Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP MEDIS

1. Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring). Faringitis (dalam
bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna
lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.

2. Klasifikasi
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting.
Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai
dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-
infeksi ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini
termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit
infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang
tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan.
Faringitis Kronis
1. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding
posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya
dan di belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak
mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
2. Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi. Pada
rinitis atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.
Faringitis Spesifik
1) Faringitis Luetika
1. Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil,
dan dinding faring posterior. Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di
tempat tersebut.
2. Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini terdapat pada dinding
faring yang menjalar ke arah laring.
3. Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan pallatum merupakan
tempat predileksi untuk tumuhnya guma. Jarang ditemukan guma di
dinding faring posterior.
2) Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil,
palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring
merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi
infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring
primer.
3. Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan
nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau
ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah:
1.      Demam
2.      Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3.      Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
1.      Rasa pedih atau gatal dan kering.
2.      Batuk dan bersin.
3.      Sedikit demam atau tanpa demam.
4.      Suara serak atau parau.
5.      Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.
4. Etiologi
1. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan
oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus,
mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah
streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae
atau Chlamydia pneumoniae.
1. Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan
demam .
2. Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat
tenggorokan teriritasi.
3. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
4. Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat
kronis (menetap).
5. Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya
dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti nyeri hebat saat
menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah, bernanah pada
kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel.
5. Patofisiologi
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang
menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis. Pada stadium
awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-
mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel
atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring
dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau
terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral
jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya
tonsilia, hanya faring saja yang terkena.
6. Komplikasi
1.  Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube
eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang
mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke
ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh
meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb
siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri pada daerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian
masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi
meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

6. Petalaksanaan
1.   Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250
mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat. Anjurkan setiap 2 jam.
Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½  sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat).
Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1
ounce = 28 g)
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam
hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan
lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin
dan pelega tenggorokan bila perlu.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah
Tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak
(folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan
nyeri tekan, terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting
dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan
petunjuk yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi
atau inflamasi.
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari
hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem
sirkulasi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek,
demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok
Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan
melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi
takikardi, dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala    :     Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda    :    Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit
buruk.
Observasi
a. Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
b. Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
c. Adanya suara serak, stridor, dan batuk
d. Perilaku: gelisah, takut
e. Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret,
kesulitan menelan.
f. Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dispneu

2. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan
4. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi

3. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
1. Level Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien berkurang / hilang dengan skala hasil
Kriteria Hasil:
a. Laporkan frekuensi nyeri
b. Kaji frekuensi nyeri
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. Kegelisahan
f. Perubahan TTV
2. Kontrol Nyeri
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan skala hasil 4
Kriteri Hasil:
a. Mengenal faktor penyebab
b. Gunakan tindakan pencegahan
c. Gunakan tindakan non analgetik
d. Gunakan analgetik yang tepat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Manajemen Nyeri
a. Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,
intensitas, dan faktor penyebab.
b. Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak
dapat berkomunikasi secara efektif.
c. Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk
mengurangi sakit tenggorok.
d. Berikan analgetik dengan tepat.
e. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.
f. Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,
terapi musik, distraksi)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan
napas pasien kembali efektif dengan skala hasil
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Tidak ada dipsneu
c. Sekret dapat keluar
d. Mampu batuk efektif
Ket Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
Pengelolaan Jalan Napas
e. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
f. Auskultasi area paru, catat area penurunan udara
g. Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif.
h. Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anak
i. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.
j. Kaji vital sign dan status respirasi.
k. Kolaborasi pemberian oksigen

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kesulitan menelan
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi
pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
a.    Mempertahankan pemasukan nutrisi
b.    Mempertahankan berat badan
c.    Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d.    Daya tahan tubuh adekuat
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Manajemen nutrisi
a.    Kaji status nutrisi pasien
b.    Ketahui makanan kesukaan pasien
c.    Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
d.    Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasi
e.    Timbang BB pada interval yang tepat
f.    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai
4. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan  keluarga
tidak mengalami kecemasan dengan skala hasil
Kriteria Hasil:
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
Ket Skala:
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
Penurunan Kecemasan
a. Tenangkan Klien
b. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan
yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
c. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
d. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan
rasa sakit.
e. Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik
relaksasi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif
Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
sekunder dengan skala hasil
Kriteria Hasil:
a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas
normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d. Mampu mengidentifikasi faktor resiko
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2. = Jarang menunjukka
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Pengendalian Infeksi
a. Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan,
malaise)
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun
rendah, malnutrisi)
c. Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.
d. Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi
untuk mendukung pertahanan tubuh alami.
e. Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi.
f. Kolaborasi: pemberian antibiotik
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien
dan keluarga tentang penyakitnya bertambah dengan skala hasil
Kriteria Hasil:
1) Mengenal tentang penyakit
2) Menjelaskan proses penyakit
3) Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
4) Menjelaskan faktor resiko
5) Menjelaskan komplikasi dari penyakit
6) Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit
Ket Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

A. Health Care Information exchange

a. Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain


b. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam
mengimplementasikan keperawatan setelah penjelasan
c. Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan
d. Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan
latihan.
e. Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum
mengimplementasikan
B. Health Education
a. Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau
mengurangi dalam perilaku kesehatan.
b. Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup individu,
keluarga/lingkungan.
c. Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program
perawatan.
d. Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk
membuat perilaku kondusif.

4. Evaluasi
Kariteria hasil yang d harapkan
DX I:
a. Laporkan frekuensi nyeri
b. Kaji frekuensi nyeri
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. Kegelisahan
f. Perubahan TTV
DX II :
a. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Tidak ada dipsneu
c. Sekret dapat keluar
d. Mampu batuk efektif 
DX III :
a. Mempertahankan pemasukan nutrisi
b. Mempertahankan berat badan
c. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
d. Daya tahan tubuh adekuat 
DX IV:

a. Monitor intensitas kecemasan


b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas 
DX V :

a. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam


batas normal
b. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
c. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
d. Mampu mengidentifikasi faktor resiko
DX VI :
a. Mengenal tentang penyakit
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d. Menjelaskan faktor resiko
e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f. Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. Buku Ajar Penyakit THT, ed.6. Jakarta: EGC.

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol.2, ed.15. Jakarta: EGC.

Iskandar, Nurbaiti, dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, ed.2.
Jakarta: Balai penerbit FKUI..

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan
Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 1. Jakarta: Media


Ausculapius.

MsCloskey, Cjoane, dkk. 1995. NIC. Jakarta: Morsby

NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed.4. Jakarta: EGC.

Sumber : http://mydocumentku.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-
pasien_17.html#ixzz20MYaPNrv

Anda mungkin juga menyukai