Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Dasar Glaukoma


1. Pengertian
Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit
yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya
fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah satu dari resiko
primer,ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit.
Menurut Ilyas (2009) Glaukoma merupakan kelompok penyakit saraf optik yang
melibatkatkan hilangnya sel ganglion retina. Glaukoma disebut juga sebagai maling
penglihatan karena hilangnya penglihatan dan lapang pandangan perlahan- lahan
yang baru diketahui setelah keadaan sudah berat, dan penglihatan tidak akan kembali
lagi.
2. Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi mata

Struktur Mata Internal

4
5

Gambar 2.
Struktur mata internal
(Brunner&Suddarth, 2002)
1) Retina

Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu
sel-sel saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina
6

yang merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar
menuju jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju
diskus optikus, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata.
Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian yang
paling peka pada retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal terhadap
diskus optikus, persis berhadapan dengan pusat pupil.

2) Bilik anterior (kamera okuli anterior)

Kedalaman dari kamera okuli anterior adalah 3.4mm dengan volume


0.3mL. Pada tepi KOA terdapat sudut iridokorneal dengan kanal schlemm pada
bagian apeksnya. Kanalschlemm menghubungkan KOA melewati anyaman
trabekulum yang kemudian berhubungandengan vena episklera lewat kanal-kanal
pembuangan yang disebut kanal kolektor. Cairanaquous kemudian dialirkan ke
jantung setelah melalui kanal-kanal tersebut.
3) Bilik Posterior
Kamera okuli posterior berbatasan dengan tepi belakang iris di anterior,
dengankapsul anterior lensa dan ligament suspensoria lentis (zonula) di posterior,
dan dengan perlekatan zonula pada pars plikata badan silier.
Baik COA (Camera okuli anterior) dan COP (camera okuli posterior)
keduanya berisi aquos humor. Cairan akuos diproduksi ileh badan silier, yaitu
prosesus siliaris yang 70-80 buah. Humor aquous berjalan dari COP ke COA
kemudia melewati trabekulum untuk menuju kanal schlemm, kemudian ke kanal
kolekerol, akhirnya ke system episklera untuk kembali ke jantung.

Dengan demikian harus terdapat keseimabangan antara produksi cairan


akuos dan pembunagannya agar tekanan bola mata normal. Tekanan bola mata
(TIO) normal adalah 10-20 mmHg, dan TIO ini meningkat pada peningkatan
produksi, penurunan drainase maupun gabungan keduanya. Kenaikan TIO ini
meningkat pada peningkatan produksi, penurunan drainase maupun
gabungan keduanya. Kenaikan TIO terus menerus disebut glaukoma. TIO yang
naik terus menerus akan mendesak struktur bagian dalam dinding bola
7

mata (retina) dan nervus optikus sehingga akan terjadi kerusakan,serta


menimbulkan terjadinya glaucoma.
4) Aqueus Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris
dan mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari
korpus siliaris melewati bilik mata posterior dan anterior menuju sudut kamera
okuli anterior. Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork
(Simmons et al, 2007-2008).
Aqueous humor diproduksi dengan kecepatan 2-3 µL/menit dan mengisi
bilik anterior sebanyak 250 µL serta bilik posterior sebanyak 60 µL (Solomon,
2002). Aqueous humor berfungsi memberikan nutrisi (berupa glukosa dan asam
amino) kepada jaringan-jaringan mata di segmen anterior, seperti lensa, kornea
dan trabecular meshwork. Selain itu, zat sisa metabolisme (seperti asam piruvat
dan asam laktat) juga dibuang dari jaringan-jaringan tersebut. Fungsi yang tidak
Universitas Sumatera Utara 6 kalah penting adalah menjaga kestabilan tekanan
intraokuli, yang penting untuk menjaga integritas struktur mata. Aqueous humor
juga menjadi media transmisi cahaya ke jaras penglihatan (Cibis et al, 2007-
2008).
3) Fisiologi mata
Humor aqueous mengalir ke dalam bilik posterior kemudian masuk diantara
permukaan posterior iris dan selanjutnya masuk ke bilik anterior. HA keluar dari bilik
anterior melalui dua jalur, yaitu jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur uveosklera
(jalur non trabekula). Jalur trabekula pada bilik anterior dibentuk oleh dasar iris dan
kornea perifer, melewati trabekular meshwork (TM) dari sklera, masuk ke kanal schlemn
(sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous). Melalui kanal kolektor, HA dibawa
ke pembuluh darah sklera dimana HA bercampur dengan darah. Pada jalur uveosklera,
HA mengalir melalui korpus siliaris ke ruang supra arakhnoid dan masuk ke dalam
sirkulasi pada vena.
4. Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer,sekunder, dan kongenital. Tipe primer
terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
8

