Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH

1. Perkembangan Biologis

Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan rerata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan
meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi,
anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat
perkembangannya dari pada otot.

2. Perkembangan Psikososial

Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap industri vs inferior.


Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang bersifat
teknologi dan sosial; memiliki keinginan untuk mandiri dan berupaya menyelesaikan tugas,
inilah yang merupakan tahap industri. Bila tugas tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi
inferior. Tahap ini sangat dipengaruhi faktor intrinsik (motivasi, kemampuan, tanggung
jawab yang dimiliki, kebebasan yang dimiliki, interaksi dengan lingkungan dan teman
sebaya) dan faktor ekstrinsik (penghargaan yang didapat, stimulus dan keterlibatan orang
lain).

3. Temperamen

Sifat temepramental yang dialami sebelumnya merupakan faktor terpenting dalam


perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak mudah beraksi terhadap
situasi yang baru. Pada usia ini sifat terperamental sering muncul sehingga peran orang tua
dan guru sangat besar untuk mengendalikannya. Yang perlu dilakukan orang tua dan guru
adalah bersabar, menciptakan situasi baru agar tidak bosan, menjadi figur dalam sehari-hari,
selalu memberikan harapa dan mengurangi ketergantungan dengan cara memberikan
pengertian.

4. Perkembangan Kognitif

Menurut Piager, usia ini berada dalam tahap operasinal konkret, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini
kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki
kemampuan belajar dari benda, situasi dan pengalaman yang dijumpainya.
Kemampuan anak yang dimiliki dalam tahap operasional konkret :

1. Konservasi, menyukai sesuatu yang daoat dipelajari secara konkret bukan magis
2. Klasifikasi, mulai belajar mengelompokkan, menyusun dan mengurutkan
3. Kombinasi, mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan
keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh sebelumnya

5. Perkembangan Moral

Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada


dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan
yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang
telah diterimanya. Anak mencoba bersikap konsekuen. Orang tua perlu memberikan suatu
imbalan atau hukuman terhadap perilaku anak.

6. Perkembangan Spiritual

Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata dari pada
belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga cenderung
melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka. Anak mulai belajar
tentang alam nyata dan sulit memahami simbol-simbol supranatural sehingga konsep-konsep
religius perlu disajikan secara konkret atau nyata dan juga mencoba menghubungkan
fenomena yang terjadi dengan logika.

7. Perkembangan Bahasa

Pada usia ini terjadi penambahan kosa kata umum yang berasal dari berbagai pelajar di
sekolah, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena
selama mencari pengalaman anak sudah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkan dengan benar. Pembentukan kalimatnya teratur dan tidak terpotong potong
setelah usia 9 tahun. Untuk meningkatkan pengertian terhadap bahasa, anak perlu di beri
kesempatan mendengar radio dan menonton tv untuk meningkatkan konsentrasi dan
pengertian. Juga perlu di libatkan dalam pembicaraan social sehingga egosentrisnya sedikit
hilang. Pembicaraan yang di lakukan dalam tahap ini lebih terkendali dan terseleksi karena
anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.
8. Perkembangan Sosial

Ahir masa kanak-kanak sering di sebut usia kelompok, yang di tanda dengan adanya
minat terhadap aktifitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk di terima
sebagai anggota kelompok, wujud dari aktivitas ini banyak orang menyebut sebagai geng
anak tapi berbeda tujuanya dengan geng remaja, tujuan dari geng anak di antaranya
menperoleh kesenangan dengan bermain.

9. Perkembangan Seksual

Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman temanya terlebih guru dan
pelajar di sekolah, anak mulai brupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak
geriknya sesuai dengan peran seks nya, kecendrungan pada masa ini anak mengembangkan
minat minat sesua dengan dirinya, di sini peran orang tua sangat penting untuk
mempersiapkan anak menjelang pubertas.

10. Perkembangan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri sangat di pengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua,
saudara dan sanak keluarga yang lain. Saat usia ini anak anak membentuk konep diri ideal,
seperti dalam tokoh tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film dan tokoh nasional atau
dunia yang di kagumi, untuk membangun ego ideal yang menurut van den daele berfungsi
sebagai standar perilaku umum yang di internalisasi. Pada usia ini pula anak pada umumnya
mencari identitas diri agar di terima oleh kelompoknya karna takut kehilangan dukungan dari
kelompoknya.

11. Bermain

Bermain di anggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologi karena selama
bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan social sehingga memungkinkannya
untuk menikmati keanggontaan kelompok dalam masyarakat anak-anak

Bentuk permainan yang sangat di nikmati pada usia ini :

 Bermain konstruktif : membuat sesuatu hanya untuk bersenang senag saja tanpa
memikirkan manfaatnya seperti menggambar, melukis, dam membentuk sesuatu
 Menjelajah : ingin bermain jauh dari lingkungan rumah
 Mengumpulkan : benda benda yang menarik perhatin dam minatnya, membawa benda
ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci
 Hiburan : anak ingin meluangkan banyak waktu untuk membaca, mendengar radio,
menonton, atau melamun

Setelah kita mempelajari sedikit tentang perkembangan anak usia sekolah, sekarang kita
membahas yang berhubungan dengan keluarga, keluarga dengan tahap enak usia sekolah
merupakan salah satu tahap yang mesti di lalui dan merupakan masa masa yang sibuk bagi
orang tuanya dan banyak nya kegiatan yang di lakukan oleh anak-anak, pada tahap ini tugas
perkembangan keluarga yaitu :

1. Mensosialisasikan anak dengan lingkunganya, termasuk keberhasilan dalam belajar


dan kebutuhan berkelompok dengan teman sebayanya
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis
3. Memenuhi kebutuhan keshatan anggota keluarga (friedman, 1998).

Di sampimg itu, orangtua memiliki tanggung jawab seperti yang telah di atur dalam UU
no 4 tahun1979 pasal 9 tentang “orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas
terwujudnya kesejahteraan anak bisa secara rohani, jasmani, maupun social”. Dengan
demikian seharusnya anak yang setiap harinya tinggal bersama orang tua akan dapat dan
selalu tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usianya.

Bila orang tua dan keluarga menyadari tenggung jawabnya maka anak akan mempeoleh
hak-haknya sesuai yang tertulis di UU No.4 tahun1979 pasal 2 :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih
sayang, baik dalam keluarga maupun dalam suhan khusus untuk tumbuh kembang
secara wajar
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan
sosialnya, sesuai dengan Negara yang baik dan berguna
3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan
maupun setelah di lahirkan.
4. Anak berhak atas lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar
MASALAH ANAK USIA SEKOLAH

Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikologis.

1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya kekebalan yang
didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan diulang pada kelas 1 atau
6.
b. Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi akibat
banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi.
Bahaya kegemukan yang mungkin dapat terjadi :
 Anak kesulitab mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
mencapai keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial
 Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan “gendut” atau
sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri

c. Kecelakaan

Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan


keterampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan yang
dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi
psikologinya sehingga anak merasa takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi
dapat berkembang menjadi rasa malu yang memengaruhi hubungan sosial.

d. Kecanggungan

Pada masa ini, anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya.
Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.

e. Kesederhanaan

Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun. Orang yang lebih
dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik sehingga anak
menafsirkan sebagai penolakan yang dapat memengaruhi perkembangan konsep diri
anak.
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya Dalam Berbicara
Ada 4 bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia sekolah :
 Kosa kata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas disekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain
 Kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat
dalam berbicara seperti gagap atau pilat, akan membuat anak menjadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu
 Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dalam
lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah
merasa bahwa ia “;berbeda”
 Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang
lain dan yang bersifat akan membual akan ditentang oleh temannya.

b. Bahaya Emosi

Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun orang
dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk
seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.

c. Bahaya Bermain

Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangn kesempatan
untuk mempelajari permainan dan olah raga yang penting untuk menjadi anggota
kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang waktu atau dilarang
melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang
kaku.

d. Bahaya Dalam Konsep Diri

Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada diri
sendiri dan tidak puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada
berbagai stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung
menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
ASUHAN KEPERAWATAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
DENGAN USIA SEKOLAH

