Anda di halaman 1dari 6

Skenario 2

Pada Juli 2015 dilaporkan oleh tim SAR Linmas Pantai Parangtritis, Yogyakarta, ada 661
orang tersengat ubur-ubur di pantai Parangtritis. Peringatan telah diberikan agar wisatawan
tidak mandi di laut karena sedang musim ubur-ubur sekitar Juli-September. Korban sebagian
besar ibu-ibu dan anak-anak. Mereka mengeluhkan panas dan ada dua orang yang pingsan.
Penanganan dari tim SAR menyebutkan bahwa korban terkena sengatan di kaki, tangan, dan
tubuh. Sebagai penanganan awal, diberikan cuka. Menurut tim, stok alkohol dan amoniak
mulai menipis, padahal kedua zat tersebut diperlukan untuk penanganan awal.

http://news.liputan6.com/read/2276241/661-orang-tersengat-ubur-ubur-di-pantai-
parangtritis

Dilaporkan oleh Elise Dwi Ratnasari, CNN Indonesia pada Minggu, 20/08/2017 19:54 WIB:

Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata pantai di
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tersengat ubur-ubur dalam sepekan
terakhir. Anggota SAR Satlinmas Korwil II Pantai Baron Saryanto di Gunung Kidul mengimbau
seluruh wisatawan agar menggunakan alas kaki atau tidak menyentuh biota laut yang ada.
"Kami juga meminta agar wisatawan tidak sembarangan memegang biota laut yang ada.
Sering kali binatang laut beracun menyerupai karang dan sulit terlihat," kata Saryanto
seperti dikutip Antara, Minggu (20/8). Data SAR Satlinmas Korwil II Pantai Baron
menunjukkan dalam sepekan terakhir lebih dari 20 wisatawan menginjak berbagai hewan
beracun mulai dari ubur-ubur, bahkan bulu babi. Hewan-hewan beracun ini diakui petugas
SAR sering keluar saat posisi air laut sedang surut. Hewan-hewan itu diduga terbawa air laut
yang menuju ke daratan dan tak bisa kembali ke tengah laut karena terjebak batu karang.
"Kami berharap para wisatawan berhati-hati, dan kami juga berupaya memberikan
imbauan, baik melalui pengeras suara maupun papan peringatan," katanya. Salah seorang
wisatawan, Tulasmin warga Plosokerep, Desa jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar kesakitan usai terserang ikan beracun atau yang sering disebut oleh
warga pesisir sebagai ikan dook. Ia mengaku merasakan nyeri hebat usai menginjak sesuatu
saat dia tengah mencari ikan bersama sang anak di Pantai Drini. "Sakit tidak tahu menginjak
apa, tiba-tiba kaki terasa nyeri," katanya. Tim SAR Satlinmas Korwil II Pantai Baron langsung
melakukan pertolongan pertama dengan memberikan cairan alkohol serta pembersih luka
agar kaki Tulasmin tidak terkena infeksi.

Dikutip dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170820194919-269-


236060/puluhan-wisatawan-di-gunung-kidul-tersengat-ubur-ubur

Pada 6 September 2015 diberitakan bahwa ada 2 turis asal Jerman yang sedang berenang di
sebuah pantai di Thailand tersengat ubur-ubur. Salah satu turis tersebut mendapatkan
sengatan beberapa kali yang berakibat pada reaksi sistemik tubuh dan berakhir pada
kematian. Sedangkan rekannya yang juga tersengat ubut-ubur dapat selamat. Polisi
setempat melaporkan bahwa peristiwa sengatan ubur-ubur kotak ini sudah ketiga kalinya
dalam 14 bulan yang berakhir tragis.
http://news.okezone.com/read/2015/10/08/18/1228570/turis-di-thailand-tewas-tersengat-
ubur-ubur

Data dari sebuah penelitian di Amerika Serikat (O’neil et al., 2007), menyebutkan bahwa
trauma akibat hewan laut dari tahun 2001-2004 di Amerika Serikat sebanyak 4012, dengan
rincian 724 akibat sengatan ubur-ubur, 2459 akibat sengatan ikan pari (sting ray) dan 829
akibat hewan lain. Total kejadian tersebut adalah sekitar 0,4 % dari seluruh kasus
kegawatdaruratan akibat gigitan atau sengatan hewan secara umum. Hewan-hewan lain
yang juga perlu diwaspadai saat snorkeling di laut selain hewan-hewan yang telah
disebutkan di atas adalah bulu babi, ikan batu (stonefish), bulu seribu dan ular laut.