1) Glaukoma Primer
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi, struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan/atau reabsorpsi akuos humor mengalami perubahan
patologi langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka

Glaukoma sudut terbuka/glaukoma kronik/glaukoma simpleks/ open


angel glaucoma merupakan bentuk glaukoma primer yang lebih tersembunyi
dan membahayakan serta sering terjadi (kurang lebih 90% dari klien
glaukoma). Seringkali merupakan glaukoma herediter yang menyebabkan
perubahan degeneratif. Bentuk ini terjadi pada individu yang mempunyai
sudut ruang (sudut antara iris dan kornea) terbuka normal tetapi terdapat
hambatan pada aliran keluar akuous humor melalui sudut ruangan. Hambatan
dapat terjadi di jaringan trabekular, kanal Schlemn atau vena-vena akuous.

Keadaan ini terjadi pada klien usia lanjut (> 40 tahun) dan perubahan
karena usia lanjut memegang peranan penting dalam proses sklerosa badan
silier dan jaringan trabekel. Karena akuous humor tidak dapat meninggalkan
mata pada kecepatan yang sama dengan produksinya, TIO meningkat secara
bertahap, bentuk ini biasanya bilateral dan dapat berkembang menjadi
kebutaan komplet tanpa adanya serangan akut.

Gejalanya relatif ringan dan banyak klien tidak menyadarinya hingga


terjadi kerusakan visus serius. Suatu tanda berharga yang dikemukakan oleh
Downey yaitu jika diantara kedua mata selalu terdapat perbedaan TIO 4
mmHg atau lebih, dianggap menunjukan kemungkinana glaukoma simpleks
meskipun tensinya masih normal tanda klasik bersifat bilateral, herediter TIO
meninggi, sudut COA terbuka, bolamata yang tenang, lapang pandang
mengecil dengan macam-macam skotoma yang khas, perjalanan penyakit
progresif lambat.

b. Glaukoma Sudut Tertutup


9

Glaukoma sudut tertutup/ angle-closure glaucoma/close-angle awitannya


mendadak dan harus ditangani sebagai keadaan emergensi. Mekanisme dasar
yang terlibat dalam patofisiologi glaucoma ini adalah menyempitnya sudut
dan perubahan letak iris yang terlalu kedepan. Perubahan letak iris kornea
menyebabkan sudut anatara iris dan kornea menyempit sehingga akan
menghalangi aliran keluar akueos humor. TIO meningkat dengan cepat,
kadang-kadang mencapai tekanan 50-70 mmHg. Tindakan pada situasi ini
harus cepat dan tepat atau kerusakan saraf optik akan menyebabkan kebutaan
pada mata yang terserang.Tanda dan gejala meliputi gejala hebat di dalam dan
sekitar mata. Timbulnya halo disekitar cahaya,pandangan kabur. Klien kadang
mengeluhkan keluhan umum seperti sakit kepala,mual,muntah,kedinginan,
demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat
sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan,fotoppobia
dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien. Peningkatan TIO
menyebabkan nyeri yang melalui saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan
rahang melalui cabang-cabang nervus trigeminus. Iritasi saraf vagal dapat
mengakibatkan mual dan sakit perut.
2) Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan didalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan/atau reabsorpsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa, infumenserilensa yang katarak, terlepasnya
kapsul lensa pada katarak.
b. Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea, neovaskularisasi
di iris.
c. Trauma, hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea/limbus disertai prolaps iris.
d. Operasi, pertumbuhan epitel yang masuk Cameli Okuli Anterior (COA), gagalnya
pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis pascaekstrasi katarak yang
menyebabkan perlengketan iris.
3) Glaukoma kongenital
10

Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan


trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.
4. Etiologi
a. Penyebab utama glaukoma primer atau sudut terbuka kronis merupakan proses
degeneratif pada jaringan trabekular sehingga terjadi penurunan aliran humor
aqous. Peningkatan tekanan intraokular juga terjadi karena uveitis (inflamsi pada
uvea, struktur penyaring). Penekanan akibat tumor yang tumbut cepat dan
penggunan kortokosteroid topikal kronis juga dapat menghasilkan menifestasi
glaukoma sudut terbuka.
b. Glaukoma sekunder terjadi akibat edema, cedera pada mata (hifema), inflamsi,
tumor, dan proses lanjut katarak dan diabetes. Jaringan edematosa dapat
menghambat aliran humor aqous melalui jaringan reabekular. Penyembuhan luka
tepi kornea yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuhan sel epitel diruang
okuli anterior.

5. Patofisiologi
Tekanan intraokular (TIO) ditentukan oleh laju produksi akous humor dibadan
siliaris dan hambatan aliran akous humor dari mata. TIO bervariasi dengan siklus diurnal
(tekanan tertinggi biasanya pada waktu bangun tidur) dan posisi tubuh (meningkatkan
ketika berbaring). Variasi normal biasanya tidak melebihi 2-3 mm Hg. TIO dan tekanan
darah tidak berhubungan satu sama lain, tetapi variasi pada tekan darah sistemik dapat
berhubungan dengan variasi TIO. Peningkatan TIO dapat terjadi karena peningkatan
produksi humor aquous atau obstruksi aliran. Jika humor aquous terakumulasi pada mata,
peningkatan tekanan suplai darah ke saraf optik dan retina. Jaringan lunak ini menjadi
iskemik dan terjadi penurunan fungsi secra bertahap.
11

6. Manifestasi Klinis
a. Penglihatan kabur
b. Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
c. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)
d. Mual, muntah, berkeringat
e. Mata merah, hiperemia kongjungtiva, dan silar
f. Virus menurun
g. Edema kornea
h. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka)
i. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya
j. TIO meningkat

7. Komplikasi
Komplikasi dari glaukoma menurut berbagai sumber yang salah satunya
www.iec-online.com (2009) adalah Kebutaan.
12

8. Tes Diagnostik

Pemeriksaan daignostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
2) Tonometri : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar anara 21-25 mmHg dan dianggap patologi bila
melebihi 25 mmHg. Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilvas,
2004):
a. Tonometri Schiotz
Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata.
b. Tonometri Aplanasi
Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang dipengaruhi
kekakuan sklera (Selaput putih mata)
3) Pemeriksaan Lampu Slit
Lampu slit digunakan untuk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar kornea
sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik kedalam
tuberkulum dengan lensa khusus.
4) Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberkan gangguan lapang pandang yang khas pada
glaukoma. Secara sederhana lapang pandangdapat diperiksa dengan tes
konfrontasi
5) Pemeriksaan Ultrasonografi
Digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler. Ada dua tipe:
a. A-Scan Ultrasan
Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata
untuk pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaukoma
congenital.
b. B-Scan Ultrasan
13

Berguna untuk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata yang
kurang jelas akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.

9. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta
meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang
minimal.Penangananya meliputi:
A. Penatalaksanaan Medis
1) Glaukoma Primer
a. Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol,
betaxolol,carteolol,levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan
akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
b. Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka
saluran yang tersumbat.
c. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan
carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi
pembentukan cairan)
d. Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan
menghentikan serangan glaukoma.
e. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya
acetazolamide).
f. Pada kasus yang berat,untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan
manitol intravena (melalui pembuluh darah).
2) Glaukoma sekunder
Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya.Jika
penyebabnya adalah peradangan,diberikan corticosteroid dan obat untuk
melebarkan pupil.Kadang dilakukan pembedahan.
3) Glaukoma kongenitalis
Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.
B. Terapi Laser
14

Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO


menetap,maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif.
1) Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata
yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal
pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles).
2) Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya
pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser
trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan
daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda.
Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau
terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode
yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan
intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat-obat tetes bius,
perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut
mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut
mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.
3) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau
cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya
dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari
glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini
melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang
membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini
menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian
mengurangi tekanan mata.
C. Terapi Pembedahan
1) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit,
digunakan untuk merawat glaukoma.Pada operasi ini, suatu potongan kecil
dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan
suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat
untuk cairan keluar dari mata.Untk jalan-jalan kecil baru,suatu bleb
penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival
15

tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata.Filtering


bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada
bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini
mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata,masuk ke bleb,dan
kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood
circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy
adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan.Jika sukses,dia
merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata.
2) Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan
untuk menurunkan tekanan mata.Dia melibatkan penghilangan suatu
potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu
membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan
lebih mudah mengalir.Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding
trabeculectomy dan aqueous shunt surgery,dia juga bertendensi lebih tidak
efektif.Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim
pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif,
komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin.
Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan
cara lain tidak dapat dikontrol.

10. Discharge Planning


a. Banyak maan makanan yang mengandung vitamin A
b. Istirahat yang cukup dengan memejamkan mata.
c. Ketahui penyebab dan gejala akan glaucoma dan diskusikan dengan tenaga medis
untuk mencegahnya.
d. Pola hidup tenang menurunkan respons emosi terhadap stress, mencegah
perubahan okuler yang mendorong iris ke depan.
e. Gunakan kacamata untuk pemajanan yang lama pada sinar matahari. Jangan
pernah secara langsung melihat pada matahari untuk periode yang lama.
B. Konsep Proses Keperawatan Glaukoma
1. Pengkajian
16

a. Riwayat
1) Riwayat okular:
- Tanda peningkatan TIO: nyeri tumpul, mual, muntah, pandang kabur.
- Pernah mengalami infeksi: uveitis, trauma, pembedahan.
2) Riwayat kesahatan:
- Menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler,
serebrovaskular,gangguan tiroid.
- Keluarga menderita glaukoma.
- Penggunaan obat kartikosteroid jangka lama: topikal/sistemik
- Penggunaan antidepresan trisiklik, antihistamin.
b. Psikososial
Kemampuan aktifitas, gangguan membaca, risiko jatuh, berkendaraan.
c. Pengkajian umum:
- Usia
- Gejala penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, gangguan
kardiovaskuler, hipertoid.
- Gejala gastrointestinal: mual, muntah
d. Pengkajian khusus mata
- Pengukuran TIO dengan tonometer (TIO > 23 mm Hg)
- Nyeri tumpul orbita
- Perimetri: menunjukan penurunan luas lapang pandang.
- Kemerahan
- Gonioskopi menunjukan sudut mata tertutup atau terbuka.
2. Diagnosa dan Intervensi keperawatan
a. Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
Subjektif:
Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas, penurunan area penglihatan.
Objektif:
1) Pemeriksaan lapang pandang menurun
17

2) Penurunan kemampuan identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat).

Tujuan:
Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan
dan mengkomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil:
1) Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
penglihatan.
2) Klien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa penurunan persepsi sensori: penglihatan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji ketajaman penglihatan klien. 1. Mengidentifikasi kemampuan
2. Dekati klien dari sisi yang sehat. visual klien.
3. Identifikasi alternatif untuk
optimalisasi sumber rangsangan. 2. Memberikan rangsang sensori
4. Sesuaikan lingkungan untuk mengurangi rasa
optimalisasi penglihatan: isolasi/terasingi.
- Orientasikan klien terhadap
ruang rawat. 3. Memberikan keakuratan
- Letakkan alat yang sering penglihatan dan perawatannya.
digunakan didekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat. 4. Meningkatkan kemampuan
- Berikan pencahayaan cukup. persepsi sensori.
- Letakkan alat di tempat yang
tetap.
- Hindari cahaya menyilaukan.
5. Anjurkan penggunaan alternatif 5. Meningkatkan kemampuan
rangsang lingkungan yang dapat respons terhadap stimulas
diterima auditorik, taktil. lingkungan.

b. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular.


Subjektif:
Mengatakan mata tegang, nyeri hebat, lebih sakit untuk melihat.
Objektif:
1) Meringis, menangis menahan nyeri
18

2) Sering memegangi mata

Tujuan:
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Kriteria hasil:
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
2) Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
3) Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri


INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau 1. Nyeri glaukoma umumnya
sesering mungkin, jika diperlukan. sangat parah terutama pada
glaukoma sudut tertutup.
2. Terangkan penyebab nyeri dan Penyebab munculnya nyeri
faktor/ tindakan yang dapat adalah peningkatan tekanan
memicu nyeri. intraokular, yang dapat
meningkatkan akibat dipicu
oleh.
- Mengejan (valsalva
maneuver)
- Batuk
- Mengangkat benda berat
- Penggunaan kafein (rokok,
kopi, teh)
- Tidur pada sisi yang sakit.
- Hubungan seks
2. Untuk menurunkan sensasi nyeri
3. Ajarkan tindakan distraksi pada dan memblokir sensasi nyeri
relaksasi pada klien. menuju otak. Teknik ini
umumnya efektif saat nyeri
tidak sangat mengganggu klien.
19
20

3. Evaluasi
a. Klien dapat mempertahankan visus optimal.
b. Tidak terjadi komplikasi.
c. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman.
d. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.

C. Pengertian Dasar Katarak


1. Pengertian

Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh didalam bola


mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang
masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak
termasuk kedalam golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah dan dapat
disembuhkan. (Ilyas,2009).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Beberapa tingkatan katarak


dapat ditemukan pada kebanyakan lansia berusia di atas 70 tahun. Katarak
merupakan penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan diseluruh
indonesia. Bentuk katarak yang paling umum adalah tipe senilis. (Sarah
C. Smith, 2015).

Katarak adlah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi


keruh akibat hidrsi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan
ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul
pada berbagai usia tertentu (Iwan, 2009).

2. Anatomi Fisiologi Lensa


a. Anatomi
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
21

135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana,
2007).
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris
dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di sebut
fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang
memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak
memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular (Khurana, 2007).
b. Fisiologi Lensa
Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi
memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki
kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.

Gambar: Antomi Lensa

Sumber:http://xianide.blogspot.com/2013/06/lensa-mata-dan-
katarak_20.html
22

3. Etiologi
Paparan kumulatif sinar ultraviolet pada mata sepanjang umur. seseorang
merupakan faktor risiko penting bagi perkembangan katarak. Seseorang yang tinggal
di ketinggian atau yang bekerja di sinar matahari terang seperti nelayan cenderung
lebih awal menderita katarak. Pekerja pada industri kaca atau las yang tidak
mengenakan proteksi mata juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Trauma tumpul,
laserasi, benda asing, radiasi, paparan sinar inframerah juga dapat menjadi faktor
resiko katarak.
4. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
23

katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.


Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
5. Klasifikasi Katarak
Katarak terdiri daripada beberapa klasifikasi :
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapat sejak
lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Untuk
mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi pada ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama
dan riwayat pemakaian obat selama kehamilan.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :
1) Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular
dan katarak polaris.

2) Lentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak yang mengenai


korteks atau nukleus lensa saja.

Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital :


1) Katarak piramidalis atau polaris anterior
Katarak piramidalis atau polaris anterior terjadi akibat gangguan
perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada
saat ini apabila ibu dengan kehamilan kurang dari 3 bulan terdapat infeksi
virus, maka amnion akan mengandungi virus. Pada pemeriksaan objektif
akan terlihat kekeruhan kornea dan terdapatnya jaringan fibrosis di dalam
bilik mata depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa
24

terletak di polus. Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini tidak
progresif.
2) Katarak piramidalis atau polaris posterior
Katarak ini terjadi akibat arteri hialoid yang menetap pada saat
tidak diperlukan lagi oleh lensa untuk metabolism. Pada pemeriksaan
funduskopi akan terlihat kekeruhan di dataran belakang lensa. Adanya
arteri hialoid yang menetap ini dapat dilihat dengan pemeriksaan
ultrasonografi.
3) Katarak zonularis atau lamelaris
Katarak lamelaris bersifat herediter, diturunkan secara dominan
dan biasanya bilateral. Bila pada permulaan perkembangan serat lensa
normal dan kemudian terjadi gangguan perkembangan serat, maka akan
terlihat kekeruhan serat lensa pada suatu zona di dalam lensa.
4) Katarak pungtata dan lain-lain.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan
terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Katarak kongenital dapat
menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strasbismus. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes
mellitus toksoplasmosis, dan histoplasmosis. (Ilyas,2009)
b. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenile biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti :
1) Katarak metabolik
a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)

b) Katarak hipokalsemik (tetanik)

c) Katarak defisiensi gizi

d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)


25

e) Penyakit Wilson

f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.

2) Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3) Katarak traumatik
4) Katarak komplikata
a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).

b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti


Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

c) Katarak anoksik

d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,


dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,
klorpromazin, busulfan, dan besi).

e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit


(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis
imperfekta, kondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan
kromosom.

f) Katarak radiasi

c. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Katarak senil merupakan katarak yang
terjadi akibat degenerasi serat lensa karena proses penuaan. Penyebabnya
sampai sekarag tidak diketahui secara pasti. Katarak senil secara klinis
dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur.
(Ilyas,2009)
26

6. Manifestasi klinis
a. Penglihatan kabur, kadang diplopia monokular (penglihatan
ganda)
b. Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
c. Klien biasanya melihat lebih baik pada cahaya yang remang-
remang ketika pupil dalam keadaan dilatasi yang menyebabkan
cahaya dapat menembus sekeliling opositas lensa
d. Nyeri sering kali tidak dikeluhkan

7. Komplikasi
a. Edema makular
b. Kejadian ablasio retina sering terjadi pada saat 12 bulan
pascaoperasi

Komplikasi pada pasien yang menderita katarak pada umumnya adalah


sebagai berikut:
27

a. Uveitis
Terjadi karena mata lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea.
b. Glaukoma
Terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan balik mata depan (Istiqomah,2003).

8. Tes Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan 
kerusakan kornea, lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit 
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,  
glukoma
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut 
tertutup Galukoma
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik 
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM   
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.

9. Penatalaksanaan
a. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior
ditinggalkan untuk mencegah prolaps viterus, untuk melindungi
retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk
28

implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena


memungkinkan dimasukannya lensa intraokuler ke dalam kapsul
yang tersisa. Setelah pembedahan dilakukan koreksi virus lebih
lanjut. Virus basanya pulih dalam 3 bulan setelah pembedahan.
Teknik yang sering digunakan dalam ECCE adalah
Fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat
melalui pengisapan (suction) (Istikomah,2003).
b. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
Keuntungan dari prosedur ini adalah kemudahan prosedur ini
dilakukan, sedangkan kerugiannya , mata beresiko tinggi
mengalami retinal detechmentdan mengangkat struktur
penyokong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik
ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan
probe superdingin dan kemudian diangkat. Menurut (Ilyas,2003)
pembedahan dengan cara ini mengurangi penyulit yang sering
terjadi pada teknik ECCE.

10. Discharge Planing


a. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
b. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.
c. Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.
d. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu
berbaring pada sisi yang dioperasi, membungkuk melewati
pinggang, mengangkat benda yang beratnya melebihi 10
kg, mengedan selama defekasi Karena pembatasan tersebut
diperlukan untuk mengurangi gerakan mata dan mencegah
penekanan tekanan okuler.
e. Pelajari cara menjaga hygiene mata 9membuang drainase
yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang
terpejam menggunakan bola kapas yang dilembabkan
29

dengan larutan irigasi mata), dan tidak menekan mata bila


merawat mata.