A. Pengkajian

Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat yaitu data yang
berhubungan dengan keluarga dan anak.
Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
1. Identitas :nama KK, alamat, Komposisi keluarga (nama, seks, hubungan keluarga,
tempat dan tanggal lahir, pendidikan dan pekerjaan), tipe keluarga, suku/budaya yang
dianut keluarga, agama, status social, aktivitas keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : Tahap perkembangan keluarga saat ini,
tugas perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga inti, riwayat
keluarga suami istri.
Pengkajian yang behubungan dengan anak usia sekolah
1. Identitas anak.
2. Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
3. Riwayat kelahiran bayi sampai saat ini.
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
5. pertumbuhan dan perkembangan saat ini(termasuk kemampuan yang telah
dicapai)
6. Pemeriksaan fisik.
3. Data lingkungan
- Karakteristik rumah (tipe tempat tinggal, kondisi rumah, amati keadaan umum
kebersihan dan sanitasi rumah, unit teritorial keluarga, pengaturan privasi dan
bagaimana perasaan keluarga mengenai edukasi privasi, ada tidak nya bahaya
keamanan, pembuangan samoah keluarga, perasaan puas/tidak dari anggota
keluarga dengan pengaturan/penataan rumah)
- karakteristik tetangga dan komunitasnya: tipe lingkungan/komunitas (desa, kota,
subkota, antarkota), karakteristik etnik dan kelas sosiak penghuni, kepadatan
populasi.
- mobilitas geografi keluarga: berapa lama keluarga tinggal diwilayahtersebut,
bagaimana riwayat mobilitas geografis dan keluarga, dari mana keluarga tersebut
berpindah atau bermigrasi,
- asosiasi transaksi keluarga dengan komunitas: siapa anggota keluarga yang
menggunakan pelayanan komunitas atau lembaga pelayanan apa yang dikenal
komunitas, seberapa jauh dan sebrap sering menggunakannya, bagaimana cara
keluarga memandang komunitasnya.
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung
keluarga.
4. Struktur keluarga
- Struktur peran: struktur peran formal (posisi dan peran formal dipenuhi setiap
keluarga, apakah peran dapat diterima dan konsisten terhadap anggota keluarga,
kompeten anggota keluarga melakukan peran, fleksibilitas dalam peran jika
dibutuhkan); struktur peran informal (peran informal atau peran samar yang ada di
keluarga, tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi sebagai peran informal,
apa pengaruh, adakah peran disfungsional informal dalam keluaraga),
- nilai atau norma keluarga (penggunaan metode perbandingan dan membedakan
member kesan dengannilai dari kebudayaan yang dominan dan kelompok keluarga,
perbedaan dalam system nilai),
- pola komunikasi keluarga (mengobservasi keseluruhan keluarga secara
menyleluruh, seberapa sering komunikasi fungsional dan disfungsional digunakan,
apakah keluarga memberikan respon yang baik, bagaimana pesan-pesan emosional
disampiakan dalam keluarga maupun subsistem, bagaimana frekuensi dan kualitas
komunikasi yang berlangsung, )
- Struktur kekuatan keluarga (siapa yang mengambil keputusan, seberapa penting
keputusan ini bagi keluarga, teknik-teknik khusus apa yang digunakan dalam
pengambilan keputusan, atas dasar apa keputusan di ambil)
5. Fungsi keluarga
- fungsi afektif: (saling asuh, keakraban, identifikasi sejauh man aanggota keluarga
saling asuh dan mendukung, apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman
diantara keluarga, bagaimana keluarga menghadapi isu-isu keterpisahan dan
keterkaitan, sejauh mana keluarga merasa kan kebutuhan individu lain dalam
keluarga, apakah kebutuhan, minat dan perbedaan dalam keluarga saling dihormati
anggota keluarga)
- fungsi sosialisasi: (kaji praktik kleuarga dalam membesarkan anak dalam
pengambilan perilaku, otonomi dan ketergantunagn , member dan menerima cinta,
seberapa adaptif praktik keluarga, siapa yang bertanggung jawab dalam
membesarkan anak atau fungsi sosialisasi)
- fungsi pemenuhan kesehatan ( keyakinan , niaki dan perilaku kesehatan, definisi
dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat saki, status kesehatan keluarga dan
kerentanan terhadap sakit yang dirasa, praktik diet keluarga, kebiasaan tidur dan
beristirahat, praktik aktifitas fisik dan rekreasi, praktik penggunaan obat terapeutik
dna penenang alcohol serta tembakau dikeluarga, peran keluarga dalam peraktik
peratan diri, tindakan pencegahan secara medis, terapi komplementer dan
alternative yang diguanakan kelaurga, riwayat kesehatan keluarga, layanan
perawatan kesehatan yang diterima, perasaan dan persepsi mengenai pelayanan
kesehatan, pelayanan kesehatan darurat, sumber pelayanan, logistic untuk
mendapatkan perawatan)

Lima tugas pokok kesehatan keluarga yang perlu di kaji:

1. bagaimana keluarga dalam mengenal masalah kesehatan


2. bagaiamana keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan, tindakan kesehatan apa yang pernah di laksanakan.
3. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
4. Kemampuan keluarga dalam memelihara/memodifikasi lingkungan yang
sehat
5. Kemampuan keluaraga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
- Stress, koping keluarga dan adaptasi keluarga : stressor, kekuatan dan persepsi
keluarga (apa saja stressor yang pernah dialami keluarga, kekuatan apa yang
mengimbangi stressor itu, bagaimana keluarag mengidentifikasi siatuais tersebut),
startegi koping keluarga (bagaimana keluarag bereaksi terhadap stressor, sejuah
mana keluarga menggunakan strategi koping internal, sejauh mana keluarga
menggunakan strategi koping eksternal, strategi disfungsional yang pernah
digunakan keluarga) adaptasi keuarga (bagaimana pengelolaan atau funsgi
keluarga, apakah keluarga berada dalam krisis).
6. Pengkajian data fokus meliputi:
- Bagaimana karakteristik teman bermain.
- Bagaimana lingkungan bermain.
- Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
- Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang dimiliki.
- Bagaimana temperamen anak saat ini.
- Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
- Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
- Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
- Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
- Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.
- Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
- Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
- Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.
- Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Masalah actual/resiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi : lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan social ( menyendiri )
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. ( mudah dan sering ) marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
f. Berontak / menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri ( akibat banyak waktu yang digunakan untuk
bermain )
k. Nyeri ( akut , kronis )
l. Trauma atau cedera pada system integument dan gerak
2. Potensial / sejahtera
a. Meningkatnya kemandirian anak
b. Peningkatan daya tahan tubuh
c. Dimulainya tahap industry pada anak
d. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
e. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
f. Pemeliharaan kesehatan yang optimal
C. Intervensi Keperawatan

DATA DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC


Contoh data Nutrisi Keluarga 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu
pendukung kurang dari mampu untuk menegenal masalah mengenal masalah
terhadap kebutuhan mengontrol
masalah tubuh nutrisi pada Level 1 Level 1
nutrisi. berhubungan anak. Domain IV : Domain 3 : perilaku
dengan pengetahuan Memberikan dukungan
-anak usia 2- Setelah
gangguan kesehatan dan fungsi psikososial dan
18 tahun : dilakukan
perilaku perilaku. memfasilitasi perubahan
Body mass intervensi
makan Hasil yang gaya hidup.
index (BMI) keperawatan
dintandai menggambarkan sikap,
2
> 30 kg/m keluarga
dengan anak pemahaman, dan Level 2
atau persentil mampu
usia 2-18 tindakan yang dengan Kelas S : pendidikan
> ke-95 mengenal
tahun : Body menghormati kesehatan kesehatan.
untuk usia masalah yang
mass index dan penyakit. Intervensi yang
dan gender dihadapi,
(BMI) > 30 memfasilitasi
kg/m2 atau Level 2 pembelajaran
-
persentil > Kelas S: pengetahuan
-
ke-95 untuk tentang kesehatan. Level 3 : intervensi :
-
usia dan Hasil yang  5510 pendidikan
a
gender menggambarkan kesehatan (hal 281).
pemahaman individu  5515 peningkatan
dalam mengaplikasikan kesadaran kesehatan (
informasi untuk hal 330 ).
meningkatkan,  5566 pendidikan
memelihara, dan orang tua yang
menjaga kesehatan. membesarkan anak
(hal 283).
Level 3
Hasil:
1805 pengetahuan
perilaku kesehatan
2. 2. Keluarga mampu 2. Keluarga mampu
mengambil mengambil
keputusan. keputusan.
3.
Level 1 Level 1
Domain IV Domain 3 : perilaku
Pengetahuan Perawatan yang
kesehatan dan mendukung fungsi
perilaku. psiososial dan
Hasil yang memfasilitasi perubahan
menggambarkan sikap, gaya hidup.
pemahaman, dan
tindakan yang dengan Level 2
menghormati kesehatan Kelas P : terapi kognitif.
dan penyakit. Intervensi untuk
memperkuat atau
meningkatkan fungsi
Level 2 kognitif yang diharapkan
Kelas Q : perilaku atau merubah fungsi
kesehatan. kognitif yang tidak
Hasil yang diharapakan.
menggambarkan
tindakan individu dalam Level 3: intervensi
menigkatkan atau 4700 restrukturisasi
memperbaiki kesehatan kognitif (hal 414).

Level 3 : hasil :
1606 berpartisipasi
dalam keputusan
perawatan kesehatan

3. Keluarga mampu 3 keluarga mampu


merawat anggota merawat anggota
keluarga. keluarga.
Level 1 Level 1
Domain IV : Domain III perawatan
Pengetahuan yang mendukung fungsi
kesehatan dan psikologis dan
perilaku. memfasilitasi
Hasil yang perubahan gaya hidup.
menggambarkan sikap,
pemahaman, dan Level 2
tindakan yang dengan Kelas O : Terapi
menghormati kesehatan perilaku
dan penyakit. Intervensi untuk
Level 2 memperkuat atau
Kelas Q : meningkatkan perilaku
perilaku sehat. yang diharapkan atau
Hasil yang merubah perilaku yang
menggambarkan tidak diharapkan
tindakan idividu dalam Kelas S : Pendidikan
meningkatkan atau kesehatan
memperbaiki Intervensi untuk
kesehatan. memfasilitasi
Level 3: intervensi pembelajaran.
 1628 perilaku Level 3
menjaga berat  5520 fasilitasi
badan. pembelajaran (hal 106)
 1627 perilaku  5440 peningkatan sitem
mengurangi berat pendukung (hal 347)
badan.

4. Keluarga mampu 4.keluarga mampu


memodifikasi memodifikasi
lingkungan lingkungan
Level 1 Level 1
Domain IV Domain 4 : keamanan
Pengetahuan tentang Dukuangan yang
kesehatan dan diberikan untuk
perilaku. melindungi dari bahaya.
Hasil yang
menggambarkan sikap, Level 2
pemahaman, dan Kelas V: manajemen
tindakan dengan resiko.
menghorati kesehatan Intervensi untuk
dan penyakit. mengurangi risiko dan
Level 2 pemantauan secara
Kelas T kotinue.
Kontrol resiko dan
keamanan Level 3: hasil:
Hasil yang 6486 manajemen
menggambarkan status lingkungan:
keamanan individu dan keselamatan(hal 193).
atau tindakan untuk 6468 manajemen
menghindari, lingkungan : pencegahan
membatasi, atau kekerasan
mengontrol ancaman
kesehatan yang telah
teridentifikasi.
Level 3: hasil:
1910 keamnan
lingkungan rumah.
1926 keluyuran yang
aman
5. Kelurga mampu 5. keluarga mampu
menggunakan mengguaka fasilitas
fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan.
kesehatan Level 1
Level 1 Domain 6: sitem
Domain V kesehatan.
Kondisi kesehatan Intervensi untuk
yang dirasakan. mendukung pemanfatan
Hasil yang pelayanan kesehatan.
menggambarkan
pandangan individu Level 2
mengenai kesehatan Kelas B: managemen
dan perawatan informasi.
kesehatan. Intervensi untk
memfasilitasi komunikasi
Level 2 tentang pelayanan
Kelas EE kesehatan.
Kepuasan mengenai
perawatan. Level 3: hasil:
Hasil yang  7910 konsultasi (hal
menggambarkan 133).
persepsi atau 8100 rujukan (hal 417).
penerimaan indiviu
tentang kualitas dan
kecukupan perawatan
kesehatan yang
disediakan.

Level 3: hasil:
 3000 kepuasan klien
terhadap megakses
sumber-sumber
perawatan.
 3001 kepuasan klien
terhadap caring.
 3015 kepuasan klien
terhadap manajemen
kasus.
 3002 kepuasan klien
terhadap komunikasi
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperatawatan keluarga : Aplikasi dalam Praktik / Penulis Suprajitno : editor,


Monica Ester. Jakarta : EGC, 2004.

Anda mungkin juga menyukai