LAPORAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pencapan 2
Disusun oleh :
Kelompok 1
Grup 3K3
2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Melakukan proses pencapan pada kain poliester dengan zat warna dispersi.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu dan waktu baking terhadap ketuaan warna, kerataan
warna, ketajaman motif dan handling pada proses pencapan kain poliester dengan
zat warna dispersi.
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan
memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai dapat saling
berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk
struktur yang teratur.
Dacron dibuat dari asamnya dan reaksinya sebagai berikut :
HO OC COO(CH 2) 2O H + (2n-1)H 2O
n
Dacron A ir
Sedangkan Terylene dibuat dari dimetil ester asam tereftalat dengan etilen glikol,
dan reaksinya sebagai berikut :
Etilena glikol
Etilena glikol didapat dari etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah yang
dioksidasi dengan udara menjadai etilena oksida yang selanjutnya dihidrasi menjadi
etilena glikol. Sedangkan asam tereftalat dibuat dari para-xilena yang harus bebas
dari isomer orto dan meta dengan pemisahan kristalisasi.
Karakter serat poliester adalah sebagai berikut :
1. Morfologi
Penampang membujur serat poliester berbentuk seperti silinder dengan
penampang melintang berbentuk bundar.
2. Sifat fisika
a. Kekuatan dan mulur
Terylene memilki kekuatan 4,5-7,5 g/denier dan mulur 25-7,5%. Dacron
mempunyai kekuatan 4-6,9 g/denier dan mulur 40-11%.
b. Elastisitas
Pemulihan selama 1 menit setelah penarikan :
- Penarikan 2% .......pulih 97%
- Penarikan 4%. .......pulih 90%
- Penarikan 8% .......pulih 80%
c. Moisture Regain
Kondisi standar = 0,45%. Pada RH 100% = 0,6-0,8%.
d. Titik leleh
Meleleh pada udara panas bersuhu 250oC.
e. Berat jenis
Berat jenis poliester adalah 1,38.
3. Sifat kimia
a. Tahan asam lemah walaupun pada suhu mendidih, dan tahan asam
kuat dingin.
b. Tahan oksidator, alkohol, keton sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering.
c. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifloroasetat-orto-klorofenol.
d. Tahan serangga, jamur, dan bakteri.
Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan
hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH dalam
molekul tersebut.Oleh karena itu serat polierter sulit didekati air atau zat warna.
Untuk dapat mendekatkan air terhadap serat yang hidrofob, maka kekuatan ikatan
hidrogen dalam serat perlu dikurangi. Kenaikan suhu dapat memperbesar fibrasi
molekul,akibatnya ikatan hidrogen dalam serat akan lemah dan air dapat mendekati
serat. Disamping sifat hidrofob, faktor lain yang menyulitkan pencelupan ialah
kerapatan serat poliester yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh
molekul zat warna.Derajat kerapatan ini alan berkurang dengan adanya kenaikan
suhu karena fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar
pula.Molekul zat warna akan masuk dalam ruang antar molekul .
Kekuatan poliester pada keadaan kering sama besar dengan kekuatan pada
keadaan basah. Polyester memiliki mempunyai kristalinitas yang tinggi, bersifat
hidrofob dan tidak mengandung gugusan-gugusan yang aktif, sehingga sukar sekali
ditembus oleh molekul-molekul yang berukuran besar ataupun tidak bereaksi dengan
zat warna anion atau kation. Untuk memperoleh hasil celup yang baik maka proses
pendahuluan (pretreatment) untuk polyester sangat perlu. Penggunaan alkali panas
waktu proses pencucian polyester sebaiknya dihindari, karena akan menyebabkan
terkelupasnya permukaan serat tersebut. Poliester juga memiliki titik leleh yang tinggi
yaitu 280 oC, juga daya tahan terhadap sobekan maupun gosokan dan elastisitas
yang tinggi. Poliester kebanyakan hanya dapat dicelup oleh zat warna dispersi
Molekul zat warna dispersi relatif kecil, sederhana dan tidak mempunyai gugus
pelarut,Karena itu mempunyai katahanan yang tinggi dan warna yang cemerlang.
Salainitu zat warna dispersi hampir semua mengandung gugus-gugus hidroksil dan
amina (-OH, -NH2, NHR) yang berfungsi sebagai donor atom hydrogen untuk
mengadakan interaksi dua kutub atau membentuk ikatan hydrogen dengan gugus-
gugus karbonil atau gugus asetil dari serat.
Struktur Kimia Zat Warna Dispersi
Menurut struktur kimianya zat warna dispersi merupakan senyawa azo, antrakuinon
dan dipenil amina. Beberapa contoh struktur kimia zat warna dispersi, antara lain :
a. Golongan azo
Contoh : Disperse Yellow 3
b. Golongan antrakuinon
Contoh : Disperse Red 4
c. Golongan difenilamina
Contoh : Disperse Red 60
Klasifikasi Zat Warna Dispersi
Karena molekulnya kecil zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi,
maka berdasarkan pada sifat ketahanan sublimasinya dapat dikelompokan dalam 4
(empat) golongan , yaitu :
a) Golongan A
Zat warna dispesi golongan ini mempunyai berat molekul kecil sehingga sifat
pencelupannya baik karena mudah terdispersi dan mudah masuk ke dalam
serat, sedangkan ketahanan sublimasinya rendah yaitu tersublim penuh
dengan suhu 100C. pada umumnya zat warna dispersi golongan ini
digunakan untuk mencelup serat rayon asetat dan poliamida, tetapi juga
digunakan untuk mencelup poliester pada suhu 100C tanpa penambahan zat
pengemban.
b) Golongan B
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencelupan yang baik dengan
ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh suhu 190C. sangan baik
untuk pencelupan poliester, baik pencelupan poliester, baik dengan cara
carrier/pengemban pada suhu didih (100C) maupun cara pencelupan suhu
tinggi (130C).
c) Golongan C
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencelupan cukup dengan
ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim penuh pada suhu 200C. bisa
digunakan untuk mencelup cara carrier, suhu tinggi ataupun cara thermosol
dengan hasil yang baik
d) Golongan D
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul paling besar
diantara keempat golongan lainnnya sehingga mempunyai sifat pencelupan
paling jelek karena sukar terdispersi dalam larutan dan sukar masuk kedalam
serat. Akan tetapi memiliki ketahanan sublimasi paling tinggi yaitu tersublim
penuh pada suhu 220C. zat warna ini tidak digunakan untuk pencelupan
dengan zat pengemban, namun baik sangat baik untuk cara pencelupan suhu
tinggi dan cara thermosol.
Sifat-sifat Umum Zat Warna Dispersi
a) Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor,
diantaranya : azo, antrakuinon, dan dipenilamina
b) Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian dapat
mengkristal lagi.
c) Sifat dasar adalah nonionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2, dan gugus
–NHR, dansebagainya yang bertindak sebagai gugus pemberi (donor)
hydrogen untuk mengadakan ikatan dengan serat (gugus karbonil).
d) Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat warna
dispersi sedikit larut dalam air (± 0,1 miligram /L), tapi mempunyai kejenuhan
yang tinggi pada serat pada kondisi pencelupan.
e) Penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celupnya akan menyebabkan
dispersi yang stabil dalam air.
f) Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam sarat adalah tinggi (10 –
50 mg/g serat).
g) Tidak ada perubahan kimia yang disebabkan oleh proses pencapannya
Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester ada 2 macam yaitu :
2) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan
atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zat warna dispersi
dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi yang
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi
yang mempunyai donor proton seperti –OH atau NH2.
