Anda di halaman 1dari 16

PENCAPAN KAIN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI (SINARLENE

ORANGE E2R 200% DAN SINARLENE BLUE SGL 200%)

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Pencapan 2

Disusun oleh :

Kelompok 1

M. Abid Agani 17020055

M. Akmal Jaka 17020057

Nadya Amelia P. 17020061

Reza Faisal A. 17020072

Grup 3K3

Dosen : Sukirman, S.ST., M.IL.

Asisten : Drs. Solehudin

Brilyan M. R. R., S.ST.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud
Melakukan proses pencapan pada kain poliester dengan zat warna dispersi.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu dan waktu baking terhadap ketuaan warna, kerataan
warna, ketajaman motif dan handling pada proses pencapan kain poliester dengan
zat warna dispersi.

II. TEORI DASAR


2.1 Poliester
Serat poliester adalah serat sintetik yang dibuat dari molekul polimer poliester linier
dengan susunan paling sedikit 85 % etilena glikol (HO-CH2-CH2-OH) dan asam
tereftalat (C6H4(COOH)2) melalui proses polimerisasi kondensasi.

Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan
memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai dapat saling
berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk
struktur yang teratur.
Dacron dibuat dari asamnya dan reaksinya sebagai berikut :

nHOOC COOH + nHO(CH 2)2 OH

A sam tereftalat Etilena glikol

HO OC COO(CH 2) 2O H + (2n-1)H 2O
n

Dacron A ir

Sedangkan Terylene dibuat dari dimetil ester asam tereftalat dengan etilen glikol,
dan reaksinya sebagai berikut :

nCH OOC COOCH3 + nHO(CH 2) 2OH

Etilena glikol

CH3 O OC COO(CH 2) 2 O H + (2n-1)CH 3O


n
Terylene

Etilena glikol didapat dari etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah yang
dioksidasi dengan udara menjadai etilena oksida yang selanjutnya dihidrasi menjadi
etilena glikol. Sedangkan asam tereftalat dibuat dari para-xilena yang harus bebas
dari isomer orto dan meta dengan pemisahan kristalisasi.
Karakter serat poliester adalah sebagai berikut :

1. Morfologi
Penampang membujur serat poliester berbentuk seperti silinder dengan
penampang melintang berbentuk bundar.

2. Sifat fisika
a. Kekuatan dan mulur
Terylene memilki kekuatan 4,5-7,5 g/denier dan mulur 25-7,5%. Dacron
mempunyai kekuatan 4-6,9 g/denier dan mulur 40-11%.

b. Elastisitas
Pemulihan selama 1 menit setelah penarikan :
- Penarikan 2% .......pulih 97%
- Penarikan 4%. .......pulih 90%
- Penarikan 8% .......pulih 80%

c. Moisture Regain
Kondisi standar = 0,45%. Pada RH 100% = 0,6-0,8%.

d. Titik leleh
Meleleh pada udara panas bersuhu 250oC.

e. Berat jenis
Berat jenis poliester adalah 1,38.

3. Sifat kimia
a. Tahan asam lemah walaupun pada suhu mendidih, dan tahan asam
kuat dingin.
b. Tahan oksidator, alkohol, keton sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering.
c. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifloroasetat-orto-klorofenol.
d. Tahan serangga, jamur, dan bakteri.
 
Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan
hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH  dalam
molekul tersebut.Oleh karena itu serat polierter sulit didekati air atau zat warna.

Untuk dapat mendekatkan air terhadap serat yang hidrofob, maka kekuatan  ikatan
hidrogen dalam serat perlu dikurangi. Kenaikan suhu dapat memperbesar fibrasi
molekul,akibatnya ikatan hidrogen dalam serat akan lemah dan air dapat mendekati
serat. Disamping sifat hidrofob, faktor lain yang menyulitkan  pencelupan ialah
kerapatan serat poliester yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh
molekul zat warna.Derajat kerapatan ini alan berkurang dengan adanya kenaikan
suhu karena fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar
pula.Molekul zat warna akan masuk dalam ruang antar molekul .
Kekuatan poliester pada keadaan kering sama besar dengan kekuatan pada
keadaan basah. Polyester memiliki mempunyai kristalinitas yang tinggi, bersifat
hidrofob dan tidak mengandung gugusan-gugusan yang aktif, sehingga sukar sekali
ditembus oleh molekul-molekul yang berukuran besar ataupun tidak bereaksi dengan
zat warna anion atau kation. Untuk memperoleh hasil celup yang baik maka proses
pendahuluan (pretreatment) untuk polyester sangat perlu. Penggunaan alkali panas
waktu proses pencucian polyester sebaiknya dihindari, karena akan menyebabkan
terkelupasnya permukaan serat tersebut. Poliester juga memiliki titik leleh yang tinggi
yaitu 280 oC, juga daya tahan terhadap sobekan maupun gosokan dan elastisitas
yang tinggi. Poliester kebanyakan hanya dapat dicelup oleh zat warna dispersi

2.2 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintetik.
Kelarutannya dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau
partikel-partikel zat warna yang hanya melayang dalam air.
Zat warna ini dipakai untuk mencelup atau mewarnai srat-serat tekstil sintetik, yang
bersifat termoplastik atau hidrofob. Absorbsinya ke dalam serat sering disebut “Solid
Solution“, yaitu zat padat larut dalam zat padat. Dalam hal ini zat warna merupakan
zat terlarut dan serat berkisar antara 30 – 200 mg per garam serat.

Molekul zat warna dispersi relatif kecil, sederhana dan tidak mempunyai gugus
pelarut,Karena itu mempunyai katahanan yang tinggi dan warna yang cemerlang.
Salainitu zat warna dispersi hampir semua mengandung gugus-gugus hidroksil dan
amina (-OH, -NH2, NHR) yang berfungsi sebagai donor atom hydrogen untuk
mengadakan interaksi dua kutub atau membentuk ikatan hydrogen dengan gugus-
gugus karbonil atau gugus asetil dari serat.
Struktur Kimia Zat Warna Dispersi

Menurut struktur kimianya zat warna dispersi merupakan senyawa azo, antrakuinon
dan dipenil amina. Beberapa contoh struktur kimia zat warna dispersi, antara lain :
a. Golongan azo  
Contoh : Disperse Yellow 3

b. Golongan antrakuinon
Contoh : Disperse Red 4

c. Golongan difenilamina
  Contoh : Disperse Red 60
Klasifikasi Zat Warna Dispersi

Karena molekulnya kecil zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi,
maka berdasarkan pada sifat ketahanan sublimasinya dapat dikelompokan dalam 4
(empat) golongan , yaitu :
a) Golongan A
Zat warna dispesi golongan ini mempunyai berat molekul kecil sehingga sifat
pencelupannya baik karena mudah terdispersi dan mudah masuk ke dalam
serat, sedangkan ketahanan sublimasinya rendah yaitu tersublim penuh
dengan suhu 100C. pada umumnya zat warna dispersi golongan ini
digunakan untuk mencelup serat rayon asetat dan poliamida, tetapi juga
digunakan untuk mencelup poliester pada suhu 100C tanpa penambahan zat
pengemban.

b) Golongan B
Zat warna dispersi golongan ini memiliki sifat pencelupan yang baik dengan
ketahanan sublimasi cukup, yaitu tersublim penuh suhu 190C. sangan baik
untuk pencelupan poliester, baik pencelupan poliester, baik dengan cara
carrier/pengemban pada suhu didih (100C) maupun cara pencelupan suhu
tinggi (130C).

