Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN

Jawab Pertanyaan

A. Titrasi Pengendapan
1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi antara 50
mL dan 0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M.
Jawaban:
NaCl (aq) + AgNO3 (aq)  AgCl (s) + NaNO3 (aq)
 Awal titrasi, saat penambahan 0 mL titran AgNO3
[Cl-] = 0,1 mmol/mL
pCl = -log [Cl-]
=1
 Saat penambahan 10 mL titran AgNO3
mmol Cl- = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
mmol Ag+ = 10 mL x 0,1 M = 1 mmol
Reaksi
mmol : Ag+ + Cl-  AgCl (s)
m: 1 5
r: -1 -1
s: - 4

maka yang bersisa adalah mol senyawa NaCl sehingga :


pCl = - log [Cl-]
= - log [4 mmol / 60 mL]
= 1,17
 Saat penambahan 49,9 mL titran AgNO3,
mmol Cl- = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
mmol Ag+ = 49,9 mL x 0,1 M = 4,99 mmol
Reaksi
mmol : Ag+ + Cl-  AgCl (s)
m: 4,99 5
r: -4,99 -4,99
s: - 0,01
maka yang bersisa adalah senyawa NaCl :
pCl = - log [Cl-]
= - log [ 0,01 mmol / 99,9 mL]
=4
 Saat penambahan 50 mL titran AgNO3, maka terjadi titik ekivalen
karena mol ekivalen AgNO3 dan mol ekivalen NaCl sama-sama
habis bereaksi, maka:
[Cl-] [Ag+] = Ksp
[Cl-] = [Ag+]
[Cl-] = √ Ksp AgCl
[Cl-] = √ 1 x 1010
[Cl-] = 1 x 10-5
pCl = -log 1 x 10-5
pCl =5
 Saat penambahan 60 mL titran AgNO3,
mmol Cl- = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol
mmol Ag+ = 60 mL x 0,1 M = 6 mmol
Reaksi
mmol : Ag+ + Cl-  AgCl (s)
m: 6 5
r: -5 -5
s: 1 -
maka yang bersisa adalah senyawa AgNO3 :
pAg = - log [Ag+]
= - log [1 mmol / 110 mL]
= 2,04
pCl = 10 - pAg
= 10 – 2,04
= 7,96
Kurva Titrasi Larutan NaCl dengan AgNO3

9
8
7
6
pCl
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70

Gambar. Kurva Titrasi Larutan NaCl dengan AgNO3


(Underwood, 2002).
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 mL
larutan tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan AgNO 3,
dan kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan larutan
KSCN 28 mL 0,1 M.
Jawaban:
 mol ekuivalen KSCN yang diperlukan 0,1 M x 28 mL = 2,8 mmol
 mol ekuivalen AgNO3 yang ditambahkan 0,2 M x 25 mL = 5 mmol
 Total ekuivalen yang digunakan untuk mengendapkan senyawa AgCl
mol ekuivalen AgNO3 - mol ekuivalen KSCN = 5 mmol-2,8 mmol
= 2,2 mmol
 Konsentrasi NaCl dalam larutan
M NaCl = mol NaCl / V larutan
= 2,2 mmol / 25 mL
= 0,088 M
(Underwood, 2002).

B.
B. Aplikasi Titrasi Pengendapan
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
Jawaban:
Pemilihan indikator pada titrasi argentometri harus menyesuaikan dengan
analit, titran dan tujuan yang akan digunakan. Hasil kali kelarutan garam
perak halida sangat kecil. Maka untuk menentukan kadar halida atau
dalam larutan CrO42- sebagai indikator titik akhir karena dapat membentuk
endapan Ag2CrO4 berwarna merah bata saat bereaksi dengan ion perak
(Ag).
Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik yang digunakan jika
berjalan lambat atau jika tidak ada indikator yang tepat. Indikator Fe(III)
akan membentuk senyawa larut yang berwarna merah hasil reaksi
Fe3+ + SCN-  [Fe(SCN)]2+
Reaksi itu harus bersuasana asam, karena jika dalam basa akan mudah
sekali terbentuk endapan Fe(OH)3. Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol3L-3 (dalam
titrasi biasa digunakan [Fe3+] = 10-2 M).
Dalam menerapkan metode Fajans, sebaiknya dipilih ion indikator
yang muatannya berlawanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator
tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan titran. Pada titrasi Ag + dengan Cl-
dapat digunakan metil violet (garam klorida dari suatu basa organik)
sebagai indikator adsorpsi. Kation tidak teradsorpsi sebelum terjadi
kelebihan Cl- dan koloid bermuatan negatif (Underwood, 2002).
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa fungsi
dekstrin? Mengapa pH harus dikendalikan?
Jawaban:
 Kerja suatu indikator adsorpsi yaitu ditunjukkan dengan adanya
adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan,
yang dapat menginduksi pergeseran elektronik intramolekuler
serta menimbulkan perubahan warna. Gejala tersebut digunakan
untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam
perak.
Cara kerja indikator adsoprsi ialah indikator ini asam lemah atau
basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan
perak. Misal Fluoresein (HFl) pada penetapan Cl-. Dalam larutan
Fluoresein akan mengion : Ion Fl- ini yang diserap oleh endapan
AgX dan menyebabkan berwarna merah muda. Karena
Penyerapan terjadi pada permukaan dalam titrasi ini diusahakan
agar permukaaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan
warna juga tampak sejelas mungkin Maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid
itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit
kelebihan titrant (ion Ag+) (Underwood, 2002).
 Pada titik ekuivalen jangan dibiarkan AgCl menggumpal menjadi
partikel besar, karena akan menurunkan dengan tajam daya
adsorpsi permukaan endapan terhadap indikator. Jika itu terjadi,
diatasi dengan penambahan dekstrin, sebagai koloid pelindung
agar endapan terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dekstrin
maka perubahan warna menjadi reversibel, dan setelah lewat titik
ekuivalen dapat dilakukan titrasi balik dengan larutan baku Cl-
(Wahyudi, 2000).
 pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan
konsentrasi ion dari indikator asam lemah ataupun basa.
Misalnya, fluoresein (Ka = 10-7) dalam larutan yang lebih asam
dari pH 7 melepas fluoresein sangat kecil sehingga perubahan
warna tidak dapat diamati. Fluoresein hanya dapat digunakan
pada pH 7-10, sedangkan difluoresein (Ka=10-4) digunakan pada
pH 4-10 (Wahyudi, 2000).

Anda mungkin juga menyukai