O’neil, ME., Mack, KA., Gilchrist, J. 2007. Epidemiology of Non-canine Bote and Sting injuries
Treated in U.S. Emergency Departments, 2001-2004. Public Health Reports. 122.

Keywords:

- Sengatan dan gigitan hewan laut


- Ubur-ubur
- Ikan dook
- Bulu babi
- Ikan batu
- Pantai
- Binatang laut
- Ikan pari
- Alkohol dan amoniak
- Reaksi sistemik

Kata sulit:

Masalah:

1. Apa saja hewan laut yang dapat diwaspadai dibawah laut?


2. Apakah terdapat waktu tertentu munculnya hewan laut?
3. Apa saja jenis trauma akibat hewan laut selain sengatan ?
4. Mengapa terdapat perbedaan dari reaksi sengatan ubur-ubur?
5. Bagaimana patofisiologi reaksi sistemik?
6. Apa saja manisfstasi klinis yang diwaspadai? Perbedaan manifestasi klinis dari hewan laut?
7. Apa faktor risiko khusus munculnya reaksi sistemik?
8. Apa pemeriksaan awal ketika tidak sengaja menginjak hewan laut?
9. Apakan sama penanganan awal pada setiap hewan laut (pemberian cuka, alkohol dan
amoniak)? Apakah dapat dibersihkan dengan air?
10. Bagaimana pencegahan terhadap masyarakan agar terhindar dari sengatan hewan laut?
Step 3

1. Apa saja hewan laut yang dapat diwaspadai dibawah laut?


- Ubur-ubur
- Bulu babi
- Ikan pari
- Ular laut
- Blue ring octopus
- Ikan batu
- Golongan physalia (bukan ubur-ubur sejati)
- Karang
- Mollusca (kerang, gurita, dan golongan hewan antropoda)
- Hiu
- Anjing laut
-

Ubur-ubur

- Ubur-ubur sejati (
- Kubus/kotak
- Hidrozoa (tropis) golongan physalia

2. Apakah terdapat waktu tertentu munculnya hewan laut?


Karena adanya pasang surut. Hewan laut terbawa air laut tidak dapat kembali
Waktu pasang volume air cukup banyak

3. Apa saja jenis trauma akibat hewan laut selain sengatan ?


- Envonomasi= venom(bisa)  sengatan hewan laut ( ikan pari, ular laut, blue ring
octopus
- Gigitan  besaral dari hewan laut yang ganas atau buas (hiu
- Iritasi  berasal dari spon laut
- Keracunan seseorang mengkonsumsi dari biota laut yang memiliki racun (ikan buntal)

4. Mengapa terdapat perbedaan dari reaksi sengatan ubur-ubur?


Ubur-ubur  menginvasi racun kedalm tubuh. Racun sama dengan zat mediator pada
tubuh menyebabkan reaksi akut (reaksi inflamsi pada daerah yang tersengat)
5 jenis racun yang berbeda berdasarkan organ yang dirusak
- Racun dermato toksin
- Kardiotoxin
- Sitotoksin (tingkat seluler)
- Neurotoksin (saraf)
- Hemolitik (peredaran darah)
Berdasarkan jenis ubur-ubur
- Physalia (paling beracun)
- Shypozoa (reaksi lokal)
- Gonionemus
Ubur-ubur yang memiliki tentakel  semakin banyak (beracun)

Reaksi berbeda:
Laut : toksin, ubur-ubur, jumlah toksinyang masuk kedalam tubuh
Manusia : usia, rekasi hipersensitivitas

5. Bagaimana patofisiologi reaksi sistemik?


Ubur-ubur  tentakel
Respon pada manusia
Benang tajam  penetasi ke kulit manusia (reaksi akut lokal) dan dapat menyebar jika
racun tinggi yang menyebar secara sistemik (otot dan implus saraf).
Neuromuskular toksin : menghambat masuknya ion diantara NMJ. Jika pemasukan ca
terhambat
Kardiotoksin : menimbulkan aritmia ventrikular. Jantung membutuhkan ion Ca dari
darah. Jika pemasukan dihambat  aritmia ventrikular
Toksin  pelepasan katekolamin (palpitasi, piloereksi, cemas, tremor, hipertensi)

6. Apa saja manisfstasi klinis yang diwaspadai? Perbedaan manifestasi klinis dari hewan
laut?
- Ubur-ubur:
o Local pain
o Parastesia
o Nausea
o Vomiting
o Pingsan
- Ubur-ubur jelatang laut : nyeri terasa seperti terbakar, kemerahan, status lokalis sperti
cambuk berbentuk ziqzaq, nyeri berkurang setelah 30 menit
- Box jellyfish : reaksi lokal nyeri dan bengkak pada sengatan, rasa terbakar, rasanya nyeri
terdapat beberapa saat dan menepat hingga beberapa jam, terdapat rekasi sistemik. Dapat
menyebabkan sindrom irukanji (reaksi lambat) tanda klasik : infalasi, nyeri punggung,
keram otot, berkeringat, nausea, vomiting, sakit kepala, palpitasi dan piloereksi
- Physalia: reaksi lokal paling berat, terasa terbakar, terasa tersengat hingga mati rasa. Reasi
muncul 10-15 menit, reaksi sistemik : sesak, nausea, vomiting
- Bulu babi
o Local pain
o Gatal
o Nausea
o Vomiting
o Infeksi

Warning sign

Gejala sistemik : kegalalan jantung, nausea, vomiting


Sengatan : laserasi (warna keunguan, kehitaman

Gigitan : semakin kecil

7. Apa faktor risiko khusus munculnya reaksi sistemik?


o Reaksi hipersensitivitas
o Riwayat penyakit jantung
o Riwayat penyakit ginjal
o Usia  respon sistemik. Hemolisis (anak). Usia anak memiliki reaksi sistemik lebih
sering dibandingkan usia dewasa muda.

8. Apa pemeriksaan awal ketika tidak sengaja menginjak hewan laut?


- Status lokalis : reaksi lokal (tergantung dari hewan laut)  reaksi sistemik klasik

9. Apakan sama penanganan awal pada setiap hewan laut (pemberian cuka, alkohol dan
amoniak)? Apakah dapat dibersihkan dengan air?
- Dekontaminasi hewan laut
o Ubur-ubur : tidak boleh menggunakan air tawar karena mudah mengeluarkan darah
ketika mengeluarkan nematokista, dapat gunakan alkohol, cuka, baking soda,
mengeluarkan duri dengan penjepit
o Ikan, Bulu babi dan bintang laut : irigasi air biasa atau sabun, rendam dengan air
panas
Irigasi dengan air hangat denaturing
Irigasi dengan air laut  sel lisis
Pemerian cuka, alkohol dan amoniak  mengatasi dari sengatan ubur-ubur

Gigitan hewan laut : ABC, kontrol perdarahan, monitor O2, monitor tanda syok, tanda infeksi

Iritasi : irigasi (air bersih, laurtan saline), kontrol perdarahan, penutupan luka, monitoring
tanda infeksi

Keracunan : ABC, kortikosteroid/antihistamin, monitoring warning sign

Obat secara umum: antinyeri, antihistamin, reaksi sistemik (rujuk)

10. Bagaimana pencegahan terhadap masyarakan agar terhindar dari sengatan hewan laut?
- Mengikuti himbauan petugas pantai (penjaga pantai)
- Menggunakan baju renang yang ketat (menutupi seluruh badan)
- Menggunakan alas kaki (sepatu renang)
- Menggunakan topi renang
LO

1. Apa pemeriksaan awal ketika tidak sengaja terkena hewan laut?


2. Apa perbedaan manifestasi klinis dari hewan laut?
3. Bagaimana mekanisme masuknya toksin pada hewan laut lainnya?
4. Bagaiamana mekanisme kerja pemberian cuka, alkohol dan amoniak pada penanganan awal
ketika terkena hewan laut?
5. Kondisi seperti apa untuk merujuk pasien
6. Bagaimana penulisan diagnosis jika terkena trauma dari hewan laut?
7. Apa tatalaksana dari trauma akibat hewan laut di faskes layanan primer?

Anda mungkin juga menyukai