Anda di halaman 1dari 9

Akuratkah

Uji Cepat
Virus Corona (Covid-19)
Rapid Test Covid-19 IgM/IgG
(Uji Cepat Penyakit Virus Corona-2019
dengan pemeriksaan Antibodi)

Penulis: dr. Simon Yosonegoro Liem


Editor: dr. Tulus Widiyanto, Sp.PD
Ikatan Awardee Dokter Spesialis LPDP
Universitas Indonesia
Rapid Test Covid-19



Seperti kita ketahui bahwa Covid-19 telah
ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) sebagai pandemic (wabah dunia) pada
tanggal 11 Maret 2020. Berbagai negara pun
terjangkit oleh penyakit ini termasuk Indonesia.
‘‘
Terdapat wacana bahwa Indonesia hendak
melakukan pemeriksaan massal uji cepat
Penyakit Virus Corona-2019 menggunakan
Rapid Test Covid-19 IgM/IgG.

Apa Itu
Rapid Test
Covid-19 ?
Dalam hal ini adalah uji cepat yang menggunakan
prinsip seperti pada uji cepat kehamilan yakni
menggunakan reaksi imunokromatogra (sehingga
dapat terlihat garis kalau positif).
Apa itu IgM
maupun
IgG?
IgM
Imunoglobulin M (IgM) adalah antibodi (zat daya
tahan tubuh) yang dihasilkan oleh tubuh pada saat
pertama kali tubuh mendeteksi adanya suatu
patogen (kuman penyakit) masuk ke dalam tubuh.
Antibodi ini baru akan muncul dalam darah sekitar 3-
6 hari setelah terinfeksi dan akan hilang sekitar 2
minggu kemudian.

IgG
Imunoglobulin G (IgG) adalah antibodi selanjutnya
yang dihasilkan terhadap suatu kuman penyakit,
dalam hal ini adalah antibodi terhadap SARS-CoV-2,
nama virus Corona penyebab Covid-19. Antibodi
kedua ini bersifat spesik (khusus) hanya untuk SARS-
CoV-2, dan dapat bertahan lama sehingga dapat
terdeteksi pula pada orang yang sebelumnya pernah
terinfeksi dan sembuh. Antibodi ini paling cepat ada
dalam darah setelah 8 hari terinfeksi.
Apakah begitu virus Corona
masuk ke dalam tubuh langsung bisa
terdeteksi dengan Uji Cepat ini?
TIDAK
Namun diperlukan sekitar 8-12 hari sejak
terinfeksi baru bisa terdeteksi adanya antibodi ini.

contoh:

Pasien A mulai demam tanggal


1 Maret 2020

2 Maret 2020 9 Maret 2020

Pemeriksaan tanggal Pada tanggal 9 Maret


2 Maret 2020 akan 2020 baru terdeteksi
negatif palsu, positif.
meskipun sebenarnya
orang ini sudah sakit
Covid 19
Selain itu, pembentukan antibodi ini juga tergantung
pada kondisi imunitas (kekebalan tubuh) seseorang.

Penderita kanker Obat golongan steroid

Pada orang yang mengalami


imunitas, misalnya penderita
kanker atau orang yang sedang
mengkonsumsi obat penekan
imunitas (misalnya obat golongan
steroid), maka pembentukan
antibodi ini bisa menjadi lebih
lambat atau bahkan sangat sedikit,
sehingga tidak terdeteksi oleh uji
cepat ini.
Jadi apa yang harus
dilakukan?

Penggunaan uji cepat ini


seyogyanya disertai oleh interpretasi
oleh dokter yang kompeten di
bidangnya
Kesimpulan

Jika positif , perlu tatalaksana


lebih lanjut oleh dokter sesuai
pedoman yang ada.

Jika negatif, jangan lengah dahulu karena hasil negatif


bisa berarti:
Orang yang diperiksa ini
1 benar-benar tidak
terinfeksi/terpapar oleh Covid-
19 namun juga tidak memiliki
kekebalan tubuh terhadap
virus tersebut.
Orang ini sudah terinfeksi (dan
2 berpotensi menularkan) namun
tubuhnya belum membentuk
antibodi (zat kekebalan tubuh)
terhadap Covid-19 sehingga
tidak terdeteksi oleh uji cepat
ini.


Jadi, jangan merasa aman dahulu dari penularan
(tertular maupun menularkan) virus Corona ini bila
‘‘
hasil uji cepatnya menunjukkan negatif. Tetaplah
waspada, tetap ikuti himbauan untuk “social
distancing” (jaga jarak sosial, di rumah aja) dan
senantiasa konsultasi ke dokter atau institusi
kesehatan untuk arahan lebih lanjut.

Catatan:
Usulan oleh para dokter spesialis (PAMKI dan PDS
PatKLin) saat ini, pemeriksaan yang akurat adalah
dengan memeriksa material genetik yang
dinamakan PCR (Polymerase Chain Reaction). Namun
pengerjaan PCR ini lebih rumit, perlu sarana dan
prasarana laboratorium yang lebih lengkap, serta
waktu yang lebih lama daripada "Uji Cepat"
#bersamamelawancorona

Oleh:
dr. Simon Yosonegoro Liem,
dr. Hesti Rahmanita Satri
Editor: dr. Tulus Widiyanto, Sp.PD
Ikatan Awardee Dokter Spesialis LPDP Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai