Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

“KONSEP ASPEK LEGAL KEPERAWATAN, SISTEM KREDENSIAL,


TANGGUNG JAWAB TANGGUNG GUGAT PERAWAT, DAN
ADVOKASI PERAWAT”

Dosen Pembimbing:

Reflita, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:

RANA GEMITA SARI

193110187

1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

D-III KEPERAWATAN PADANG 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Padang, 15 April 2020

Rana Gemita Sari

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN…………….........................6
B. SISTEM KREDENSIAL................................................................….……………….10
C. TANGGUNG JAWAB TANGGUNG GUGAT PERAWAT.....................................11
D. ADVOKASI PERAWAT....................................................………………………….17

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...........................................................................................................21
B. SARAN........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan di masa mendatang harus mengutamakan kebutuhan konsumen


atau klien (consumen minded). Hal ini didasarkan pada kecenderungan perubahan saat ini dan
persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, praktik keperawatan yang professional harus
dapat dijadikan sebagai indicator penting agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan terpenuhi (Nursalam, 2011).

Dalam upaya meningkatkan keprofesionalitasnya seorang perawat perlu mempunyai


kerangka dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan yaitu pandangan dasar tentang
hakekat manusia dan esensi keperawatan. Pandangan dasar tersebut yaitu memandang
manusia secara utuh (holistik) meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan
spiritual.

Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan perubahan


mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi
bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.

Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian besar bentuk hubungan


perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai
praktik profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan,
siapamelakukan apa. Karena diberi kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat
harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan


keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model
asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda.

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.
PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan

4
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat
lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi
dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan
dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

Masih perlukah kita mempertanyakan lagi, apakah harus ada Undang Undang Praktik


Keperawatan di bumi pertiwi ini? Jawaban dari pertanyaan yang amat mendasar, apakah
masyarakat Indonesia mempunyai hak untuk menerima pelayanan keperawatan yang
bermutu, adalah jawaban untuk memastikan bahwa Undang Undang Praktik Keperawatan,
terlalu terlambat untuk disahkan, apalagi untuk dipertanyakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep aspek legal dalam keperawatan?
2. Bagaimana dengan sistem kredensial di keperawatan?
3. Apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat perawat?
4. Jelaskan mengenai advokasi perawat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui mengenai konsep aspek legal dalam keperawatan.
2. Mengetahui mengenai sistem kredensial keperawatan.
3. Mengetahui mengenai apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
4. Mengetahui mengenai advokasi perawat

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN


1. PENGERTIAN ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan keperawatan  dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.

Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan


praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yaitu kewenangan material dan
kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki
kompetensi dan kemudian teregistrasi (Registered Nurse) yang disebut Surat Izin
Perawat (SIP). Sedangkan kewenangan formal adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat
Izin Kerja (SIK), bila kerja di dalam suatu institusi, dan Surat Izin Praktik Perawat
(SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok. Aspek legal keperawatan
meliputi:
1) Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum.
2) Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4) Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
5) Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk
penyelamatan jiwa.
6) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan
rumah.
7) Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
a. Tempat praktik memenuhi syarat

6
b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku
kunjungan, catatan tindakan dan formulir kunjungan.

2. LARANGAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN PRAKTIK


1) Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
2) Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di
kecualikan dari larangan ini.
3) Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
4) Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan
SIPP dapat di cabut.
5) Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari MDTK dan MP2EM.

3. SANKSI PADA ASPEK LEGAL KEPERAWATAN


1) Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
2) Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
3) Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
4) Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.

4. HAK PERAWAT PADA ASPEK LEGAL KEPERAWATAN


1) Hak perlindungan wanita
2) Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum
3) Hak mendapat upah yang layak
4) Hak bekerja di lingkungan yang baik
5) Hak terhadap pengembangan profesional
6) Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan

7
5. KEWAJIBAN PERAWAT PADA ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
1) Wajib memiliki SIP, SIK, SIPP
2) Menghormati hak pasien
3) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
4) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan kewenangan
5) Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan perawat sesuai dengan
kondisi pasien baik secara tertulis maupun lisan
6) Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yang
berlaku
7) Memakai standar profesi dan kode etik perawat indonesia dalam melaksanakan
praktik
8) Meningkatkan pengetahuan
9) Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan kewenangan
10) Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
11) Menaati semua peraturan perundang-undangan
12) Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dengan anggota
tim kesehatan lainnya

