Anda di halaman 1dari 46

PENETAPAN KADAR METAMPIRON

A.      Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mampu menentukan kadar metampiron (antalgin)

secara iodiometri.

B.       Landasan Teori

Metampiron merupakan salah satu golongan obat Non-Steroidal Anti Infalammatory

dengan rumus kimianya Cl3H16N3NaO4S.H2O dan mengandung tidak kurang dari 99% dan

tidak lebih dari 101,0% Cl3H16N3NaO4S.H2O, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Metampiron merupakan obat analgetik-antipiretik dan anti inflamasi. Antalgin adalah derivat

metansulfonat dan amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi

sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga efek

utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dananti-inflamasi.

Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh

(Depkes,1979).

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan kadar diantaranya iodometri

dan spektrofometri UV-Vis. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan

kadar campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu.

Sedangkan metode iodimetri merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan

dalam suatu penelitian (Karinda,2013)

Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu

penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang

merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar metampiron dengan reaksi

redoks yaitu menggunakan larutan iodium (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai

indikator. Pada proses titrasi, setelah semua metampiron bereaksi dengan Iodium, maka
kelebihan iodium akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap

(Pratama et al, 2004).

Metampiron (C13H16N3NaO4S.H2O) memiliki bobot melekul 351,4. Titik lebur

metampiron 1720C. Larut dalam 1,5 bagian air, 30 bagian etanol, praktis tidak larut dalam

eter, aseton, benzen dan kloroform. Metampiron mempunyai panjang gelombang serapan

maksimum yang berbeda pada pelarut yang berlainan. Metampiron memiliki efek analgetik

dan sering digunakan sebagai Antiinflamatory Drug (NSAID), penekanan rasa nyeri serta

demam (Soewandhi S,N,2007).

Antalgin dapat ditentukan secara titrimetri, yaitu dengan titrasi iodimetri. Titrasi

iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih rendah

dari sistem iodium-iodida, sehingga zat tersebut teroksidasi dengan iodium (Kristian, 2009).

Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi

yang lebih kecil dibanding iodium. Larutan baku iodium yang dibakukan dapat digunakan

untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan

dengan menggunakan indicator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat

tercapainya titik akhir. Titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat,

natrium askorbat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya

(Sudjadi, 2007).
C.      Alat dan Bahan

1.      Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

  Buret 25 ml

  Erlenmeyer 250 ml

  Gelas kimia 100 ml

  Pipet tetes

  Statif dan klem

  Pipet ukur 5 mL

  Timbangan analitik

  Lumpang

2.      Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah ;

  Aquades

  Antalgin 500 mg

  HCL 0,1 N

  Larutan iodium (I2)

  Larutan kanji
3.      Urian Bahan

  Aquades/ air suling (FI III, hal:96)

Nama lain : Aqua Destillata

RM/BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; idak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

  Asam Klorida (FI III, hal:53)

Nama Lain : Acidium Hydrochloridum

RM/BM : HCL / 36,46

Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap

dan bau hilang

Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

  Antalgin (FI III, hal:369)

Nama Lain : Methampyronum

RM/BM : C13H16N3NaO4S / 351,37

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum

  Iodium (FI III, hal:316)

Nama lain : Iodium, Yodium

Pemerian : Keping atau butir, berat, hitam kelabu, bau khas   dan mengkilat seperti logam
Kelarutan : Dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam 13   bagian etanol P

Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat

  Larutan Kanji (FI II, hal: 762)

Nama Lain : Amilum/pati/kanji

Pemerian : Serbuk putih, hablur

Kelarutan : Larut dalam air panas, membentuk atau menghasilkan larutan agak keruh

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai indikator

D.      Prosedur Kerja

-          Diambil 500 mg


-          Digerus hingga halus
-          Ditimbang 0,1 gr dalam gelas kimia
-          Ditambahkan aquadest 12,5 ml
-          Ditambahkan HCL 1,25 ml
-          Dikocok hingga homogen
-          Ditambahkan indikator larutan kanji 5 tetes
-          Dititrasi dengan iodium (I2)

Warna bening

E.       Hasil Pengamatan

1.      Tabel Pengamatan

No Perlakuan Hasil
.
1. Ditimbang Antalgin 0,1 gr
2. Dilarutkan dengan air 12,5 mL + HCL 1,25 Bening
mL
3. Ditambahkan indikator kanji 5 tetes Bening

4. Dititrasi dengan I2 25 mL Bening

2.      Reaksi

Reaksi yang terjadi adalah

H2O + NaHSO3 + CHOH


HCL
F.       Pembahasan

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya. Sedangkan iodimetri adalah

merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium

tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku

berlebihan.

Percobaan ini menentukan kadar metampiron dalam antalgin. Metampiron merupakan

obat analgetik-antipiretik dan anti inflamasi. Analgesik adalah obat untuk menghilangkan

rasa nyeri dengan meningkatkan nilai ambang nyeri di system saraf pusat tanpa menekan

kesadaran, sedangkan antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi

analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu

tubuh yang tinggi. Anti-inflamasi yaitu mengatasi inflamasi atau pembengkakan. Metampiron

kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis.Untuk mendeteksi hal tersebut,

selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur.Jika gejala tersebut

timbul, penggunaan obat ini harus segera dihentikan.Efek samping lain yang mungkin terjadi

adalah methemoglobinemia, erupsi kulit, seperti pada kasus eritematous disekitar mulut,

hidung dan alat kelamin. Reaksi hipersensitif reaksi pada kulit.

Dalam percobaan ini digunakan beberapa zat tambahan diantaranya air yang

digunakan sebagai pelarut, asam klorida (HCL) sebagai larutan yang dapat menyesuaikan

keadaan antalgin dengan kondisi lambung manusia, dan larutan kanji sebagai indikator yang

dapat melarutkan metampiron menjadi warna biru, serta Iodium sebagai bahan penitrasinya.

Awalnya obat antalgin ditimbang sebanyak 0.1 gram dengan tujuan untuk

mengetahui kadar tiap gram sampel tersebut selain itu berat ini juga tidak melebihi dosis

maksimal untuk obat analgetik tersebut yaitu 400 mg perhari. Selanjutnya sampel dilarutkan
dengan asam klorida dan air. Kemudian hasil pengenceran sempel tadi dititrasi dengan

larutan iodium sebanyak 25 mL.

Sebagai mana telah diketahui sebelumnya bahwa titrasi iodimetri adalah

merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium

tiosulfat dengan menggunakan larutan iodium atau dengan penambahan larutan baku

berlebihan. Sedangkan iodometri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara tidak

langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan

iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan.