c) Golongan C
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai sifat pencelupan cukup dengan
ketahanan sublimasi tinggi, yaitu tersublim penuh pada suhu 200C. bisa
digunakan untuk mencelup cara carrier, suhu tinggi ataupun cara thermosol
dengan hasil yang baik

d) Golongan D
Zat warna dispersi golongan ini mempunyai berat molekul paling besar
diantara keempat golongan lainnnya sehingga mempunyai sifat pencelupan
paling jelek karena sukar terdispersi dalam larutan dan sukar masuk kedalam
serat. Akan tetapi memiliki ketahanan sublimasi paling tinggi yaitu tersublim
penuh pada suhu 220C. zat warna ini tidak digunakan untuk pencelupan
dengan zat pengemban, namun baik sangat baik untuk cara pencelupan suhu
tinggi dan cara thermosol.
Sifat-sifat Umum Zat Warna Dispersi

a)   Sifat dasar mempunyai berat molekul yang rendah dengan inti kromofor,
diantaranya : azo, antrakuinon, dan dipenilamina
b)      Meleleh pada temperatur tinggi (lebih besar dari pada 150 0C), kemudian dapat
mengkristal lagi.
c)      Sifat dasar adalah nonionic meskipun mempunyai gugus –OH, -NH2, dan gugus
–NHR, dansebagainya yang bertindak sebagai gugus pemberi (donor)
hydrogen untuk mengadakan ikatan dengan serat (gugus karbonil).
d)     Gugus –OH, -NH2, dan gugus fungsional yang sejenis menyebabkan zat warna
dispersi sedikit larut dalam air (± 0,1 miligram /L), tapi mempunyai kejenuhan
yang tinggi pada serat pada kondisi pencelupan.
e)      Penambahan zat pendispersi ke dalam larutan celupnya akan menyebabkan
dispersi yang stabil dalam air.
f)       Secara relatif kerataan penyerapan zat warna dalam sarat adalah tinggi (10 –
50 mg/g serat).
g)      Tidak ada perubahan kimia yang disebabkan oleh proses pencapannya

2.3 Ikatan Zat Warna Dispersi Dengan Serat Poliester

Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan serat
poliester ada 2 macam yaitu :

1) Ikatan Van der Walls


Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non
polar. Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini ikatan
fisika, yang berperan dalam terbentuknya ikatan fisika adalah ikatan van der
walls, yang terjadi berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang berbeda.
Ikatan yang besar terjadi pada ikatan van der walls pada zat warna dispersi dan
serat poliester adalah dispersi London.

2) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan
atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zat warna dispersi
dan serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi yang
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi
yang mempunyai donor proton seperti –OH atau NH2.

III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
 Alat : ● Bahan :
 Kasa Screen  Pengental CMC 8%
 Rakel  Zat Warna Dispersi Sinarlene Orange E2R 200%
 Meja Printing  Zat Warna Dispersi Sinarlene Blue SGL 200%
 Mixer  Zat Pendispersi (Setamol WS)
 Pengaduk  Asam Sitrat
 Neraca Analitik  Urea
 Gelas Plastik  Air
 Gelas Ukur  Na2S2O4
 Mesin Stenter  NaOH
 Kompor  Teepol
 Panci

3.2 Resep
 Resep Pasta Pencapan
Zat Warna Dispersi = 30 gram
Zat Pendispersi = 20 gram
Asam Sitrat = 20 gram
Urea = 100 gram
Pengental CMC 8% = 700 gram
Balance = 130 gram

 Resep Cuci Reduksi


Na2S2O4 = 2 g/L
NaOH = 1 g/L
Waktu = 10 menit
Suhu = 70°C

3.3 Fungsi Zat


- Zat warna dispersi, sebagai komponen utama pembentuk warna.
- Zat pendispersi, untuk mendispersikan zat warna dispersi dalam air.
- Urea, sebagai zat higroskopis pada pasta cap.
- Asam sitrat, sebagai pemberi suasana asam agar serat bermuatan positif.
- Pengental, untuk meningkatkan kekentalan pasta cap, melekatkan zat warna pada
bahan tekstil, dan sebagai pengatur viskositas.
- Na2S2O4,
- NaOH,