III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat : ● Bahan :
Kasa Screen Pengental CMC 8%
Rakel Zat Warna Dispersi Sinarlene Orange E2R 200%
Meja Printing Zat Warna Dispersi Sinarlene Blue SGL 200%
Mixer Zat Pendispersi (Setamol WS)
Pengaduk Asam Sitrat
Neraca Analitik Urea
Gelas Plastik Air
Gelas Ukur Na2S2O4
Mesin Stenter NaOH
Kompor Teepol
Panci
3.2 Resep
Resep Pasta Pencapan
Zat Warna Dispersi = 30 gram
Zat Pendispersi = 20 gram
Asam Sitrat = 20 gram
Urea = 100 gram
Pengental CMC 8% = 700 gram
Balance = 130 gram
Baking
Persiapan Drying
Proses pencapan (180°C-190°C, 2 -
pencapan (100°C, 2 menit)
4 menit)
Reduction
Cuci sabun Cuci panas Cuci dingin
Clearing
Evaluasi
3.6 Perhitungan
Perhitungan pengental
700
Pengental induk ¿ x 2 x 5 x 75 gram=525 gram (dibuat sebanyak 700 gram)
100
8
Pengental CMC ¿ x 700 gram=56 gram
100
Perhitungan pasta pencapan
30
Zat warna dispersi ¿ x 75 gram=2,25 gram
1000
20
Zat pendispersi ¿ x 75 gram=1,5 gram
1000
20
Asam sitrat ¿ x 75 gram=1,5 gram
1000
100
Urea ¿ x 75 gram=7,5 gram
1000
700
Pengental ¿ x 75 gram=52,5 gram
1000
130
Balance ¿ x 75 gram=9,75 gram
1000
Perhitungan resep Reduction Clearing
Diketahui : air yang digunakan untuk 5 kelompok = 5 L
2 gram
Na2S2O4 ¿ x 5 L=10 gram
L
1 gram
NaOH ¿ x 5 L=5 gram
L
Ranking
Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
3 4 1 2
Ketuaan warna
(tua) (sangat tua) (muda) (cukup tua)
2 3 3 2
Kerataan warna
(cukup rata) (rata) (rata) (cukup rata)
3 4 3 2
Ketajaman motif
(tajam) (sangat tajam) (tajam) (cukup tajam)
4 3 2 1
Handling
(sangat lemas) (lemas) (sedikit kaku) (kaku)
V. DISKUSI
Pada proses pencapan kain poliester dengan zat warna dispersi, temperatur menjadi
salah satu faktor penting karena pada temperatur yang relatif tinggi, zat warna dispersi
dapat terfiksasi dengan sempurna. Pada proses thermofiksasi (dalam hal ini proses
baking), serat poliester akan melunak, dan akan terbentuk rongga di dalam serat
tersebut. Dengan adanya suhu tinggi, molekul-molekul zat warna akan bergerak dan
masuk untuk mengisi rongga-rongga serat poliester dan kemudian terjadi proses fiksasi.
Setelah proses thermofiksasi selesai dan terjadi pendinginan, rongga serat poliester yang
memiliki sifat thermoplastis, akan menutup kembali dan menghalangi molekul zat warna
untuk keluar kembali.
5.1 Ketuaan Warna
2
1.5
1
0.5
0
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit
Variasi Kain
Berdasarkan dari grafik diatas, pada pencapan poliester dengan zat warna dispersi
menggunakan suhu baking 180°C mendapatkan hasil ketuaan warna yang paling
baik secara visual dibandingkan dengan kain dengan suhu termofikasi 190°C. Hal
disebabkan oleh karakteristik zat warna dispersi yang digunakan, yaitu zat warna
dispersi Sinarlene Orange E2R 200% dan Sinarlene Blue SGL 200%. Berdasarkan
leaflet, zat warna dispersi Sinarlene Orange E2R 200% yang ketahanan sublimasi
yang kurang baik dan tidak cocok untuk diaplikasikan dengan metode thermosol
karena pada suhu tinggi zat warna akan lebih mudah menyublim menjadi fasa gas.
Sedangkan, zat warna dispersi Sinarlene Blue SGL 200% memiliki ketahanan
sublimasi yang baik dan cocok di aplikasikan dengan metoda Termosol.
Sehingga, ketika dilihat secara visual, kain yang memiliki warna lebih tua justru kain
yang diproses pada suhu lebih rendah (180°C), dimana luas daerah zat warna yang
berwarna oranye lebih luas dibanding zat warna yang berwarna biru. Kain yang
diproses pada suhu lebih rendah memiliki warna yang lebih tua karena zat warna
yang digunakan lebih mudah menyublim ada suhu tinggi, di duga zat warna
Sinarlene Orange memiliki ukuran molekul yang lebih kecil dibandingkan zat warna
Sinarlene Blue. Untuk zat warna Sinarlene Blue, semakin tinggi suhu yang
digunakan, warnanya terlihat lebih tua. Ketuaan warna ini juga disebabkan karena
ukuran molekulnya yang lebih besar dibandingkan zat warna Sinarlene Blue.
Selain itu, kain yang di proses dalam waktu yang singkat menghasilkan warna yang
lebih muda karena semakin lama waktu termofikasi maka zat warna terfiksasi secara
sempurna dan zat warna yang keluar dari rongga serat akan lebih sedikit.