D. Konsep Proses Keperawatan Katarak


1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Riwayat penyakit: trauma mata, penggunaan obat
kortikosteroid, penyakit diabetes mellitus, hipotiroid,
glaukoma
2) Riwayat keluhan gangguan: stadium katarak
b. Psikososial: kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko
jatuh
c. Pengkajian umum
1) Usia
2) Gejala penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipotiroid
d. Pengkajian khusus mata
1) Dengam pelebaran pupil, ditemukan kekeruhan lensa pada
lensa
2) Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut
3) Penurunan tajam penglihatan (miopia)
4) Tanda glukoma (akibat komplikasi)
2. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
f. Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang berhubungan dengan
penuruanan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
DS:
1) Mengeluhkan pandangan tidak jelas, pandangan berkabut,
pandangan ganda.
2) Mengatakan harus ganti kacamata
3) Mengatakan aktivitas terbatas, sering terjatuh

DO:
1) Visus berkurang
30

2) Penurunan tajam penglihatan (miopia)


3) Terdapat kekeruhan lensa pada pemeriksaan

Tujuan:
Klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses ransangan
penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria hasil:
1) Klien mengindetifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi
penglihatan
2) Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif
untuk meningkatkan penerimaan rangsangan penglihatan

Intervensi keperawatan untuk diagnosis penurunan persepsi sensori:


penglihatan

Interve Rasio
nsi nal
1. Kaji ketajaman penglihatan klien 1. Mengindentifikasi kemampuan
visual klien
2. Identifikasi alternatif untuk 2. Memberikan keakuratan
optimalisasi sumber rangsangan. penglihatan dan perawatannya
3. Meningkatkan kemampuan
3. Sesuaikan lingkungan untuk persepsi sensori
optimalisasi penglihatan:
- Orientasikan klien terhadap
ruang rawat
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya menyilaukan 4. Meningkatkan kemampuan
- Anjurkan penggunaan respons terhadap stimulus
alternatif rangsangan lingkungan
lingkungan yang dapat
diterima: auditorik, taktil
31

Diagnosis keperawatan preoperasi

1) Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


kejadian operasi
DS:
Mengatakan cemas, takut
DO:
a. Nadi meningkat, tekanan darah meningkat
b. Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun
Tujuan:
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil:
a. Klien mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal
b. Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi
Intervensi keperawatan untuk diagnosis ansietas:

Intervensi Rasional
1. Jelaskan gambaran kejadian pre-dan 1. Meningkatkan pemahaman tentang
pascaoperasi, manfaat operasi dan gambaran operasi untuk menurunkan
sikap yang harus dilakukan klien ansietas
selama masa operasi

2. Jawab pertanyaan khusus tentang 2. Meningkatkan kepercayaan dan kerja


pembedahan. Berikan waktu untuk sama. Berbagi perasaan membantu
mengekspresikan perasaan, menurunkan ketegangan.
informasikan bahwa perbaikan Informasitentang perbaikan penglihatan
penglihatan tidak terjadi secara bertahap diperlukan untuk
langsung, tetapi bertahap sesuai mengantisipasi depresi atau
penurunan bengkak pada mata dan kekecewaan setelah fase operasi dan
perbaikan kornea. Perbaikan memberikan harapan akan hasil operasi
penglihatan memerlukan waktu enam
bulan atau lebih

Diagnosis keperawatan pascaoperasi

2) Resiko cedera yang berhubungan dengan penigkatan tekanan intraokular


(TIO), perdarahan, kehilangan viterus.
DS:
a. Perilaku gelisah
32

b. Menggosok daerah mata


c. Gerakan tubuh kurang terkontrol

Tujuan:
Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi
Kriteria hasil:
a. Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera
b. Klien tidak melakukan aktivitas yang menigkatkan resiko cedera

Intervensi keperawatan untuk diagnosis resiko cedera

Intervensi Rasional
1. Diskusikan tentang rasa sakit, 1. Meningkatkan kerja sama dan
pembatasan aktivitas dan pembalutan pembatasan yang diperlukan
mata.
2. Istirahat mutlak diberikan hanya
2. Tempatkan klien pada tempat tidur beberapa menit hingga satu atau dua
yang lebih rendah dan anjurkan untuk jam pascaoperasi atau satu malam jika
membatasi pergerakan mendadak atau ada komplikasi
tiba-tiba serta menggerakan kepala
berlebihan.
3. Mencegah atau menurunkan resiko
3. Bantu aktivitas selama fase istirahat. komplikasi cedera

Anda mungkin juga menyukai