3.4 Diagram Alir Proses

Baking
Persiapan Drying
Proses pencapan (180°C-190°C, 2 -
pencapan (100°C, 2 menit)
4 menit)

Reduction
Cuci sabun Cuci panas Cuci dingin
Clearing

Evaluasi

3.5 Cara Kerja


a) Persiapan Alat dan Bahan
b) Pembuatan Pengental
 Menimbang pengental CMC sesuai dengan kebutuhan.
 Melarutkan pengental CMC dengan air.
 Diaduk hingga teksturnya kental.
c) Pembuatan Pasta cap
Pengental sesuai kebutuhan ditakar, kemudian zat warna dengan zat pendispersi,
zat higroskopis, dan asam sitrat. Dan kemudian diaduk hingga homogen.
d) Proses Pencapan
 Memastikan meja cap bersih dan permukaannya rata.
 Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan konstan pada meja cap.
 Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan dicap.
 Dengan bantuan rakel, pasta cap tuangkan pada screen pada bagian
pinggir kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
 Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian dilakukan
proses pencapan dengan cara menekan dan menggeser pasta cap kearah
panjang screen dengan menggunakan rakel.
 Screen dilepaskan ke atas.
 Setelah selesai, kain tidak langsung diangkat tapi ditunggu kering
sedikit.
e) Setelah dicap dengan pasta cap, bahan dikeringkan pada mesin stenter
f) Kemudian Bahan ditermofiksasi, bahan pertama ditermofiksasi dengan suhu
1800C selama 2 menit, bahan 2 dengan suhu 180 0C selama 4 menit, Bahan 3
dengan suhu 1900C selama 2 menit, Bahan 4 dengan suhu 1900C selama 4,
g) bahan dicuci dingin dan cuci panas
h) Bahan dicuci reduksi, kemudian dibilas.
i) Bahan dikeringkan
j) Evaluasi

3.6 Perhitungan
 Perhitungan pengental
700
Pengental induk ¿ x 2 x 5 x 75 gram=525 gram (dibuat sebanyak 700 gram)
100
8
Pengental CMC ¿ x 700 gram=56 gram
100
 Perhitungan pasta pencapan
30
Zat warna dispersi ¿ x 75 gram=2,25 gram
1000
20
Zat pendispersi ¿ x 75 gram=1,5 gram
1000
20
Asam sitrat ¿ x 75 gram=1,5 gram
1000
100
Urea ¿ x 75 gram=7,5 gram
1000
700
Pengental ¿ x 75 gram=52,5 gram
1000
130
Balance ¿ x 75 gram=9,75 gram
1000
 Perhitungan resep Reduction Clearing
Diketahui : air yang digunakan untuk 5 kelompok = 5 L
2 gram
Na2S2O4 ¿ x 5 L=10 gram
L
1 gram
NaOH ¿ x 5 L=5 gram
L

IV. HASIL PERCOBAAN


Diketahui :
Kain 1 = kain dengan suhu baking 180°C, dan waktu baking 2 menit
Kain 2 = kain dengan suhu baking 180°C, dan waktu baking 4 menit
Kain 3 = kain dengan suhu baking 190°C, dan waktu baking 2 menit
Kain 4 = kain dengan suhu baking 190°C, dan waktu baking 4 menit