Dalam percobaan ini kami mengalami kesalahan dikarenakan larutan indicator

kanji yang kami gunakan telah rusak, sehingga pada titik akhir titrasi larutan tidak berubah

warna menjadi semestinya yaitu warna biru melainkan warna bening. . Selain itu pada

percobaan ini kami tidak dapat mengetahui jumlah kadar antalgin dalm tiap miligramnya.
G.      Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada saat penentuan

kadar metamporin (antalgin) terjadi beberapa kesalahan yang menyebabkan titrasi iodimetri

tidak berjalan dengan semestinya, kesalahan-kesalahan tersebut dapat berasal dari bahan atau

prosedur kerjanya. Pada praktikum ini antalgin berubah menjadi warna bening yang berarti

percobaan gagal hal ini dikarenakan indikator kanji yang digunakan telah rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI

Kristian, Mei. 2009. ‘Penetapan Kadar Tablet Antalgin Secara Titrasi Iodimetri di PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Medan’. Skripsi. Fakultas Farmasi Univerisitas Sumatra Utara. Medan.
Pratama, Anggi. Darsat. Setiawan, I. 2004. Aplikasi Labview Sebagai Pengukur Kadar Vitamin C
Dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Jurusan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro. Semarang
Soewandhi,S.N dan Aris Haryana.2007.Pengaruh Milling terhadap Laju Disolusi Campuran
Metampiron-Fanilbutason (7:3).Majalah Ilmu Kefarmasian.Vol.IV,No.2,Agustus 2007,73-
80
Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Karinda M, Fatimawali, Gayatri C.2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga
Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal Ilmiah
Farmasi.Vol.II,No.01,Februari 2013,ISSN 2302-2493

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA


alisis Kuantitatif Sediaan Farmasi Aspirin Dengan Metode Spektrofotometri UV-
Sinar Tampak”
Disusun Oleh :
Hanna Nurhasanah D1A140903

Partner :
Bentar Pramudita
Icha Febrilia Utami
Noviya Nur A
Zaenal Arifin

UNVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG


MIPA-FARMASI
2015-2016
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN

I.1 Prnsip Percobaan


Berdasarkan analisis spektrofotometri UV-VIS yatu suatu molekul yang dikenal sinar
dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator.

I.2 Tujuan Percobaan


1. Melakukan analisis kuanttatif dan kualtatif dalam sedan farmasi dengan metode
spektrofotometri UV-Sinar tampak
2. menyimpulkan mutu sediaan farmas dengan data spectrum UV-Sinar tampak dan asil
penetapan kadar zat aktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Alat yang digunakan di lab. Kimia


1.      Labu ukur
2.      Statif
3.      Corong
4.      Buret
5.      Erlenmeyer
6.      Gelas ukur
7.      Gelas kimia
8.      Batang pengaduk
9.      Pipet tetes
10.  Kawat kassa
11.  Kaki tiga
12.  Pembakar Bunsen

II.2 Dasar Teori


Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh
suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai
panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara
kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer
(Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-
Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam
larutan tersebut
- Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
- Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS

1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi. Sumber  cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
      a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada
daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang
gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya
memiliki waktu 1000jam pemakaian.
      b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2. Wadah Sampel
kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah
sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu
haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca
melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet.
Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel.
Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan
membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali
ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi
sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak
seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik
dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam
ruang sel (dari) instrument itu reprodusibel.

2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi  cahaya tunggal
(monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian
monokromator, yaitu :
   a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan
resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

   b. Grating (kisi difraksi)


Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan
disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu
kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
   c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari
sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan
melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
   d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan
merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
4. Detektor –
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk
angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi
pada berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah
melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan
serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa
panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui
kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan
langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada
jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran
mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi
berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda
dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm
dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air
sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205
nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut
5. Visual display/recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam
bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
PRINSIP KERJA
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan
filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis
menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang
dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector
kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh
sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam
sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur
dengan menggunakan lampu UV.
2. Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi
maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal, kepekaannya juga
maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan
terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan
apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya
yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh
benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan
absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Cara Kerja


Pembuatan lar. Standar Fe-salisilat&kurva kalibras lar. standar
1.     
 

Masukan 160 mg asam salisilat yang telah ditimbang


+ 5ml NaOH 1,0M
2.      Panaskan selama 5 menit, aduk. Setelah itu dinginkan
3.     
 

Pndahkan ke dalam labu ukur, encerkan dengan aquadest sampai tanda


batas. (Lar. Stock pembanding) tandai labu takar dengan kode “SA”
4.      Pipet masng-masing 0,5; 0,4; 0,3; 0,2; 0,1 ml ke dalam labu ukur 10ml. encerkan dengan
FeCl3 0,02 M sampai tanda batas

5.      Ukur absorbansi dengan panjang gelombang 530nm mulai pengukuran dar yg palng encer,
blas kuvet terlebih dahulu menggunakan larutan FeCl3 0,02M (blanko).

Larutan Uji
1.      Serbukan 5 tablet aspirin, timbang sebanyak 240 mg
2.      Persapkan larutan stock aspirin “ASA” (pengerjaan seperti di atas)
3.      Pipet 0,3ml lar. Stock ASA ke dalam labu. Encerkan dengan larutan FeCl3 0,02 M sampai
tanda batas.
4.      Ukur, catat absorbansi lar. Tersebut pada panjang gelombng 530 nm.
5.      Tentukan kadar aspirin dalam ablet aspirin, dengan menggunakan persamaan regres linier
yang didapat dari kurva kalibrasi (jangan lupa menghtung pengencerannya)

III.2 Alat yang dgunakan


1.      Labu ukur 10ml
2.      Labu ukur 100ml
3.      Beaker glass
4.      Kawat kasa
5.      Kaki 3
6.      Pipet tetes
7.      Kuvet
8.      Spektrofotometri UV-VIS
III.3 Bahan yang digunakan
1.      Asam salisilat
2.      NaOH 1,0 M
3.      Aquadest
4.      FeCl3 0,02 M
5.      Tablet Aspirin

BAB IV
HASIL PERCOBAAN & PEMBAHASAN

IV.1 Hasil percobaan


Asam salislat
Konsentrasi Absorbansi
0,1 ml 0,156
0,2 ml 0,314
0,3 ml 0,395
0,4 ml 0,656
0,5 ml 0,604

Nilai kolerasi : 0.89626


Nilai kolerasi berbanding lurus dengan nilai Absorbansi.

Larutan Uji
Konsentrasi (ml) Kons. Absorbansi

0,3 ml 82,220 0,690


III.2 Pembahasan
         Perhtungan Nà M

M= N/b = 1,0N/1 = 1,0M

         Perhitungan FeCl3

0,02=gr’77x1000/100
gr= 0,02x77/10=0,154gr

         Larutan stock

160mg/100ml
Ppm=part per million= mkro gram/ml
160mg à 160.000 miko gram/100ml
1600 mikro gram/ml
160mg/100 ml à 1600 ppm

         Perhitungan pengenceran


1.      V1.N1= V2.N2
10.X = 0,1.1600
X=16 ppm

2.      V1.N1= V2.N2


10.X = 0,2.1600
X= 32ppm
3.      V1.N1= V2.N2
10.X = 0,3.1600
X= 48 ppm

4.      V1.N1= V2.N2


10.X = 0,4.1600
X= 64 ppm

5.      V1.N1= V2.N2


10.X = 0,5.1600
X= 80 ppm
         Berat rata-rata tablet
5 tablet = 100mg/5 = 240mg/ tablet

         Perhitungan konsentrasi tiap tablet


100 mg à 100.000 mikro gram/100 ml
1000 mkro gram/ml

V1.N1 = V2.N2
10.X = 0,3.1000
X= 300/10
X= 30

Nilai absorbans yang didapat pada praktikum kali ini adalah 0.156 , 0.314 , 0.395 ,
0.656 , 0.604 . artinya, pada konsentrasi 0,5 mengalami penurunan nla absorbansi.
Seharusnya, nilai absorbansi tu mengalami kenaikan setiap ada penambahan konsentrsi
karena nilai absorbansi berbanding lurus dengan nila konsentrasi. Hal yang terjad kali ini,
bisa disebabkan oleh ks=esalahan prosedur yang dilakukan ataupun kecerobohan ketika
melakukan percobaan.
Selajutnya, pada uji sampel tablet aspirin didapat konsentrasi menggunakan alat
spektrofotometri UV-VS adalah sebanyak 82,220 tetap ketika dihitung pertablet konsentrasi
yang ddapat dari 100mg/tablet adalah 30. Artnya, terdapat kesenjangan antara hasil yang
ddapat menggunakan spektrofotometri UV-VS dengan yang dihitung menggunakan rumus.
Hal ini bisa saja dsebabkan oleh adanya kontamnasi dari zat-zat asng sehingga ketidak
akuratan dalam pngamblan data terjadi.

BAB V
KESIMPULAN

V.1 Kesimpulan
Nilai Absorbansi berbanding lurus dengan nilai konsentras, apabila teradi ketidak
akuratan data, dapat disebabkan oleh adanya keslahan pada saat pengerjaan ataupun adanya
zat-zat yang mengkontamnas. Kosentrasi pada setap tablet asprin 100mg adalah 82,220.

V.2 Daftar Pustaka


http://zaidanalrazi.blogspot.com/2012/04/spectrofotometrer-uv-vis.html
http://catatankimia.com/catatan/spektofotometri-uv-vis.html
http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com/2011/12/spektrofotometer-uv-vis-dan.html
http://aaknasional.wordpress.com/2012/06/08/spektrofotometer-uv-vis/
modul praktikum Analisis Fsikokimia
http://lulukkhasanah.blogspot.co.id/2013/09/spektrofotometri-sinar-tampak-uv-vis.html
http://aiiudewa.blogspot.co.id/2014_03_01_archive.html

LAMPIRAN
A.    Pertanyaan
1.      Jelaskan prinsip penetapan kadar aspirin dalam tablet aspirn yang dilakukan pada
praktikum!
Jawab : Prinsip penetuan kadadr aspirin dapat dilakukan dengan metode titrasi  asam-basa.
Metode titrasi yang di gunakan adalah penetapan kadar dengan cara alkalimetri. Alkalimetri
merupakan titrasi menggunakan larutan standar basa yang digunakan untuk menentukan
asam. Untuk mengetahui konsentrasi aspirin dilakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.
Gugus asetil dalam reaksi netralisasi ini lebih sukar lepas daripada gugus karbonil.

2.      Apa fungsi larutan FeCl3 yang digunakan pada percobaan kali ini!
Jawab : FeCl3 berfungsi sebagai blanko dan kromotag (menghasilkan warna). FeCl3 akan
membentuk kompleks ungu dengan asam salisilat karena dalam gugus asam salisilat terdapat
atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan  menyerang atom Fe dengan melepaskan atom H
nya untuk membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak membentuk kompleks berwarna ungu
karena tidak memiliki gugus OH. Sedangkan, FeCl3 digunakan sebagai blanko supaya alat
spektrofotometer UV/Vis mengenal matriks selain sampel sebagai pengotor. Kemudian
setting blank sehingga ketika pengukuran hanya sampel yang diukur absorbansinya. Sebelum
pengukuran absorbansi sampel/standar, harus dilakukan blanko terlebih dahulu.

3.      Tuliskan reaks yang terjadi pada penentuan kadar aspirin dalam tablet asprin!
Jawab : Aspirin merupakan senyawa
bersifat asam yang dapat disintetis dari asam salisilat yang diisolasikan dengan asetil klorida
atau anhidrida asam asetat yang persamaan reaksi kimianya
CH3COOH
 

+ +

Konsentrasi aspirin dapat


ditentukan dengan melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M. Dalam reaksi netralisasi
ini, gugusan - gugusan karbonil mengalami reaksi dalam persamaan reaksi kima sebagai
berikut:
 
NaOH
  H2O
 

+ +

Titk ekuivalen ditandai oleh terjadinya perubahan warna larutan, dengan indikator PP yang
konstan selama satu menit. Kadar titran NaOH yang berlebih mengakibatkan terjadi reaksi
sebagai berikut:
 
NaOH
 

+ +
Artikel penelitian Akses Terbuka Penilaian Komprehensif
Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Tunggal dan
dalam Kombinasi dengan Menggunakan Metode RP-HPLC
Omkar S

TervalidasiHERIKAR

, Priti M

EHTA

Departemen Analisis Farmasi, Institut Farmasi, Nirma Universitas, Sarkhej-


Gandhinagar Highway, Ahmedabad, Gujarat, 382481, India.

* Penulis yang sesuai. E-mail: drpritimehta@nirmauni.ac.in (P. Mehta)

Sci Pharm. 2013; 81: 195-210 doi: 10,3797 / scipharm.1210-19

Diterbitkan: 11

Desember

2012 Diterima: 18

Oktober

2012
Diterima: 11

Desember

2012

Artikel ini tersedia dari: http://dx.doi.org/10.3797/ scipharm.1210-19

© Sherikar dan Mehta; pemegang lisensi Österreichische Apotheker-


Verlagsgesellschaft mb H., Wina, Austria.

Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah syarat-syarat


Lisensi Pengaitan Creative Commons
(http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/), yang memungkinkan penggunaan,
distribusi, dan reproduksi yang tidak terbatas dalam media apa pun, asalkan
karya asli dikutip dengan benar.
Abstrak Kombinasi dosis tetap atorvastatin dan aspirin secara luas
digunakan untuk pengobatan infark miokard. Pekerjaan ini
menggambarkan studi komprehensif tentang perilaku degradasi
stres atorvastatin dan aspirin sendiri serta kombinasi rasio 1: 1 dan
1: 7,5, masing-masing, sesuai pedoman ICH. Produk degradasi
aspirin serta atorvastatin berhasil dipisahkan dengan metode HPLC
sederhana yang berubah, selektif, dan tepat yang menunjukkan
kestabilan fase terbalik. Pemisahan kromatografi dicapai pada
kolom analitik Phenomenex Luna, 150 mm x 4,6 mm, 5μm. Fase
gerak terdiri dari 0,1% asam asetat glasial dalam air dan asetonitril
dalam rasio 50:50 v / v pada laju aliran 1,0 ml / menit. Deteksi UV
dilakukan pada 246 nm. Tingkat degradasi secara signifikan
dipengaruhi ketika kedua obat itu hadir dalam kombinasi. Perilaku
degradasi stres atorvastatin sangat dipengaruhi oleh aspirin di
bawah hidrolisis asam, degradasi termal, dan kondisi stres
oksidatif. Demikian pula, perilaku degradasi stres aspirin
dipengaruhi oleh atorvastatin terutama di bawah hidrolisis netral,
degradasi termal, dan kondisi stres oksidatif. Selain itu, rasio
kombinasi aspirin dan atorvastatin juga mempengaruhi penurunan
persentase satu sama lain. Campuran aspirin dan atorvastatin juga
dianalisis setelah studi stabilitas satu bulan pada 40 ° C dan 75%
RH. Semua hasil menunjukkan ketidakcocokan kimia dari aspirin
dan atorvastatin jika ada dalam kombinasi.

196 O. Sherikar dan P. Mehta:

Kata Kunci

Aspirin • Atorvastatin • Inkompatibilitas kimia • Profil degradasi •


Kombinasi obat • HPLC • Asam asetilsalisilat

Pendahuluan

Penyebab utama infark miokard (MI) adalah gangguan suplai darah


ke jantung, yang paling sering karena penyumbatan arteri koroner
karena kondisi hyperlipedemic. Untuk mitigasi kondisi seperti itu,
agen penurun lemak secara luas digunakan sendiri atau dalam
kombinasi dengan agen antihipertensi lainnya atau dengan aspirin.
Beberapa kombinasi dosis tetap (FDC) telah disetujui oleh Food and
Drug Administration (FDA) bersama dengan kombinasi ATR dan ASP
karena keefektifan mereka terhadap kondisi ini [1, 2].

Atorvastatin calcium (ATR) adalah agen antihyperlipidemic. Ini


menurunkan tingkat lipid dengan menghambat HMG-CoA reduktase,
enzim pembatas laju dalam biosintesis kolesterol di hati, sehingga
mengurangi kadar kolesterol dalam hepatosit. ATR secara kimia
(3R, 5R) -7- [2- (4- fluorophenyl) -3-phenyl-4- (phenylcarbamoyl) -5-
(propan-2-yl) -1H-pyrrol-1-yl] -3 , Asam 5-dihidroksi-heptanoat (Gbr.
1a) [3, 4].

OH OH O

Ca

2+

NOH

1a

OH OH O

Ca

2+

N OH H

NHOF

F
2

1b 1c

Gambar 1. Struktur kimia atorvastatin calcium (1a) danutama


degradasi.

produk-produkatorvastatin lactone (1b) dan atorvastatin


diastereomer (1c).

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

Penilaian Komprehensif Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Secara


tunggal dan ... 197

Aspirin (ASP) adalah inhibitor siklooksigenase dan umumnya


digunakan sebagai analgesik, anti-inflamasi, dan antipiretik. Selain
itu, ia juga memiliki efek antiplatelet, karenanya, ia juga digunakan
untuk pencegahan serangan jantung. ASP secara kimiawi adalah 2
(acetyloxy) asam benzoat (Gbr. 2) [3, 4]. Karakteristik fisikokimia,
farmakologi, dan farmakokinetik baik ASP dan ATR diselidiki dengan
baik [5-8].

OH

OH

OH

OH

2a
2b

Sci Pharm. 2013;  195-210

OH

OH

2c 2d

81:.Gambar 2. Struktur kimia aspirin (2a) dan produk degradasi


asam salisilat (2b), asam acetylsalicylsalicylic (2c), dan asam
salicylsalicylic (2d).

Ketika ASP dan ATR digunakan dalam kombinasi,pada thromboxin-A

(TXA

resistensi
aspirin yang bergantung) berkurang. Mekanisme ini sangat
membantu untuk pasien dengan infark miokard akut dan platelet
persisten TXA

produksi. Selain itu,


ATR juga mengurangi kadar lipid [9].

Di pasar India, formulasi kapsul FDC tersedia dari berbagai


produsen seperti Sun Pharmaceuticals Ltd. (AZTOR ASP 75), Zydus
Healthcare Ltd (ASP ATORVA 75), dan Piramal Healthcare Ltd.
(STATOR ASP 75) memiliki kekuatan 10 mg dan 75 mg ATR dan ASP
masing-masing.
Namun, ketika FDC diformulasikan, ketidakcocokan kimia
merupakan faktor penting yang mempengaruhi stabilitas obat.
Interaksi dapat terjadi baik di antara bahan aktif yang berbeda atau
bahan aktif dan eksipien dalam formulasi. Ketidakstabilan kimia
selalu mengarah pada penguraian aktif yang ada dalam formulasi
[10, 11].

Struktur kimia mengungkapkan bahwa ASP adalah bagian ester, dan


sangat rentan terhadap hidrolisis di bawah kondisi hidrolitik yang
berbeda. Dekomposisi ASP ke dalam asam salisilat (SA) sudah
dikenal [5, 12, 13]. Di sisi lain, ATR adalah asam organik dengan pK

d
ari 4,46 dan merupakan bagian asam-labil yang akan diubah menjadi
lakton dalam kondisi asam [14-16].

Beberapa metode analisis telah dilaporkan untuk estimasi ASP dan


ATR di hadapan satu sama lain serta bersama dengan obat lain [17-
23]. Sebuah survei literatur mengungkapkan bahwa hanya satu
metode pengujian stabilitas-menunjukkan UPLC dilaporkan untuk
kombinasi ASP dan ATR dalam bentuk dosis kapsul [24].

Sejauh ini, tidak ada laporan yang tersedia mengenai studi


komprehensif tentang perilaku degradasi ATR dan ASP di hadapan
satu sama lain. Dari data yang dilaporkan dari

198 O. Sherikar dan P. Mehta:

profil degradasi kedua obat, penting untuk mengevaluasi stabilitas


kimia kombinasi ASP dan ATR. Itu dihipotesiskan bahwa ATR
mungkin terdegradasi di hadapan ASP, karena ATR adalah asam-
labil dan ASP bersifat asam di alam.

Stress testing adalah alat penting untuk prediksi masalah terkait


stabilitas dalam produk farmasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini,
studi degradasi stres ATR dan ASP dilakukan dalam kombinasi satu
sama lain sesuai pedoman ICH dan perilaku degradasi kedua obat
dimonitor secara tepat. Selain itu, tes stabilitas satu bulan dari
campuran ATR dan ASP juga dievaluasi untuk lebih mengkonfirmasi
ketidakcocokan kimia dari kedua obat ini [25].

Bahan dan Metode


Obat dan Bahan Kimia Murni ATR diberikan oleh Dr. Reddys Ltd,
(Hyderabad, India), bersertifikat mengandung 99,1%, dan digunakan
tanpa pemurnian lebih lanjut. Standar ASP dibeli dari Sigma Aldrich
(India) dengan kemurnian yang dinyatakan sebesar 99,8%. Asam
salisilat dibeli dari SD Fine Chemicals, Mumbai, dengan kemurnian
yang dinyatakan sebesar 99,0%. Atorvastatin lactone diperoleh dari
Varda Biotech Pvt. Ltd, Mumbai, India. FDC dari ATR dan ASP dibeli
dari pasar lokal dengan masing-masing kapsul berisi 10mg ATR dan
75mg dari ASP masing-masing.

Asetonitril grade HPLC dibeli dari Merck (Mumbai, India). HPLC


grade glacial acetic acid dan dimethyl sulfoxide (DMSO) diperoleh
dari CDH, New Delhi. 0,45 μm filter nilon digunakan untuk filtrasi
sampel. Air Mili-Q digunakan selama penelitian.

Instrumentasi dan Analisis Kondisi Kromatografi dilakukan pada


sistem HPLC (Jasco, Jepang) yang terdiri dari pompa biner-Jasco
PU-2080 dan modul pencampuran pelarut-Jasco MX-2080, dilengkapi
dengan detektor photodiode array (PDA) MD-2015 Plus (Jasco
Jepang). Ini juga terdiri dari injektor manual Rheodyne yang
memiliki kapasitas 20μL. Pengumpulan data dan pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak BORWIN-PDA.

Pemisahan dicapai pada kolom analitik Phenomenex Luna, 150 mm


x 4,6 mm, 5μm. Fase gerak terdiri dari 0,1% asam asetat glasial
dalam air dan asetonitril dalam rasio 50:50 v / v. Fase gerak disaring
melalui filter nilon 0,45μm dan dilepaskan sebelum digunakan.
Jumlah asetonitril dan air yang sama dicampur dan digunakan
sebagai pengencer sepanjang penelitian.

Eksperimental

PersiapanLarutan Stok Standar Larutan stok standar, 1000 μg / mL


masing-masing ATR dan ASP, disiapkan secara individual dalam
metanol.

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

Penilaian Komprehensif Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Singel dan ...
199

Persiapan sampel untuk Studi Degradasi Paksa Dipaksa degradasi


ASP dan ATR, baik secara individu maupun kombinasi, dilakukan
sesuai pedoman ICH . Baik ASP dan ATR secara paksa terdegradasi
di bawah kondisi stres yang berbeda seperti degradasi hidrolitik,
oksidatif, termal, dan photolytic.