6. MASALAH ASPEK LEGAL KEPERAWATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN


DAN HARUS DIHINDARI
1) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas
dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
2) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik kita membuat kita bersalah karena mencuri.
Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian
dan akan dihukum.
3) Fitnah
Jika seorang perawat membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan
orang tersebut, maka perawat tersebut bersalah karena melakukan fitnah.
4) False Imprisonment

8
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran
hukum atau False Imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan
mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerjasama bisa juga termasuk
dalam False Imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan
perintah dokter.
5) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusaha untuk menyentuh tubuh orang lain
atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan artinya secara nyata
menyentuh orang lain tanpa izin. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
seorang perawat selalu atas izin pasien (Informed consent). Ini berarti pasien harus
mengetahui dan menyetujui apa yang direncanakan dan tindakan yang dilakukan
oleh perawat.
6) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat perawat terikat
secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik keperawatan
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.

7. MASALAH HUKUM DAN PRAKTEK KEPERAWATAN


1) Menandatangani Pernyataan Hukum
Perawat hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat diinterprestasikan
menghilangkan pengaruh.
2) Informed Consent
Berbagai format persetujuan disediakan oleh institusi pelayanan dalam bentuk yang
cukup bervariasi. Perawat dalam proses persetujuan ini biasanya berperan sebagai
saksi
3) Insident Report
Setiap kali perawat menemukan suatu kecelakaan baik yang mengenai pasien,
pengunjung maupun petugas kesehatan, perawat harus segera membuat suatu
laporan tertulis yang disebut incident report.
4) Pencatatan
Pencatatan merupakan salah satu komponen yang penting yang memberikan sumber
kesaksian hukum.
5) Pengawasan Penggunaan Obat

9
Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat ada
yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus dengan resep dokter.
Untuk secara hukum hanya dapat diterima dalam pengeluaran dan penggunaan obat
golongan nartkotik ini, perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pncatatan
yang benar.
6) Abortus dan Kehamilan di Luar Secara Alami
Abortus merupakan tindakan pemusnahan yang melanggar hukum, atau
menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.

B. Kredensial Keperawatan
Kredensial merupakan bahasa serapan berasal dari bahasa Inggris Credentialingyang
artinya mandat. Kredensial Keperawatan adalah proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi Perawat.

Sedangkan menurut Peraturan Mentri Kesehatan (PMK) Nomor 49 Tahun 2013, Kredensial
adalah suatu proses menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi.
Menurut Robert Priharjo, dalam buku berjudul Praktik Keperawatan Profesional (1995) ,
Proses Kredensial adalah salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan standar
praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Masih menurut Robert Priharjo, Ada 4 tahap proses Kredensial Keperawatan, diantaranya:

1. Lisensi. Seperti Surat Izin


Kerja (SIK), dan Surat Izin Praktek Perawat (SIPP).

2. Registrasi. Seperti Surat


Tanda Registrasi (STR).

3. Sertifikasi. Seperti Surat


Uji Kompetensi profesi, dan sertifikat pelatihan.

4. Akreditasi. Terkait ijazah,


sertifikat dan dokumen seperti di atas apakah sudah terakreditasi atau belum.

Sedangkan menurut PMK Nomor 49 Tahun 2013 tahapan proses Kredensial sebagai berikut:

1. Perawat dan/atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan


Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan;

10
2. Ketua Komite Keperawatan menugaskan subkomite Kredensial untuk melakukan
proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok);

3. Sub komite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi dan


evaluasi dengan berbagai metode: porto folio, asesmen kompetensi. Misalnya, verifikasi
ijazah, Surat Tanda Registrasi (STR), sertifikat kompetensi, logbook yang berisi uraian
capaian kinerja.

4. Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan menentukan


Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.

a. Tujuan Kredensial Keperawatan


Menurut Himpunan Peraturan perundang-undangan Bidang Tenaga Kesehatan (2005),
sebagaimana yang diposting oleh fitralxt190110.blogspot.co.id tujuan dari kredensial
keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

2. Untuk melindungi
masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan

3. Untuk menetapkan
standar pelayanan keperawatan

4. Untuk menilai boleh


tidaknya melakukan praktik keperawatan

5. Untuk menilai
kesalahan dan kelalaian

6. Untuk melindungi
masyarakat dan perawat

7. Untuk menentukan
dan mempertahankan kompetensi keperawatan

8. Untuk membatasi
pemberian kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi yang kompeten

9. Untuk meyakinkan
masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai kompetensi yang diperlukan.

11
C. Tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

a. Definisi tanggung jawab perawat


            Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati – hati,
teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.(Koziers 1983:25)  Klien merasa yakin
bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian
yang relevan dengan disiplin ilmunya.
            Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan
dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam Pengetahuan, Sikap dan
bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).

b. Jenis-jenis tanggung jawab perawat


1.      Tanggung jawab utama terhadap tuhannya.
             Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling
utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan,
pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan.
Dalam sudut pandang Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya terutama
yang menyangkut hal-hal berikut ini :
a) Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena
Tuhan ?
b) Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada
Tuhan untuk kesembuhannya ?
c) Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?
d) Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?
e) Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama diRS?
f) Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
klien?
2.      Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat.
Tanggung jawab merupakan aspek terpenting dalam etika perawat. Tanggung
jawab adalah kesediaan seseorang dalam menghadapi kemungkinan paling buruk
sekalipun, memberikan kompensasi dan informasi terhadap apa yang dilaksanakannya
dalam melaksanakan tugas. Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus
terhadap apa yang dilakukannya terhadap klien. Contoh bentuk tanggung jawab

12
perawat terhadap klien: mengenal kondisi klien, merawat klien selama jam dinas,
tanggung jawab dalam pendokumentasian, menjaga keselamatan klien, bertanggung
jawab bila terjadi penurunan kondisi klien, dan sebagainya.
Tanggung jawab perawat juga erat hubungannya dengan tugas utama perawat
yaitu care. Seperti dalam tugas – tugas yang didelegasikan misalnya dalam pemberian
obat. Meskipun ini adalah tugas yang didelegasikan, perawat harus turut bertanggung
jawab meskipung kesalahan utama terkadang terletak pada atasan yang member
delegasi. Etika perawat juga melandasi perawat untuk memiliki tanggung jawab,
terutama memandang manusia sebagai makhluk yang unik dan utuh. Unik artinya
individu bersifat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu lain. Utuh artinya
manusia memiliki kebutuhan yang kompleks dan saling berkaitan. Berbagai tanggung
jawab lainnya dari perawat terhadap kliennya seperti bertanggung jawab dalam
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya dan agama dari
individu selama melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan serta bertanggung
jawab dalam menjalin kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat
khususnya dalam mengadakan upaya kesehatan dan kesejahteraan.
3.      Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan.
 Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggu ng jawab perawat terhadap
rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan
melakukan tindakan.
b) keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena
brchialis , dan pemberian cairan RL sebanyak 5 kolf, infus dicabut malam
senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00. Kemudian dibubuhi tanda tangan dan
nama jelas perawat.
c) Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu
atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang
EKG diajar oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat
dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir,
meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi
lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.
d) Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi
standar.

13
e) Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan,
memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan
tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan
keperawatan di luar standar, misalnya memasang NGT tanpa menjaga
sterilitas.
f) Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien.
Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski
nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh,
overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk
menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.
4.      Tanggung jawab terhadap profesi.
Berikut tanggung jawab perawat terhadap profesi adalah :
a) Perawat bertanggung jawab dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya secara individu ataupun berkelompok melaui penambahan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.
b) Perawat bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan menunjukkan sikap dan pribadi yang terpuji.
c) Perawat bertanggung jawab dalam menentukan pelayanan keperawatan yang
professional dan menerapkannya dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
d) Perawat bertanggung jawab secara bersama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian.
5.      Tanggung jawab terhadap negara.
Berikut tanggung jawab perawat terhadap negara adalah :
a) Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah
digarikan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b) Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan peran aktif menyumbangkan
pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepara masyarakat.
6.     Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas
a) Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.

14
b) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang diprcayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak
yang berwenang sesuai denagan ketentuan hokum yang berlaku.
c) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusian.
d) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan
kedudukan sosial.
e) Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau klien dalam
melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemempuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan kaperawatan.
c. Definisi Tanggung Gugat (Akuntability)
Barbara kozier (dalam Fundamental of nursing 1983:7, 25)
Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya.
Kuntability dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi – konsekuensinya. Perawat
hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia mengatakan
siap dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan segala
tindakannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan menjelaskan tiga pertanyaan berikut:
1.      Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung gugat terhadap
direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan
sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gu gat terhadap ketua tim
biasanya dokter sebagai contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi
ditentukan berdasarkan petunjuk dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar
biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak
rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
dokter, RS dan profesinya.
2.      Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

15
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya
mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa
diobservasi atau diukur kinerjanya.
3.      Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah
menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan
apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input,
proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5
tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir
selama 3 kali dan sebagiannya.
d. Jenis atau macam-macam tanggung gugat perawat
Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta
pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Di bidang pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya
hubungan hukum antara tenaga medis ( dokter, bidan, perawat) dengan pengguna jasa
( pasien) yang diatur dalam perjanjian. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk
partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada
pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan
kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.

e. Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat 


1.      Contractual Liability. 
Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak
dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu hak pihak
lain sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan
terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh health care provider
adalah berupa upaya (effort), bukan hasil (result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan
lain  hanya bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau
dengan kata lain, upaya medik yang dapat dikatagorikan sebagai civil malpractice
2.      Liability in Tort    
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan atas
adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum . Pengertian

16
melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum,
kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang
berlawanan dengan kesusilaan yang baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut
dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad,
31 Januari 1919).
3.      Strict Liability 
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability
whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak melakukan
kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence.
Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce,
dimana produsen harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk
yang dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan
terjadinya risiko tersebut
4.       Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh bawahannya
(subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai employer)
dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja
dalam kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).

D. Advokasi Perawat

b. Peran perawat sebagai advokasi


I. Pengertian advokasi

Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan
oleh Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator adalah
menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak bertentangan

17
dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator
menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat mengambil
keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan
meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih
nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang
terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang
mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain.

II. Pengertian peran


Pengertian peran yang dijabarkan dari beberapa konsep teori ini dapat dikatakan
bahwa peran adalah harapan dari seseorang/pasien terhadap perawat dalam menjalankan
peran dan fungsinya dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.
Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam
suatu system pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989), menurut Doheney (1992) peran
perawat terdiri dari:
1.      Care giver/pemberi pelayanan
a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien.
b) Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah psikologis.
c) Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnose keperawatan yang terjadi mulai dari
masalah yang bersifat sederhana sampai dengan komplek.

2.      Clien advocate/pembela pasien


Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasi informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan memberikan informasi lain
yang diperlukan untuk mengambil prsetujuan (inform consent) atas tidakan keperawatan yang
diberikan.

3.      Consellor/konseling
a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya.

18
b) Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c) Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.
d) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku hidup sehat
(prubahan pola interaksi)

4.      Educator /pendidik
a) Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik secara spontan (saat
interaksi) maupun secara disiapkan.
b) Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care Planning.

5.      Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan pelayanan
dari semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak profesional
misalnya nutrisi maka aspek yang harus diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi,
persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan sebagainya.

6.      Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari
berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.

7.      Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan informasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan keperawatan
adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

8.      Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.

19
c. Peranan perawat sebagai advokator
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,
hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan
tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
1. penyakit yang dideritanya
2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
4. alternatif terapi lain beserta resikonya
5. prognosis penyakitnya
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent) 
10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang
jelas tentang penyakitnya
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya

20
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani
20. hak untuk mengetahui isi rekam medik ( Kusnanto,2004 ).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aspek legal keperawatan  adalah suatu aturan keperawatan  dalam memberikan asuhan


keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya. Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan
berkaitan  dengan izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-
Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal dalam
praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik
keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas – batas kewenangan
serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.

21
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah
mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam lingkup peran
profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang
perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada
pasien, sehingga aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan dengan
sebaik-baiknya.

Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan
klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi
sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

B. SARAN
Dengan mengetahui tentang aspek legal dalam keperawatan, sistem
krudensial, tanggung jawab tanggung gugat perawat dan advokasi perawat,
diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi perawat yang baik dan
handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi advokator
pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan untuk keluarga pasien, baik itu dari
segi kenyamanan, kelayakan dan juga pelayanan-pelayanan keperawatan lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.


Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan Perspektif Edisi
4. Jakarta : EGC

Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta, Widya Medika, 2004.

Rahajo J.Setiajadji. 2002. Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan Edisi 1. Jakarta:EGC

23

Anda mungkin juga menyukai