Ranking
Hasil
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
3 4 1 2
Ketuaan warna
(tua) (sangat tua) (muda) (cukup tua)
2 3 3 2
Kerataan warna
(cukup rata) (rata) (rata) (cukup rata)
3 4 3 2
Ketajaman motif
(tajam) (sangat tajam) (tajam) (cukup tajam)
4 3 2 1
Handling
(sangat lemas) (lemas) (sedikit kaku) (kaku)
V. DISKUSI
Pada proses pencapan kain poliester dengan zat warna dispersi, temperatur menjadi
salah satu faktor penting karena pada temperatur yang relatif tinggi, zat warna dispersi
dapat terfiksasi dengan sempurna. Pada proses thermofiksasi (dalam hal ini proses
baking), serat poliester akan melunak, dan akan terbentuk rongga di dalam serat
tersebut. Dengan adanya suhu tinggi, molekul-molekul zat warna akan bergerak dan
masuk untuk mengisi rongga-rongga serat poliester dan kemudian terjadi proses fiksasi.
Setelah proses thermofiksasi selesai dan terjadi pendinginan, rongga serat poliester yang
memiliki sifat thermoplastis, akan menutup kembali dan menghalangi molekul zat warna
untuk keluar kembali.
5.1 Ketuaan Warna

Grafik Hubungan Antara Suhu dan Waktu Fiksasi


Dengan Nilai Ranking Ketuaan Warna
4.5
4
3.5
3
2.5
Ranking

2
1.5
1
0.5
0
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit

Variasi Kain

Berdasarkan dari grafik diatas, pada pencapan poliester dengan zat warna dispersi
menggunakan suhu baking 180°C mendapatkan hasil ketuaan warna yang paling
baik secara visual dibandingkan dengan kain dengan suhu termofikasi 190°C. Hal
disebabkan oleh karakteristik zat warna dispersi yang digunakan, yaitu zat warna
dispersi Sinarlene Orange E2R 200% dan Sinarlene Blue SGL 200%. Berdasarkan
leaflet, zat warna dispersi Sinarlene Orange E2R 200% yang ketahanan sublimasi
yang kurang baik dan tidak cocok untuk diaplikasikan dengan metode thermosol
karena pada suhu tinggi zat warna akan lebih mudah menyublim menjadi fasa gas.
Sedangkan, zat warna dispersi Sinarlene Blue SGL 200% memiliki ketahanan
sublimasi yang baik dan cocok di aplikasikan dengan metoda Termosol.
Sehingga, ketika dilihat secara visual, kain yang memiliki warna lebih tua justru kain
yang diproses pada suhu lebih rendah (180°C), dimana luas daerah zat warna yang
berwarna oranye lebih luas dibanding zat warna yang berwarna biru. Kain yang
diproses pada suhu lebih rendah memiliki warna yang lebih tua karena zat warna
yang digunakan lebih mudah menyublim ada suhu tinggi, di duga zat warna
Sinarlene Orange memiliki ukuran molekul yang lebih kecil dibandingkan zat warna
Sinarlene Blue. Untuk zat warna Sinarlene Blue, semakin tinggi suhu yang
digunakan, warnanya terlihat lebih tua. Ketuaan warna ini juga disebabkan karena
ukuran molekulnya yang lebih besar dibandingkan zat warna Sinarlene Blue.

Selain itu, kain yang di proses dalam waktu yang singkat menghasilkan warna yang
lebih muda karena semakin lama waktu termofikasi maka zat warna terfiksasi secara
sempurna dan zat warna yang keluar dari rongga serat akan lebih sedikit.

5.2 Kerataan Warna

Grafik Hubungan Antara Suhu dan Waktu Fiksasi


Dengan Nilai Ranking Kerataan Warna
3.5
3
2.5
2
Ranking

1.5
1
0.5
0
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit

Variasi Kain

Berdasarkan dari grafik diatas pencapan kain poliester dengan zat warna dispersi
dihasilkan kerataan warna yang paling baik yaitu kain 2 dan kain 3 hal ini disebabkan
oleh cara pencapan, posisi screen, posisi rakel sesuai dengan motif dan tekanan
saat melakukan rakel yang stabil sehingga tidak ada penumpukan zat warna di
bagian motif tertentu. Pada kain 1, hasil pencapan cukup rata, namun terjadi
kesalahan saat melakukan pengangkatan screen yang menyebabkan terjadinya
penodaan di bagian motif tertentu. Hal ini menyebabkan penumpukan zat warna di
bagian yang mengalami penodaan sehingga setelah dilakukan termofiksasi bagian
yang mengalami penodaan akan terlihat lebih tua dibandingkan bagian lainya karena
zat warna yang terfiksasi menumpuk pada bagian tersebut sehingga ketika dilihat
secara visual, bagian tersebut menjadi tidak rata. Pada kain 4, hasil pencapan yang
dihasilkan cukup rata, namun terjadi kesalahan pada penempatan posisi screen,
sehingga terdapat bagian yang tidak tertutupi pasta pencapan. Akibatnya bagian
tersebut berwarna lebih muda dibandingkan bagian lainnya, dan ketika dilihat secara
visual, sangat terlihat sekali ketidakrataannya.