1.5
1
0.5
0
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit
Variasi Kain
Berdasarkan dari grafik diatas pencapan kain poliester dengan zat warna dispersi
dihasilkan kerataan warna yang paling baik yaitu kain 2 dan kain 3 hal ini disebabkan
oleh cara pencapan, posisi screen, posisi rakel sesuai dengan motif dan tekanan
saat melakukan rakel yang stabil sehingga tidak ada penumpukan zat warna di
bagian motif tertentu. Pada kain 1, hasil pencapan cukup rata, namun terjadi
kesalahan saat melakukan pengangkatan screen yang menyebabkan terjadinya
penodaan di bagian motif tertentu. Hal ini menyebabkan penumpukan zat warna di
bagian yang mengalami penodaan sehingga setelah dilakukan termofiksasi bagian
yang mengalami penodaan akan terlihat lebih tua dibandingkan bagian lainya karena
zat warna yang terfiksasi menumpuk pada bagian tersebut sehingga ketika dilihat
secara visual, bagian tersebut menjadi tidak rata. Pada kain 4, hasil pencapan yang
dihasilkan cukup rata, namun terjadi kesalahan pada penempatan posisi screen,
sehingga terdapat bagian yang tidak tertutupi pasta pencapan. Akibatnya bagian
tersebut berwarna lebih muda dibandingkan bagian lainnya, dan ketika dilihat secara
visual, sangat terlihat sekali ketidakrataannya.
2
1.5
1
0.5
0
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit
Variasi Kain
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kain ke-2 yang diproses dengan suhu
baking 180°C selama 4 menit memiliki ketajaman motif yang paling baik. Hal ini
disebabkan karena selain pasta cap yang digunakan memiliki viskositas yang cukup
baik, proses perakelan yang dilakukan pun stabil, sehingga menghasilkan ketajaman
motif yang sesuai. Secara keseluruhan, semua kain memiliki ketajaman motif yang
baik, kecuali kain ke-4, karena di kain ini terdapat sedikit blobor yang menyebabkan
pasta cap keluar dari motif yang seharusnya. Blobor pada kain ini mungkin
disebabkan karena proses pengangkatan screen yang kurang baik, sehingga
menyebabkan pasta cap bergeser keluar dari motif.
5.4 Handling
Grafik Hubungan Antara Suhu dan Waktu Fiksasi
Dengan Nilai Ranking Handling
4.5 Dari grafik diatas
4
3.5 dapat dilihat
3
2.5 bahwa semakin
Ranking
2
tinggi suhu
1.5
1 baking dan
0.5
0 semakin lama
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit waktu baking
Variasi Kain yang digunakan,
maka kain akan
memiliki handling yang semakin baik, dengan kata lain hasil pencapan yang
dilakukan tidak terlalu kaku. Handling ini dipengaruhi dari viskositas pasta cap dan
proses pencucian. Viskositas pasta cap yang digunakan sudah cukup baik, namun
terjadi ketidaksesuaian pada saat proses baking, yang mana suhu pada mesin
stenter tidak begitu stabil, sehingga proses Sehingga ketika proses pencucian, pasta
cap yang didalamnya terdapat berbagai zat, menjadi luruh setelah dilakukan
pencucian, karena fiksasi yang terjadi belum tentu sempurna, sehingga efeknya kain
menjadi tidak terlalu kaku. Selain itu, proses pencucian sangat mempengaruhi
karena pada proses pencucian terutama cuci reduksi dapat menghilangkan sisa
pengental dan zat warna yang tidak terfiksasi dan menempel pada permukaan kain.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Kain yang memiliki warna paling tua yaitu kain ke-2 (suhu baking 180°C, 4 menit).
Kain yang memiliki kerataan warna paling baik yaitu kain ke-2 (suhu baking 180°C, 4
menit) dan ke 3 (suhu baking 190°C, 2 menit).
Kain dengan ketajaman motif yang paling baik yaitu kain ke-2 (suhu baking 180°C, 4
menit)
Kain yang memiliki handling paling baik yaitu kain ke-4 (suhu baking 190°C, 4 menit)
Dari beberapa kesimpulan diatas, secara umum kain ke-2 yang diproses dengan suhu
baking 180°C selama 4 menit, memiliki hasil yang optimum untuk pencapan kain poliester
dengan zat warna dispersi.
LAMPIRAN