Untuk melakukan studi degradasi dalam kombinasi, dua rasio 1: 1


dan 1: 7,5 dipilih untuk ATR dan ASP, masing-masing. Semua sampel
degradasi disiapkan di DMSO dan stressor masing-masing dalam
rasio 50:50 v / v. Sampel stres disiapkan dengan mengambil
konsentrasi 2,5 mg / mL setiap obat. Degradasi hidrolisis dilakukan
dalam 0,1 N HCl, 0,1 N NaOH, dan air suling dengan melarutkan ASP
dan ATR dalam 25 mL DMSO dan kemudian volume larutan ini dibuat
hingga 50 mL dengan 0,1 N HCl, 0,1 N NaOH, dan air suling masing-
masing. Semua sampel yang disiapkan direfluks pada 80 ° C selama
3 jam. Untuk stres oksidatif, 3% v / v hidrogen peroksida digunakan.
Untuk ASP dan ATR, 2,5 mg / mL sampel disiapkan dengan
melarutkan obat dalam 25 ml DMSO dan kemudian volume dibuat
dengan 3% v / v larutan hidrogen peroksida dan sampel disimpan
pada suhu kamar selama tujuh hari. Setelah selesai paparan stres,
sampel dinetralkan dan diencerkan lebih lanjut untuk mendapatkan
konsentrasi 50 μg / mL masing-masing ATR serta ASP, masing-
masing, untuk analisis HPLC. Dalam kasus rasio 1: 7,5, 50 μg / mL
konsentrasi ATR dipilih dan ini secara bersamaan memberi 375 µg /
mL ASP. Degradasi termal dilakukan dalam keadaan padat dalam
oven suhu terkontrol pada 80 ° C selama 48 jam. Untuk
fotodegradasi, sampel padat tersebar seragam dalam petridish.
Kemudian sampel dipaparkan pada hari yang cerah dan cerah dari
jam 11 pagi hingga jam 5 sore selama dua hari. Jadi sampel terkena
sinar matahari dengan total 12 jam.

Selain itu, ASP dan ATR, sendiri serta dalam kombinasi, disimpan
untuk studi stabilitas solid-state selama satu bulan pada 40◦C dan
75% RH dalam ruang stabilitas untuk mengekstrapolasi
kemungkinan ketidakcocokan kimia antara kedua obat ini. Larutan
stok dari semua sampel padat disiapkan dalam metanol. Aliquot
yang sesuai selanjutnya diencerkan untuk mendapatkan 50 μg / mL
masing-masing ATR dan ASP, masing-masing, untuk analisis HPLC.

Validasi Metode Metode

uji stabilitas yang diindentifikasi divalidasi dengan menilai berbagai


parameter validasi seperti linearitas, presisi, akurasi, spesifisitas,
batas deteksi dan kuantifikasi, dan stabilitas solusi, seperti yang
ditentukan oleh pedoman ICH [26].

Linearitas
Kurva kalibrasi ASP dan ATR yang dibangun di atas berbagai
konsentrasi 1-80 μg / mL dan 1-60 μg / mL masing-masing. Set yang
berbeda dari enam konsentrasi disiapkan dan 20 μL setiap larutan
disuntikkan dalam rangkap tiga di bawah kondisi kromatografi yang
beroperasi.

Metode Presisi Repeatability (presisi metode) dinilai dengan


menganalisis sampel kapsul enam kali memiliki konsentrasi 60 μg /
mL dan 8 μg / mL untuk ASP dan ATR masing-masing.

Ketepatan intraday dan interday dari metode yang diusulkan


ditentukan dengan memperkirakan respon yang sesuai tiga kali
pada hari yang sama serta pada tigaberbeda

Sci Pharm yang. 2013; 81: 195-210

200 O. Sherikar dan P. Mehta:

hari dengan mengambil tiga konsentrasi ASP dan ATR yang berbeda
(10, 20, dan 40 μg / mL). Hasil dari studi presisi dievaluasi dalam hal
% RSD.

Spesifitas Spesifitas metode ini dinilai dengan memeriksa


kemurnian puncak ASP maupun ATR. Interferensi dari puncak
degradasi dalam estimasi ASP serta ATR juga diperiksa.

Akurasi Keakuratan metode ditentukan dengan memperkirakan


pemulihan ASP dan ATR dengan metode penambahan standar pada
tiga tingkat yang berbeda (80.100, dan 120%) ke formulasi kapsul
preanalyzed. Jumlah ASP standar yang telah diketahui (24, 30, dan
36 μg) dan ATR (3,2, 4, dan 4,8 μg) ditambahkan ke larutan sampel
preanalyzed yang mengandung 30 μg / mL ASP dan 4 μg / mL ATR
masing-masing. Keakuratan metode ditentukan dengan
membandingkan jumlah yang dipulihkan dan jumlah aktual yang
dibubuhi.

Ketajaman Kekokohan

metode ini dievaluasi dengan menganalisis sampel yang sama dari


ASP dan ATR dengan perubahan yang disengaja dalam kondisi
kromatografi yang dioptimalkan. Perubahan respons ASP dan ATR
serta parameter kesesuaian sistem dicatat. Parameter yang
berubah termasuk laju aliran (± 0,1 mL), panjang gelombang deteksi
(± 2 nm), dan komposisi komponen organik (± 5%).
Solusi Stabilitas Stabilitas

solusi standar serta sampel dilakukan di benchtop (suhu kamar) dan


suhu pendinginan. Stabilitas diperiksa dengan membandingkan area
puncak standar dan sampel setiap kali dengan konsentrasi awal.

Batas Deteksi dan Kuantifikasi

The LOD dan LOQ ditentukan dari standar deviasi dari respon dan
kemiringan kurva kalibrasi. Persamaan yang disebutkan dalam
pedoman ICH digunakan untuk penentuan LOD dan LOQ.

Hasil dan Diskusi

Untuk melaksanakan studi stabilitas terperinci ATR dan ASP dalam


kombinasi, penting untuk memiliki metode pengujian stabilitas
tunggal yang dapat memisahkan ATR dan ASP bersama dengan
semua produk degradasinya dari satu sama lain. Dengan demikian,
metode RP-HPLC baru dikembangkan dan dioptimalkan
menggunakan kolom Phenomenex C18 (150x4,6 mm, ukuran partikel
5μm) dan fase gerak yang terdiri dari asetonitril dan air dengan
0,1% asam asetat glasial dalam rasio 50:50 v / v pada laju aliran 1,0
mL / menit.

Jumlah ASP adalah 7.5 kali lebih banyak daripada ATR dalam
bentuk sediaan gabungan dipasarkan. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan respon maksimum analit dengan metode ini, 246 nm
digunakan sebagai panjang gelombang deteksi untuk kedua obat,
yang merupakan maxima absorpsi dari ATR, dan respon ASP yang
menjanjikan juga diperoleh. Gambar. 3 menunjukkan kromatogram
RP-HPLC dari ATR dan ASP dalam kombinasi dengan waktu retensi
masing-masing 9,86 dan 2,60 menit.

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210 Fig.3

. Kromatogram HPLCstandar ASP dan ATR

perumus parameter kesesuaianSystem dari metode yang


dikembangkan dirangkum dalam Tabel 1.