5.3 Ketajaman Motif

Grafik Hubungan Antara Suhu dan Waktu Fiksasi


Dengan Nilai Ranking Ketajaman Motif
4.5
4
3.5
3
2.5
Ranking

2
1.5
1
0.5
0
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit

Variasi Kain

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa kain ke-2 yang diproses dengan suhu
baking 180°C selama 4 menit memiliki ketajaman motif yang paling baik. Hal ini
disebabkan karena selain pasta cap yang digunakan memiliki viskositas yang cukup
baik, proses perakelan yang dilakukan pun stabil, sehingga menghasilkan ketajaman
motif yang sesuai. Secara keseluruhan, semua kain memiliki ketajaman motif yang
baik, kecuali kain ke-4, karena di kain ini terdapat sedikit blobor yang menyebabkan
pasta cap keluar dari motif yang seharusnya. Blobor pada kain ini mungkin
disebabkan karena proses pengangkatan screen yang kurang baik, sehingga
menyebabkan pasta cap bergeser keluar dari motif.

5.4 Handling
Grafik Hubungan Antara Suhu dan Waktu Fiksasi
Dengan Nilai Ranking Handling
4.5 Dari grafik diatas
4
3.5 dapat dilihat
3
2.5 bahwa semakin
Ranking

2
tinggi suhu
1.5
1 baking dan
0.5
0 semakin lama
Suhu 180°C, 2 Suhu 180°C, 4 Suhu 190°C, 2 Suhu 190°C, 4
menit menit menit menit waktu baking
Variasi Kain yang digunakan,
maka kain akan
memiliki handling yang semakin baik, dengan kata lain hasil pencapan yang
dilakukan tidak terlalu kaku. Handling ini dipengaruhi dari viskositas pasta cap dan
proses pencucian. Viskositas pasta cap yang digunakan sudah cukup baik, namun
terjadi ketidaksesuaian pada saat proses baking, yang mana suhu pada mesin
stenter tidak begitu stabil, sehingga proses Sehingga ketika proses pencucian, pasta
cap yang didalamnya terdapat berbagai zat, menjadi luruh setelah dilakukan
pencucian, karena fiksasi yang terjadi belum tentu sempurna, sehingga efeknya kain
menjadi tidak terlalu kaku. Selain itu, proses pencucian sangat mempengaruhi
karena pada proses pencucian terutama cuci reduksi dapat menghilangkan sisa
pengental dan zat warna yang tidak terfiksasi dan menempel pada permukaan kain.

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
 Kain yang memiliki warna paling tua yaitu kain ke-2 (suhu baking 180°C, 4 menit).
 Kain yang memiliki kerataan warna paling baik yaitu kain ke-2 (suhu baking 180°C, 4
menit) dan ke 3 (suhu baking 190°C, 2 menit).
 Kain dengan ketajaman motif yang paling baik yaitu kain ke-2 (suhu baking 180°C, 4
menit)
 Kain yang memiliki handling paling baik yaitu kain ke-4 (suhu baking 190°C, 4 menit)

Dari beberapa kesimpulan diatas, secara umum kain ke-2 yang diproses dengan suhu
baking 180°C selama 4 menit, memiliki hasil yang optimum untuk pencapan kain poliester
dengan zat warna dispersi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai