Anda di halaman 1dari 5

Segmen Sesar Semangko

Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari


utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka diLampung. Patahan inilah yang
membentuk Pegunungan Barisan, yaitu suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini.
Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai
Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi.

Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan


busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan
menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra yang
menjadikan tatanan Tektonik Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000).
Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan
bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian
utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.
Patahan Sumatera karena tumbukan yang miring.

Tumbukan lempeng di bumi


Sebagian besar dari komponen dextral (atau berputar kanan) dari konvergensi atau
tumbukan kerak yang miring antara kerak Asia dengan kerak IndoAustralia ini di daerah
Sumatera diakomodasikan oleh sebuah sesar besar yang dikenal dengan nama Sesar Sumatera,
atau ada yg menyebutnya Sesar Semangko. Patahan ini memiliki panjang 1900 km, sangat aktif
dan berupa, strike-slip atau sesar geser. Zona sesar ini membentang sepanjang sisi barat Pulau
Sumatera, yang tentusaja, sering menimbulkan bahaya seismik karena sesar ini melewati
kawasan yang padat penduduk di dan sekitar zona sesar.

Patahan Sumatera ini sangat tersegmentasi, dan terdiri dari 20 segmen geometris yang
didefinisikan utama, yang berkisar panjang dari sekitar 60 sampai 200 km. Panjang segmen ini
dipengaruhi dimensi sumber gempa dan telah membagi menjadi patahan-patahan lebih pendek
yang secara historis telah menyebabkan gempa dengan kekuatan antara Mw 6,5 hingga 7.7.
Kecepatan pergeseran yang tercatat disepanjang sesar arah barat laut ini sekitar 5mm/yr, di
sekitar Selat Sunda, dan memiliki kecepatan pergeseran hingga 27mm/yr di sekitar Danau Toba.
Nilai-nilai besaran pergeseran ini yang memberikan data dasar kuantitatif untuk memperhitungan
rata-rata periode timbulnya gempa-gempa ini yg dapat diperhitungkan untuk memperkirakan
perulangan gempa bumi besar di setiap segmen.

Gambar diatas memperlihatkan bagaimana patahan sumatera ini dipetakan dan dilihat
potensi gempa-nya. Kalau saja peta ini titampalkan (ditumpuk) dengan peta perkotaan dan peta
kepadatan penduduk tentunya dapat diperhitungkan sebesar apa risiko yang harus ditanggung.
Selain itu juga dapat dipakai untuk tujuan mitigasi supaya koran dan kerugian dapat ditekan.
Cara diatas sebenarnya sudah dipakai ketika membuat peta zonasi gempa 2010 seperti yang
pernah ditulis disini Peta Zonasi Gempa 2010 .

Dibawah ini segment-segmen Patahan Sumatera atau Patahan Semangko yang telah
bergerak menimbulkan gempa besar dalam tahun-tahun sebelumnya. Coba perhatikan, segment-
segment yang bergerak tidak berurutan lokasinya. Selain lokasi juga terjadinya gempa tidak
memiliki selang waktu yang sama. Sehingga terlihat acak.

Patahan Sumatera

Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer


tersebut merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-
Australia dengan arah tumbukan 10°N-7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang
masing-masing segmen 60-200 kilometer, yaitu :
 Segmen Sunda (6.75°S-5.9°S),
 Segmen Semangko (5.9°S-5.25°S), 
 Segmen Kumering (5.3°S-4.35°S), 
 Manna (4.35°S-3.8°S), 
 Segmen Musi (3.65°S-3.25°S), 
 Segmen Ketaun (3.35°S-2.75°S), 
 Segmen Dikit (2.75°S-2.3°S), 
 Segmen Siulak (2.25°S-1.7°S),
 Segmen Suliki (1.75°S-1.0°S),
 Segmen Sumani (1.0°S-0.5°S), 
 Segmen Sianok (0.7°S-0.1°N), 
 Segmen Sumpur ( 0.3°N-0.0°N), 
 Segmen Barumun (0.3°N-1.2°N), 
 Segmen Angkola (0.3°N-1.8°N), 
 Segmen Toru (1.2°N-2.0°N),
 Segmen Renun (2.0°N-3.55°N), 
 Segmen Tnpz (3.2°N-4.4°N), 
 Segmen Aceh (4.4°N-5.4°N), 
 Segmen Seulimeum (5.0°N-5.9°N).
Berdasarkan catatan data sejarah kegempaan yang berpusat di sesar Sumatra  di Sumatera
Barat, memang sudah  berapa kali mengalami gempa merusak diantaranya adalah Gempa
Padang (1822, 1835, 1981, 1991, 2005), Gempa  Singkarak (1943), Gempa Pasaman  (1977) dan
Gempa Agam (2003). Catatan paling tua menunjukkan bahwa di Padang pada tahun 1822 telah
terjadi gempa kuat yang diikuti suara gemuruh yang berpusat di antara Gunung Talang dan
Gunung Merapi. Meski tidak ada laporan secara rinci menyebutkan, namun gempa ini dilaporkan
menimbulkan kerusakan parah dan korban jiwa cukup banyak.

Pada tanggal 28 Juni 1926, gempa dahsyat 7.8 Skala Richter mengguncang Padang
Panjang. Akibat gempa ini tercatat korban tewas lebih dari 354 orang. Kerusakan parah terjadi di
sekitar Danau Singkarak Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Padang Panjang, Kabupaten Solok,
Sawah Lunto dan Alahan Panjang. Gempa susulan mengakibatkan kerusakan pada sebagian
wilayah Danau Singkarak. Tercatat di Kabupaten Agam sebanyak 472 rumah roboh, 57 orang
tewas dan 16 orang luka berat. Di Padang Panjang sebanyak 2.383 rumah roboh, 247 orang
tewas. Dampak gempa juga menimbulkan banyak tanah terbelah, longsoran di Padang Panjang,
Kubu Krambil dan Simabur. Gempa kuat dengan magnitudo 5.6 Skala Richter juga pernah
terjadi pada 16 Pebruari 2004. Getaran gempa ini dirasakan di sebagian besar daerah Sumatera
Barat hingga pada VI MMI (Modified Mercalli Intensity) yang menimbulkan korban tewas
sebanyak 6 orang dan meluluhlantakkan ratusan bangunan rumah di Kabupaten Tanah Datar.
Selang beberapa hari kemudian, tepatnya pada 22 Pebruari 2004, gempa yang  lebih besar
kembali mengguncang Sumatera Barat dengan magnitudo 6 Skala Richter. Yang mengakibatkan
satu orang korban tewas dan beberapa orang luka parah serta ratusan rumah rusak berat di
Kabupaten Pesisir Selatan.

Anda mungkin juga menyukai