Tab. 1. Hasil Parameter Kesesuaian Sistem untuk ASP dan ATR oleh
Usulan

Metode RP-HPLC
Parameter ASP ATR Rt (min) 2,60 9,86 Asimetri faktor 1,24 1,17
Pelat teoritis 4939 9509 Resolusi - 26,62

Validasi metode yang dikembangkan Metode yang dikembangkan


berhasil divalidasi sesuai Pedoman ICH dengan mengevaluasi
berbagai parameter validasi seperti linearitas, pengulangan,
interday dan intraday precision, LOD, dan LOQ. Hasil parameter
validasi digambarkan pada Tabel 2.

Tab. 2. Ringkasan Parameter Validasi untuk Metode Yang Diusulkan

Parameter ASP ATR Linearitya (μg / mL) (n = 3) 1-80 1–60 Intercept


(c) −21282 −8019 Lereng (m) 46251 36678 r2 value 0.999 0.999 LOD
( μg / mL) 0,010 0,032 LOQ (μg / mL) 0,031 0,099 Presisi Intraday%
RSD (n = 3) 0,19–1,08 0,18–0,85 Interday% RSD (n = 3) 0,03–0,5 0,15–
042 Repeatability% RSD (n = 6 ) 0,94 0,78 a

y = mx + c

Penilaian Komprehensif Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Singly dan ...
201

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

202 O. Sherikar dan P. Mehta:

Nilai pemulihan% rata-rata dari ASP dan ATR diperoleh dalam


kisaran 99,0 ± 0,04 - 99,9 ± 0,27 dan 99,0 ± 0,71 - 99,8 ± 0,41 yang
membuktikan bahwa metode ini tepat. Hasil studi akurasi disajikan
pada Tabel 3.

Tab. 3. Hasil Studi Akurasi ASP dan ATR dengan Usulan Metode RP-
HPLC

Jumlah obat yang diambil (ug)

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

Jumlah standar yang ditambahkan (μg)

Berarti% Pemulihan

SD
ASP ATR ASP ATR ASP ATR 30 4 24 3.2 99.0 ± 0.04 99.8 ± 0.41 30 4
30 4 99.0 ± 0.10 99.2 ± 0.31 30 4 36 4.8 99.6 ± 0,27 99,0 ± 0,71-

ratarata dari tiga penentuan.

Ketahanan metode dipelajari dengan menganalisis sampel yang


sama dari ASP dan ATR dengan variasi yang disengaja dalam
parameter metode. Ditemukan bahwa tidak ada perubahan
signifikan dalam parameter kesesuaian sistem ASP dan ATR. Hasil
yang diperoleh dalam parameter yang diubah berada dalam rentang
yang dapat diterima.

Kekhususan metode ini dikonfirmasi dengan memeriksa kemurnian


puncak ASP dan ATR. Kemurnian puncak ditemukan lebih dari 990
untuk ASP dan ATR. Hasil yang diperoleh dari studi degradasi
menunjukkan bahwa metode pengujian stabilitas-menunjukkan
adalah spesifik terhadap ASP, ATR dan produk degradasi mereka.

Solusi yang disiapkan dari ASP dalam pengencer ditemukan stabil


hingga 6 jam pada benchtop serta setelah pendinginan. Setelah 6
jam, ada pembentukan produk degradasi utama ASP yaitu asam
salisilat. ATR ditemukan stabil hingga 24 jam di kedua benchtop
serta setelah pendinginan. Dalam kasus ASP, penurunan luas
setelah 6 jam lebih dari 2% untuk kedua sampel yang disimpan di
atas benchtop serta sampel yang disimpan dalam lemari es.
Sebaliknya untuk ATR, tidak ada penurunan yang signifikan pada
area setelah 24 jam pada kedua sampel.

Studi Degradasi Paksa Perilaku degradasi ASP serta ATR dipelajari


secara individual dan dalam kombinasi untuk memeriksa
kompatibilitas kimia di hadapan satu sama lain. Kondisi stres yang
berbeda dipekerjakan seperti yang disarankan oleh pedoman ICH.

Untuk studi degradasi stres, pemilihan co-pelarut adalah tugas yang


menantang untuk obat-obatan yang larut dalam air yang buruk ini.
ATR sangat sedikit larut dalam air serta asetonitril. Kedua obat
memiliki kelarutan yang baik dalam metanol, tetapi karena adanya
gugus fungsi asam karboksilat baik dalam ATR dan ASP, ada
kemungkinan bahwa metil ester dapat terbentuk dalam obat.
Degradasi obat oleh pembentukan metil ester dapat menyebabkan
kesalahan dalam studi degradasi [27, 28]. DMSO adalah pelarut
relatif inert [29-30] dan kedua obat memiliki kelarutan yang baik di
dalamnya. Oleh karena itu, dipilih sebagai co-pelarut bersama
dengan stressor untuk menyiapkan solusi selama studi stres.
Penilaian Komprehensif Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Tunggal dan
dalam ... 203

ATR dan ASP secara individual ASP, menjadi bagian ester, rentan
terhadap kondisi degradasi asam, netral, basa, dan oksidatif. Ini
terutama mendegradasi ke SA. SA diidentifikasi dengan
menganalisis SA standar di bawah kondisi kromatografi yang sama.
Konfirmasi dilakukan atas dasar waktu retensi dan spektrum PDA.
Dalam kondisi stres fotolitik dan termal, ASP saja stabil. Hasilnya
sesuai dengan studi yang dilaporkan [11, 23].

ATR sendiri rentan terhadap kondisi hidrolitik yang bersifat asam


dan pada awalnya diubah menjadi produk degradasi utama ATR
lactone (ATR-DP). ATR-DP diidentifikasi dengan menganalisis
standar ATR-DP di bawah kondisi kromatografi yang sama.
Konfirmasi dilakukan atas dasar waktu retensi dan spektrum PDA.
Setelah terpapar dalam waktu lama, ia terdegradasi menjadi dua
produk degradasi tambahan selain ATR-DP. Penurunan stres ATR
juga sesuai dengan studi yang dilaporkan [13, 23]. Namun, dalam
kondisi netral, basa, oksidatif, fotolitik, dan stres termal, ATR tidak
menunjukkan degradasi apa pun. Tabel 4 merangkum perilaku
degradasi dari ASP dan ATR sendiri.

ATR dan ASP dalam rasio (1: 1) Kecuali degradasi termal, tidak ada
puncak tambahan yang diamati dalam kromatografi HPLC dari studi
degradasi stres ATR dan ASP dalam kombinasi (rasio 1: 1)
dibandingkan dengan kromatogram individu studi degradasi di
semua kondisi. Ini menunjukkan bahwa tidak ada produk degradasi
tambahan yang terbentuk selain SA dan ATR-DP ketika ASP dan ATR
hadir dalam kombinasi. Namun, penurunan persentase kedua obat
dipengaruhi oleh kehadiran satu sama lain, tergantung pada kondisi
stres, digunakan untuk penelitian. Kehadiran ATR tidak
mempengaruhi stabilitas ASP dalam kondisi hidrolitik asam, seperti
penurunan persentase yang diamati adalah 24,24% dan 20,28% di
ASP saja dan dalam kombinasi, masing-masing.

Dalam degradasi termal, tiga puncak tambahan produk degradasi


diamati. Spektra PDA dari ketiga produk degradasi berkorelasi
dengan spektrum PDA ASP. Hasil ini menunjukkan bahwa produk
degradasi tambahan dapat dihasilkan dari ASP. Ini selanjutnya
didukung oleh perbedaan tertinggi dalam% degradasi ASP saja dan
di hadapan ATR di bawah kondisi degradasi termal.
Pengaruh besar dari kedua obat diamati satu sama lain dalam studi
degradasi netral, oksidatif, dan termal. ATR sangat stabil dalam
kondisi stres di atas saat ini saja, tetapi menunjukkan degradasi
signifikan ketika hadir dalam kombinasi dengan ASP. Tabel 4
merangkum persentase penurunan kedua obat dalam berbagai
kondisi stres.

