maupun instansi pemerintah di bidang ketenagakerjaan. Secara luas, berita-berita
mengenai fakta tersebut dapat dengan mudah diakses melalui media cetak dan media
elektronik, baik nasional maupun daerah, namun nampaknya belum juga ada perubahan
signifikan yang menjadikan penyelenggaraan Jamsostek lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. (2005). Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: BadanPenerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Suryandono, Widodo. (2005). Jaminan Sosial. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.

Banjarmasin, 24 Maret 2020


Preceptor Akademik Ners Muda

Alit Suwandewi, Ns., M.Kep Erhasmi Rezkiawan, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai