Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
193110187
1B
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN…………….........................6
B. SISTEM KREDENSIAL................................................................….……………….10
C. TANGGUNG JAWAB TANGGUNG GUGAT PERAWAT.....................................11
D. ADVOKASI PERAWAT....................................................………………………….17
A. KESIMPULAN...........................................................................................................21
B. SARAN........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.
PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan
4
perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga
keperawatan. Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat
secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat
lulusan pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi
dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan
dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep aspek legal dalam keperawatan?
2. Bagaimana dengan sistem kredensial di keperawatan?
3. Apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat perawat?
4. Jelaskan mengenai advokasi perawat?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui mengenai konsep aspek legal dalam keperawatan.
2. Mengetahui mengenai sistem kredensial keperawatan.
3. Mengetahui mengenai apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
4. Mengetahui mengenai advokasi perawat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku
kunjungan, catatan tindakan dan formulir kunjungan.
7
5. KEWAJIBAN PERAWAT PADA ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
1) Wajib memiliki SIP, SIK, SIPP
2) Menghormati hak pasien
3) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
4) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan kewenangan
5) Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan perawat sesuai dengan
kondisi pasien baik secara tertulis maupun lisan
6) Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yang
berlaku
7) Memakai standar profesi dan kode etik perawat indonesia dalam melaksanakan
praktik
8) Meningkatkan pengetahuan
9) Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan kewenangan
10) Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
11) Menaati semua peraturan perundang-undangan
12) Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dengan anggota
tim kesehatan lainnya
8
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran
hukum atau False Imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan
mengancam akan melakukannya agar pasien mau bekerjasama bisa juga termasuk
dalam False Imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan
perintah dokter.
5) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusaha untuk menyentuh tubuh orang lain
atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan artinya secara nyata
menyentuh orang lain tanpa izin. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
seorang perawat selalu atas izin pasien (Informed consent). Ini berarti pasien harus
mengetahui dan menyetujui apa yang direncanakan dan tindakan yang dilakukan
oleh perawat.
6) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat perawat terikat
secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik keperawatan
meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien.
9
Pemerintah Indonesia telah mengatur pengedaran dan penggunaan obat. Obat ada
yang dapat dibeli secara bebas dan ada pula yang dibeli harus dengan resep dokter.
Untuk secara hukum hanya dapat diterima dalam pengeluaran dan penggunaan obat
golongan nartkotik ini, perawat harus selalu memperhatikan prosedur dan pncatatan
yang benar.
6) Abortus dan Kehamilan di Luar Secara Alami
Abortus merupakan tindakan pemusnahan yang melanggar hukum, atau
menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara alami.
B. Kredensial Keperawatan
Kredensial merupakan bahasa serapan berasal dari bahasa Inggris Credentialingyang
artinya mandat. Kredensial Keperawatan adalah proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi Perawat.
Sedangkan menurut Peraturan Mentri Kesehatan (PMK) Nomor 49 Tahun 2013, Kredensial
adalah suatu proses menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi.
Menurut Robert Priharjo, dalam buku berjudul Praktik Keperawatan Profesional (1995) ,
Proses Kredensial adalah salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan standar
praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Masih menurut Robert Priharjo, Ada 4 tahap proses Kredensial Keperawatan, diantaranya:
Sedangkan menurut PMK Nomor 49 Tahun 2013 tahapan proses Kredensial sebagai berikut:
10
2. Ketua Komite Keperawatan menugaskan subkomite Kredensial untuk melakukan
proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok);
1. Untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
2. Untuk melindungi
masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan
3. Untuk menetapkan
standar pelayanan keperawatan
5. Untuk menilai
kesalahan dan kelalaian
6. Untuk melindungi
masyarakat dan perawat
7. Untuk menentukan
dan mempertahankan kompetensi keperawatan
8. Untuk membatasi
pemberian kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi yang kompeten
9. Untuk meyakinkan
masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai kompetensi yang diperlukan.
11
C. Tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
12
perawat terhadap klien: mengenal kondisi klien, merawat klien selama jam dinas,
tanggung jawab dalam pendokumentasian, menjaga keselamatan klien, bertanggung
jawab bila terjadi penurunan kondisi klien, dan sebagainya.
Tanggung jawab perawat juga erat hubungannya dengan tugas utama perawat
yaitu care. Seperti dalam tugas – tugas yang didelegasikan misalnya dalam pemberian
obat. Meskipun ini adalah tugas yang didelegasikan, perawat harus turut bertanggung
jawab meskipung kesalahan utama terkadang terletak pada atasan yang member
delegasi. Etika perawat juga melandasi perawat untuk memiliki tanggung jawab,
terutama memandang manusia sebagai makhluk yang unik dan utuh. Unik artinya
individu bersifat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu lain. Utuh artinya
manusia memiliki kebutuhan yang kompleks dan saling berkaitan. Berbagai tanggung
jawab lainnya dari perawat terhadap kliennya seperti bertanggung jawab dalam
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya dan agama dari
individu selama melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan serta bertanggung
jawab dalam menjalin kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat
khususnya dalam mengadakan upaya kesehatan dan kesejahteraan.
3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggu ng jawab perawat terhadap
rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan
melakukan tindakan.
b) keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena
brchialis , dan pemberian cairan RL sebanyak 5 kolf, infus dicabut malam
senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00. Kemudian dibubuhi tanda tangan dan
nama jelas perawat.
c) Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu
atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang
EKG diajar oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat
dari kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir,
meskipun secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi
lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.
d) Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi
standar.
13
e) Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan,
memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan
tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan
keperawatan di luar standar, misalnya memasang NGT tanpa menjaga
sterilitas.
f) Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien.
Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski
nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh,
overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk
menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.
4. Tanggung jawab terhadap profesi.
Berikut tanggung jawab perawat terhadap profesi adalah :
a) Perawat bertanggung jawab dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya secara individu ataupun berkelompok melaui penambahan ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.
b) Perawat bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan menunjukkan sikap dan pribadi yang terpuji.
c) Perawat bertanggung jawab dalam menentukan pelayanan keperawatan yang
professional dan menerapkannya dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
d) Perawat bertanggung jawab secara bersama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian.
5. Tanggung jawab terhadap negara.
Berikut tanggung jawab perawat terhadap negara adalah :
a) Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah
digarikan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b) Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan peran aktif menyumbangkan
pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepara masyarakat.
6. Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas
a) Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat.
14
b) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang diprcayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak
yang berwenang sesuai denagan ketentuan hokum yang berlaku.
c) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusian.
d) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan
kedudukan sosial.
e) Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau klien dalam
melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan
kemempuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannya dengan kaperawatan.
c. Definisi Tanggung Gugat (Akuntability)
Barbara kozier (dalam Fundamental of nursing 1983:7, 25)
Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya.
Kuntability dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi – konsekuensinya. Perawat
hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia mengatakan
siap dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan segala
tindakannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan menjelaskan tiga pertanyaan berikut:
1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung gugat terhadap
direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan
sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gu gat terhadap ketua tim
biasanya dokter sebagai contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi
ditentukan berdasarkan petunjuk dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar
biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak
rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
dokter, RS dan profesinya.
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
15
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya
mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa
diobservasi atau diukur kinerjanya.
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah
menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan
apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input,
proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5
tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir
selama 3 kali dan sebagiannya.
d. Jenis atau macam-macam tanggung gugat perawat
Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta
pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Di bidang pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya
hubungan hukum antara tenaga medis ( dokter, bidan, perawat) dengan pengguna jasa
( pasien) yang diatur dalam perjanjian. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk
partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada
pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan
kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.
16
melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum,
kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang
berlawanan dengan kesusilaan yang baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut
dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad,
31 Januari 1919).
3. Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability
whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak melakukan
kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence.
Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce,
dimana produsen harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk
yang dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan
terjadinya risiko tersebut
4. Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh bawahannya
(subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai employer)
dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja
dalam kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).
D. Advokasi Perawat
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting. Defenisi ini hampir sama dengan yang dinyatakan
oleh Gadow (1983) bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan
nasibnya sendiri (Priharjo,1995).
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. (1998) tindakan seorang advocator adalah
menginformasikan dan mendukung secara obyektif, berhati-hati agar tidak bertentangan
17
dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator
menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien dapat mengambil
keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan klien dan
meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih
nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan yang
terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai yang
mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain.
3. Consellor/konseling
a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya.
18
b) Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c) Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.
d) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku hidup sehat
(prubahan pola interaksi)
4. Educator /pendidik
a) Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik secara spontan (saat
interaksi) maupun secara disiapkan.
b) Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
c) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care Planning.
5. Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan pelayanan
dari semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak profesional
misalnya nutrisi maka aspek yang harus diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi,
persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi dan sebagainya.
6. Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari
berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
7. Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan informasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan keperawatan
adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.
8. Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.
19
c. Peranan perawat sebagai advokator
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,
hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan
tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
1. penyakit yang dideritanya
2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya
4. alternatif terapi lain beserta resikonya
5. prognosis penyakitnya
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent)
10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang
jelas tentang penyakitnya
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
20
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut
(second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter
yang menangani
20. hak untuk mengetahui isi rekam medik ( Kusnanto,2004 ).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
21
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah
mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam lingkup peran
profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang
perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada
pasien, sehingga aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan dengan
sebaik-baiknya.
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan
klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi
sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
B. SARAN
Dengan mengetahui tentang aspek legal dalam keperawatan, sistem
krudensial, tanggung jawab tanggung gugat perawat dan advokasi perawat,
diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi perawat yang baik dan
handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak hanya menjadi advokator
pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan untuk keluarga pasien, baik itu dari
segi kenyamanan, kelayakan dan juga pelayanan-pelayanan keperawatan lainnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Rahajo J.Setiajadji. 2002. Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan Edisi 1. Jakarta:EGC
23