ATR dan ASP dalam rasio 1: 7.5 (rasio formulasi) Diputuskan untuk
melakukan studi degradasi stres ATR dan ASP dalam rasio 1: 7,5
masing-masing, karena kedua obat hadir dalam rasio ini dalam
kombinasi dosis tetap yang dipasarkan . Kecuali untuk studi
degradasi termal, tidak ada puncak tambahan, selain SA dan ATR-
DP, diamati dalam kromatogram HPLC dari campuran ATR dan ASP
dalam rasio 1: 7,5. Dalam degradasi asam, ATR menunjukkan
degradasi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ketika ia
hadir sendiri (Gambar 4). Tetapi pada peningkatan jumlah ASP
hingga 7,5 kali, tingkat degradasi ATR meningkat terutama dalam
netral, oksidatif, dan studi degradasi stres termal seperti yang
ditunjukkan pada gambar 5, 6, dan 7 masing-masing.

Sci Pharm. 2013; 81: 195-210

204 O. Sherikar dan P. Mehta:

Ringkasan studi degradasi kedua obat diberikan pada Tabel 4. Telah


dikonfirmasi bahwa kedua obat menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap persentase degradasi satu sama lain jika ada
bersama. Dari semua hasil studi degradasi tegangan, dapat
dirangkum bahwa baik ASP dan ATR dapat berinteraksi secara
kimia dan menurunkan jika ada dalam kombinasi.

Tab. 4. Ringkasan Perilaku Degradasi Stres untuk Degradasi ASP


dan ATR

Degra

% yang

diamati untuk Type

ASP

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

% Degradasi diamati untukATR


Asam Hidrolisis

Kondisi Degradasi

Contoh Tipe

ASP sendiri 24.25 - ATR Sendiri - 29.6 ASP: ATR (1: 1) Ratio 20.28 38
ATR: ASP (1: 7.5) Ratio 32.26 36.40

Hidrolisa Alkalin

0.1 N HCl 3 Jam refluks pada 80 ° C

ASP saja 90 - ATR Sendiri - Tidak Ada Degradasi ASP: ATR (1: 1)
Rasio 90 Tidak Degradasi ATR: ASP (1: 7,5) Rasio 93 Tidak Ada
Degradasi

Neutral Hidrolisis

0,1 N NaOH 3 Jam surutnya kembali pada 80 ° C

ASP sendiri 19 - ATR Sendiri - Tidak Ada Degradasi ASP: ATR (1: 1)
Rasio 39 6.28 ATR: ASP (1: 7.5) Rasio 25.61 27.22Jam

Stres Oksidatif 3

refluks pada 80 ° C dalam air

3% H

2 pada suhu kamar selama 7 hari

ASP saja 54,49 - ATR Sendiri - Tidak Ada Degradasi ASP: ATR (1: 1)
Rasio 89 28 ATR: ASP (1: 7,5) Rasio 61 30

Thermal Stres

ASP sendiri Tidak Ada Degradasi - ATR Sendiri - Tidak Ada


Degradasi ASP : ATR (1: 1) Rasio 39,61 38,57 ATR: ASP (1: 7,5) Rasio
15 50

Tekanan Fotolitik
80 ° C selama 48 Jam

Terkena sinar matahari ASP selama

12 jam

saja Tidak Ada Degradasi Tidak Ada Degradasi ATR Sendiri Tidak
Ada Degradasi Tidak Ada Degradasi ASP: ATR (1: 1) Rasio Tidak Ada
Degradasi Tidak Ada Degradasi ATR: ASP (1: 7,5) Rasio Tidak Ada
Degradasi Tidak Ada Degradasi

Untuk mendapatkan bukti ilmiah lebih lanjut, baik dari obat sendiri
dan dalam kombinasi (dalam rasio 1: 1 dan 1: 7,5, masing-masing,
untuk ATR dan ASP) disimpan untuk studi stabilitas satu bulan pada
40 ° C dan 75% RH. Ditemukan bahwa baik ATR dan ASP stabil jika
hadir saja. Sebaliknya, degradasi signifikan diamati jika ada dalam
kombinasi. ASP ditemukan rentan terhadap degradasi di hadapan
ATR ketika keduanya dalam rasio 1: 1. Penurunan persentase ATR
meningkat ketika dikombinasikan dengan 7,5 kali ASP (rasio
formulasi). Hasilnya menunjukkan bahwa degradasi ATR sangat
dipengaruhi oleh jumlah ASP yang ada dalam sampel. Hasil studi
stabilitas satu bulan dilengkapi pada Tabel 5.

Gambar. 4. Kromatogram HPLC Perwakilan untuk degradasi asam


ATR dan ASP dalam

kombinasi 1: 7,5.

Gambar. 5. Kromatogram HPLC Perwakilan untuk degradasi netral


ATR dan ASP

dalam 1: 7,5 kombinasi

Penilaian Komprehensif Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Secara


bersama-sama dan ... 205

Sci Pharm. 2013; 81: 195-210

206 O. Sherikar dan P. Mehta:

Gambar. 6. Kromatogram HPLC Perwakilan untuk degradasi


oksidatif ATR dan

ASP dalam kombinasi 1: 7.5.


Gambar. 7. Perwakilan HPLC Chromatogram untuk degradasi termal
ATR dan ASP

dalam kombinasi 1: 7.5 yang menunjukkan tiga produk degradasi


tambahan (A1, A2, dan A3).

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

Penilaian Komprehensif Perilaku Degradasi Aspirin dan Atorvastatin Tunggal dan


dalam ... 207

Tab. 5. Ringkasan Degradasi setelah Studi Stabilitas Satu Bulan


pada 40 ° C dan 75% RH.

Tidak Ada Jenis Sampel

Degradasi% diamati untuk ASP

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

% Degradasi diamati untuk ATR 1 ASP saja Tidak Ada Degradasi - 2


ATR Sendiri - Tidak Ada Degradasi 3 ASP: ATR (1: 1) Rasio 18 31 4
ATR: ASP (1: 7,5) Rasio 5 54

Kesimpulan

Perilaku degradasi ASP dan ATR digambarkan panjang lebar dalam


penelitian ini. Penelitian stres dianggap sebagai alat untuk
memeriksa ketidakcocokan kimia dari kedua obat di hadapan satu
sama lain. Dari studi degradasi stres, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam% degradasi kedua obat, sendiri
dan dalam kombinasi satu sama lain. Ketidakstabilan kimiawi dari
ASP dan ATR ini terkait dengan efek gabungan suhu serta
kelembaban. Selain itu, rasio kombinasi ASP dan ATR juga
mempengaruhi tingkat degradasi mereka. Oleh karena itu, ketika
merumuskan kombinasi dosis tetap dari kedua obat ini, strategi
formulasi yang tepat sangat penting yang dapat memastikan
stabilitas ASP dan ATR dalam formulasi.

Ucapan Terima Kasih

Para penulis berterima kasih kepada Dr. Reddy's Laboratories Ltd.


untuk menyediakan sampel hadiah atorvastatin.

Pernyataan Penulis yang


Bersaing Minat Para penulis menyatakan tidak ada konflik
kepentingan.

Referensi

[1] Tersedia dari: http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/

[2] Formulir yang tersedia:


http://www.who.int/entity/bulletin/volumes/83/12/news.pdf

[3] Indian Pharmacopoeia.

Komisi Farmakope India: Ghaziabad, India, Volume II, 2007: 745, 749.

[4] Martindale: Referensi Obat Lengkap.

Ed. 36, Farmasi Pers, London, 2009: 20, 1218.

[5] Gerald AH, John AS, Brian H, John RV.

Farmakokinetik aspirin dan salisilat dalam kaitannya dengan penghambatan


siklooksigenase arakidonat dan aktivitas anti-inflamasi. Proc Natl Acad Sci US A.
1987; 84: 1417–1420. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3103135

208 O. Sherikar dan P. Mehta:

[6] Frank EB, Peter RB.

Penentuan kuantitatif aspirin dan produk degradasinya dalam larutan model


aerosol. J Pharm Biomed Anal. 1995; 13: 111–119. http://dx.doi.org/10.1016/0731-
7085(94)00131-K

[7] Lennernas H.

Farmakokinetik klinis Atorvastatin. Clin Pharmacokinet. 2003; 42: 1141–1160.


http://dx.doi.org/10.2165/00003088-200342130-00005

[8] Malhotra HS, Goa KL.

Atorvastatin: review terbaru dari sifat farmakologinya dan digunakan dalam


dislipidemia. Narkoba. 2001; 61: 1835–1881. http://dx.doi.org/10.2165/00003495-
200161120-00012

[9] Manjula Devi AS, Sriram S, Rajalingam B, Alfet Raju A, RS Varghese, Venkata
Phani A.

Evaluasi terhadap rasionalitas kombinasi dosis tetap dari obat kardiovaskular di


rumah sakit perawatan tersier multispesies di Coimbatore, Tamilnadu, India. Obat
Hygeia J Med. 2012; 4: 51–58.
[10] P Sleight, Pouleur H, Zannad F.

Manfaat, tantangan, dan kemampuan mendaftar dari polipill. Eur Heart J. 2006;
27: 1651–1656. http://dx.doi.org/10.1093/eurheartj/ehi841

[11] Panda J, Tiwari P, Uppal R.

Evaluasi rasionalitas beberapa FDC: Fokus pada obat antihipertensi. Indian J


Pharm Sci. 2006; 68: 659–653.

[12] Pfeiffer CD, Pankey JW.

Penentuan senyawa terkait dalam aspirin dengan kromatografi cair. J Pharm Sci.
1982; 71: 511–514. http://dx.doi.org/10.1002/jps.2600710508

[13] Verstraeten A, Roets E, Hoogmartens J.

Penentuan kuantitatif oleh kromatografi cair kinerja tinggi asam asetilsalisilat


dan zat terkait dalam tablet. J Chromatogr A. 1987; 388: 201–216.
http://dx.doi.org/10.1016/S0021-9673(01)94480-2

[14] Shah RP, Kumar V, Singh S.

Liquid Chromatography / Spektrometrik Massa mempelajari atorvastatin dan


produk degradasi stresnya. Spektrum Massa Massa Cepat. 2008; 22: 613–622.
http://dx.doi.org/10.1002/rcm.3403

[15] Zahid Z, Farooqui MN, Mangle AA, Nikalje AG.

Penentuan kromatografi cair kinerja tinggi yang mengindikasikan stabilitas


kalsium atorvastatin dalam bentuk sediaan farmasi. Afr J Pharm Pharmacol. 2008;
2: 204-210.

[16] Khedr A.

Stabilitas-menunjukkan kinerja tinggi pengujian kromatografi cair atorvastatin


dengan deteksi fluoresensi. J AOAC Int. 2007; 90: 1547–1553.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18193731

[17] Purushotam K, Sinha M, Damle C, Bothara KG.

Stabilitas yang divalidasi menunjukkan metode HPTLC untuk penentuan Aspirin


dan Clopidogrel Bisulphate dalam bentuk sediaan gabungan. Eurasian J Anal
Chem. 2009; 4: 152–160.

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

Comprehensive Assessment of Degradation Behavior of Aspirin and Atorvastatin


Singly and in... 209

[18] Cemal A, Ismail TD, Sayal A, Aydin A, Yalcin O, Husamettin G.


Rapid and simultaneous determination of acetylsalicylic acid, paracetamol, and
their degradation and toxic impurity products by HPLC in pharmaceutical dosage
forms. Turk J Med Sci. 2008; 38: 167–173.

[19] Gupta KR, Askarkar SS, Wadodkar SG.

Stability indicating RP-HPLC method for simultaneous determination of


atorvastatin and nicotinic acid from their combined dosage form. Eurasian J Anal
Chem. 2009; 4: 294–303.

[20] Kadav AA, Vora DN.

Stability indicating UPLC method for simultaneous determination of atorvastatin,


fenofibrate and their degradation products in tablets. J Pharm Biomed Anal. 2008;
48: 120–126. http://dx.doi.org/10.1016/j.jpba.2008.05.018

[21] Patole SM, Potale LV, Khodke AS, Damle MC.

A validated HPLC method for analysis of atorvastatin calcium, ramipril and aspirin
as the bulk drug and in combined capsule dosage Forms. Int J Pharm Sci Rev Res.
2010; 4: 40–45.

[22] Patel GF, Vekariya NR, Dholakiya RB.

Estimation of aspirin and atorvastatin calcium in combine dosage form using


derivative spectrophotometric Method. Int J Pharm Res. 2010; 1: 62–66.

[23] Kumar V, Shah RP, Singh S.

LC and LC–MS methods for the investigation of polypills for thetreatment of


cardiovascular diseases, Part 1. Separation of Active Components and
Classification of their interaction/degradation products. J Pharm Biomed Anal.
2008; 47: 508–515. http://dx.doi.org/10.1016/j.jpba.2008.01.041

[24] Vora DN, Kadav AA.

Validated Ultra HPLC method for the simultaneous determination of atorvastatin,


aspirin and their degradation products in capsules. J Liq Chromatogr Related
Technol. 2008; 31: 2821–2837. http://dx.doi.org/10.1080/10826070802388482

[25] International Conference of Harmonization.

Stability Testing of New Drug Substances and Products, Q1A (R2). International
Conference of Harmonization of Technical Requirements for Registration of
Pharmaceuticals for Human Use. IFPMA, 2003, Geneva.

[26] International Conference of Harmonization.

Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology, Q1A (R1).


International Conference of Harmonization of Technical Requirements for
Registration of Pharmaceuticals for Human Use. IFPMA, 2005, Geneva.
[27] Alsante KM, Martin L, Baertschi SW. A stress testing benchmarking study.
Pharm Technol. 2003; 27: 60–72.

[28] Baertschi SW, ed.

Stress Testing: A Predictive Tool. In: Pharmaceutical Stress Testing Predicting


Drug Degradation. 1st ed., Taylor & Francis Group: Boca Raton, 2005: 24.

[29] Baertschi SW, ed.

Stress Testing: A Predictive Tool. In: Pharmaceutical Stress Testing Predicting


Drug Degradation. 1st ed., Taylor & Francis Group: Boca Raton, 2005: 25.

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

210 O. Sherikar and P. Mehta:

[30] Ahuja S, Scypinski S; eds.

Degradation and Impurity Analysis for Pharmceutical Drug Candidates. In:


Handbook of Modern Pharmaceutical Analysis. 2 nd ed., Academic Press: USA,
2011: 69.

Sci Pharm. 2013; 81: 195–210

View View publication publication stats stats

Anda mungkin juga menyukai